Anda di halaman 1dari 108

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan

Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


HUBUNGAN PERILAKU, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN
KERJA DI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
RUMAH SAKIT UMUM DR. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH TAHUN 2009



TESIS



Oleh

LIZA SALAWATI
077010005/IKM
















SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
S
E
K
O L
A
H
P
A
S
C
A
S
A R
J
A
N
A
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


HUBUNGAN PERILAKU, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN
KERJA DI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
RUMAH SAKIT UMUM DR. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH TAHUN 2009



TESIS




Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Kerja pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara



Oleh

LIZA SALAWATI
077010005/IKM








SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Judul Tesis : HUBUNGAN PERILAKU, MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA
DI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
RUMAH SAKIT UMUM DR. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Liza Salawati
Nomor Pokok : 077010005
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Konsentrasi : Kesehatan Kerja


Menyetujui
Komisi Pembimbing





(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
Ketua
) (dr. Halinda Sari Lubis, MKKK
Anggota
)




Ketua Program Studi





(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM

)
Direktur





(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc

)





Tanggal lulus: 25 Mei 2009
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Telah diuji pada
Tanggal: 25 Mei 2009
__________________________________________________________________

__






























PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE
Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK
2. Ir. Kalsum, M.Kes
3. drg. Iis Faizah Hanum, M.Kes
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


PERNYATAAN


HUBUNGAN PERILAKU, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA
DI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT UMUM
DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2009





TESIS




Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.







Banda Aceh, Maret 2009
Penulis




Liza Salawati


Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


ABSTRAK



Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik di rumah sakit merupakan pelayanan
yang perlu memperhatikan secara khusus mengenai K3RS oleh karena mempunyai
risiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan kerja. Pekerja di Laboratorium Patologi
Klinik harus selalu mempelajari dan mendeteksi setiap kemungkinan timbul risiko
kecelakaan kerja, harus senantiasa meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan dalam
mentaati peraturan dengan demikian dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan perilaku (pengetahuan,
sikap, tindakan) dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik
RSUZA Banda Aceh tahun 2009, dan menganalisis hubungan manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (pengawasan, promosi K3, pelatihan, investigasi,
pelaporan) dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik
RSUZA Banda Aceh tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
analitik yang menggunakan desain cross sectional survey, sampel pada penelitian ini
adalah seluruh pekerja Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh tahun
2009 yang berjumlah 23 orang. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat,
dan analisis bivariat dengan uji chi square.
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengetahuan, sikap, tindakan, promosi
K3, dan pelatihan memiliki nilai p <0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) kejadian kecelakaan kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009 yaitu sebesar
69,6%, (2) perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) berhubungan dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009,
(3) manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (promosi K3 dan pelatihan)
berhubungan dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik
RSUZA Banda Aceh tahun 2009, (4) pengawasan, investigasi, dan pelaporan tidak
dapat dilakukan uji statistik oleh karena belum pernah dilakukan pengawasan,
investigasi, dan pelaporan kecelakaan akibat kerja.


Kata Kunci: Perilaku, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Kecelakaan
Kerja, Laboratorium Patologi Klinik.



Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


ABSTRACT



The services of Clinical Pathology Laboratory in hospitals are services that
need to pay attention especially on the occupational health and safety due to the high
risk that it could lead. Clinical Pathology Laboratory workers must always analyze
and detect any potential risk of accident working at Clinical Pathology Laboratory,
ones should raise awareness and discipline in following the laboratory manuals to
reduce any potential risks.
This study is aimed to analyze the relationship of behavior (knowledge,
attitude, practice) and the management (supervision, promotion of occupational
health and safety, training, investigation, report) related to the accident in Clinical
Pathology Laboratory of dr. Zainoel Abidin Public Hospital of Banda Aceh in 2009.
This study was a descriptive analysis study using cross sectional survey, whereas the
samples of the survey are all of the 23 laboratory workers. The chosen analysis are
univariate analysis and bivariate analysis with chi-square test.
The result of study showed that variables of knowledge, attitude, practice,
promotion of occupational health and safety, training p value < 0,05.
The conclution of study are; (1) the accident in Clinical Pathology Laboratory
of dr. Zainoel Abidin Public Hospital of Banda Aceh in 2009 is 69,6%, (2) the
behavior (knowledge, attitude, practice) related to the accident in Clinical Pathology
Laboratory of dr. Zainoel Abidin Public Hospital Banda Aceh in 2009, (3) the
management (promotion of occupational health and safety, training) related to the
accident in Clinical Pathology Laboratory of dr. Zainoel Abidin Public Hospital
Banda Aceh in 2009, (4) the supervision, investigation, and report were not carried
out through a statistical test because did not perform supervision, investigation, and
report accident at work.


Keywords: Behavior, Management of Occupational Health and Safety, Accident At
Work, Clinical Pathology Laboratory.









Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaian tesis ini, yang berjudul Hubungan Perilaku,
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Tahun 2009.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM selaku Ketua Jurusan Program Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
3. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE sebagai Ketua Komisi Pembimbing
yang selalu bersedia meluangkan waktu dalam membimbing, memberikan
masukan dan pemikiran dengan penuh kesabaran ditengah-tengah
kesibukannya.
4. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK sebagai Anggota Komisi Pembimbing dengan
tulus ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
5. dr. Taufik Mahdi, SpOG, selaku Direktur Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh beserta staf yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam melakukan penelitian.
6. Suami tercinta Ir. Ibnu Abbas Majid, MSc dan ananda tercinta M. Zhafran, M.
Naufal, serta Siti Sarah Safira yang senantiasa memberikan dorongan,
semangat, dan mendoakan selama penulis mengikuti perkuliahan hingga
selesai pendidikan.

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


7. Ayahanda tercinta Drs. Hasbullah Tjoetgam dan ibunda tercinta Sakinah Ishaq
yang telah mendoakan dan memberikan dorongan serta perhatian kepada
penulis.
8. Pekerja Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh yang menjadi responden penelitian yang telah meluangkan waktu
dalam mengisi kuesioner penelitian.
9. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Kerja di Sekolah Pascasarjana Sumatera
Utara Angkatan 2007 yang telah banyak membantu dalam penyusunan tesis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak guna perbaikan serta penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih banyak semoga tesis ini memberikan manfaat bagi kita
semua dan mendapatkan berkah serta rahmat dari Allah SWT. Amin ya
robbalalamin.

Banda Aceh, Maret 2009
Penulis



Liza Salawati
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Banda Aceh tanggal 13 Oktober 1966, beragama Islam,
anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda Drs. Hasbullah Tjoetgam
dan Ibunda Sakinah Ishaq. Menikah dengan Ir. Ibnu Abbas Majid, MSc mempunyai 3
orang anak, dua orang putra M. Zhafran, M. Naufal dan satu putri Siti Sarah Safira,
sekarang menetap di J l. Tgk. Chik Dipineung Raya No. 15 Kampung Pineung Banda
Aceh.
Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 24 Banda Aceh lulus tahun
1979, melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 Banda Aceh
lulus tahun 1982, meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Banda
Aceh lulus tahun 1985, melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh lulus tahun 1994, selanjutnya meneruskan
pendidikan S2 di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara tahun 2007.
Riwayat pekerjaan, pertama kali ditempatkan di Rumah Sakit Umum dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh dari tahun 1994 sampai tahun 1997 sebagai Dokter PTT
(Pegawai Tidak Tetap). Tahun 1999 sampai dengan sekarang sebagai staf pengajar
di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh. Tahun
2007 sampai dengan sekarang menjalani tugas belajar di Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


DAFTAR ISI



Halaman

ABSTRAK ................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
1.2 Permasalahan ...................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 9
1.4 Hipotesis Penelitian ............................................................ 10
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 11
2.1 Definisi Kecelakaan Kerja .................................................. 11
2.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja .............................................. 12
2.3 Sebab Kecelakaan Kerja ..................................................... 16
2.4 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit ....................................................................... 19
2.5 Perilaku .............................................................................. 32
2.6 Landasan Teori ................................................................... 43
2.7 Kerangka Konsep Penelitian ............................................... 46

BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 48
3.1 Jenis Penelitian ................................................................... 48
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 48
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 48
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................. 49
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ....................................... 52
3.6 Metode Pengukuran ............................................................ 54
3.7 Metode Analisa Data........................................................... 58



Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 60
4.1 Deskripsi Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh .................................................................................. 60
4.2 Analisa Univariat ................................................................ 62
4.3 Analisa Bivariat .................................................................. 67

BAB V PEMBAHASAN ......................................................................... 72
5.1 Kecelakaan Kerja ................................................................ 72
5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja .................................................................................. 74
5.3 Hubungan Sikap dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja ...... 76
5.4 Hubungan Tindakan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja .. 78
5.5 Hubungan Promosi K3 dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja ................................................................................... 80
5.6 Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja ................................................................................... 82
5.7 Pengawasan, Investigasi, dan Pelaporan ............................... 84
5.8 Keterbatasan Penelitian ......................................................... 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 86
6.1 Kesimpulan ......................................................................... 86
6.2 Saran .................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 88



















Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


DAFTAR TABEL



Nomor Judul Halaman

3.1. Metode Pengukuran Variabel Dependen dan Independen.......... 58

4.1. Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh.........................................

63

4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Patolog Klinik RSUZA Banda Aceh..........................................

63

4.3. Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja di Bagian
Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh..................

64

4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh.........................................

65

4.5. Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh.........................................

65

4.6. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh.........................................

65

4.7. Distribusi Frekuensi Promosi K3 di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh.......................................................

66

4.8. Distribusi Frekuensi Pelatihan K3 di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh.......................................................

66

4.9. Hubungan Pengetahuan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh..............

67

4.10. Hubungan Sikap dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh..............

68

4.11. Hubungan Tindakan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh..............

69



Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


4.12. Hubungan Promosi K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh..............

70

4.13. Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh..............

71

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


DAFTAR GAMBAR



Nomor Judul Halaman

2.1. Sebab Terjadinya Kecelakaan Kerja........................................... 44

2.2. Kerangka Konsep Penelitian...................................................... 47

































Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


DAFTAR LAMPIRAN



Nomor Judul Halaman

1. Waktu Pelaksanaan Penelitian.................................................... 92

2. Kuesioner.................................................................................... 93

3. Pernyataan Menjadi Sampel....................................................... 99

4. Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner...... 100

5. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian............................................. 104

6. Master Data................................................................................. 110

7. Rekapitulasi Hasil Uji Statistik................................................... 111

8. Surat Keterangan Izin Penelitian................................................ 121

9. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Penelitian................... 122

10. Struktur Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
RSUZA Banda Aceh...................................................................

123

11. Struktur Organisasi RSUZA....................................................... 124












Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun
2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antara negara
yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk Indonesia. Untuk
mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja
Indonesia, maka telah ditetapkan visi Indonesia sehat 2010 yaitu gambaran
masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan
perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2002).
Garis-garis Besar Haluan Negara (1993), menegaskan bahwa perlindungan
tenaga kerja meliputi hak Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta jaminan
sosial tenaga kerja yang mencakup jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan
kesehatan, jaminan terhadap kecelakaan, jaminan kematian, serta syarat-syarat kerja
lainnya. Hal tersebut perlu dikembangkan secara terpadu dan bertahap dengan
mempertimbangkan dampak ekonomi dan moneter-nya, kesiapan sektor terkait,
kondisi pemberi kerja, lapangan kerja, dan kemampuan tenaga kerja. Amanat GBHN
ini menuntut dukungan dan komitmen untuk perwujudannya melalui penerapan K3.
Upaya K3 sendiri sudah diperkenalkan dengan mengacu pada peraturan perundangan
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


yang diterbitkan sebagai landasannya, di samping UU No. 1/1970 tentang
Keselamatan Kerja upaya K3 telah dimantapkan dengan UU No. 23/1992 tentang
Kesehatan yang secara eksplisit mengatur kesehatan kerja. Dalam peraturan
perundangan tersebut ditegaskan bahwa setiap tempat kerja wajib diselenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Hal itu mengatur pula sanksi hukum bila
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut (Komite K3, 1994).
Undang-Undang No. 23/1992 Pasal 23 menyatakan bahwa tempat kerja wajib
menyelengarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat kerja tersebut memiliki risiko
bahaya kesehatan yaitu mudah terjangkitnya penyakit atau mempunyai paling sedikit
10 (sepuluh) orang karyawan. Rumah sakit sebagai industri jasa termasuk dalam
kategori tersebut, sehingga wajib menerapkan upaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit (K3RS).
Upaya pembinaan K3RS dirasakan semakin mendesak mengingat adanya
beberapa perkembangan. Perkembangan tersebut antara lain dengan makin
meningkatnya pendayagunaan obat atau alat dengan risiko bahaya kesehatan tertentu
untuk tindakan diagnosis, terapi maupun rehabilitasi di sarana kesehatan, terpaparnya
tenaga kerja (tenaga medis, paramedis, dan nonmedis) di sarana kesehatan pada
lingkungan tercemar bibit penyakit yang berasal dari penderita yang berobat atau
dirawat, adanya transisi epidemiologi penyakit dan gangguan kesehatan. Hal tersebut
diikuti dengan masuknya IPTEK canggih yang menuntut tenaga kerja ahli dan
terampil. Hal ini yang tidak selalu dapat dipenuhi dengan adanya risiko terjadinya
kecelakaan kerja, untuk itu diperlukan adanya peningkatan sumber daya manusia
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


di sarana kesehatan, tidak saja untuk mengoperasikan peralatan yang semakin
canggih namun juga penting untuk menerapkan upaya K3RS (Pusat Kesehatan Kerja,
2003).
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja serta
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktifitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas (Depkes RI, 2002).
Menurut National Institute of Occupational Health and Safety (NIOSH 1974-
1976) dalam Pusat Kesehatan Kerja (2003), survey nasional yang dilakukan di 2.600
rumah sakit di USA, menginformasikan rata-rata tiap rumah sakit terdapat 68
karyawan cedera dan 6 orang sakit. Cedera tersering adalah strain dan sprain, luka
tusuk, abrasi, contusio, lacerasi, cedera punggung, luka bakar dan fraktur. Penyakit
tersering adalah gangguan pernapasan, infeksi, dermatitis dan hepatitis. Laporan
NIOSH (1985), terdapat 159 zat yang bersifat iritan untuk kulit dan mata, serta 135
bahan kimia carcinogenic, teratogenic, mutagenic yang dipergunakan di rumah sakit.
California State Departement of Industrial Relations menuliskan rata-rata kecelakaan
di rumah sakit adalah 16,8 hari kerja yang hilang per 100 karyawan karena
kecelakaan.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Menurut laporan Global Estimates Fatalities (2000) dalam Kompas (2003),
sebanyak 6.000 pekerja di seluruh dunia kehilangan nyawa mereka setiap hari, akibat
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Standar Keselamatan Kerja di Indonesia
adalah paling buruk dibandingkan dengan negara kawasan Asia Tenggara lainnya.
Selama tujuh bulan pertama tahun 2003 di Indonesia tercatat 51.528 kecelakaan kerja.
Selain itu ILO (2007) melaporkan terdapat 65.475 kasus kecelakaan kerja, di mana
1.457 orang meninggal, 5.326 orang cacat dan 58.697 orang sembuh tanpa cacat.
Badan Pusat Statistik (1998/1999) dalam Buku Sumatera Dalam Angka
melaporkan bahwa jumlah kasus kecelakaan akibat kerja pada masing-masing tahun
adalah 4.162 dan 3.846 kasus. Pada tahun 1999/2000 jumlah kasus kecelakaan akibat
kerja yang dilaporkan PT. Jamsostek Sumatera adalah 4.562 kasus. Menurut Badan
Pusat Statistik (1999/2000), jumlah kasus kecelakan kerja dalam bidang industri
meningkat dari 6.580 kasus menjadi 7.786 kasus. Pada tahun 2000/2001 PT.
Jamsostek menerima laporan kecelakaan kerja sebanyak 8.661 kasus di mana 5.940
kasus memerlukan perawatan, 2.400 kasus mengalami cacat dan 271 kasus
mengakibatkan kematian (Depkes RI, 2002).
Menurut Pulungsih (2005) selama tahun 2000 di RSUPN Cipto
Mangunkusumo tercatat 9 kecelakaan kerja beresiko terpajan HIV di kalangan
petugas kesehatan yang dilaporkan. Kejadian tersebut menimpa 7 perawat, 1 dokter,
dan 1 petugas laboratorium. Sementara di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun
2001 terjadi 1 kali kecelakaan kerja terpajan HIV pada petugas laboratorium.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Program Occupational Safety Health and Environment (OSHE) bertujuan
melindungi karyawan, pimpinan, dan masyarakat dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK), menjaga agar alat dan bahan yang
dipergunakan dalam proses kegiatan yang hasilnya dapat dipakai dan dimanfaatkan
secara benar, efisien, serta produktif. Upaya OSHE sangat besar peranannya dalam
meningkatkan produktivitas terutama mencegah segala bentuk kerugian akibat
accident. Masalah penyebab kecelakaan yang paling besar yaitu faktor manusia
karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan, kurangnya kesadaran dari direksi
dan karyawan sendiri untuk melaksanakan peraturan perundangan K3 serta masih
banyak pihak direksi menganggap upaya K3RS sebagai pengeluaran yang mubazir,
demikian juga di kalangan karyawan banyak yang menganggap remeh atau acuh tak
acuh dalam memenuhi SOP kerja. Penyebab lain adalah kondisi lingkungan seperti
dari mesin, peralatan, pesawat, dan lain sebagainya (Pusat Kesehatan Kerja, 2003).
Sarana laboratorium kesehatan merupakan suatu institusi dengan jumlah
petugas kesehatan yang cukup besar. Kegiatan di laboratorium kesehatan mempunyai
risiko untuk terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang berasal dari faktor
fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Seiring dengan kemajuan IPTEK maka risiko
yang dihadapi petugas laboratorium semakin meningkat. Pelayanan laboratorium
di rumah sakit merupakan pelayanan yang perlu memperhatikan secara khusus segi
K3RS ini karena mempunyai risiko yang lebih tinggi dan memerlukan penataan
ruangan yang khusus, peralatan yang khusus dan pengelolaan bahan berbahaya secara
khusus pula. Oleh karena itu pengelola rumah sakit perlu mengetahui secara rinci
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


berbagai hal yang berkaitan dengan K3RS agar dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang sebaik-baiknya (PMK Perdhaki, 2000).
Laboratorium umumnya digunakan untuk berbagai kegiatan, misalnya
praktikum, penelitian, dan kegiatan pengujian dan/atau kalibrasi. Oleh karena dalam
laboratorium melibatkan banyak orang, maka risiko bahaya kerja di laboratorium juga
dapat melibatkan banyak orang, sehingga semua yang terlibat di laboratorium harus
memiliki pengetahuan yang cukup tentang keselamatan dan kesehatan kerja
di laboratorium. Masalah keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium diberikan
perhatian dan penekanan yang cukup sejalan dengan pelaksanaan kegitan pendidikan,
penelitian dan analisis. Perlu kiranya terus diupayakan pemberian informasi yang
jelas, terperinci dan menyeluruh tentang bahaya di laboratorium serta berupaya
menciptakan keselamatan kerja di laboratorium (Hartati, 2006).
Pekerja di laboratorium harus selalu mempelajari dan mendeteksi setiap
kemungkinan timbul risiko kecelakaan di laboratorium, harus senantiasa
meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan dalam mentaati peraturan. Dengan
demikian dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi. Hendaklah disadari bahwa
kecelakaan dapat berakibat kepada dirinya maupun orang lain serta lingkungannya.
Para pekerja laboratorium juga diharapkan terus meningkatkan pengetahuannya
tentang sifat-sifat bahan dan teknik percobaan serta pengoperasian peralatan
sebagaimana seharusnya. Kemampuan untuk mengendalikan bahaya kecelakaan
di laboratorium memungkinkan para pekerja dapat menciptakan sendiri suasana yang
aman dan nyaman dalam bekerja sehingga dapat bekerja dan berkarya secara
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


maksimal. Beberapa penyebab kecelakaan di laboratorium dapat bersumber dari sikap
dan tingkah laku para pekerja, keadaan yang tidak aman, dan kurangnya pengawasan
dari pengawas (Hartati, 2006).
Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh merupakan
Rumah Sakit Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dengan adanya Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) maka menjadi rumah sakit kelas B
Pendidikan dan rumah sakit rujukan untuk Provinsi NAD, sebagai rumah sakit
pendidikan bagi siswa, mahasiswa kesehatan, sarjana kedokteran, pembinaan
program dokter spesialis (Laporan Tahunan Balai Pelayanan Kesehatan RSUZA,
2006).
Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh mempunyai 12
pelayanan yaitu: 1) Administrasi/Manajemen Umum; 2) Pelayanan Keperawatan;
3) Pelayanan Medis; 4) Pelayanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja; 5) Pelayanan
Bedah Sentral; 6) Pelayanan Gawat Darurat; 7) Pelayanan Laboratorium;
8) Pelayanan Farmasi; 9) Pelayanan Infeksi Nosokomial; 10) Pelayanan Resiko
Tinggi (Ibu dan Anak); 11) Pelayanan Radiologi; 12) Pelayanan Rekam Medik
(Laporan Tahunan Balai Pelayanan Kesehatan RSUZA, 2006).
Hasil survey pendahuluan di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda
Aceh diperoleh informasi dari salah seorang pekerja yang telah bekerja 15 tahun
di laboratorium tersebut menginformasikan bahwa sebelum peristiwa Tsunami tahun
2004 mereka bekerja tanpa menggunakan sarung tangan karet (hand scund) karena
tidak disediakan oleh RSUZA sehingga mereka yang bekerja di laboratorium tersebut
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


sering tertusuk oleh jarum suntik saat mengambil sampel darah pasien ataupun saat
menutup kembali jarum suntik selesai mengambil sampel darah pasien. Merekapun
sering terkena pecahan tabung reaksi, pecahan objek gelas saat bekerja, menurut
mereka kejadian tersebut merupakan hal yang biasa saja dan tidak pernah dilaporkan
kepada kepala laboratorium. Setelah peristiwa Tsunami tahun 2004 mereka bekerja
memakai hand scund karena saat itu ada bantuan dari salah satu rumah sakit dari
Jerman, walaupun sudah disediakan hand scund sampai dengan sekarang ini masih
ada pekerja Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh yang bekerja tidak
menggunakan hand scund dengan alasan Badan Pelayanan Kesehatan (BPK) RSUZA
Banda Aceh tidak cukup memberikan hand scund (tidak sesuai dengan jumlah
amprahan) ke Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh dan alasan lain
adalah repot dan malas menggunakannya.
Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin (RSUZA) Banda Aceh merupakan pelayanan yang perlu memperhatikan
secara khusus segi K3RS karena mempunyai risiko terjadinya kecelakaan kerja yang
tinggi sehingga memerlukan penataan ruangan yang khusus, peralatan yang khusus,
dan pengelolaan bahan yang berbahaya secara khusus pula, oleh karena itu pengelola
RSUZA perlu mengetahui secara rinci berbagai hubungan dengan K3RS sehingga
dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan
kesehatan tidak dapat dikatakan bermutu apabila tidak memperhatikan K3RS.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian tentang Hubungan
Perilaku, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan terjadinya
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Kecelakaan Kerja di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum dr. Zainoel
Abidin (RSUZA) Banda Aceh.

1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti ingin mengetahui:
1. Apakah ada hubungan perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit
Umum dr. Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh?
2. Apakah ada hubungan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(pengawasan, promosi K3, pelatihan, investigasi, pelaporan) dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit
Umum dr. Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh?

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan pada penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis hubungan perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda
Aceh.
2. Untuk menganalisis hubungan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(pengawasan, promosi K3, pelatihan, investigasi, pelaporan) dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda
Aceh.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Terdapat hubungan antara perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda
Aceh.
2. Terdapat hubungan antara manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(pengawasan, promosi K3, pelatihan, investigasi, pelaporan) dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda
Aceh.

1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Hasil penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi instansi terkait dalam
meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja terutama bagi pekerja
Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh dari risiko kecelakaan
akibat kerja.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap kemajuan
ilmu pengetahuan dan bagi peneliti-peneliti lainnya yang hendak meneliti
masalah ini di masa yang akan datang.

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang
paling ringan sampai kepada yang paling berat (Pusat Kesehatan Kerja, 2008).
Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam Shariff (2007), kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan yang mengakibatkan kematian,
luka-luka, kerusakan harta benda atau kerugian waktu.
Definisi Kecelakaan akibat kerja menurut Suma`mur (1987) adalah
kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja
disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada
waktu melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini kecelakaan adalah akibat
langsung pekerjaan atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia dan faktor fisik.
Faktor manusia yang tidak memenuhi keselamatan misalnya kelengahan,
kecerobohan, mengantuk, kelelahan, dan sebagainya, sedangkan kondisi-kondisi
lingkungan yang tidak aman misalnya lantai licin, pencahayaan kurang, silau, mesin
terbuka, dan sebagainya (Notoadmodjo, 1997).


Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


2.2. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Klasifikasi kecelakaan kerja menurut Organisasi Perburuhan Internasional
(ILO, 1962) dalam Suma`mur (1987) adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a. Terjatuh.
b. Tertimpa benda jatuh.
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.
d. Terjepit oleh benda.
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.
f. Pengaruh suhu tinggi.
g. Terkena arus listrik.
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
i. Jenis-jenis lain termasuk kecelakaan yang belum masuk klasifikasi tersebut.
2. Klasifikasi menurut penyebab
a. Mesin.
1) Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik.
2) Mesin penyalur.
3) Mesin-mesin untuk mengerjakan logam.
4) Mesin-mesin pengolah kayu.
5) Mesin-mesin pertanian.
6) Mesin-mesin pertambangan.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


7) Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut.
b. Alat angkat dan angkut
1) Mesin angkat dan peralatannya.
2) Alat angkutan di atas rel.
3) Alat angkutan yang beroda kecuali kereta api.
4) Alat angkutan udara.
5) Alat angkutan air.
6) Alat-alat angkutan lain.
c. Peralatan lain
1) Bejana bertekanan.
2) Dapur pembakar dan pemanas.
3) Instalasi pendingin.
4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat listrik
(tangan).
5) Alat-alat listrik (tangan).
6) Alat-alat kerja dan perlengkapannya kecuali alat-alat listrik.
7) Tangga.
8) Perancah.
9) Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
5) Bahan peledak.
6) Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


7) Benda-benda melayang.
8) Radiasi.
9) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.
e. Lingkungan kerja
1) Di luar bangunan.
2) Di bangunan.
3) Di bawah tanah.
f. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan-golongan tersebut
1) Hewan.
2) Penyebab lain.
g. Penyebab-penyebab yang belum termasuk golongan tersebut atau data tidak
memadai.
3. Kasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
a. Patah tulang.
b. Dislokasi.
c. Renggang otot/urat.
d. Memar dan luka dalam yang lain.
e. Amputasi.
f. Luka-luka lain.
g. Gegar dan remuk.
h. Luka baker.
i. Luka dipermukaan.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


j. Keracunan akut.
k. Akibat cuaca dan lain-lain.
l. Mati lemas.
m. Pengaruh arus listrik.
n. Pengaruh radiasi.
o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.
p. Lain-lain.
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh
a. Kepala.
b. Leher.
c. Badan.
d. Anggota gerak atas.
e. Anggota gerak bawah.
f. Banyak tempat.
g. Kelainan umum.
h. Letak lain yang tidak dapat dimasukkan kedalam klasifikasi tersebut.
Jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan jumlah dan
macam kecelakaan, demikian pula jumlah dan macam kecelakaan diberbagai
kesatuan operasi dalam suatu proses, seterusnya pada berbagai pekerjaan yang
tergolong kepada suatu kesatuan operasi (Suma`mur, 1996).


Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


2.3 Sebab Kecelakaan Kerja
Menurut Matondang (2007) penyebab kecelakaan kerja di berbagai negara
tidak sama, namun ada kesamaan umum yaitu kecelakaan kerja disebabkan oleh:
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition)
a. Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain.
b. Lingkungan kerja.
c. Proses kerja.
d. Sifat pekerjaan.
e. Cara Kerja.
2. Perbuatan berbahaya (unsafe action) dari manusia
a. Sikap dan tingkah laku yang tidak baik.
b. Kurang pengetahuan dan ketrampilan.
c. Cacat tubuh yang tidak terlihat.
d. Keletihan dan kelesuan.
Tresnaningsih (2007) mengemukakan beberapa contoh kecelakaan yang
banyak terjadi di laboratorium:
1. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi
di laboratorium. Terpeleset biasanya karena lantai licin, akibat: ringan (memar),
berat (fraktura, dislokasi, memar otak, dll).
Pencegahan:
a. Pakai sepatu anti slip.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


b. Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar.
c. Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau
tidak rata konstruksinya.
d. Pemeliharaan lantai dan tangga.
2. Cedera pada punggung oleh karena mengangkat beban yang cukup berat,
terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi.
Pencegahan:
a. Beban jangan terlalu berat.
b. Jangan berdiri terlalu jauh dari beban.
c. Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah
tungkai bawah sambil berjongkok.
d. Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
3. Tertusuk jarum suntik saat mengambil sampel darah/cairan tubuh lainnya.
Akibatnya tertular virus HIV, Hepatitis B.
Pencegahan:
a. Gunakan alat suntik sekali pakai.
b. Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi
langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan
destruction clip).
c. Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup.
4. Terjadi kebakaran yang bersumber dari bahan kimia, kompor, bahan desinfektan
yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang
mudah terbakar dan panas. Akibat: luka bakar dari ringan sampai berat bahkan
kematian dan timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahan:
a. Konstruksi bangunan yang tahan api.
b. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar.
c. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran.
d. Sistem tanda kebakaran:
1) Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan
segera.
2) Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara
otomatis.
3) Jalan untuk menyelamatkan diri.
4) Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
5) Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas (Depkes RI, 2008).



Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


2.3. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit adalah suatu
proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di RS (Rumah Sakit). Upaya K3RS
menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja (Kepmenkes RI, 2007).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23
dinyatakan bahwa upaya K3 harus diselenggarakan di semua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. J ika
memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa rumah sakit termasuk
ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang
bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah
sakit. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola rumah sakit menerapkan
upaya-upaya K3RS (Kepmenkes RI, 2007).
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Menurut Kepmenkes RI (2007) agar penyelenggaraan K3RS lebih efektif,
efisien dan terpadu, diperlukan sebuah pedoman manajemen K3RS, baik bagi
pengelola maupun karyawan RS, yang bertujuan terciptanya cara kerja,
lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan karyawan rumah sakit. Adapun manfaat K3RS adalah sebagai
berikut:
1. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu pelayanan.
b. Mempertahankan kelangsungan operasional rumah sakit.
c. Meningkatkan citra rumah sakit.
2. Bagi karyawan rumah sakit
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
3. Bagi pasien dan pengunjung
a. Mutu layanan yang baik.
b. Kepuasan pasien dan pengunjung.
2.4.1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemerintah menyadari bahwa penerapan masalah K3 tidak dapat
diselesaikan dengan pengawasan saja. Rumah sakit perlu berpartisipasi aktif
dalam penanganan masalah K3 dengan menyediakan perencanaan yang baik,
yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


(SMK3). SMK3 ini merupakan tindakan nyata yang berkaitan dengan usaha yang
dilakukan oleh seluruh tingkat manajemen dalam suatu organisasi dan dalam
pelaksanaan pekerjaan, agar seluruh pekerja dapat terlatih dan termotivasi untuk
melaksanakan program K3 sekaligus bekerja dengan lebih produktif (Kepmenkes
RI, 2007).
UU Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 1996 Pasal 3 mewajibkan setiap
perusahaan yang memiliki lebih dari 100 pekerja, atau kurang dari 100 pekerja
tetapi dengan tempat kerja yang berisiko tinggi, untuk mengembangkan SMK3
dan menerapkannya di tempat kerja. SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian
dari sistem manajemen suatu perusahaan secara keseluruhan. SMK3 mencakup
hal-hal berikut: struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan
penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif
(Kepmenkes RI, 2007).
Kementrian Tenaga Kerja juga menunjuk tenaga-tenaga
inspektor/pengawas untuk memeriksa perusahaan-perusahaan dalam menerapkan
aturan mengenai SMK3. Para tenaga pengawas perlu melalukan audit paling tidak
satu kali dalam tiga tahun (Wirahadikesumah, 2007).
2.4.2. Komitmen dan Kebijakan
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Menurut Kepmenkes RI (2007) komitmen diwujudkan dalam bentuk
kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh
karyawan rumah sakit. Manajemen rumah sakit mengidentifikasi dan menyediakan
semua sumber daya esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana untuk
terlaksananya program K3RS. Kebijakan K3RS diwujudkan dalam bentuk wadah
K3RS dalam struktur organisasi rumah sakit. Untuk melaksanakan komitmen dan
kebijakan K3RS, perlu disusun strategi antara lain:
a. Advokasi sosialisasi program K3RS.
b. Menetapkan tujuan yang jelas.
c. Organisasi dan penugasan yang jelas.
d. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3RS pada setiap unit kerja
di lingkungan rumah sakit.
e. Sumberdaya yang harus didukung oleh manajemen puncak.
f. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif.
g. Membuat program kerja K3RS yang mengutamakan upaya peningkatan dan
pencegahan.
h. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.
2.4.3. Perencanaan
Rumah sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai
keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat
diukur. Perencanaan K3RS dapat mengacu pada standar Sistem Manajemen K3RS
diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan SMK3 (Kepmenkes RI, 2007).
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Perencanaan meliputi:
a. Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko
Identifikasi sumber bahaya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
Sumber bahaya yang ada di RS harus diidentifikasi dan dinilai untuk
menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan PAK.
Penilaian faktor risiko adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko
dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko
kesehatan dan keselamatan. Pengendalian faktor risiko dilaksanakan melalui 4
tingkatan pengendalian risiko yakni: 1) menghilangkan bahaya, 2) menggantikan
sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah/tidak
ada (engineering/rekayasa), 3) administrasi, 4) alat pelindung diri (APD).
b. Membuat peraturan
Rumah sakit harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar
operasional prosedur (SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan
mengenai K3 lainnya yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, diperbaharui dan harus
dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.
c. Tujuan dan sasaran
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Rumah sakit harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan,
bahaya potensial dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/indikator pengukuran,
sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian.
d. Indikator kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang
sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 rumah
sakit.
e. Program K3
Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan program K3RS, untuk
mencapai sasaran harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.
2.4.4. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen
dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam
pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang
jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,
bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana
K3RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3
di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab
timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya
dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan
dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk
menilai sejauhmana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya
(Kepmenkes RI, 2007).
Tugas dan fungsi organisasi/unit pelaksana K3RS menurut Kepmenkes RI
(2007) adalah sebagai berikut:
1. Tugas pokok
a. Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur rumah sakit mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan K3.
b. Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan
prosedur.
c. Membuat program K3RS.
2. Fungsi
a. Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan
yang berhubungan dengan K3.
b. Membantu direktur rumah sakit mengadakan dan meningkatkan upaya promosi
K3, pelatihan dan penelitian K3.
c. Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3.
d. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif.
e. Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS.
f. Memberi nasehat tentang manajemen K3 di tempat kerja, kontrol bahaya,
mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan.
g. Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan sesuai
kegiatannya.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


h. Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru, pembangunan
gedung dan proses.
Menurut Kepmenkes RI (2007) Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah
direktur dan bukan merupakan kerja rangkap. Model organisasi K3RS adalah sebagai
berikut:


a. Model 1
Merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung jawab kepada direktur
rumah sakit, bentuk organisasi K3RS merupakan organisasi struktural yang
terintegrasi ke dalam komite yang ada di RS dan disesuaikan dengan kondisi/
kelas masing masing RS, misalnya Komite Medis/Nosokomial.
b. Model 2
Merupakan unit organisasi fungsional (non struktural), bertanggung jawab
langsung ke direktur rumah sakit. Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3
RS, yang dibantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh unit kerja di rumah
sakit.
Keanggotaan:
1. Organisasi/unit pelaksana K3RS beranggotakan unsur-unsur dari petugas dan
jajaran direksi RS.
2. Organisasi/unit pelaksana K3RS terdiri dari sekurang-kurangnya Ketua,
Sekretaris dan anggota. Organisasi/unit pelaksana K3RS dipimpin oleh ketua.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


3. Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta anggota.
4. Ketua organisasi/unit pelaksana K3RS sebaiknya adalah salah satu
manajemen tertinggi di rumah sakit atau sekurang-kurangnya manajemen
di bawah langsung direktur rumah sakit.
5. Sedang sekretaris organisasi/unit pelaksana K3RS adalah seorang tenaga
profesional K3RS, yaitu manajer K3RS atau ahli K3.
Ketua organisasi/unit pelaksana K3RS memimpin dan mengkoordinasikan
kegiatan organisasi/unit pelaksana K3RS. Sekretaris organisasi/unit pelaksana K3RS
memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan
keputusan organisasi/unit pelaksana K3RS. Anggota organisasi/unit pelaksana K3
RS mengikuti rapat organisasi/unit pelaksana K3RS dan melakukan pembahasan atas
persoalan yang diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
organisasi/unit pelaksana K3RS (Kepmenkes RI, 2007).
Organisasi/unit pelaksana K3RS agar dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya mengumpulkan data dan informasi mengenai pelaksanaan K3RS. Sumber
data antara lain: 1) dari bagian personalia meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa
keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit dan perawatan rumah sakit
khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan; 2) dari tempat pengobatan
rumah sakit sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K dan tindakan medik karena
kecelakaan, rujukan ke rumah sakit bila perlu pengobatan lanjutan dan lama
perawatan dan lama berobat; 3) dari bagian teknik bisa didapat data kerusakan akibat
kecelakaan dan biaya perbaikan; 4) dari hasil monitoring tempat kerja dan lingkungan
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


kerja rumah sakit, terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya potensial baik
yang berasal dari kondisi berbahaya maupun tindakan berbahaya; 5) dari bagian K3
berupa laporan pelaksanaan K3 dan analisisnya (Kepmenkes RI, 2007).
Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3RS, untuk
menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif maupun tindakan
preventif. Hasil rumusan disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada direktur RS.
Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari organisasi/satuan pelaksana K3RS serta
alternatif-alternatif pilihan serta perkiraan hasil/konsekuensi setiap pilihan
(Kepmenkes RI, 2007).
Organisasi/unit pelaksana K3RS membantu melakukan upaya promosi
di lingkungan rumah sakit baik pada petugas, pasien maupun pengunjung, yaitu
mengenai segala upaya pencegahan KAK dan PAK di rumah sakit. Juga bisa
diadakan lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau unit kerja yang ada di lingkungan
kerja rumah sakit, dan yang terbaik atau terbagus pelaksanaan dan penerapan K3 nya
mendapat reward dari direktur rumah sakit (Kepmenkes RI, 2007).
2.4.5. Langkah-langkah Penyelenggaraan
Menurut Kepmenkes RI (2007) untuk memudahkan penyelenggaraan K3RS,
maka perlu langkah-langkah penerapannya, yaitu:
a. Tahap persiapan
1) Menyatakan komitmen
Komitmen harus dimulai dari direktur utama/direktur rumah sakit (manajemen
puncak). Pernyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak hanya dalam kata-
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


kata, tetapi juga harus dengan tindakan nyata, agar dapat diketahui, dipelajari,
dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas rumah sakit.
2) Menetapkan cara penerapan K3RS
Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa meggunakan jasa konsultan jika
rumah sakit memiliki personil yang cukup mampu untuk mengorganisasikan dan
mengarahkan orang.
3) Pembentukan organisasi/unit pelaksana K3RS
4) Membentuk kelompok kerja penerapan K3
Anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil dari setiap unit
kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab dan tugas anggota
kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai kualifikasi dan jumlah
anggota kelompok kerja disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.
5) Menetapkan sumber daya yang diperlukan
Sumber daya di sini mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan
dana.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Penyuluhan K3 ke semua petugas rumah sakit
2) Pelatihan K3
Pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di dalam
organisasi rumah sakit. Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu
agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk
akhir dari pelatihan.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


3) Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya
a). Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus).
b). Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.
c). Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat.
d). Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan.
e). Pengobatan pekerja yang menderita sakit.
f). Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada.
g). Melaksanakan biological monitoring.
h). Melaksanakan surveilans kesehatan pekerja.
c. Tahap pemantauan dan Evaluasi
Menurut UU Ketenagakerjaan dalam Wirahadikesumah (2007) aspek
pengawasan ketenagakerjaan termasuk masalah K3 dilakukan oleh pegawai
pengawas ketenagakerjaan yang harus memiliki kompetensi dan independensi.
Subdinas Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai tugas menyusun pedoman
dan petunjuk teknis penyelenggaraan pengawasan ketenagakerjaan dan
perlindungan tenaga kerja, melaksanakan pembinaan dan pengawasan norma
kerja, penyelenggaraan fasilitas dan lembaga kesejahteraan pekerja, norma
keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan kerja dan jaminan sosial tenaga
kerja. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Subdinas
Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai fungsi:
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


a. Pembinaan dan pengawasan norma kerja, penyelenggaraan fasilitas dan lembaga
kesejahteraan pekerja serta norma jaminan sosial tenaga kerja.
b. Pembinaan dan pengawasan norma keselamatan kerja.
c. Pembinaan dan pengawasan norma kesehatan dan lingkungan kerja.
Subdinas Pengawasan Ketenagakerjaan terdiri dari:
a. Seksi Pengawasan Norma Kerja.
b. Seksi Pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
c. Seksi Pengawasan Lingkungan Kerja.
Pegawai pengawas perlu merasa bebas dari pengaruh berbagai pihak
dalam mengambil keputusan, di samping itu unit kerja pengawasan
ketenagakerjaan baik pada pemerintah provinsi maupun pemerintah
kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan kepada
Menteri Tenaga Kerja. Pegawai pengawasan ketenagakerjaan dalam
melaksanakan tugasnya wajib merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya
patut dirahasiakan dan tidak menyalah gunakan kewenangannya
(Wirahadikesumah, 2007).
Menurut Kepmenkes RI (2007) pemantauan dan evaluasi K3RS adalah salah
satu fungsi manajemen K3RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk
mengetahui dan menilai sampai sejauhmana proses kegiatan K3RS itu berjalan, dan
mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3RS
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemantauan dan evaluasi meliputi:
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan rumah sakit
1) Pencatatan dan pelaporan K3.
2) Pencatatan semua kegiatan K3.
3) Pencatatan dan pelaporan KAK.
4) Pencatatan dan pelaporan PAK.
b. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara umum
dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3RS dilakukan secara berkala, terutama
oleh petugas K3RS sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini
mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun
pemeriksaan terhadap pekerja berisiko seperti biological monitoring (pemantauan
secara biologis).
c. Melaksanakan audit K3
Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,
karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Tujuan audit K3:
1) Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.
2) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan.
3) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta
pengembangan mutu. Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan
dari audit, identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


puncak. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara
berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam
pencapaian kebijakan dan tujuan K3.

2.5. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada
hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

2.5.1. Perilaku Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.:
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintenance)
Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit. Perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek:
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu
dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu
orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang
seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanan dan minuman dapat memelihara
dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman
dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat
mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap
makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Perilaku ini sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking
behavior) yang menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mecari pengobatan keluar negeri.
3. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya (Notoatmodjo, 2003).
Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) membuat klasifikasi lain tentang
perilaku kesehatan, yaitu:
a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya
atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya.
b. Perilaku sakit (illness behavior).
Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup
hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).
Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang
lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang
sakit (the sick role).
2.5.2. Domain Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2003) meskipun perilaku adalah bentuk respon atau
reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam
memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari
orang yang bersangkutan. Meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun
respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan,
yang besifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin, dan sebagainya.
b Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah
merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil
bersama atau resultance antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai
bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007)
membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni:
a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor). Dalam
perkembangannya, teori Bloom dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan, yakni:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
a. Proses Adopsi Perilaku
Penerimaan suatu inovasi biasanya seseorang melalui sejumlah tahapan yang
disebut tahapan putusan inovasi (Rogers dan Everett, 1983) yaitu:
1) Tahapan pengetahuan, dalam tahap ini seseorang sadar dan tahu adanya
inovasi.
2) Tahap bujukan, yaitu seseorang sedang mempertimbangkan atau sedang
membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya.
3) Tahap putusan, dalam tahap ini seseorang membuat putusan menerima atau
menolak inovasi tersebut.
4) Tahap implementasi, dalam tahap ini seseorang melaksanakan keputusan yang
telah dibuatnya.
5) Tahap pemastian, yaitu di mana seseorang memastikan atau
mengkonfirmasikan putusan yang telah diambilnya itu.
Penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut
akan berlangsung lama (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari
oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
b. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


kognitif, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan
dan sebagainya.
2). Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3). Aplikasi (Aplicatiori)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan seabgai aplikasi atau penggunaan hukutn-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4). Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5). Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6). Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka
atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
(Notoatmodjo, 2003).
a. Komponen Pokok Sikap
Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (1993), sikap mempunyai 3
komponen pokok, yaitu:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan
emosi memegang peranan penting.
b. Berbagai Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (1993) pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan:
1). Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2). Merespon (responding)
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3). Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


4). Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
c. Praktek atau Tindakan (Practice)
Menurut Notoatmodjo (2003) suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara
lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan
(support) dari pihak lain. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan:
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat petama.
2. Respon terpimpin (guided response)
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek
tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan.
Tresnaningsih (2007) menyatakan bahwa tidak mungkin
menghilangkan kecelakaan kerja hanya dengan mengurangi keadaan yang tidak
aman, karena pelaku kecelakaan kerja adalah manusia. Para ahli belum dapat
menemukan cara yang benar-benar jitu untuk menghilangkan tidakan karyawan
yang tidak aman. Tindakan-tindakan tersebut seperti:
1. Melempar atau membuang material.
2. Mengoperasikan dan bekerja pada kecepatan yang tidak aman, apakah itu terlalu
cepat ataupun terlalu lambat.
3. Membuat peralatan keselamatan dan keamanan tidak beroperasi dengan cara
memindahkan, mengubah setting, atau memasangi kembali.
4. Memakai peralatan yang tidak aman atau menggunakannya secara tidak aman.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


5. Menggunakan prosedur yang tidak aman saat mengisi, menempatkan,
mencampur, dan mengkombinasikan material.
6. Pada posisi tidak aman di bawah muatan yang tergantung. Menaikkan lift dengan
cara yang tidak benar.
7. Pikiran kacau, gangguan penyalahgunaan, kaget, dan tisar lain.
Tindakan-tindakan seperti ini dapat menyebabkan usaha perusahaan atau
tempat kerja meminimalkan kondisi kerja yang tidak aman menjadi sia-sia. Oleh
karena itu kita harus mengidentifikasi penyebab tindakan-tindakan di atas. Hal-
hal berikut ini dapat dipakai sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi tindakan-
tindakan di atas: karakteristik pribadi karyawan, karyawan yang mudah
mengalami kecelakaan (accident prone), daya penglihatan karyawan, usia
karyawan, persepsi dan ketrampilan gerak karyawan, minat karyawan
(Tresnsihaningsih, 2007).

2.6. Landasan Teori
Pembicaraan mengenai konsep penyebab incident bertalian dengan runutan
sejarah perkembangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dari permulaan hingga
saat ini. Secara keseluruhan model/konsep tentang penyebab kecelakaan berkembang
hingga yang paling akhir dewasa ini diterapkan, tapi kemudian pada titik tertentu
berbalik pada konsep awal/dasar seperti sebuah mode. Seperti kita ketahui trend yang
saat ini dominan, banyak diterapkan terutama di perusahaan-perusahaan besar
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


di samping menjadi tuntutan global dan memang telah disepakati/diakui baik oleh
para ahli maupun praktisi K3 di perusahaan-perusahaan bahwa muara/diagnosis akhir
terjadinya kecelakaan sekaligus terapi awal upaya pencegahan kecelakaan adalah
manajemen sebagai sebuah sistem. Namun, pada bahasan/titik tertentu akan kembali
pada konsep awal seperti yang dikemukakan oleh H.W. Heinrich dengan dominasi
human error/unsafe action atau kembali ke perilaku manusia. Hal lain yang menonjol
adalah terdapatnya fenomen gunung es (ice berg) pada accident cost, angka kejadian
incident serta sebab-sebab yang menyertai munculnya incident (Riyadi, 2007).
International Loss Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 yang dipelopori
oleh Frank E. Bird mengemukakan teori Loss Caution Model yang menyatakan
bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang penyebab terjadinya kecelakaan.
Teori yang dikemukakan Frank E. Bird pada dasarnya merupakan penyempurnaan
dari yang ditemukan H.W. Heinrich. Frank E. Bird menggambarkan cara berfikir
modern terjadinya kecelakaan/banyak dipergunakan sebagai landasan berfikir untuk
pencegahan terjadinya kecelakaan (Riyadi, 2007).
Model yang dikemukakan Frank E. Bird dan George L. Germain dalam
Riyadi (2007) adalah seperti gambar di bawah ini:

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.



Sumber: The "Practical Loss Control Leadership" by Frank E. Bird, Jr. and George L.
Germain. Copyright International Loss Control Institute, Inc. 1985. Revised
edition, 1990. Now part of DNV Training, USA.

Gambar 2.1. Sebab Terjadinya Kecelakaan Kerja

Menurut Frank E. Bird (pakar ilmu keselamatan) dalam Riyadi (2007)
mengemukakan teori penyebab kecelakaan sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Organisasi.
b. Pimpinan.
c. Pengawasan/Controlling.

2. Sebab-sebab utama
a. Human factor (Faktor manusia):
1) Pengetahuan kurang.
2) Motivasi kurang.
3) Keterampilan kurang.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


4) Problem/stress fisik atau mental.
5) Kemampuan yang tidak cukup secara fisik dan mental.
b. Job factor (Faktor pekerjaan)
1) Standar mutu pekerjaan yang tidak memadai.
2) Desaign dan maintenance yang tidak baik.
3) Pemakaian yang tidak normal dan lain-lain.
3. Penyebab langsung
a. Tindakan yang tidak aman.
b. Keadaan kerja yang tidak aman.
4. Incident (peristiwa)
Terjadinya kontak dengan sumber energi (energi kinetik, elektrik, akustik,
panas, radiasi, kimia dan lain-lain) yang melebihi nilai ambang batas kemampuan
badan atau struktur, misalnya beban berlebih, kontak sumber energi berbahaya.
5. Loss (kerugian)
Kehilangan manusia, harta benda, proses produksi dan image pada
perusahaan. Biaya yang ditanggung dari kejadian kecelakaan seperti fenomena
gunung es. Dalam Loss Caution Model terlihat bahwa kehilangan (loss) apa saja
terjadi karena akibat dari ketidakseimbangan yang dialami oleh sesuatu.
Ketidakseimbangan terjadi karena ada sesuatu kejadian yang tidak normal karena
adanya sebab-sebab langsung, kemudian kalau ditelusuri ada sebab-sebab dasarnya
yang datang dari kontrol yang lemah.
Setiap kecelakaan mempunyai tipe dan tingkatan yang sangat bervariasi
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


tergantung dari bagaimana dan di mana kejadian itu terjadi. Besar kecilnya kerugian
yang dialami akibat dari suatu kecelakaan akan sangat tergantung dari sebab-sebab
yang ada. Kalau dikategorikan tentang variasi kecelakaan mulai dari seseorang
tergores jari tangan sampai musnahnya suatu kilang serta korban manusia dalam
jumlah besar. Banyak sudah contoh kecelakaan yang dialami industri besar di dunia
ini sehingga menderita kerugian yang cukup besar pula meliputi material, mesin,
manusia dan lingkungan sekitarnya (Riyadi, 2007).

2.7. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin
diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan landasan teori dan tujuan penelitian, peneliti dapat merumuskan
kerangka konsep penelitian seperti pada gambar di bawah ini. Variabel dependen
pada penelitian ini adalah kecelakaan kerja sedangkan Variabel independen adalah
perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan), manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(pengawasan, promosi K3, pelatihan, investigasi dan pelaporan).






Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Variabel Independen





Variabel Dependen








Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian





Kecelakaan Kerja

Perilaku:
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan


Manajemen K3:
- Pengawasan
- Promosi K3
- Pelatihan
- Investigasi
- Pelaporan



Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


BAB III
METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan
desain cross sectional survey yaitu pengumpulan data pada suatu saat (point time
approach) untuk menganalisis hubungan antara perilaku, manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan di Instalasi Laboratorium Patologi Klinik RSUZA
Banda Aceh.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 7 (tujuh) bulan yaitu pada bulan Oktober
2008 sampai dengan Mei 2009.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009 yaitu berjumlah 23 orang.

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


3.3.1. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pekerja Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009 yang dibatasi dengan kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Pekerja yang bekerja di bagian Hematologi, Mikrobiologi Klinik, Serologi,
Urinalisa, Ruang Sampel, dan Kimia Klinik Laboratorium Patologi Klinik
RSUZA Banda Aceh.
b. Bersedia menjadi sampel penelitian.
2. Kriteria Eksklusi
Pekerja Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh yang cuti.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara total populasi,
setelah disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi diperoleh 23 sampel pada
penelitian ini.

3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Sumber Data
a. Data primer (kecelakaan kerja, pengetahuan, sikap, promosi K3, dan
pelatihan) diperoleh langsung dari pekerja Laboratorium Patologi Klinik
RSUZA Banda Aceh yang telah terpilih dan ditetapkan sebagai sampel
penelitian melalui penyebaran kuesioner.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


b. Data sekunder (pengawasan, investigasi, dan pelaporan) diperoleh dari
bagian K3 RSUZA Banda Aceh.
c. Observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap tindakan pekerja
Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh.
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk variabel kecelakaan kerja, pengetahuan, sikap,
promosi K3, dan pelatihan dilakukan dengan menggunakan angket (kuesioner) yang
diberikan kepada pekerja Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh yang
telah terpilih dan ditetapkan sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data untuk
variabel tindakan dilakukan dengan observasi terstruktur yang berpedoman pada
angket (kuesioner). Pengumpulan data untuk variabel pengawasan, investigasi, dan
pelaporan, data diambil dari bagian K3 RSUZA Banda Aceh.
3.4.3. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh
peneliti untuk mengetahui kecelakaan kerja, pengetahuan, sikap, tindakan, promosi
K3, dan pelatihan.
3.4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Sebelum data dikumpulkan terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen yang
bertujuan untuk memastikan bahwa alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian
ini memiliki validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan pada bulan Januari 2009
terhadap 10 orang pekerja Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Kesdam Banda
Aceh.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Menurut Sugiyono (2007) untuk melihat apakah instrumen tersebut valid atau
tidak valid dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment (r), dengan
ketentuan:
a. J ika nilai r hitung >r tabel maka dinyatakan valid.
b. J ika nilai r hitung <r tabel maka dinyatakan tidak valid.
Untuk melihat reliabilitas instrumen digunakan rumus koefisien Cronbachs
Alpha (Sugiyono, 2007) dengan kriteria keputusan:
a. J ika nilai r alpha >r tabel maka reliabel.
b. J ika nilai r alpha <r tabel maka tidak reliabel.
a. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan pada suatu
angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh angket tersebut
(Sugiyono, 2007).
Hasil uji validitas kuesioner terhadap 8 item pertanyaan kecelakaan kerja, 28
item pertanyaan perilaku, 8 item pertanyaan promosi K3, dan 2 item pertanyaan
pelatihan semuanya mempunyai nilai r hitung berada di atas nilai r tabel (0,632) pada
tingkat kemaknaan 5%, maka semua item pertanyaan (46 butir) adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu kewaktu (Sugiyono, 2007).
Hasil uji reliabilitas kuesioner terhadap 8 item pertanyaan kecelakaan kerja,
nilai r alpha (0,973) lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel (0,632), 28 item
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


pertanyaan perilaku, nilai r alpha (0,976) lebih besar dibandingkan dengan nilai r
tabel (0,632), 8 item pertanyaan promosi K3 dan 2 item pertanyaan pelatihan
mempunyai nilai r alpha (0,958) lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel
(0,632). Semua pertanyaan mempunyai nilai r alpha > r tabel maka 46 item
pertanyaan adalah reliabel.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat variabel dependen yaitu kecelakaan kerja dan
variabel independen yaitu perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan), manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (pengawasan, promosi K3, pelatihan, investigasi,
pelaporan).
3.5.2. Definisi Operasional
1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang pernah dialami oleh pekerja
Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh sewaktu melaksanakan
pekerjaan di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh dalam 1
tahun terakhir.
2. Perilaku adalah hal-hal yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan pekerja
Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh dalam memelihara dan
meningkatkan keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh
pekerja Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh tentang
kecelakaan kerja.
b. Sikap adalah reaksi atau respon pekerja Laboratorium Patologi Klinik
RSUZA Banda Aceh yang masih tertutup terhadap K3. Dengan kata lain
sikap adalah kecenderungan untuk mengadakan tindakan, dengan suatu
cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak
menyenangi K3.
c. Tindakan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan
pekerja Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh dalam
memelihara dan meningkatkan keselamatan dan kesehatannya dalam
bekerja.
3. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja RSUZA adalah suatu proses
kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3
di RSUZA.
a. Pengawasan adalah pengawasan yang dilakukan oleh supervisor terhadap
ditaatinya Peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh.
b. Promosi K3 adalah program kegiatan yang dilakukan oleh bagian K3
untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja
Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


c. Pelatihan adalah pengalaman belajar terstruktur mengenai K3RS yang
pernah diikuti oleh pekerja Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda
Aceh.
d. Pelaporan adalah pencatatan secara terperinci mengenai identitas pekerja
yang mengalami kecelakaan dan gambaran kejadian kecelakaan kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh.
e. Investigasi kecelakaan adalah pengumpulan data kecelakaan kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh sebagai informasi
dalam penentuan pencegahan kecelakaan kerja.

3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Metode Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen yaitu kecelakaan kerja didasarkan pada skala
ordinal berdasarkan 8 pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban:
1 bila Pernah
0 bila Tidak Pernah
Selanjutnya dikatagorikan sebagai berikut:
Pernah, apabila responden pernah mengalami kecelakaan kerja di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh selama 1 tahun terakhir.
Tidak Pernah, apabila responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh selama 1 tahun terakhir.

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


3.6.2. Metode Pengukuran Variabel Independen

Aspek pengukuran variabel independen adalah: perilaku (pengetahuan, sikap,
dan tindakan), manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (pengawasan, promosi
K3, pelatihan, investigasi, dan pelaporan). Nilai mean sebagai cut of point digunakan
oleh karena data berdistribusi normal yang ditunjukkan oleh nilai skewness pada
variabel pengetahuan, sikap, tindakan, dan promosi K3 berada diantara 1 dan -1 yang
bermakna data berdistribusi normal.
a. Variabel Pengetahuan
Pengukuran variabel pengetahuan didasarkan pada skala ordinal yang diukur
dengan 10 pertanyaan dan jawaban disusun dengan pembobotan (skoring) sebagai
berikut:
Skor 1 bila Ya
Skor 0 bila Tidak
Berdasarkan total skor dicari mean sebagai cut of point kemudian
dikatagorikan sebagai berikut:
Baik, apabila responden mendapat skor mean (5,39)
Kurang, apabila responden mendapat skor <mean (5,39)
b. Variabel Sikap

Pengukuran variabel sikap didasarkan pada skala ordinal yang diukur dengan
10 pertanyaan dan jawaban disusun dengan pembobotan (skoring) sebagai berikut:
Skor 1 bila Setuju
Skor 0 bila Tidak setuju
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Berdasarkan total skor dicari mean sebagai cut of point kemudian
dikatagorikan sebagai berikut:
Setuju, apabila responden mendapat skor mean (6, 65)
Tidak setuju, apabila responden mendapat skor <mean (6,65)
c. Variabel Tindakan
Pengukuran variabel tindakan didasarkan pada skala ordinal yang diukur
dengan 8 pertanyaan dan jawaban disusun dengan pembobotan (skoring) sebagai
berikut:
Skor 1 bila Ya
Skor 0 bila Tidak
Berdasarkan total skor dicari mean sebagai cut of point kemudian
dikatagorikan sebagai berikut:
Benar, apabila responden mendapat skor mean (4,74)
Salah, apabila responden mendapat skor <mean (4,74)
d. Variabel Pengawasan

Pengukuran variabel pengawasan didasarkan pada skala ordinal yang
dikatagorikan sebagai berikut ada dan tidak ada.
e. Variabel Promosi K3

Pengukuran variabel promosi K3 didasarkan pada skala ordinal yang diukur
dengan 8 pertanyaan dan jawaban disusun dengan pembobotan (skoring) sebagai
berikut:

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Skor 1 bila Ada
Skor 0 bila Tidak Ada
Berdasarkan total skor dicari mean sebagai cut of point kemudian
dikatagorikan sebagai berikut:
Baik, apabila responden mendapat skor mean (1,35)
Tidak Baik, apabila responden mendapat skor <mean (1,35)
f. Variabel Pelatihan
Pengukuran variabel pelatihan didasarkan pada skala ordinal yang diukur
dengan 2 pertanyaan selanjutnya dikatagorikan sebagai berikut:
Ada, apabila responden pernah mengikuti pelatihan K3RS
Tidak Ada, apabila responden tidak pernah mengikuti pelatihan K3RS
g. Variabel Investigasi

Pengukuran variabel investigasi didasarkan pada skala ordinal yang
dikatagorikan sebagai berikut ada dan tidak ada.
h. Variabel Pelaporan

Pengukuran variabel pelaporan didasarkan pada skala ordinal yang
dikatagorikan sebagai berikut ada dan tidak ada.





Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Tabel 3.1. Metode Pengukuran Variabel Dependen dan Independen
No. Variabel Sub Variabel Kategori
Alat
Ukur
Skala
Ukur
A. Variabel
Dependen

1 Kecelakaan
Kerja
Pernah
Tidak Pernah
Kuesioner Ordinal
B. Variabel
Independen

1. Perilaku Pengetahuan Baik
Kurang
Kuesioner Ordinal
Sikap Setuju
Tidak Setuju
Kuesioner Ordinal
Tindakan Benar
Salah
Observasi Ordinal
2. Manajemen
K3
Pengawasan Ada
Tidak Ada
Dokumen Ordinal
Promosi K3 Baik
Tidak Baik
Kuesioner Ordinal
Pelatihan Ada
Tidak Ada
Kuesioner Ordinal
Investigasi Ada
Tidak Ada
Dokumen Ordinal
Pelaporan Ada
Tidak Ada
Dokumen Ordinal

3.7. Metode Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan akan dianalisa dengan menggunakan metode
analisa:
4. Analisis univariat
Untuk menjelaskan distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing
variabel independen yang meliputi perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan),
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (pengawasan, promosi K3,
pelatihan, investigasi, pelaporan), dan variabel dependen yaitu kecelakaan kerja.

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


5. Analisis bivariat
Untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara variabel independen yang
meliputi perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan), manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (pengawasan, promosi K3, pelatihan, investigasi, pelaporan)
dengan variabel dependen yaitu kecelakaan kerja.
Analisa data dan pengujian hipotesis penelitian yang digunakan adalah uji Chi-
Square (Budiarto, 2002).

(O - E)
2

2
=
E

Keterangan:
O (Observed) =Nilai hasil pengamatan
E (Expected) =Nilai ekspektasi










Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh beralamat di J l. Tgk.H.
M. Daud Beureueh No. 108 Banda Aceh, memiliki luas area 196.480 m dengan luas
bangunan 174.728 m. Tanggal 22 Februari 1979 sesuai dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 51/Menkes/SK/II/1979 ditetapkan
sebagai rumah sakit kelas C. Hadirnya Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Darussalam Banda Aceh maka terjadilah perubahan, perkembangan dan peningkatan
RSUZA Banda Aceh menjadi rumah sakit kelas B pendidikan sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 233/Menkes/SK/IV/1983
tanggal 11 Juni 1983, dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 153/Menkes/SK/II/1998 tentang persetujuan rumah sakit umum daerah
yang digunakan sebagai tempat pendidikan calon dokter dan dokter spesialis.
Tanggal 1 Januari 2004 sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Badan
Pelayanan Kesehatan (BPK) RSUZA Banda Aceh No. 445/BPK-RSUZA/2004
ditetapkan Kebijakan Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana
di RSUZA Banda Aceh. Kegiatan yang ditetapkan adalah memberikan pelayanan
keselamatan kerja, kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, pengembangan staf,
pencatatan, pelaporan, evaluasi K3, dan penyuluhan K3 di lingkungan RSUZA Banda
Aceh.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Tujuan K3RS RSUZA Banda Aceh adalah: 1) Meningkatkan kemampuan
hidup sehat masyarakat pekerja RSUZA Banda Aceh untuk mencapai derjat
kesehatan yang optimal, 2) Menciptakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan akibat kerja serta meningkatkan
produktivitas kerja.
Visi K3RS RSUZA Banda Aceh adalah: 1) Terciptanya tempat kerja dan
lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi semua karyawan dan pelanggan
yang akan menunjang RSUZA Banda Aceh sebagai rumah sakit rujukan pelayanan
kesehatan yang prima di wilayah NAD, 2) Mempertinggi mutu pekerjaan dan
meningkatkan produktivitas kerja karyawan RSUZA Banda Aceh.
Misi K3RS RSUZA Banda Aceh adalah: 1) Mengamankan dan melindungi
pasien, pengunjung, serta karyawan RSUZA Banda Aceh dari bahaya dan kecelakaan
kerja yang berkaitan dengan pekerjaan, alat kerja, dan bahan-bahan yang digunakan
dalam pekerjaan, proses kerja, dan lingkungan kerja, serta meningkatkan
produktivitas kerja bagi karyawan rumah sakit secara paripurna dan bermutu,
2) Mengamankan, menyelamatkan jiwa dan harta benda serta kelangsungan fungsi
rumah sakit dari bahaya kebakaran dan bencana yang terjadi di dalam maupun di luar
lingkungan RSUZA Banda Aceh.
Falsafah K3RS RSUZA Banda Aceh adalah dengan optimalisasi aktivitas
keselamatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana di RSUZA Banda Aceh
maka akan tercapai pelayanan paripurna RSUZA Banda Aceh.

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Laboratorium Patologi Klinik merupakan salah satu bidang pelayanan
kesehatan di RSUZA Banda Aceh yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan
di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, serologi, urinalisa, dan ruang
sampel. Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh merupakan
pelayanan yang perlu memperhatikan secara khusus mengenai K3RS karena
mempunyai resiko terjadinya kecelakaan kerja yang tinggi. Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh didukung oleh berbagai jenis ketenagaan yang terdiri
dari tenaga medis (dokter spesialis patologi klinik) berjumlah 2 orang, tenaga
paramedis non perawat (analis) berjumlah 23 orang yaitu: 4 orang di bagian
hematologi; 4 orang di bagian kimia klinik; 4 orang di bagian mikrobiologi klinik; 3
orang di bagian serologi; 4 orang di bagian urinalisa; dan 4 orang di ruang sampel,
serta tenaga non medis (administrasi) berjumlah 2 orang, yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil, dan honorer.

4.2. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk menjelaskan distribusi frekuensi dan persentase dari
masing-masing variabel independen yang meliputi perilaku (pengetahuan, sikap,
tindakan), manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (promosi K3, pelatihan K3)
dan variabel dependen yaitu kecelakaan kerja.



Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


4.2.1. Kecelakaan Kerja

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 23 responden pada umumnya
pernah mengalami kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda
Aceh yaitu sebanyak 16 orang (69,6%) dan 7 orang (30,4%) tidak pernah mengalami
kecelakaan kerja.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh

No. Kecelakaan Kerja Frekuensi Persentase
1.
2.
Tidak Pernah
Pernah
7
16
30,4
69,6
Jumlah 23 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan bahwa dari 16 orang
(69,6%) yang pernah mengalami kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik
RSUZA Banda Aceh ternyata jenis kecelakaan kerja yang terbanyak adalah luka
terkena objek gelas yaitu sebesar 29,2%, kemudian disusul oleh tertusuk jarum suntik
sebesar 27,1%, luka terkena tabung reaksi sebesar 22,9%, tertumpah bahan kimia
yang berbahaya sebesar 10,4%, terjatuh sebesar 8,3%, dan terpeleset sebesar 2,1%.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh

No. Jenis Kecelakaan Kerja Frekuensi Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tertusuk jarum suntik
Tertumpah bahan kimia berbahaya
Terpeleset
Luka terkena tabung reaksi
Luka terkena objek gelas
Terjatuh
13
5
1
11
14
4
27,1
10,4
2,1
22,9
29,2
8,3
Jumlah 48 100,0
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Berdasarkan Tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan bahwa dari 16 orang
(69,6%) yang mengalami kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA
Banda Aceh ternyata yang bekerja di bagian kimia klinik (4 orang) dan urinalisa (4
orang) semuanya pernah mengalami kecelakaan kerja yaitu masing-masing sebesar
25,0%, selanjutnya yang bekerja di bagian serologi sebanyak 3 orang pernah
mengalami kecelakaan kerja yaitu sebesar 18,75%, yang bekerja di bagian
hematologi dan ruang sampel masing-masing sebanyak 2 orang pernah mengalami
kecelakaan kerja yaitu sebesar 12,5%, dan di bagian mikrobiologi klinik paling
sedikit pekerja yang mengalami kecelakaan kerja yaitu sebanyak 1 orang (6,25%).
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja di Bagian Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh

No. Bagian Frekuensi Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hematologi
Kimia Klinik
Mikrobiologi Klinik
Serologi
Urinalisa
Ruang Sampel
2
4
1
3
4
2
12,50
25,00
6,25
18,75
25,00
12,50
Jumlah 16 100,00

4.2.2. Perilaku
A. Pengetahuan
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 23 responden, yang
berpengetahuan kurang sebanyak 12 orang (52,2%) dan 11 orang (47,8%)
berpengetahuan baik.

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh

No. Pengetahuan Frekuensi Persentase
1.
2.
Baik
Kurang
11
12
47,8
52,2
Jumlah 23 100,0

C. Sikap

Berdasarkan Tabel 4.5 di bawah ini menunjukkan bahwa lebih banyak
responden yang bersikap tidak setuju yaitu berjumlah 13 orang (56,5%) dari pada
bersikap setuju yaitu sebanyak 10 orang (43,5%).
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh

No. Sikap Frekuensi Persentase
1.
2.
Setuju
Tidak Setuju
10
13
43,5
56,5
Jumlah 23 100,0

D. Tindakan

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang
bertindakan salah dalam bekerja di Laboratorium Patolog Klinik RSUZA Banda
Aceh yaitu berjumlah 12 orang (52,2%) dari pada bertindakan benar yaitu sebanyak
11 orang (47,8%).
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh

No. Tindakan Frekwensi Persentase
1.
2.
Benar
Salah
11
12
47,8
52,2
Jumlah 23 100,0

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


4.2.3. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

A. Promosi K3

Berdasarkan Tabel 4.7 di bawah ini menunjukkan bahwa promosi K3
di Laboratorium Patolog Klinik RSUZA Banda Aceh termasuk dalam katagori tidak
baik yaitu 65,2%, sedangkan katagori baik sebesar 34,8%.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Promosi K3 di Laboratorium Patologi Klinik
RSUZA Banda Aceh

No. Promosi K3 Frekuensi Persentase
1.
2.
Baik
Tidak Baik
8
15
34,8
65,2
Jumlah 23 100,0

B. Pelatihan K3

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang
tidak ada mengikuti pelatihan K3 yaitu berjumlah 14 orang (60,9%) dari pada yang
ada mengikuti pelatihan K3 yaitu sebanyak 9 orang (39,1%).
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pelatihan K3 di Laboratorium Patologi Klinik
RSUZA Banda Aceh

No. Pelatihan K3 Frekuensi Persentase
1.
2.
Ada
Tidak Ada
9
14
39,1
60,9
Jumlah 23 100,0

C. Pengawasan, Investigasi, dan Pelaporan
Data sekunder mengenai pengawasan, investigasi, dan pelaporan tidak
diperoleh di bagian K3RS RSUZA Banda Aceh oleh karena bagian K3RS tidak
pernah melakukan pengawasan, tidak pernah melakukan investigasi bila terjadi
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


kecelakaan kerja, dan tidak pernah membuat laporan mengenai kecelakaan kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, sehingga variabel
pengawasan, investigasi, dan pelaporan tidak dapat dilakukan uji statistik pada
penelitian ini.

4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk menjelaskan hubungan dua variabel yaitu antara
variabel independen yang meliputi perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan),
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (promosi K3, pelatihan) dengan variabel
dependen yaitu kecelakaan kerja. Analisa data yang digunakan adalah uji Chi-Square.
4.3.1. Perilaku

B. Hubungan Pengetahuan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang
berpengetahuan kurang yaitu berjumlah 12 responden di mana 11 orang (91,7%)
pernah mengalami kecelakaan kerja sedangkan 11 responden yang berpengetahuan
baik sebanyak 6 orang (54,5%) tidak pernah mengalami kecelakaan kerja.
Tabel 4.9. Hubungan Pengetahuan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh

No

Pengetahuan Tidak Pernah
Kecelakaan Kerja
Jumlah

p-Value
n % n % n

%

1
2
Baik
Kurang
6
1
54,5
8,3
5
11
45,5
91,7
11
12
100,0
100,0
0,027
Jumlah 7 30,4 16 69,6 23 100,0

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada Confidence Interval (CI) 95%
menunjukkan probabilitas (p) <0,05 (p =0,027) hal ini menunjukkan bahwa ada
hubungan pengetahuan pekerja dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, artinya hipotesis penelitian yang menyatakan
ada hubungan antara pengetahuan dengan terjadinya kecelakaan kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh terbukti.
C. Hubungan Sikap dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang
bersikap tidak setuju yaitu berjumlah 13 responden di mana 12 orang (92,3%)
pernah mengalami kecelakaan kerja, sedangkan 10 responden yang bersikap setuju
sebanyak 6 orang (60,0%) tidak pernah mengalami kecelakaan kerja.
Tabel 4.10. Hubungan Sikap dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh

No

Sikap Tidak Pernah
Kecelakaan Kerja
Jumlah

p-Value
n % n % n

%

1
2
Setuju
Tidak Setuju
6
1
60,0
7,7
4
12
40,0
92,3
10
13
100,0
100,0
0,019
Jumlah 7 30,4 16 69,6 23 100,0

Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan p <0,05 (p =
0,019) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan sikap pekerja dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, artinya
hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara sikap dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh terbukti.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


D. Hubungan Tindakan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang
bertindakan salah yaitu berjumlah 12 responden di mana 11 orang (91,7%) pernah
mengalami kecelakaan kerja, sedangkan 11 responden yang bertindakan benar
sebanyak 6 orang (54,5%) tidak pernah mengalami kecelakaan kerja.
Tabel 4.11. Hubungan Tindakan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh

No

Tindakan Tidak Pernah
Kecelakaan Kerja
Jumlah

p-Value
n % n % n

%

1
2
Benar
Salah
6
1
54,5
8,3
5
11
45,5
91,7
11
12
100,0
100,0
0,027
Jumlah 7 30,4 16 69,6 23 100,0

Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan p <0,05 (p =
0,027) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan tindakan pekerja dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, artinya
hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara tindakan dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh
terbukti.
4.3.2. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

A. Hubungan Promosi K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari 15 responden yang
mendapat promosi K3 yang tidak baik 13 orang (86,7%) pernah mengalami
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


kecelakaan kerja dan dari 8 responden yang mendapat promosi K3 yang baik 5 orang
(62,5%) tidak pernah mengalami kecelakaan kerja.
Tabel 4.12. Hubungan Promosi K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh

No

Promosi K3 Tidak Pernah
Kecelakaan Kerja
Jumlah

p-Value
n % n % n

%

1
2
Baik
Tidak Baik
5
2
62,5
13,3
3
13
37,5
86,7
8
15
100,0
100,0
0,026
Jumlah 7 30,4 16 69,6 23 100,0

Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan p <0,05 (p =
0,026) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan promosi K3 dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, artinya
hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara promosi K3 dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh
terbukti.
B. Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang
tidak mengikuti pelatihan K3RS yaitu berjumlah 14 orang di mana 13 orang (92,9%)
pernah mengalami kecelakaan kerja, sedangkan 9 responden yang ada mengikuti
pelatihan K3RS sebanyak 6 orang (66,7%) tidak pernah mengalami kecelakaan kerja.



Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Tabel 4.13. Hubungan Pelatihan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh

No

Pelatihan Tidak Pernah
Kecelakaan Kerja
Jumlah

p-Value
n % n % n

%

1
2
Ada
Tidak Ada
6
1
66,7
7,1
3
13
33,3
92,9
9
14
100,0
100,0
0,005
Jumlah 7 30,4 16 69,6 23 100,0

Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan p <0,05 (p =
0,005) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan pelatihan K3 dengan terjadinya
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, artinya
hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan antara pelatihan K3 dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh
terbukti.








Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Kecelakaan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 23 responden di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009 menunjukkan bahwa 69,6% pekerja pernah
mengalami kecelakaan kerja dan 30,4% pekerja tidak pernah mengalami kecelakaan
kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hendria dan fitri (2006) bahwa
pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA
Banda Aceh tahun 2006 sebesar 52,2%. Hal ini menunjukkan peningkatan kejadian
kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh pada tahun
2008.
Menurut Pulungsih (2005) selama tahun 2000 di RSUPN Cipto
Mangunkusumo tercatat 9 kecelakaan kerja beresiko terpajan HIV di kalangan
petugas kesehatan yang dilaporkan. Kejadian tersebut menimpa 7 perawat, 1 dokter,
dan 1 petugas laboratorium. Sementara di RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun
2001 terjadi 1 kali kecelakaan kerja terpajan HIV pada petugas laboratorium.
Jenis kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh
Tahun 2008 yang terbanyak adalah luka terkena objek gelas sebesar 29,2% kemudian
disusul oleh tertusuk jarum suntik sebesar 27,1% dan luka terkena tabung reaksi
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


sebesar 22,9%. Mayoritas pekerja yang mengalami kecelakaan kerja adalah di bagian
kimia klinik dan urinalisa masing-masing yaitu 25,0%, selanjutnya 18,75% pekerja
yang mengalami kecelakaan kerja di bagian serologi, dan masing-masing 12,5%
pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di bagian hematologi dan ruang sampel,
serta yang paling sedikit pekerja yang mengalami kecelakaan kerja adalah di bagian
mikrobiologi klinik yaitu sebesar 6,25%.
Secara teoritis menurut Perdhaki (2000) kegiatan di laboratorium kesehatan
mempunyai risiko untuk terjadinya kecelakaan yang berasal dari faktor fisik, kimia,
ergonomi dan psikososial. Seiring dengan kemajuan IPTEK maka risiko yang
dihadapi petugas laboratorium semakin meningkat. Pelayanan laboratorium di rumah
sakit merupakan pelayanan yang perlu memperhatikan secara khusus segi K3RS ini
karena mempunyai risiko yang lebih tinggi dan memerlukan penataan ruangan yang
khusus, peralatan yang khusus dan pengelolaan bahan berbahaya secara khusus pula.
Oleh karena itu pengelola rumah sakit perlu mengetahui secara rinci berbagai hal
yang berkaitan dengan K3RS agar dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang sebaik-baiknya.
Masalah penyebab kecelakaan yang paling besar yaitu faktor manusia karena
kurangnya pengetahuan, kurangnya keterampilan, kurangnya kesadaran dari direksi
dan karyawan sendiri untuk melaksanakan peraturan perundangan K3 serta masih
banyak pihak direksi menganggap upaya K3RS sebagai pengeluaran yang mubazir,
demikian juga di kalangan karyawan banyak yang menganggap remeh atau acuh tak
acuh dalam memenuhi SOP kerja (Pusat Kesehatan Kerja, 2003).
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


5.2. Hubungan Pengetahuan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan bahwa ada
hubungan pengetahuan pekerja dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium
Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009, dari 12 pekerja yang
berpengetahuan kurang 11 pekerja (91,7%) pernah mengalami kecelakaan kerja
sedangkan 11 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 6 pekerja (54,5%)
tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Pekerja yang tingkat pengetahuannya
masih kurang mengalami kecelakaan kerja lebih tinggi dari pada pekerja yang
berpengetahuan baik oleh karena pekerja yang berpengetahuan kurang pada
umumnya tidak mengetahui resiko kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik
serta perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hendria dan Fitri (2006) yang
menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan pekerja dengan terjadinya kecelakaan
kerja. Hasil tersebut menunjukkan semakin baik tingkat pengetahuan maka angka
kecelakaan kerja semakin rendah. Sumamur (1996) juga menyatakan bahwa
kecelakaan kerja dapat dicegah dan pencegahan didasarkan atas pengetahuan tentang
sebab-sebab kecelakaan kerja itu terjadi.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh
Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi
seseorang untuk berperilaku sehingga pengetahuan yang lebih baik akan
memantapkan seseorang untuk mengambil keputusan lebih mantap. Pengetahuan
merupakan domain penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Menurut Hartati (2006) laboratorium umumnya digunakan untuk berbagai
kegiatan, misalnya praktikum, penelitian, dan kegiatan pengujian dan/atau kalibrasi.
Oleh karena dalam laboratorium melibatkan banyak orang maka risiko bahaya kerja
di laboratorium juga dapat melibatkan banyak orang, sehingga semua yang terlibat
di laboratorium harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang keselamatan dan
kesehatan kerja di laboratorium. Para pekerja laboratorium diharapkan terus
meningkatkan pengetahuannya tentang sifat-sifat bahan dan teknik percobaan serta
pengoperasian peralatan sebagaimana seharusnya. Kemampuan untuk mengendalikan
bahaya kecelakaan di laboratorium memungkinkan para pekerja dapat menciptakan
sendiri suasana yang aman dan nyaman dalam bekerja sehingga dapat bekerja dan
berkarya secara maksimal.
Diketahui pula bahwa dari 11 pekerja yang berpengetahuan baik 5 pekerja
(45,5%) pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini menunjukkan bahwa pekerja
yang berpengetahuan baik juga mengalami kecelakaan kerja oleh karena pekerja
tersebut tidak memperoleh promosi K3 yang baik, ada yang tidak pernah mengikuti
pelatihan, ada yang bersikap tidak setuju, dan ada yang bertindakan salah saat
bekerja, pada survey pendahuluan diketahui pula bahwa hand scund tidak cukup
diberikan ke Laboratorium Patologi Klinik oleh Badan Pelayanan Kesehatan (BPK)
RSUZA Banda Aceh yang dapat mengakibatkan sebagian pekerja tidak menggunakan
hand scund saat bekerja walaupun pekerja tersebut mengetahui akan resiko bekerja
bila tidak menggunakan hand scund.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Menurut Hartati (2006) pekerja tahu akan peraturan tetapi tidak
melaksanakannya karena menganggap kurang leluasa, misalnya ketika menggunakan
sarung tangan karet dan baju pelindung. Ginting (2006) menyatakan bahwa Budaya
K3 di laboratorium berhasil dengan baik jika pekerja mengetahui, memahami, dan
melaksanakan prinsip bekerja aman, selamat, dan sehat, untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan persiapan seluruh pekerja, mulai top manajemen hingga ke
pekerja pelaksana, maupun mitra kerja. Hartati (2006) menyatakan bahwa masalah
keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium diberikan perhatian dan penekanan
yang cukup sejalan dengan pelaksanaan kegiatan pendidikan, penelitian dan analisis.
Perlu kiranya terus diupayakan pemberian informasi yang jelas, terperinci dan
menyeluruh tentang bahaya di laboratorium serta berupaya menciptakan keselamatan
kerja di labortorium. Pekerja di laboratorium harus selalu mempelajari dan
mendeteksi setiap kemungkinan timbul risiko kecelakaan di laboratorium, harus
senantiasa meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan dalam mentaati peraturan,
dengan demikian dapat meminimalkan risiko yang akan terjadi. Hendaklah disadari
bahwa kecelakaan dapat berakibat kepada dirinya maupun orang lain serta
lingkungannya.

5.3. Hubungan Sikap dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan ada
hubungan sikap pekerja dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009. Diketahui bahwa dari 13 pekerja yang
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


bersikap tidak setuju 12 orang (92,3%) pernah mengalami kecelakaan kerja
sedangkan 10 responden yang bersikap setuju sebanyak 6 orang (60,0%) tidak
pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini menunjukkan bahwa pekerja yang
bersikap tidak setuju mengalami kecelakaan kerja lebih tinggi dibandingkan dengan
pekerja yang bersikap setuju.
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan untuk mewujud sikap menjadi suatu tindakan nyata diperlukan faktor
pendukung. Sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan
bagaimana individu bertindak akan tetapi sikap dan tindakan nyata sering kali jauh
berbeda (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Hartati (2006) para pekerja ada yang lalai dan sengaja tidak
mematuhi peraturan selama bekerja di laboratorium. Sering dijumpai pekerja enggan
menggunakan APD, selain itu pekerja enggan dalam mempelajari segala sesuatu yang
berhubungan dengan peralatan, sifat bahan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
pekerjaan di laboratorium sebelum bekerja. Hal tersebut akan sangat berbahaya dan
berisiko besar bagi keamanan di laboratorium.
Sarwono (1993) menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk
merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek, atau situasi tertentu.
Sikap positif atau negatif tergantung pada segi positif atau negatif dari komponen
pengetahuan. Makin banyak segi positif dari komponen pengetahuan maka makin
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


penting komponen itu, akan makin positif sikap yang terbentuk. Sebaliknya makin
banyak segi negatif dari komponen pengetahuan makin negatif sikapnya.
Menurut Annanto (1993) proses pembentukan sikap berlangsung melalui
proses belajar sosial. Proses pembentukan sikap yang positif karena adanya interaksi
sosial yang dialami individu.
Diketahui pula bahwa 10 responden yang bersikap setuju sebanyak 4 pekerja
(40,0%) pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini menunjukkan bahwa pekerja
yang bersikap setuju mengalami juga kecelakaan kerja oleh karena pekerja tersebut
ada yang tidak memperoleh promosi K3 yang baik, ada yang tidak pernah mengikuti
pelatihan, ada yang berpengetahuan kurang, dan ada yang bertindakan salah saat
bekerja.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang akan menentukan sikap
yang terwujud dalam tindakan nyata akan tetapi tidak selamanya demikian bahkan
bisa terjadi sebaliknya, perilaku negatif tetapi sikap dan pengetahuan positif karena
sikap juga dipengaruhi oleh situasi, pengalaman, dan nilai. Pembentukan sikap juga
dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,
media masa, institusi atau lembaga tertentu, dan faktor emosi dalam diri individu
yang bersangkutan.

5.4. Hubungan Tindakan dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan bahwa ada
hubungan tindakan pekerja dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009. Diketahui bahwa dari 12 pekerja
yang bertindakan salah 11 pekerja pernah mengalami kecelakaan kerja yaitu sebesar
91,7%, sedangkan dari 11 pekerja yang bertindakan benar 6 pekerja tidak pernah
mengalami kecelakaan kerja yaitu sebesar 54,5%, hal ini menunjukkan bahwa pekerja
yang bertindakan salah saat bekerja di Laboratorium Patologi Klinik mengalami
kecelakaan kerja lebih tinggi dari pada yang bertindakan benar oleh karena masih ada
pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, tidak
menggunakan jas lab, memakai hand scund bekas, tidak menggunakan hand scund,
jarum suntik yang telah digunakan tidak dibuang pada tempat yang telah disediakan,
dan tidak menyimpan bahan kimia dengan benar.
Penelitian Hendria dan Fitri (2006) yang menyatakan bahwa dari 18 pekerja
Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh yang tidak menggunakan APD
saat bekerja sebesar 55,6% mengalami kecelakaan kerja. Menurut Hartati (2006)
pekerja tahu akan peraturan tetapi tidak melaksanakannya karena menganggap kurang
leluasa, misalnya ketika menggunakan sarung tangan karet dan baju pelindung.
Diketahui pula bahwa 11 responden yang bertindakan benar sebanyak 5
pekerja (45,5%) pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini menunjukkan bahwa
pekerja yang bertindakan benar mengalami juga kecelakaan kerja oleh karena
pekerja tersebut ada yang tidak memperoleh promosi K3 yang baik, ada yang tidak
pernah mengikuti pelatihan, ada yang berpengetahuan kurang, dan ada yang bersikap
tidak setuju.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Hasil penelitian ini sesuai dengan Pusat Kesehatan Kerja (2003) yang
menyatakan bahwa kecelakaan kerja di kalangan petugas kesehatan dan non
kesehatan menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi, sebagai faktor
penyebab sering terjadi kecelakaan kerja oleh karena kurang kesadaran pekerja dan
kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai.
Tresnaningsih (2007) menyatakan bahwa tidak mungkin menghilangkan
kecelakaan kerja hanya dengan mengurangi keadaan yang tidak aman, karena pelaku
kecelakaan kerja adalah manusia. Para ahli belum dapat menemukan cara yang benar-
benar jitu untuk menghilangkan tindakan karyawan yang tidak aman.

5.5. Hubungan Promosi K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja

Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan ada
hubungan promosi K3 dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009.
Jumlah pekerja Laboratorium Patolog Klinik RSUZA Banda Aceh yang
memperoleh promosi K3 yang tidak baik adalah 15 orang, sebanyak 13 orang
(86,7%) pernah mengalami kecelakaan kerja, pada penelitian ini pekerja yang
memperoleh promosi K3 yang tidak baik mengalami kecelakaan kerja lebih tinggi
dari pada pekerja yang memperoleh promosi K3 yang baik. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak semua pekerja memperoleh program promosi K3 yang berjalan
di RSUZA.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Sebaiknya promosi K3 di Laboratorium Patolog Klinik RSUZA Banda Aceh
harus diberikan ke semua pekerja sehingga dapat meningkatkan pengetahuan pekerja
dengan harapan dapat merubah sikap dan tindakan sehingga pekerja dapat bekerja
dengan memperhatikan kaedah keselamatan dan kesehatan kerja saat bekerja
di Laboratorium Patolog Klinik RSUZA Banda Aceh.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Marpaung (2006) yang
menunjukkan bahwa promosi kesehatan dengan ceramah dan brosur sangat
berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap pekerja, penelitian Bakar
(2004) menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan setelah diberikan penyuluhan.
Rusyiati (1995) mengemukakan bahwa peningkatan pengetahuan dapat dilakukan
dengan memberikan informasi yang benar dan komunikatif dengan menggunakan
media yang tepat.
Diketahui pula bahwa 8 responden yang memperoleh promosi K3 yang baik
sebanyak 3 pekerja (37,5%) pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini
menunjukkan bahwa pekerja yang memperoleh promosi K3 yang baik mengalami
juga kecelakaan kerja oleh karena masih ada pekerja yang berpengetahuan kurang,
ada yang bersikap tidak setuju, ada yang bertindakan salah saat bekerja, dan ada yang
tidak pernah mengikuti pelatihan, serta bisa juga oleh karena media promosinya
kurang tepat.
Menurut Marpaung (2006) usaha untuk meningkatkan pengetahuan pekerja
yang lebih baik tidak mudah karena membutuhkan waktu dan cara tersendiri dalam
mewujudkannya. Promosi kesehatan harus didukung oleh media yang tepat, agar
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


efektif dapat meningkatkan pengetahuan pekerja. Metode ceramah merupakan cara
yang efektif dalam menyampaikan informasi oleh karena terjadi dialog antara
narasumber dengan pekerja. Begitu juga dengan media brosur adalah salah satu
media yang memuat secara lengkap tentang materi disertai gambar dengan kata-kata
yang mudah dipahami serta mudah dibawa kemana-mana sehingga memberikan
banyak kesempatan bagi pekerja untuk membaca dan mengingatnya.
Astuti (2002) mengemukakan bahwa dengan metode pendidikan kesehatan
dengan ceramah, tanya jawab, dan pemberian brosur dapat meningkatkan
pengetahuan. Penelitian Supardi (2002) yang menemukan adanya peningkatan
pengetahuan yang bermakna setelah dilakukan penyuluhan dibandingkan dengan
sebelum penyuluhan. Menurut Subarniati (1996) peningkatan pengetahuan melalui
media brosur dapat terjadi sepanjang media tersebut sampai kesasaran, akibat proses
pengindraan pada suatu objek melalui indera penglihatan dapat mempengaruhi
sebesar 83% pengetahuan subjek.

5.6. Hubungan Pelatihan K3 dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja
Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada CI 95% menunjukkan bahwa ada
hubungan pelatihan K3 dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009. Diketahui bahwa dari 14 pekerja yang tidak
pernah mengikuti pelatihan K3 sebanyak 13 pekerja (92,9%) pernah mengalami
kecelakaan kerja, dari 9 pekerja yang mengikuti pelatihan K3 sebanyak 6 pekerja
(66,7%) tidak pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini menunjukkan bahwa
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


pekerja yang tidak pernah mengikuti pelatihan K3 mengalami kecelakaan kerja lebih
tinggi dibandingkan dengan pekerja yang pernah mengikuti pelatihan K3.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lopez (2003) dan Sugiharto
(2002) yang menyatakan adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan seseorang
setelah mendapat pelatihan. Pierewan (1999) menyatakan pelatihan efektif
meningkatkan kemampuan peserta pelatihan, karena proses belajar, teori Green
(1980) menyatakan bahwa pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan. Menurut Notoatmodjo (1993) pelatihan adalah salah satu proses
pendidikan, melalui pelatihan sasaran belajar akan memperoleh pengalaman yang
akhirnya akan menimbulkan perubahan perilaku.
Diketahui pula bahwa 9 responden yang pernah mengikuti pelatihan K3
sebanyak 3 pekerja (33,3%) pernah mengalami kecelakaan kerja, hal ini
menunjukkan bahwa pekerja yang pernah mengikuti pelatihan K3 mengalami juga
kecelakaan kerja oleh karena masih ada pekerja yang berpengetahuan kurang
mengenai K3 walaupun sudah mendapatkan pelatihan K3, ada yang bersikap tidak
setuju, ada yang bertindakan salah saat bekerja, dan ada yang tidak memperoleh
promosi yang baik, serta bisa juga oleh karena pekerja kurang terampil walaupun
sudang mengikuti pelatihan K3.
Tujuan pelaksanaan pelatihan K3 pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pekerja dalam melakukan pekerjaannya
di Laboratorium Patologi Klinik. Stoner (1982) menyatakan bahwa pelatihan dapat
menambah keterampilan kerja. Menurut Pusat Kesehatan Kerja (2003) yang
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


menyatakan bahwa kecelakaan kerja di kalangan petugas kesehatan dan non
kesehatan menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi, sebagai faktor
penyebab sering terjadi kecelakaan kerja oleh karena kurang kesadaran pekerja dan
kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai.

5.7. Pengawasan, Investigasi, dan Pelaporan
Peneliti tidak memperoleh data mengenai pengawasan, investigasi, dan
pelaporan oleh karena bagian K3RS tidak pernah melakukan pengawasan, tidak
pernah melakukan investigasi bila terjadi kecelakaan kerja, dan tidak pernah
membuat laporan kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda
Aceh oleh karena belum ada supervisor untuk melakukan pengawasan keselamatan
dan kesehatan kerja, investigasi kecelakaan kerja, dan membuat laporan kecelakaan
kerja. Diketahui pula bahwa sekretaris bagian K3 bukan seorang tenaga profesional
K3RS (manajer K3 atau ahli K3).
Menurut Kepmenkes RI (2007) organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah
direktur dan bukan merupakan kerja rangkap dan sekretaris organisasi/unit
pelaksanaan K3 adalah seorang tenaga profesional K3RS, yaitu manajer K3 atau ahli
K3. Pelaksanaan K3RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan
petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam
pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang
jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,
bimbingan dan latihan serta penegakan disiplin. Ketua organisasi/satuan pelaksana
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


K3RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3
di semua tempat kerja, merumuskan permasalahan serta menganalisis penyebab
timbulnya masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya
dan mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan
dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk
menilai sejauhmana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat
kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.

5.8. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup desain penelitian, di mana
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan desain
cross sectional survey dengan pendekatan kuantitatif, sehingga cenderung belum
sepenuhnya dapat menjelaskan secara keseluruhan mengenai determinan kecelakaan
kerja, mengingat variabel yang diteliti hanya didasarkan pada perilaku dan
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, namun peneliti membandingkan hasil
penelitian ini dengan teori dan hasil penelitian lain yang relevan guna menambah
khazanah pembahasan determinan kecelakaan kerja.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan) pekerja berhubungan dengan
terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSUZA Banda
Aceh tahun 2009.
2. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (promosi K3, dan pelatihan)
berhubungan dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi
Klinik RSUZA Banda Aceh tahun 2009.
3. Pengawasan, investigasi, dan pelaporan tidak dapat dilakukan uji statistik oleh
karena belum pernah dilakukan pengawasan, investigasi, dan pelaporan
kecelakaan akibat kerja.

6.2. Saran
1. Bagian K3 RSUZA Banda Aceh hendaknya dapat meningkatkan pengetahuan
pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dengan memberikan
pelatihan dan promosi K3 kepada seluruh pekerja dengan harapan dapat
merubah sikap dan tindakan sehingga pekerja dapat bekerja dengan
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


memperhatikan kaedah keselamatan dan kesehatan kerja di Laboratorium
Patolog Klinik RSUZA Banda Aceh.
2. Supervisor hendaknya dapat menyelenggarakan pengawasan ketenagakerjaan,
investigasi kecelakaan dan membuat laporan kecelakaan kerja, serta menindak
lanjuti keadaan atau tindakan yang tidak aman agar kecelakaan kerja tersebut
tidak terulang lagi di masa yang akan datang.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah variabel penelitian dari
determinan kecelakaan kerja secara komprehensif sehingga dapat
diidentifikasi kejadian kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik
RSUZA Banda Aceh secara keseluruhan, dan dapat dibandingkan dengan
beberapa rumah sakit guna memperoleh khazanah penelitian dengan
perbedaan karakteristik organisasi rumah sakit.



Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


DAFTAR PUSTAKA



Annanto; Ghufron, A.; Tjokrosanto, S., 1993, Government Official Knowledge and
Attitude on Handling of AIDS in Yogyakarta, The Journal of Indonesian
Epidemiologi, 2: 31-48.

Astuti, D.; Supardi, S.; Sumarni, 2002, Peranan Pendidikan Kesehatan pada Ibu
terhadap Reinfeksi Penyakit Cacing pada Anak Usia Sekolah Dasar, Sains
Kesehatan. Vol. 15, No. 2: 145-153.

Azwar, S., 2003, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Cetakan VII, Pustaka
Pelajar Offset, Yogyakarta.

Badan Pelayanan Kesehatan RSU dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, 2003, Buku
Standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pemerintah Provinsi Nanggroe
Aceh Darusssalam.

Budiarto, E., 2002, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EGC,
Jakarta.

Bakar, A., 2003, Efektifitas Penyuluhan Gizi oleh Kader dengan Media Pood Model
di Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Coggon, D.; Rose, G.; Barker, D.J.P., 1996, Epidemiologi Bagi Pemula, EGC,
Jakarta.

Depkes, R.I., 2002, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan,
Jakarta.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI, 2006, Subdinas Pengawasan
Ketenagakerjaan, Jakarta.

Hartati, 2006, Keselamatan Kerja, Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan
di Laboratorium, FMIPA, Unair, Surabaya.

Hasyim, H., 2005, Manajemen Hiperkes dalam Keselamatan Kerja di Rumah Sakit,
Fakultas Kedokteran Unsri, Sumatera Selatan.

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Hendria & Fitri, L., 2006, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja pada
Pekerja Laboratorium di Bagian Patologi Klinik RSUZA Banda Aceh, Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran, Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh.

Ginting, R., 2006, Analisis Perilaku Petugas Laboratorium Patologi Klinik terhadap
Pengendalian Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RSU dr.
Pirngadi Medan, Program Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Green, L.; Kreuter, W.M.; Deeds, G.S.; Partridge, B.K., 1980, Health Education
Planing, A Diagnostic Approach, Mayfield Publishing Company, California.

Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 432/Menkes/SK/IV/2007, Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit, Jakarta.

Komite K3, 1994, Seminar K3 di Rumah Sakit, Jakarta.

Kompas, 2003, Standar Keselamatan Kerja di Indonesia Paling Buruk di Asia
Tenggara.

Lopez, P.Y., 2003, Promosi Kesehatan pada Kader Posyandu dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Ketrampilan tentang Penanggulangan Malaria
di Kabupaten Timor Tengah Utara, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Laporan Tahunan, 2006, Badan Pelayanan Kesehatan RSU dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.

Marpaung, L.T., 2006, Pengaruh Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Sikap Pekerja untuk Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
di Perusahaan Meubel PT. Yunesia Tanjung Morawa, Program Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Murti, B., 1996, Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik dalam Ilmu-Ilmu
Kesehatan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

_______, 2006, Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan.

Matondang, A.R; Nazlina; Wahyuni, D.; Lubis, H.S., 2007, Modul Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja, Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Notoadmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta.

_______, 1997, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

_______, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

_______, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Panduan Penulisan Proposal Penelitian dan Tesis, 2007, Program Magister
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan.

Pierewan, A.D.; Fitria, M.; Cahyani,P.; Kautsyar, R.; Dzakiah, L., 1999, Efektifitas
Pelatihan Pengelolaan Emosi untuk Meningkatkan Kemampuan Negosiasi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

PMK Perdhaki, 2000, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3RS)
di Laboratorium, Radiologi, dan Farmasi, J akarta.

Pratiknya, A.W., 2001, Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Pulungsih, S.P.; Murniati, D.; Soeroso, S., 2005, Kewaspadaan Universal di Rumah
Sakit dengan Perhatian Khusus pada Keselamatan Kerja Petugas Kesehatan,
Medicinal Jurnal Kedokteran, Volume 4 No. 2.

Pusat Kesehatan Kerja, 2003, Keselamatan Kerja di Sarana Kesehatan, Jakarta.

_______, 2008, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan,
Depkes, R.I., Jakarta.

Ratni, N., 2006, Materi Kuliah K4, http://www.elearning.upnjatim.ac.id/courses
/LKK31115/document /k_3.ppt?cidReq=LKK31115-

Riyadi, S., 2007, Konsep Penyebab Incident, Bina Kesehatan Kerja, Jakarta.

Rogers, Everett, 1983, Diffusion of Innovation, Third Edition, The Free Press, United
States of America.

Rusyiati, Y., 1995, Pengaruh Komunikasi terhadap Perilaku Kepala Keluarga dalam
Pencegahan Malaria, Jurnal Epidemiologi Nasional, Vol. 3: 19-22.

Liza Salawati : Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Terjadinya Kecelakaan
Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum DR. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2009, 2009.


Santosa, S., 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Sarwono, S., 1993, Sosiologi Kesehatan Konsep Beserta Aplikasinya, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Shariff, S.M., 2007, Occupational Safety and Health Management, University
Publication Centre (UPENA), Universiti Teknologi MARA, Malaysia.

Stoner, J.A.F., 1982, Management, Prectice Hall Inc, New Jersey.

Subarniati, R.; Saenun; Qomaruddin, M.B.; Rahayuwati, L.; Hargono, R., 1996,
Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan Ilmu Perilaku, Universitas Airlangga,
Surabaya.

Sugiharto, D.; Doejachman; Wahyuni, B., 2003, Pendidikan Kesehatan Melalui
Metode Kombinasi Ceramah dan Diskusi tentang HIV/AIDS pada Kader
di Kecamatan Grinsing, Jawa Tengah.

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&G, Alfabeta,
Bandung.

Suma`mur, P.K., 1996, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT. Toko Gunung
Agung, Jakarta.

_______, 1987, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV. Haji
Masagung, Jakarta.

Supardi, S.; Sampurno, O.D.; Notosiswoyo, M., 2002, Pengaruh Ceramah dan Media
Leaflet terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri Sesuai dengan Aturan, Buletin
Penelitian Kesehatan, Vol. 30 No. 3 Hal. 128-138.

Tresnaningsih, E., 2007, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan,
Pusat Kesehatan Kerja, Jakarta, http://www.depkes.go.id/index.php
?option=articles&task=viewarticle&artid=127&ltemid=3-51k-

Wirahadikesumah, R.D., 2007, Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia, Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Yanri, Z., 2005, Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja, Lembaga
ASEAN OSHNET, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai