Anda di halaman 1dari 45

ALI AKBAR HABI BI E

ASI SKA PERMATA DEWI


DESI NATALI A SI AHAAN
DESI NOLI SUSANTI
ERI NDA FADJ ARI A
FERRA NELVI A RUSDI
KARTI KA
LESANTY ZAFI THRI
MERI NA ARI SKA
MEUTHI A I NDRI YANI
NOLA I NDRI YANI
RAYI DWI LI STI A
REFI RI SMAN
RUSMI WI DYA
YENI NOVI TA SARI
Pendahuluan
Hati merupakan organ yang sangat penting dalam
pengaturan homeostatis tubuh meliputi:
Metabolisme
Biotransformasi
Sintesis
Penyimpanan
Imunologi
Hati dapat mempertahankan fungsinya bila terjadi
gangguan ringan.
Pada gangguan berat terjadi gangguan fungsi yang
serius dan berakibat fatal.

Penyebab
Infeksi virus hepatitis dapat ditularkan melalui selaput mukosa, hubungan
seksual atau darah (parenteral)
Zat-zat toksik misalnya alkohol dan obat-obatan tertentu
Genetika atau keturunan, misalnya hemochromatosis
Gangguan imunologis, misalnya hepatitis autoimun, yang timbul karena
adanya perlawanan sistem pertahanan tubuh terhadap jaringan tubuhnya
sendiri yang berakibat peradangan kronis.
Kanker, seprti hepatocelluller Carsinoma dapat disebabkan senyawa
karsinogenik

1. Hepatitis A
2. Hepatitis B
3. Hepatitis C
4. Hepatitis D
5. Hepatitis E
6. Hepatitis F
7. Hepatitis G

8. Sirosis Hati
9. Kanker Hati
10. Perlemakan Hati
11. Kolestasis dan
Jaundice
12. Hemochromatosis
13. Abses Hati

Klasifikasi Gangguan Fungsi Hati
Hepatitis A

Termasuk klasifikasi virus dengan transmisi secara enterik.
Virus tidak memiliki selubung dantahan terhadap cairan empedu
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala
Pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare,
mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan.
Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu.
Penderita hepatitis A akan menjadi kebal terhadap penyakit tersebut
Pengobatan: vaksin hepatitis A. dan untuk kekebalan diberikan vaksin
berulang-ulang.
Hepatitis B
Peradangan kronik pada hati
Hepatitis yang paling sering didapatkan.
Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh sempurna dan mendapatkan
kekebalan seumur hidup, namun sebagian memperoleh kegagalan dalam
mendapatkan kekebalan tubuh.
Sebanyak 15% penderita dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi akan
berkembang menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten.
Hepatitis B sangat berisiko bagi pecandu narkotika dan orang yang mempunyai
banyak pasangan seksual.

Gejala
Lemah, lesu sakit otot, mual dan muntah

Kadang timbul gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia,
kurang nafsu makan, mata dan kulit kuning yang
didahului dengan urin berwarna gelap.

Gatal-gatal di kulit, biasanya ringan dan sementara.

Jarang ditemukan demam.

Mencegah penularan
Diberikan imunisasi epatitis B sejak lahir.
Menghindari hubungan badan dengan orang yang
terinfeksi, hindari penyalahgunaan obat dan
pemakaian bersama jarum suntik.
Menghindari pemakaian bersama sikat gigi atau alat
cukur, dan memastikan alat suci hama bila ingin
bertato melubangi telinga atau tusuk jarum

Hepatitis C
Tidak bisa terdeteksi selama puluhan tahun tapi bisa
merusak organ hati selama perlahan.
Gejala yang biasa dirasakan antara lain demam, rasa
lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut atau
hilangnya selera makan.
Kebanyakan penderita tidak menyadari jika dirinya
mengidap penyakit ini,karena hanya dirasakan
sebagai penyakit flu biasa.

Hepatitis D
Virus Hepatitis D (HDV ) atau virus delta adalah
virus yang unik, yakni virus RNA yang tidak lengkap,
memerlukan keberadaan virus hepatitis B untuk
ekspresi dan patogenisitasnya, tetapi tidak untuk
replikasinya.
Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik
dan transfusi darah.
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul
sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau sangat
progresif.

Hepatitis E
Gejala mirip dengan hepatitis A
Gejala: demam, pegal linu, lelah, hilang nafsu makan
dan sakit perut
Penyakit ini akan sembuh sendiri (self-limited),
kecuali bila terjadi pada kehamilan, khususnya
trimester ketiga, dapat mematikan.
Penularan hepatitis E melalui air yang
terkontaminasi feces.

Hepatitis F

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan.
Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F
merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.


Hepatitis G
Gejala mirip dengan hepatitis C
Sering kali infeksi dengan hepatitis B atau hepatitis
C
Tidak menyebabkan hepatitis fulminan atau
hepatitis kronik.
Penularan melalui transfusi darah dan jarum suntik.
Sirosis Hati
Setelah terjadi peradangan dan pembengkakan, hati
mencoba memperbaiki dengan membentuk bekas
luka atau jaringan parut (Fibrosis)
Semakin banyak fibrosis maka hati semakin sulit
melakukan fungsinya dan berkembang menjadi
sirosis
Sirosis ini dapat terjadi karena hepatitis B dan C,
alkohol, perlemakan hati, atau penyakit yang
menyebabkan penyumbatan empedu.


Sirosis tidak dapat disembuhkan, pengobatan yang
dilakukan hanya untuk menghindari komplikasi
yang terjadi, misalnya mual, muntah, keluar darah
pada fases, mata kuning serta koma hepatikum.
Pemeriksaan yang dilakukan;
enzim SGOT-SGPT,
waktu protrombin
protein (AlbuminGlobulin)
elektroforesis (rasio Albumin-Globulin terbalik)

Kanker hati
Kanker hati yang banyak terjadi adalah
Hepatocellular carcinoma (HCC).
Komplikasi akhir yang serius dari hepatitis kronis,
terutama sirosis yang arena virus hepatitis B, C
dan hemochromatosis.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi
terjadinya kanker hati adalah AFP dan PIV

Perlemakan Hati
Terjadi bila penimbunan lemak mencapai 5% dari
berat hati atau lebih dari separuh jaringan sel hati.
Timbul karena mengkonsumsi alkohol berlebihan
(alkoholic steatohepatitis (ASH)) ataupun bukan
alkohol (Non alkoholic steatohepatitis (NASH)).
Pemeriksaan yang dilakukan SGPT, SGOT dan alkali
Fosfatase.

Kolestasis dan Jaundice
Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan produksi dan/atau
pengeluaran empedu.
Lamanya menderita kolestasis dapat menyebabkan gagalnya penyerapan lemak
dan vitamin A, D, E, K oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu,
bilirubin dan kolesterol di hati.
Adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah dan penumpukan pigmen
empedu pada kulit, membran mukosa dan bola mata (pada lapisan skeletal)
disebut jaundice.
Pada keadaan ini kulit penderita akan terlihat kuning, urin lebih gelap
sedangkan fases lebih terang.
Pemeriksaan yang dilakukan: Alkali Fosfatase, Gamma GT, Bilirubin Total dan
Bilirubin Direk.
Hemochromatosis
Hemochromatosis merupakan kelainan metabolisme
besi yang ditandai dengan adanya pengendapan besi
secara berlebihan di dalam jaringan.
Penyakit ini bersifat genetik atau keturunan.
Pemeriksaan: transferin dan ferritin
Abses hati
Abses hati dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau
amuba.
Gejala demam dan menggigil.
Abses yang diakibatkan karena amubiasis prosesnya
berkembang lebih lambat.
Yang disebabkan oleh hati bersifat fatal.

Tanda-tanda dan gejala klinis
Kulit atau sklera mata berwarna kuning (ikterus)
Badan terasa lelah atau lemah
Gejala-gejala menyerupai flu, misalnya demam, rasa nyeri pada seluruh tubuh.
Kehilangan nafsu makan atau tidak dapat makan dan minum
Gangguan daya pengecapan dan penciuman
Nyeri abdomen, yang dapat disertai dengan perdarahan usus.
Tungkai dan abdomen membengkak.
Di bawah permukaan kulit tampak pembuluh-pembuluh darah kecil, merah
dan membentuk formasi laba-laba (spider naevy), telapak tangan memerah
(palmar erythema) dan kulit mudah memar (tanda-tanda sirosis).
Darah keluar melalui muntah dan rektum (hematemesis-melena).
Gangguan mental, biasanya pada stadium lanjut (encephalopathy hepatic).
Demam yang persisten, menggigil dan berat badan menurun. Ketiga gejala
ini mungkin menandakan adanya abses hati.
Terapi
Terapi tanpa obat
Terapi dengan obat
Terapi dengan vaksinasi
Terapi transplantasi hati

Terapi tanpa obat
Diet seimbang, jumlah kalori yang dibutuhkan sesuai
dengan tinggi badan, berat badan dan aktivitas.
Diet rendah protein, banyak makan sayur dan buah
serta melakukan aktivitas sesuai kemampuan untuk
mencegah sembelit
Manjalankan pola hidup teratur
Konsultasi dengan petugas kesehatan

Terapi obat
Aminoglikosida:
untuk abses hati yang disebabkan karena bakteri. Diberikan
tiga kali dalam sehari secara teratur selama tujuh hari
berturut-turut atau atas anjuran dokte
Antiamuba:
dehydroemetine, diiodohydroxyquinoline, diloxanide furoate,
emetine, etofamide, metronidazole, secnidazole, teclozan,
tibroquinol, tinidazole adalah preparat yang digunakan untuk
amubiasis.
Dengan terapi ini maka risiko terjadinya abses hati karena
amuba dapat diminimalkan.
Antimalaria:
klorokuin, dapat juga digunakan untuk mengobati amubiasis.
Obat ini mencegah perkembangan abses hati yang disebabkan
oleh amuba.
Antivirus:
Lamivudine adalah obat antivirus yang efektif untuk penderita
hepatitis B.
Obat ini mempengaruhi proses replikasi DNA dan membatasi
kemampuan virus hepatitis B berproliferasi.
Pengobatan dengan lamivudine akan menghasilkan HBV
menjadi negatif pada semua pasien selama 1 bulan/
Dalam pengobatan Anti Retroviral (ARV) pada koinfeksi
hepatitis C, saat ini tersedia ARV gratis di Indonesia.
ARV yang tersedia gratis adalah Duviral (Zidovudine +
Lamivudine) dan Neviral (Nevirapine).
Sedangkan Efavirenz (Stocrin) tersedia gratis dalam jumlah
yang amat terbatas.
Didanosine atau Stavudine tidak boleh diminum untuk
penderita sedang mendapat pengobatan Interferon dan
Ribavirin, karena beratnya efek samping faal hati.
Thymosin alpha 1 adalah suatu imunomodulator yang
dapat digunakan pada terapi hepatitis B kronik sebagai
monoterapi atau terapi kombinasi dengan interferon.

Diuretik
Diuretik tertentu, seperti Spironolactone dan
furosemid dapat membantu mengatasi edema yang
menyertai sirosis hati, dengan atau tanpa asites.
Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
gangguan keseimbangan elektrolit atau gangguan
ginjal berat karena menyebabkan ekskresi elektrolit.
Kolagogum, kolelitolitik dan hepatic protector
Golongan ini digunakan untuk melindungi hati dari
kerusakan yang lebih berat akibat hepatitis dan
kondisi lain.
Misalnya: kalsium pantotenate, L-ornitine-L-
aspartate, lactose, metadoxine, phosphatidyl choline,
silymarin dan ursodeoxycholic acid
Multivitamin dengan mineral Golongan ini digunakan
sebagai terapi
Sebagai terapi penunjang pada pasien hepatitis dan
penyakit hati lainnya.
Vitamin terdiri dari vitamin larut lemak (A, D, E, K)
dan vitamin larut air (C dan B).

Terapi dengan Vaksinasi
Interferon mempunyai sistem imun alamiah tubuh
dan bertugas untuk melawan virus.
Obat ini bermanfaat dalam menangani hepatitis B, C
dan D.
Imunoglobulin hepatitis B dapat membantu
mencegah berulangnya hepatitis B setelah
transplantasi hati.

Terapi dengan Transplantasi Hati
Terapi Transplantasi Hati Transplantasi hati dewasa ini merupakan terapi yang
diterima untuk kegagalan hati fulminan yang tak dapat pulih dan untuk
komplikasi-komplikasi penyakit hati kronis tahap akhir.
Penentuan saat transplantasi hati sangat kompleks.
Para pasien dengan kegagalan hati fulminan dipertimbangkan untuk
transplantasi bila terdapat tanda-tanda ensefalopati lanjut, koagulapati
mencolok (waktu prothrombin 20 menit) atau hipoglikemia.
Pada pasien dengan penyakit hati kronis dipertimbangkan untuk transplantasi
bila terdapat komplikasi-komplikasi yang meliputi asites refrakter, peritonitis
bakterial spontan, ensefalopati, perdarahan varises atau gangguan parah pada
fungsi sintesis dengan koagulopati atau hipoalbuminemia
Dosis Obat pada Keadaan
Penyakit Hati
Obat pada Hati
Obat lipid kebanyakan larut dalam metabolisme hati
Reaksi tahap I misalnya oksidasi, hidrolisis dan
penguraian dimediasi oleh enzim sitokrom P-450
(CYP) yang terikat pada membran retikulum
endoplasma pada hati.
Reaksi tahap II termasuk konjugasi obat untuk
membentuk glucuronides, asetat atau sulfat yang
bermediasi dalam hati oleh enzim sitosol yang
terkandung dalam hepatosit.



Tahap I dan Tahap II, metabolisme obat menghasilkan
metabolit yang lebih larut air dan dapat dieliminasikan oleh
protein ginjal.
Obat-obatan diberikan secara oral harus melewati hati
sebelum memasuki sirkulasi sistemik
Jika obat dimetabolisme di hati, maka sebagian dosis
mungkin tidak aktif atau berubah oleh hati dan empedu.
Persamaan yang menjelaskan metabolisme obat hati adalah



Pasien dengan hepatitis mengalami peradangan hati, hepatosit
mungkin mengalami penurunan kemampuan untuk berfungsi atau
mati.
Pasien dengan hepatitis akut biasanya mengalami penurunan ringan
dan sementara dalam metabolisme obat dan memerlukan perubahan
kecil pada dosis obat.
Jika pasien mengalami hepatitis kronis, kerusakan hepatosit
irreversibel yang lebih luas sehingga membutuhkan perubahan dosis
yang lebih tinggi.
Misalnya pada pasien sirosis hati.

Ketika hepatosit rusak, akan tidak mampu untuk memetabolisme obat
secara efisien dan terjadi penurunan clearance hepatik obat.
Aliran darah hati juga menurun pada pasien dengan sirosis
Karena hepatosit akan diganti oleh jaringan ikat nonfunctional
Meningkatkan tekanan intraorgan menyebabkan hipertensi vena portal
dan shunting aliran darah di sekitar hati.
Penurunan aliran darah di hati dalam pengiriman obat yang kurang akan menghasilkan efek
farmakologis yang kecil dan menekan klirens obat pada hati lebih banyak.
Hati memproduksi albumin dan 1 - asam glikoprotein, yang mengikat obat, masing-
masing, dalam darah.
Pada pasien dengan sirosis, produksi protein tersebut penurunan.
Bila ini yang terjadi, fraksi obat bebas dalam darah meningkat karena kurangnya protein
mengikat.
Selain itu, konsentrasi tinggi endogen zat dalam darah yang biasanya dieliminasi oleh hati,
seperti bilirubin, dapat menggantikan obat-obatan dari ikatan protein plasma
Fraksi bebas meningkat dalam darah akan mengubah klirens obat hati dan ginjal serta
volume distribusi obat protein yang sangat terikat
( V = VB ( fB / FT ) VT,
dimana V adalah volume distribusi,
VB dan VT adalah volume fisiologis darah dan jaringan
fB dan FT merupakan fraksi obat bebas dalam darah dan jaringan
Karena clearance biasanya menurun dan volume distribusi obat biasanya meningkat atau
berubah pada pasien dengan penyakit hati,
tingkat eliminasi konstan ( ke ) hampir selalu meningkat pada pasien dengan fungsi hati
menurun ( ke = Cl V /, di mana Cl clearance dan V adalah volume distribusi).

Penentuan Skor Child - Pugh
Tidak ada tes laboratorium tunggal yang dapat digunakan untuk menilai fungsi
hati
Cara yang paling umum untuk memperkirakan kemampuan hati untuk
memetabolisme obat adalah untuk menentukan skor Child - Pugh untuk
patient.
Nilai Child - Pugh terdiri lima tes laboratorium atau gejala klinis.
Albumin serum, total bilirubin, waktu prothrombin, ascites, dan ensefalopati
hati.
Masing-masing bagian tersebut diberi skor 1 ( normal ) -3 ( sangat abnormal.
Nilai Child - Pugh untuk pasien dengan fungsi hati normal 5 sedangkan skor
untuk pasien dengan albumin serum terlalu normal, bilirubin total, dan nilai
waktu protrombin di samping ascites parah dan ensefalopati hepatik adalah 15.


TABLE Child-Pugh Scores for Patients with
Liver Disease
Skor Child Pugh 8-9 adalah dasar untuk penurunan moderat ( ~ 25 % ) di awal
dosis obat harian untuk agen metabolisme hepatiknya ( 60 % )
Skor dari 10 atau lebih mengindikasikan bahwa penurunan yang signifikan dalam
dosis harian awal ( ~ 50 % ) untuk obat yang sebagian besar dimetabolisme hati.
Seperti pada setiap pasien dengan atau tanpa disfungsi hati, dosis awal
dimaksudkan sebagai titik awal untuk titrasi dosis berdasarkan respon pasien dan
menghindari efek samping.
Sebagai contoh, dosis biasa obat yang dimetabolisme hati 95 % adalah 500 mg
setiap 6 jam, dan dosis total harian 2000 mg / d.
Untuk pasien sirosis hati dengan Skor Child - Pugh 12, dosis awal yang tepat akan
menjadi 50 % dari dosis biasa atau 1000 mg / d.
Obat bisa diresepkan untuk pasien 250 mg tiap 6 jam atau 500 mg
setiap 12 jam.
Pasien akan diawasi secara ketat untuk farmakologis dan efek racun obat, dan
dosis akan dimodifikasi sesuai kebutuhan.

Perkiraan Dosis Obat yang Dimetabolisme di Hati
Mengurangi dosis untuk pasien dengan disfungsi hati akan tergantung
pada rute administrasi dan bentuk sediaan yang tersedia.

Misalnya, jika obat ini hanya tersedia sebagai kapsul oral, dosis yang biasa
diberikan pada pasien normal oleh pasien disfungsi hati bila tetap
diberikan maka interval dosis akan lebih panjang.

Jika sediaan dalam bentuk parenteral akan mencapai interval dosis dan
dosis maksimum yang sama dengan pasien normal tetapi steady-state
yang minimum pada pasien dengan disfungsi hati.

Implikasi Penyakit hati pada Konsentrasi Serum Obat
Monitoring dan Efek Obat
Perubahan tersebut tergantung pada terikatnya konsentrasi senyawa
obat dengan sel hati.
Persamaan metabolisme obat di hati dapat dihitung dengan:




LBF adalah hati aliran darah, fB adalah fraksi obat terikat dalam darah,
dan Cl'int adalah intrinsik clearance

Clearance menurun karena tergantung pada aliran
darah obat ke hati dengan rasio ekstraksi tinggi ke hati.
Volume distribusi tetap konstan, tetapi waktu paruh
meningkat karena penurunan clearance.
Total konsentrasi steady -state meningkat karena
penurunan clearance, konsentrasi obat bebas meningkat
karena peningkatan konsentrasi total obat, dan
peningkatan efek farmakologis.
Jika obat diberikan secara oral, efek awal akan
meningkat, dan ketersediaan hayati akan menurun,
yang tidak terikat (secara bebas dalam darah).

Anda mungkin juga menyukai