Anda di halaman 1dari 22

asuhan keperawatan Hemoroid

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hemoroid atau wasir/ambeien merupakan penyakit daerah anus (ujung bawah saluran buang air besar)
yang sering terjadi, baik pada pria maupun wanita. Wasir atau dalam istilah medisnya disebut hemoroid
merupakan kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih pembuluh balik di daerah dubur
(anorektal). Meskipun kadang tidak disertai pendarahan, namun keluhan utama penyakit ini adalah
perdarahan.
Umumnya perdarahan terjadi waktu buang air besar atau sesudahnya. Darah yang keluar biasanya
merah muda segar dan bisa hanya menetes saja tetapi kadang juga sampai menyemprot. Hemoroid
(wasir) hampir sama bentuknya dengan varises penyakit yang biasanya terdapat daerah kaki
dikarenakan terlalu lama berdiri. Bedanya, hemoroid terdapat pada anus. Hemoroid adalah kumpulan
dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Tapi itu definisi yang
sudah lama alias usang! Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, kata dr Toar JM Lalisang
SpB-KBD dalamKursus Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran (KPPIK) 2005, tetapi bersifat lebih
kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar
anorektal (kanalis anus).
Gejala radang dapat terjadi dengan ditandai adanya rasa nyeri yang terus menerus. Seringkali juga
ditandai dengan adanye keluhan perasaan ingin buang air besar yang palsu.Atau seolah buang air besar
tetapi tidak tuntas. Gejala lainnya yang muncul adalah keluarnya benjolan dari anus (prolaps). Mulanya
prolaps terjadi waktu buang air besar dan kembali sendiri setelah selesai buang air besar. Lambat laun
prolaps ini tidak dapat kembali sendiri dan harus ditekan dengan jari. Jika dibiarkan akhirnya benjolan ini
akan terus menerus keluar dari anus.
Secara keseluruhan berdasarkan statistik, jumlah tindakan hemoroidektomi menurun. Puncaknya terjadi
tahun 1974 dimana hemoroidektomi dilakukan sebanyak 117 per 100.000 orang. Angka itu menurun 13
tahun kemudian (1987) menjadi 37 per 100.000 orang.
Hemoroid tidak pandang bulu. Baik laki-laki maupun perempuan punya risiko yang sama. Di sisi lain,
risiko hemoroid justru meningkat seiring bertambahnya usia. Usia puncak adalah 45-65 tahun. Pada
orang dewasa hemoroid dapat ditemukan pada 80 % pasien, tapi pada umumnya tanpa
gejala. Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi (peradangan) pembuluh vena (pembuluh darah balik)
di daerah anus. Bila pelebaran venanya di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna dan bila di
bawah mukosa (selaput lendir) disebut hemoroid interna. Keluhan yang sering muncul, antara lain:
buang air besar sakit dan sulit, adanya benjolan di dubur, buang air besar berdarah segar dan menetes.
Selain perdarahannya sendiri, ada kekhawatiran tentang penyakit yang lebih serius seperti kanker kolo-
rektal (kanker usus besar). Namun penyakit hemoroid dapat diobati dengan obat-obatan dan secara
bedah yang tergantung derajat penyakitnya.


B. Tujuan
1. Mengetahui definisi Hemoroid
2. Mengetahui etiologi/penyebab penyakit Hemoroid
3. Mengetahui patofisiologi penyakit Hemoroid
4. Mengetahui manifestasi klinis penyakit Hemoroid
5. Mengetahui pemeriksaan fisik penyakit Hemoroid
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostik penyakit Hemoroid
7. Mengetahui komplikasi penyakit Hemoroid
8. Mampu membuat asuhan keperawatan penyakit Hemoroid
C. Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan yaitu studi pustaka yang mengambil beberapa referensi buku yang
berkaitan dengan makalah ini. Serta tim penulis memperoleh data dari internet.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hemoroid
Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah, walaupun
sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan varises. Hanya saja,
pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki, sedangkan pada hemoroid
pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di daerah anorektal. (Keperawatan delken
kuswanto. 1999)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada
usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena.
Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang
terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut hemoroid eksternal. (
Suzanne C. Smeltzer, 2006 )
Hemoroid bisa mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan darah (trombus),
perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar. Wasir yang tetap berada di anus
disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid
eksterna (wasir luar). (http://www.medicastore.com)

B. Etiologi/Penyebab
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan
gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga
terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan
pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga
aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal
dan lain lain.

2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan
hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah
kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid.
* Gangguan defekasi dan miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi dan
kehamilan.
4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan
intraabdominal), fisiologis dan radang.
Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.

C. Patofisiologi
ada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan timbul bila ada
penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.
Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum terjadi trombosis,
ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma oleh feses yang keras. Darah
yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari vena karena kaya akan asam. Nyeri yang
timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan
darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.


Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.
1. HEMOROID INTERNA
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak adanya serabut
serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
- Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya dapat di
temukan dengan proktoskopi.
- Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi setelah
defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
- Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi harus di dorong.
- Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak dapat di
masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan kadang kadang timbul
perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada yang
menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani
eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila
benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya.
Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid.
2. HEMOROID EKSTERNA.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid
eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :





a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya adalah hematom,
walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
- Sering rasa sakit dan nyeri
- Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit merupakan reseptor
rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau Skin Tag terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang berupa
jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

PATWAYS











































D. Manifestasi Klinik
Gejala utama berupa :
Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.
Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Gejala lain yang mengikuti :
Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.
Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.
Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

E. Pemeriksaan Fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada tempat
tidur.
1. Insfeksi
o Pada insfeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
o Apakah ada benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
o Bagaiman warnaya , apakah kebiruaan, kemerahan, kehitaman.
o Apakah benjolan tersebut terletak di luar ( Internal / Eksternal ).
2. Palapasi
Dapat dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan + vaselin dengan melakuakn rektal
tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Apakah ada benjolan tersebut lembek, lihat
apakah ada perdarahan.

F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan
vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat
besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada
perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
b. Anoskopy
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan
untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya
dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila
penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau
prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus
seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.

c. Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau
tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
d. Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy
e. Laboratorium : - Eritrosit
- Leukosit
- Hb

G. Komplikasi
1. terjadinya perdarahan
Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya
terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal
sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah
dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang
keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita
walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak
dapat masuk lagi (inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan
bisa mengakibatkan kematian.
2. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
3. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena disana
banyak kotoran yang ada kuman kumannya.


H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Nama Perawat :
Tanggal Pengkajian :
Ruang Perawatan :
Jam Pengkajian ` :
Tanggal Masuk :

a. Biodata
1) Klien
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Diagnosa Medis :

2) Penanggung Jawab
Nama :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Status Pernikahan :
Alamat :
Hubungan dengan klien :
b. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada
benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
c. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada
benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
b. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau
terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga
akan kembali RPD.
d. Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.
a. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan
berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan
minum sebelum dan selama MRS.
b. Pola Istirahat dan Tidur
Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah
yang tenang ke lingkungan rumah sakityang banyak orang mondar-mandir.
c. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien
juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sebagian kebutuhan
pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
d. Pola Eleminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi
sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed
rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
e. Pemeriksaan fisik.
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada tempat
tidur.
1. Inspeksi
- Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.
- Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
- Warna benjolan terlihat kemerahan.
- Benjolan terletak di dalam ( internal ).
2. Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal tucher,
dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras,
dan juga ada perdarahan.
Informasi penunjang.
Pemeriksaan laboratorium
- Hb 14,3 N : 14-18 mg/dl
-Lekosit 12-700 N : 4000 11.000
-Elektrolit :
1. K 2,8 N : 3,6 5,5 mmol/L
2. Na 137,6 N : 135 155 mmol/L
3. Cl 107 N : 70 108 mmol/L
Diagnostik
- Kolonoscopy
- Anoskopy










Analisa Data
No Data Penunjang Etiologi Masalah
1 DS:
1. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu
terasa sangat nyeri dan keluar darah segar
bersama dengan feses,bahkan darah
menetes saat BAB.
2. Klien mengeluh BAB terakhir saat
keras,sehingga harus mengedan karena
hemoroid klien kambuh lagi.
3. Klien mengeluh pola BAB memang tidak
normal dari dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu,
walupun sering makan sayur dan buah-
buahan.
4. Klien mengatakan saat ini hampir
seminggu belum BAB karena takut
meresakan nyeri dan perdarahan seperti
sebelumnya.
DO:
1. Distensi abdomen (+)
2. Teraba massa pada regio bawah
abdomen.
Pembesaran Vena
Hemoroidalis
Konstipasi
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan
dibawah kulit kanalis analis yang nyeri,
tegang, berwarna kebirubiruan, berukuran
1 cm, benjolan harus didorong dengan
tangan agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. Pola BAB tidak teratur.
2. Karakteristik feses (warna: kuning
kecoklatan, konsistensi: lembek berampas)
2 DS:
1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada
daerah anus.
2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk
dan berbaring terutama saat tidur malam
hari.
3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu
terasa sangat nyeri dan keluar darah srgar
bersama dengan feses,bahkan darah
menetes saat BAB.
DO:
1.TTV :
TD = 120/80 mmHg
2. Distensi abdomen (+)
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan
dibawah kulit kanalis analis yang nyeri,
tegang, berwarna kebirubiruan, berukuran
1 cm, benjolan harus didorong dengan
tangan agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. skala nyeri 6
2. klien tampak meringis
Adanya hemoroid
pada daerah anal
Nyeri
3. klien tampak memegangi daerah nyeri.
4. klien tidak dapat tidur.
3 DS : klien mengeluh BAB seminggu yang lalu
karena keluar darah segar bersama feses
bahkan darah menetes saat BAB
DO :
1. TTV : TD = 120/80 mmHg
2. Klien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. hasil lab :
Hb= 8,9 gr/dl
Data Tambahan :
1. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas
mandiri.
2. Klien cepat lelah setelah beraktivitas.
3. Banyaknya aktifitas klien yang dibantu
oleh orang lain
Pecahnya Vena
Hemoroidalis
Perdarahan
V.Hemoroidali








Diagnosa Keperawatan
PRE OPERATIF
1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan perdarahan
waktu BAB


Rencana Tindakan Keperawatan

No. Dx Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Konstipasi
berhubungan
dengan
pembesaran vena
hemoroidalis.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
diharapkankonstipasi
teratasi.
KH:
a.Pola BAB normal (1-
2x/minggu).
b.Konsistensi feses
lunak.
c.Warna feses kuning.
d.Klien tidak takut
untuk BAB.
e.Tidak ada nyeri pada
saat BAB.
1.Berikan dan
anjurkan minum
kurang lebih 2
liter/hari.
2.Berikan posisi semi
fowler pada tempat
tidur.
3.Anjurkan
mengkonsumsi
makana tinggi serat.

4.Auskultasi bunyi
usus.


1.Mencegah dehidrasi
secara oral.


2.Meningkatkan usaha
evakuasi feses.

3.Makanan tinggi serat
dapar melancarkan
proses defekasi.

4.Bunyi usus secara
umum meningkat pada
diare dan menurun pada

5.Hindari makanan
yang membentuk gas.

6.Kurangi / batasi
makana seperti
produk susu.
7.Berikan laktasif
sesuai program
dokter.
konstipasi.
5.Menurnnkan distres
gastrik dan distensi
abdomen.

6.Makanan ini diketahui
sebagai penyebab
konstipasi.
7.Membantu
melancarkan proses
defekasi.






2. Nyeri
berhubungan
dengan adanya
hemoroid pada
daerah anal.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkannyeri
teratasi.
KH:
a.Wajah pasien
tampak meringis.
b.Skala nyeri
berkurang 0-3 atau
hilang.
c.Klien dapat istirahat
tidur.
1.Berikan Posisi yang
nyaman.

2.Berikan bantalan
dibawah bokong saat
duduk.
3.Observasi tanda-
tanda vital.
4.Ajarkan teknik
untuk menguranyi
rasa nyeri seperti
membaca, menarik
nafas panjang,
menonton TV, dll.
1.Minimalkan
stimulasi/meningkatkan
relaksasi.
2.Meminimalkan
tekanan di bawah
bokong/meningkatkan
relaksasi.
3.Untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
4.Pengalihan perhatian
melalui kegiatan-
kegiatan.

d.TTV Normal
TD: 100/80 mmHg
5.Berikan kompres
dingin pada
daerah anus 3-4 jam
dilanjutkan dengan
redam duduk hangat
3-4 x/hari.
6.Berikan lingkungan
yang tenang.
7.Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgesik,
pelunak feses dan
dilakukan
hemoroidectomi.

5.Meningkatkan
relaksasi.


6.Menurunkan
ketidaknyamanan fisik.

7.Mengurangi nyeri dan
menurunkan rangsang
saraf simpatis dan untuk
mengangkat hemoroid.
3. Perdarahan
berhubungan
dengan
pecahnya vena
hemoroidalis
yang ditandai
dengan
perdarahan
waktu BAB.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
diharapkankekurangan
nutrisi terpenuhi.
KH:
a.Konjungtiva klien
merah muda.
b.Hb Normal (12-14
g/dl).
c.Tidak ada
perdarahan
v.hemoroid.
d.Dapat melakukan
aktivitas mandiri.
e.Klien tidak cepat
lelah setelah
beraktivitas.
f.Aktifitas klien sudah
tidak dibantu oleh
1.Observasi TTV.
2.Monitor banyaknya
perdarahan klien.
3.Kaji ulang tingkat
toleransi aktifiitas
klien.
4.Memandirikan klien
dalam melakukan
aktifitas sehari-hari.
Kolaborasi:
1.Konsultasikan
nutrisi untuk klien
dengan ahli gizi.
2.Berikan vitamin K
dan B12 sesuai
indikasi.
3.Konsultasi dengan
ahli gizi.
4.Berikan cairan IV.
1.Untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
2.Untuk menentukan
tingkat kehilangan
cairan.
3.Untuk mengetahui
tingkat kelemahan klien.
4.Mengurangi
ketergantungan aktifitas
klien dengan bantuan
perawat.
Kolaborasi:
1.Untuk menentukan
kebutuhan nutrisi yang
tepat pada klien.
2.Untuk membantu
proses pembekuan
darah dan Untuk
meningkatkan produksi
sel darah merah.
perawat. 3.Untuk menentukan
diet yang tepat bagi
klien.
4.Untuk menggantikan
banyaknya darah yang
hilang selama
perdarahan.




No. Dx Evaluasi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam:
kontipasi pada pasien teratasi
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam :
- Nyeri yang dirasakan pasien berkurang
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam :
perdarahan waktu BAB Pasien berkurang





BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali
kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau
wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid
bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.
Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi
perdarahan. Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang
penyakit dan pengobatannya.

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang menyebabkan
gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi hepartensi
portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya terganggu.
Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.

2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab timbulnya
hemoroid
Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
b. Anatomi


c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan mempengaruhi
timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.
* Gangguan devekasi miksi.
* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi dan
kehamilan.


B. SARAN

1. Dalam sistem pengajaran respirasi kami sebagai mahasiswa ingin untuk dosennya agar memberikan
penjelasan secara detail dan memberikan contoh penjelasaan itu
2. Kami bangga terhadapat dosen pembimbing kami, yang telah mengajari kami dalam membuat bahan
untuk seminar Hipertiroidisme ini.
3. Dalam Menyelesaikan makalah ini kami banyak dapat masukan dari dosen pembimbing kami..
4. Terimakasih atas semua dosen yang telah mengajar di sitem Endokrin
5. Semoga makalah kami ini diterima oleh dosen yang mengajar sitem Endokrin sertasemoga
bermanfaat.




DAFTAR PUSTAKA
.
1. Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
2. Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta:
EGC.
3. Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
4. Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
EGC
5. Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
6. Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
7. Parakrama, Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta:
EGC.
8. Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
9. Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
10. Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
11. Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
http://debyrahmad.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai