Definisi Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik terhadap diri sendiri maupun orang lain yang ditampakan/ditampilkan oleh individu dalam menghadapi masalah dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap stessor, setiap bermusuhan .(Stuart dan Sundeen, 2008).
Rentang Respon Respon Adaptif. 1. Asertif Adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak senang atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara. 2. Frustasi Adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang dalam mencapai keinginannya. Individu tersebut tidak dapat menerima atau menunda sementara sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan. Selanjutnya individu merasa tidak mampu dalam mengungkapkan perannya dan terlihat pasif.
Respon transisi Pasif : adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya.
Respon maladaptif Agresif : adalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah, merupakan dorongan mental untuk bertindak (dapat secara konstruksi/destruksi) dan masih terkontrol. Amuk Adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan. (Stuart and Sudeen, 2008). Faktor Predisposisi
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak- kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan. 2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah. 3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisif). 4. Neurobiologis, banyak pendapat bahwa kekerasan system limbic, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
Faktor Presipitasi Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. 1. Kondisi klien Seperti kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri kurang. 2. Situasi lingkungan Lingkungan yang ribut, padat kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai atau pekerjaan.
Perilaku (Manifestasi Klinik)
1. Aspek fisik, antara lain tekanan darah meningkat kulit muka merah, pandangan mata tajam, otot tegang, denyut nadi meningkat, pupil dilatasi, frekuensi BAK meningkat.
2. Aspek emosi, antara lain emosi labil, tak sabar, ekspresi muka tampak tegang, bicara dengan nada suara tinggi, suka berdebat, klien memaksanakan kehendak. 3. Aspek perubahan perilaku, antara lain agresif menarik diri, bermusuhan sinis, curiga, psikomotor meningkat, nada bicara keras dan kasar .
Tingkah Laku
1. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar. 2. Memaksakan kehendak, memukul jika tidak senang perilaku yang berkaitan dengan marah antara lain : a. Menyerang atau menghindar (flight or fight) b. Menyatakan dengan jelas (assertiveness) a. Memberontak (acting out) b. Amuk atau kekerasan (violence)
Mekanisme Koping
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah. 2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan buruk.
5. Deplacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya : Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
Sumber Koping
1. Aset ekonomi 2. Kemampuan dan keahlian 3. Tehnik defensif 4. Sumber sosial 5. Motivasi 6. Kesehatan dan energi 7. Kepercayaan 8. Kemampuan memecahkan masalah 9. Kemampuan sosial 10. Sumber sosial dan material 11. Pengetahuan 12. Stabilitas budaya
Akibat Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, dll.
Penatalaksanaan Umum
1. Farmakoterapi 2. Terapi Okupasi 3. Peran serta keluarga 4. Terapi somatic 5. Terapi kejang listrik
Kronologi Kasus Nn M 16 tahun, perempuan, anak ke-2 dari 3 bersaudara. Pasien terlihat bingung, komunikasi kacau, benci terhadap ayahnya, afek labil, istirahat / tidur kurang, mondar-mandir, banyak permintaan, mengatakan takut disuntik, suka nyanyi- nyanyi sendiri dan banyak bicara. Persepsi dan pengendalian diri kurang.
Pernah mengalami gangguan jiwa dan dirawat di RSJ sebanyak 3x. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, kakak pasien juga pernah mengalami gangguan jiwa, dan dirawat di RS yang sama, namun sekarang sudah sembuh. Kontrol rutin dan minum obat teratur.
Pasien merasa sedih karena tidak ada yang peduli padanya, tidak ada yang mau menjenguk, mengamuk dan takut jika bertemu ayahnya. Suka membanting barang dan marah marah ketika merasa tersinggung dan permintaannya tidak dituruti. Gelisah, hiperaktif, tangan gemetar / tremor, takut jika mengingat perawat tertentu, berteriak-teriak saat ketakutan pada obyek yang tidak jelas, gampang tersinggung, bicara nglantur jika ditanyai,
PEMERIKSAAN PENUNJANG Tgl Test Hasil Nilai Normal Keterangan 29/ 10/ 13 Mon % RBC HGB PLT 8,9 % 3,99 x 10^6/uL 11,5 g/dL 254 x 10^3/uL 0,0 7,0 4,50 5,90 13,5 17,5 150 450 H L L N TERAPI MEDIS DAFTAR MASALAH
1. Koping individu tidak efektif 2. PK 3. Disstress Spiritual 4. Kerusakan komunikasi verbal 5. Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan 6. Anxietas 7. Gangguan proses pikir ANALISA DATA POHON MASALAH
RESIKO TINGGI MENCIDERAI DIRI SENDIRI, ORANG LAIN, LINGKUNGAN
PK KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan b/d PK 2. PK b/d koping individu tidak efektif