Anda di halaman 1dari 24

Rencana Pengembangan Dan Pembangunan Studi Terdahulu, Survei dan Diskusi

Laa- Tambalako
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
1. BBWS Sulawesi III Pengembangan
Pengembangan Daerah Irigasi Karaopa Seluas 704 Ha (Tahap Usulan 2008 seluas 2400 Ha)
Poin Pengembangan
1. Debit Andalan DI Karaopa akan dimanfaatkan untuk mememenuhi kebutuhan air irigasi.
2. Jaringan irigasi (Bendung, saluran dan bangunan irigasi) yang telah ada (eksisting) akan tetap
dipertahankan dengan rekomendasi perbaikan kerusakan yang ada.
3. Kajian Hidrolis terhadap jaringan irigasi DI. Karaopa dilakukan terhadap :
a. Elevasi Mercu Bendung Karaopa
Elevasi mercu bendung perlu ditinjau sehubungan dengan adanya perluasan lahan yang akan
diairi, karena direncanakan untuk merubah dimensi jaringan utama, maka lebih cenderung untuk
menambah tinggi muka air (h). penambahan elevasi muka air setelah adanya peninggian tersebut
harus dibandingkan dengan elevasi mercu yang ada dan tidak boleh melebihi atau lebih tinggi.
b. Kapasitas Intake
Kapasitas intake pada Bendung Karaopa baik intake kiri maupun kanan akan ditinjau terhadap
kebutuhan air irigasi setelah adanya perluasaan. Diupayakan agar lebar pintu pengambilan
tersebut tidak berubah (dipertahankan)
c. Kapasitas Saluran
Perhitungan kembali kapasitas saluran primer dan sekunder dilakukan mengingat adanya
penambahan luas areal DI. Karaopa. Saluran yang baru akan didesain dengan bentuk trapesium
untuk memperkecil kehilangan air irigasi di saluran. Bagi saluran dengan bahan timbunan yang
terindikasi adanya kebocoran akan dilapisi dengan lining beton K 125
d. Bangunan Irigasi
Bangunan - bangunan irigasi existing yang mengalami kerusakan perlu didesain ulang dengan
mempertimbangkan penyebab penyebab kerusakan sehingga diharapkan setelah direhabilitasi
dapat berfungsi optimal. Gorong gorong silang didesain tipe box culvert dengan bentuk persegi.
Dengan pertimbangan aspek ekonomis untuk kegiatan pemeliharaan. Untuk kemudahan dalam
operasional dan pemeliharaan serta keamanan terhadap pengaruh sedimentasi/sampah, maka
Studi Terdahulu :
DETAIL DESAIN
KARAOPA EXTENTION
704 HA (tahun 2009)
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
dimensi gorong gorong silang/pembuang disarankan dibuat dengan dimensi yang cukup besar.
4. Data teknis untuk perencanaan pengembangan Jaringan Irigasi DI. Karaopa adalah sebagai berikut :
Kebutuhan air di sawah (NFR) = 1.20 lt/dt/ha
Pola tanam : Padi Palawija - padi
Tata pemberian air : Sistem Golongan (3 golongan)
Masa tanam : 4 bulan (1,5 bulan olah tanah, 2,5 bulan penanaman dan 0,5 bulan pemasakan
dan panen)
Intensitas tanam : 160 %
Perkolasi : 4 mm/hr
Curah hujan efektif : 70% Curah Hujan Andalan (R80%)
Efisiensi saluran : 0,65

2. BBWS Sulawesi III Pengembangan
Inventarisasi kondisi Pantai di 3 WS dan juga Penentuan Potensi pengembangan kawasan pantai di 3
WS tersebut (Luasan Potensi Belum tergambar secara jelas)
Poin Inventarisasi

1. Wilayah Sungai Parigi Poso
- Untuk Hasil inventarisasi didapatkan kondisi pantai yang mengalami kerusakan dan dibutuhkan
bangunan pengaman pantai kondisi pantai yang memerlukan bangunan pengaman pantai adalah
Pantai Tandaigi, Pantai Donggulu, dan Pantai Tiwaa dengan prioritas sangat diutamakan.
Sedangkan pantai dengan prioritas diutamakan,dilakukan rehabiltasi. Bangunan pada lokasi
tersebut berupa tembok laut (seawall). Pada masing-masing lokasi dibangun tembok laut
(seawall) dengan konstruksi pasangan batu sepanjang 100 m.
- Sedangkan potensi pantai di WS. Parigi Poso kebanyakan berpotensi untuk budidaya perikanan
dan pariwisata. Budidaya perikanan biasanya tambak ikan dan kramba.
2. Wilayah Sungai Palu Lariang
- Untuk Hasil inventarisasi didapatkan kondisi pantai yang mengalami kerusakan dan dibutuhkan
bangunan pengaman pantai. Dari hasil tersebut, kondisi pantai yang memerlukan bangunan
pengaman pantai adalah Pantai Tanjung Batu, Pantai Pasang Kayu, dan Pantai Sikara dengan
prioritas sangat diutamakan. Sedangkan pantai dengan prioritas diutamakan,dilakukan
Studi Terdahulu :
INVENTARISASI DAN
IDENTIFIKASI
POTENSI PANTAI WS
PARIGI POSO, WS
PALU LARIANG, DAN
WS LAA TAMBALAKO
(2011)
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
rehabiltasi. Bangunan pada lokasi tersebut berupa tembok laut (seawall). Pada lokasi pantai
Tanjung Batu dibangun tembok laut (seawall) dengan konstruksi pasangan batu sepanjang 200 m,
lokasi pantai Pasang Kayu dibangun tembok laut (seawall) dengan konstruksi beton siklop
sepanjang 500 m, lokasi pantai Sikara dibangun tembok laut (seawall) dengan konstruksi
pasangan batu sepanjang 100 m.
- Sedangkan potensi pantai di WS. Palu Lariang kebanyakan berpotensi untuk budidaya perikanan.
Budidaya perikanan biasanya tambak ikan dan kramba.
3. Wilayah Sungai Laa-Tambalako
- Untuk Hasil inventarisasi didapatkan kondisi pantai yang mengalami kerusakan dan dibutuhkan
bangunan pengaman pantai.
- Kondisi pantai yang memerlukan bangunan pengaman pantai adalah Pantai Bohansuai, Pantai
Larobenu, dan Pantai Naktahuti dengan prioritas sangat diutamakan. Sedangkan pantai dengan
prioritas diutamakan,dilakukan rehabiltasi.
- Bangunan pada lokasi tersebut berupa tembok laut (seawall). Pada lokasi pantai Bohansuai
dibangun tembok laut (seawall) dengan konstruksi beton siklop sepanjang 200 m, lokasi pantai
Larobenu dan Naktahuti dibangun tembok laut (seawall) dengan konstruksi pasangan batu
masing masing sepanjang 100 m.
- Sedangkan potensi pantai di WS. Palu Lariang kebanyakan berpotensi untuk budidaya perikanan.
Budidaya perikanan biasanya tambak ikan dan kramba. Berikut ditampilkan identifikasi potensi
pada tabel dibawah ini.

No Daerah Keterangan
1 Tondo - Terdapat tanaman bakau (mangrove)
2 Umpanga - Terdapat tanaman bakau (mangrove)
3 Manguni - Terdapat tanaman bakau (mangrove)
4 Wosu - Berpotensi untuk perikanan (tambak )
5 Bahomante - Berpotensi untuk perikanan (depo ikan)
6 Bungku - Terdapat tanaman bakau (mangrove)
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
7 Bahontobongku - Terdapat tanaman bakau (mangrove)
- Berpotensi untuk perikanan (tambak dan karamba)
8 Tudua - Terdapat tanaman bakau (mangrove)
9 Lahuafu - Berpotensi untuk perikanan (tambak dan karamba)
10 Usangi - Berpotensi untuk perikanan (tambak dan karamba)
11 Nambo - Terdapat tanaman bakau (mangrove)
12 Kolono - Berpotensi untuk perikanan (tambak dan karamba)
13 Bahomotofe - Berpotensi untuk perikanan (tambak)
14 Siumbatu - Berpotensi untuk perikanan (karamba)


3 BBWS Sulawesi III Pengembangan
Inventarisasi kondisi Rawa Saembawalati, konsidi rawa yang masuk dalam kajian Revisi Pola Laa-
tambalako adalah rawa Saembawalati 2 (wilayah Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali Utara).
Poin Inventarisasi
Rawa Saembawalati :
a. Rawa Saembawalati I dengan luas 1.200 Ha. Rawa Saembawalati I terletak di Desa Barati Kecamatan
Pamona Timur Kabupaten Poso.
b. Rawa Saembawalati II dengan luas 2.300 Ha. Rawa Saembawalati II terletak di Desa Saemba dan Desa
Tomui Karya Kecamatan Mori Atas Kabupaten Morowali.
c. Rawa Saembawalati III terletak di Desa Salindu, Desa Singkona Kecamatan Pamona Tenggara dan Desa
Masewe Kecamatan Pamona Timur Kabupaten Poso.
d. Rawa Saembawalati IV dengan luas 2.000 Ha. Rawa Saembawalati IV terletak di Desa Matialemba
Kecamatan Pamona Timur Kabupaten Poso.
e. Rawa Saembawalati V dengan luas 2.000 Ha. Rawa Saembawalati V terletak di Desa Kancuu, Desa
Poleganyara, Desa Tiu, Desa Taripa, dan Desa Petiro Kecamatan Pamona Timur Kabupaten Poso.
Permasalahan
a. Saat musim hujan dengan curah hujan yang sangat tinggi, menyebabkan terjadinya backwater/ aliran
kembali akibat penyempitan saluran (sungai masuk kebawah gunung). Aliran kembali/ backwater ini
Studi Terdahulu :
INVENTARISASI
PRASARANA DAN
POTENSI RAWA
OYOM LAMPASIO
DAN RAWA
SAEMBAWALATI
(2011)
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
akhirnya meluap dan menggenangi areal sawah dan perkebunan warga, adapaun ketinggian air bisa
mencapai mencapai 1,5 m sampai 2 m. (lihat permasalahan Rawa Saembawalati I poin a).
b. Tanggul saluran mengalami erosi yang cukup parah. Kondisi ini terdapat di Saluran pembuang Rui.
c. Kondisi bangunan pintu pengatur yang mengalami kerusakan dan pintu air banyak yang tidak
berfungsi.
d. Kondisi bangunan air yang rusak serta tertutupi oleh rumput liar dan ilalang.
e. Penurunan tanggul banjir, yang disebabkan oleh karena struktur tanah gambut dari tanggul banjir itu
sendiri.
Luasan Wilayah Rawa :
a. Daerah Desa Saemba :
Termanfaatkan (eksisting : 417 Ha)
- Jenis = rawa Lebak
- Tanaman pangan = 350 Ha
- Perkebunan = 67 Ha
Status jaringan :
- teknis = 2200 Ha (Potensial pengembangan 1783 Ha)
Rekomendasi Pengembangan Potensi : Ekstensifikasi dan Pengembangan OP
b. Daerah Desa Tomu Karya :
Termanfaatkan (eksisting : 200 Ha)
- Jenis = rawa Lebak
- Tanaman pangan = 100 Ha
- Perkebunan = 100 Ha
Status jaringan :
- teknis = 100 Ha
Rekomendasi Pengembangan Potensi : Ekstensifikasi dan Pengembangan OP

4 BBWS Sulawesi III Pengembangan
Penanganan pantai di 7 titik sepanjang pantai Kab. Morowali, berikut ini adalah lokasi-lokasi titik tinjau
1. Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya sepanjang 4,65 km.
2. Desa Larobenu & Desa Wosu Kecamatan Bungku Barat sepanjang 11.49 km
3. Desa Bahontobongku, Desa Tunda Kecamatan Bungku Tengah sepanjang 3,5 km
Studi Terdahulu :
SID PENANGANAN
PANTAI KABUPATEN
MOROWALI (2008)
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
4. Desa Lahoafu Kecamatan Bungku Tengah sepanjang 2,0 km

No Kecamatan Desa Permasalahan
1.
Bumi Raya Bahonsuai Abrasi pada garis pantai telah mengancam pasar,
permukiman nelayanan dan jalan raya.
Dari informasi penduduk, pada kondisi air pasang dan
gelombang tinggi, perahu yang ditambatkan di sekitar
tembok laut bisa terhempas ke tembok dan merusak
perahu.
2.
Bungku Barat W o s u Abrasi pantai yang terjadi sepanjang 8,2 km
mengancam jalan dan perkebunan kelapa. Tembok laut
sebagian sudah rusak, bangunan pelindung lainnya rusak
karena tidak mempunyai pengaman bangunan. Abrasi
pantai di sebelah utara disebabkan oleh adanya bekas
dermaga yang menjorok ke laut.

Larobenu Abrasi pantai yang terjadi telah mengancam
permukiman penduduk. Tembok laut yang ada dari
pasangan batu tanpa pelindung kaki sehingga terjadi
erosi pada kaki tembok.
3.
Bungku Tengah Lahuafu Abrasi terjadi di antara 2 tanjung sepanjang 1 km.
Bangunan pemecah gelombang yang ada kurang
berfungsi, pada saat gelombang tinggi masih dapat
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
melimpas di atas mercu tembok laut di belakang
pemecah gelombang sehingga mengenai permukiman
penduduk.

Tudua (dusun 1) Abrasi pantai telah mengancam badan jalan raya Poso -
Kendari sepanjang 2 km, saat ini jarak garis pantai
terhadap badan jalan diperkirakan hanya 4 m.

Tudua (dusun 2) Mundurnya garis pantai (sepanjang 2 km) telah
mengancam badan jalan dan permukiman penduduk.
Tanggul dan revetment yang ada masih bisa dilewati
gelombang tinggi sehingga mengancam badan jalan dan
permukiman penduduk.

Bahontobungku Abrasi pantai sepanjang 1 km merubah garis pantai
sehingga mengancam permukiman penduduk. Bangunan
tembok laut yang ada kurang efektif melindungi.











No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

No Kecamatan Desa Pembangunan yang dilakukan
1.
Bumi Raya Bahonsuai
- Tembok laut pasar
- Tembok laut pendek
- Jeti pendek
- Jeti panjang
- Tembok laut Kp. Bahonsuai
- Rencana Perbaikan tembok laut
- Rencana pembuatan pemecah gelombang
- Rencana pembuatan sistem krib

2.
Bungku Barat W o s u
- Tembok laut tanpa pelindung kaki
- Pemecah gelombang dari susunan batu kosong
- Bronjong diisi batu kosong dan dilengkapi pemecah
gelombang
- Tembok laut dilengkapi pelindung kaki


Larobenu
- Revetment tipe rubble mound

3.
Bungku Tengah Lahuafu
- Tembok laut pendek
- Jeti pendek
- Jeti panjang
- Tembok laut Kp. Bahonsuai
- Rencana Perbaikan tembok laut


Tudua (dusun 1)
- Perkuatan tebing
- Pemasangan pemecah gelombang


Tudua (dusun 2)
- Perkuatan tebing
- Pemasangan pemecah gelombang


Bahontobungku
- Tembok laut pendek
- Jeti pendek
- Jeti panjang
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
- Tembok laut Kp. Bahonsuai
- Rencana Perbaikan tembok laut



5 BBWS Sulawesi III Pengembangan
Studi untuk mengidentifikasi potensi dan sarana prasarana air baku yang ada di WS Laa-Tambalako.

No. Dusun Desa Kecamatan
1. Padabaho Padabaho Bahodopi
2. Siumbatu Siumbatu Bahodopi
3. Bahomotefe Bahomotefe Bungku Tengah
4. Lanona Lanona Bungku Tengah
5. Maralee Maralee Petasia
6. Mandula Mandula Lembo
7. Bintangor Mukti Bintangormukti Lembo
8. Mayumba Mayumba Mori Utara
9. Peleru Peleru Mori Utara
10. Era Era Mori Utara

No. Prasarana Air Baku
Posisi
Lintang Selatan Bujur Timur
1. Padabaho 2 54 32,1 122 11 14,6
2. Siumbatu 2 46 52,2 122 2 49,4
3. Bahomotefe 2 42 27,4 121 57 40,9
4. Lanona 2 27 4,8 121 51 54,6
Studi Terdahulu :
STUDI IDENTIFIKASI
DAN INVENTARISASI
POTENSI PRASARANA
AIR BAKU WS LAA
TAMBALAKO (2011)
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
5. Maralee 2 0 58,2 121 18 18,6
6. Mandula 2 19 32,8 121 15 25,3
7. Bintangor Mukti 2 10 5,8 121 21 9,5
8. Mayumba 1 54 13,3 120 57 55,8
9. Peleru 1 49 6,4 121 3 14,4
10. Era 1 50 53,3 121 7 9,4

No. Bendung Desa Kecamatan Luas Potensial (ha)
1. Bahomotefe Bahomotefe Bungku Tengah 500
2. Maralee Maralee Petasia 100
3. Mandula Mandula Lembo 300

Formulasi pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan potensi sumber daya air yang
dikembangkan sebagai pendukung pusat-pusat pertumbuhan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang
yang ada. Potensi pengembangan sumber daya air tersebut akan digunakan untuk menentukan prioritas
pengembangan dan rekomendasi, meskipun demikian hasil tersebut masih perlu ditindak lanjuti dalam
tahap survei selanjutnya guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas.

Rencana pengembangan jangka pendek lebih diarahkan untuk menangani masalah kesulitan air
diberbagai lokasi yang tersebar dalam daerah studi dan mencari cara melakukan upaya konservasi air
dalam bentuk prasarana air baku.

Rencana pengembangan jangka menengah adalah kegiatan yang dapat dimulai saat ini dan
pelaksanaannya dapat dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun sampai 10 tahun. Fokus utama masih tetap
diarahkan menangani masalah kekurangan air diberbagai lokasi yang tersebar dalam daerah studi yang
tidak dapat dilaksanakan dalam rencana pengembangan jangka pendek.


No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
Dalam rencana pengembangan jangka panjang ini dilakukan upaya pengembangan penyediaan air baku
dalam skala cukup besar. Rencana jangka panjang ini sebaiknya dilaksanakan setelah rencana jangka
pendek dan menengah berfungsi dengan baik.

6 BBWS Sulawesi III Pengembangan
Strategi Pengelolaan Sumber Daya air Wilayah Sungai Laa Tambalako disusun berdasarkan 3 (tiga)
kerangka waktu, yaitu Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang. Strategi jangka Pendek
merupakan strategi yang dilaksanakan pada tahun pertama setelah Pola Pengelolaan Sumber Daya Air
ini ditetapkan. Strategi Jangka Menengah merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang waktu
10 tahun kedepan. Strategi Jangka Panjang merupakan strategi yang dilaksanakan sampai rentang
waktu 25 tahun kedepan.

Dalam implementasinya nanti berbagai strategi tersebut akan dijabarkan kedalam berbagai program
kegiatan yang disusun sesuai dengan kebutuhan nyata dan kondisi nyata yang dituangkan dalam Pola
Pengelolaan sumber Daya air wilayah sungai Laa Tambalako pada Laporan selanjutnya dan dapat dilihat
pada Tabel 5.1 serta Gambar 5.1 sampai dengan Gambar 5.5. (Laporan PENYUSUNAN POLA INDUK
PENANGANAN WS LAA TAMBALAKO)

Strategi Jangka Pendek (20092015)
Strategi Jangka Pendek dalam Pola Pengelolaan SDA WS Laa-Tambalako adalah sebagai berikut :
1. Penetapan kebijakan zona pengambilan air tanah
2. Pembangunan sumur resapan
3. Penyusunan pedoman teknis pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi lingkungan
4. Penetapan zona penambangan bahan tambang
5. Penataan Kegiatan Pembangunan/Usaha di bantaran sungai.
6. Penyuluhan dan pelatihan konservasi tanah dan air
7. Pengaturan batas garis sempadan sungai, danau dan sumber air lainnya melalui Perda
8. Pembuatan dan pemeliharaan batas Kawasan Suaka Alam (KSA), Kawasan pelestarian Suaka
Alam
9. Sosialisasi program konservasi DTA Laa Tambalako
10. Pengaturan dan Pengendalian pengambilan/pemanfaatan air bawah tanah melalui Perda
Studi Terdahulu :
PENYUSUNAN POLA
INDUK PENANGANAN
WS LAA TAMBALAKO
(2008)
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
11. Pemetaan lokasi dan identifikasi sumber serta potensi beban pencemaran.
12. Pembuatan Check Dam
13. Pengerukan sedimen di sungai
14. Pembuatan pintu pengatur banjir dan pelimpah banjir
15. Pembuatan Krib
16. Pembuatan Retarding Basin
17. Pembuatan sistem peringatan dini
18. Pengaturan zona pemanfaatan lahan di bantaran sungai
19. Penyusunan PERDA tata ruang kawasan wilayah sungai secara terpadu
20. Peninggian tanggul
21. Penataan Drainase Kawasan Perkotaan
22. Penataan Kawasan Lindung dan Budidaya dengan porsi 30% untuk Kawasan Hutan
23. Penetapan zona pemanfaatan sumber air dan peruntukan air
24. Peningkatan Jaringan Pos Hidrologi
25. Peningkatan SDM dalam bidang hidrologi
26. Penataan Sempadan Sungai dan Sumber air
27. Pengaturan distribusi pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan
28. Penatagunaan SDA berbasis pada masyarakat
29. Pembuatan sumur gali/sumur pompa oleh masyarakat
30. Penyediaan air bersih perdesaan
31. Peningkatan Jaringan Irigasi
32. Penataan Danau sebagai Kawasan Pariwisata
33. Pembuatan sumur bor
34. Perbaikan dan pemeliharaan jaringan pos hidrologi, hidrometeorologi, hidrogeologi
35. Rasionalisasi jaringan pos hidrologi, hidrometeorologi, hidrogeologi
36. Pembangunan sistem informasi SDA.
37. Penyusunan dan pemeliharaan data spasial secara terintegrasi, mencakup seluruh DAS
38. Peningkatan SDM dalam bidang sistem informasi
39. Penyusunan nota kesepahaman dalam pengelolaan SDA wilayah sungai dan forum koordinasi.
40. Peningkatan integrasi sistem informasi pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten
41. Peningkatan kemampuan SDM aparat dinas teknis yang bertanggung jawab dalam pengelolaan
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
SDA dan kehutanan.
42. Pembentukan Dewan SDA Provinsi/Kab./Kota dan Dewan SDA wilayah sungai
43. Pengembangan kemitraan dalam pengelolaan hutan antara Pemerintah, masyarakat dan swasta;
44. Pembentukan kelembagaan yang bergerak di bidang konservasi tanah dan air dalam rangka
pelestarian SDA wilayah sungai yang difasilitasi pemerintah.
45. Program commodity development secara konsisten dan berkesinambungan
46. Pembentukan kelembagaan kader konservasi hutan, tanah, dan air
47. Pemberdayaan kelompok penyuluh yang selama ini kurang aktif seperti Himpunan Pelestarian
Hutan Andalan (HPHA), Kelompok Usaha produktif dan Kader Konservasi.
48. Sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat sepanjang bantaran sungai.
49. Pembentukan kelompok pelopor penyuluh konservasi SDA yang beranggotakan masyarakat
sekitar sungai
50. Penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Provinsi Sulawesi Tengah
51. Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air setiap WS Laa Tambalako
52. Penyusunan rencana pengelolaan sumber daya air WS Laa Tambalako
53. Sosialisasi Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) di tingkat propinsi, kabupaten,
kecamatan dan desa

Strategi Jangka Menengah (20152025)
1. Pembangunan embung resapan air
2. Pembangunan jebakan air hujan (Retarding Basin) untuk recharge air tanah.
3. Peningkatan sarana dan prasarana sanitasi
4. Mempertahankan kawasan dengan vegetasi permanen pada bagaian hulu sumber mata air, dan
penanaman lahan kritis selebar 400 m mengelilingi sumber mata air
5. Perlindungan kawasan lindung dan bididaya kehutanan serta budidaya pertanian yang berpotensi
meresapkan air
6. Penghijauan lahan kritis milik rakyat dengan pola agroforestri dan hutan rakyat
7. Penanaman cover crop pada lahan perkebunan rakyat dan swasta
8. Reboisasi dan pengayaan pada kawasan hutan (kawasan lindung dan kawasan budidaya
kehutanan) serta penghijauan pada kawasan budidaya pertanian
9. Penataan lingkungan permukiman di sepanjang sempadan sungai, mata air, dan danau.
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
10. Pengendalian kebakaran, peladang berpindah, perambahan, pencuriankayu pada HP, HPT, dan
HPK
11. Penebangan pohon pada fungsi HP hanya diijinkan yang berdiameter 60 cm up, sedangkan pada
HPT hanya yang berdimater 50 cm up
12. Rehabilitasi hutan bakau di pesisir pantai
13. Pembangunan aneka usaha kehutanan
14. Pemberian insentif dari Hilir ke bagian hulu Das/sub DAS, agar masyarakat bagian hulu memiliki
dana untuk penanaman lahan kritis
15. Reboisasi dan pengayaan KSA dan PSA
16. Pembangunan Bendung/PLTMH, Sumber Air Baku PDAM
17. Peningkatan Irigasi Semi Teknis menjadi Teknis
18. Diversifikasi Pertanian
19. Pemberdayaan masyarakat pertanian dalam pengaturan sistem pembagian air irigasi secara
berkeadilan
20. Peningkatan partisipasi masyarakat petani pemakai air dalam O&P jaringan irigasi
21. Audit lingkungan
22. Pembuatan revetment
23. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Rumah Sakit
24. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Industri
25. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik
26. Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT)
27. Pengembangan pemanfaatan air hasil daur ulang
28. Pengembangan Sistem Irigasi
29. Pengembangan Air Tanah

Strategi Jangka Panjang (20252033)
1. Rehablitasi dan Pemeliharaan Kawasan Hutan Lindung
2. Rehabiltasi dan Pemeliharaan Kawasan Hutan Cagar Alam
3. Pencegahan kawasan Hutan Lindung (HL) dari gangguan kebakaran, perambahan/perladangan
rotasi, penebangan liar, dan pemukiman kembali penduduk dalam kawasan Hutan Lindung
4. Pencegahan kawasan Cagar Alam (CA) dari gangguan kebakaran, perambahan/perladangan
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
rotasi, penebangan liar, dan pemukiman kembali penduduk dalam kawasan Cagar Alam
5. Pengendalian Pembuangan Limbah Padat Domestik & Non Domestik dan Industri
6. Penghijauan dan pemeliharaan tebing sungai
7. Pelestarian tumbuhan alami di bagian hulu
8. Penghutanan kembali di daerah yang telah rusak
9. Penyediaan fasilitas pengungsian dan penanggulangan darurat tanggul bobol
10. Rehabilitasi konstruksi tebing sungai.
11. Normalisasi Alur Sungai
12. Rehabilitasi Bendung
13. O & P Jaringan Hidrologi
14. Perlindungan sumber air dan mata air
15. Updating Data SDA untuk menentukan Ketersediaan dan Kebutuhan Air
16. Peningkatan PDAM
17. Pembangunan Bendungan/PLTA
18. Pengembangan air baku untuk air minum
19. Pengembangan air baku untuk industri dan lain sebagainya
20. Pengembangan Perikanan Darat
21. Peningkatan pengelolaan sistem informasi SDA
22. Penyebarluasan informasi SDA ke seluruh stakeholder
23. Peningkatan koordinasi antar kelembagaan pemerintah dan non pemerintah dalam koordinasi
SDA, melalui suatu otoritas di setiap DAS
24. Fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana SDA yang berbasis masyarakat
25. Sosialisasi tentang lingkungan hidup, sumber daya air dan kehutanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
26. Sosialisasi sarana/prasarana air bersih dan sanitasi terhadap masyarakat
27. Peningkatan peran serta masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (LH).
28. Penegakan Hukum dalam pengelolaan SDA dan LH.
29. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan pelestarian hutan secara
berkelanjutan
30. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan
31. Peningkatan peran serta masyarakat dalam operasi dan pemeliharaan sumber daya air
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
32. Pemberdayaan dan Peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sempadan sungai, waduk
dan mata air.
33. Penyuluhan terhadap masyarakat dalam membuat berbagai teknik konservasi tanah.
34. Peningkatan kesadaran masyarakat berbagai kalangan dalam pemeliharaan lingkungan keairan
35. Bantuan teknis dan pembinaan usaha terhadap masyarakat di sekitar kawasan hutan
36. Pengembangan air kemasan
37. Pengembangan Perikanan Tambak


KONSEP RANCANGAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI LAA TAMBALAKO
Berdasarkan uraian tersebut di atas dan dalam rangka pengelolaan sumber daya air Wilayah Sungai Laa
Tambalako yang lestari, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat yang
bermukim di wilayah tersebut, maka perlu dibuat suatu pedoman yang menjadi acuan bagi seluruh pihak
yang berkepentingan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi yang berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya air di Wilayah Sungai Laa Tambalako.
Penyusunan Konsep Rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Laa Tambalako yang
mengacu pada ketentuan kebijakan yang tertuang dalam Undang-undang No. 7 Tahun 2004. Adapun
rumusan konsep rancangan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Laa Tambalako disusun
secara terpisah dalam bentuk lampiran khusus.

7 Dinas ESDM Kab.
Morowali Utara
Pengembangan
Diperoleh luasan untuk pertambangan daerah Morowali Utara sebesar 3620.558 Ha (tahap eksplorasi),
5578.26 Ha (Tahap operasi).

Rincian Luasan untuk Daerah Pertambangan (Eksplorasi)
Lokasi Luas wilayah
(Ha)
Desa Kecamatan
Tamainusi Soyo jaya 4.91
Bau Soyo jaya 4.98
Bau Soyo jaya 4.98
Data Sekunder Dinas
Pertambangan
(Mineral)
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
Lembah sumara Soyo jaya 319.00
Tamainusi Soyo jaya 198.00
Tamainusi Soyo jaya 2.19
Tamainusi Soyo jaya 328.00
Lembah sumara Soyo jaya 5.55
Lambolo Petasia 344.00
Ganda-ganda Petasia 433.00
Bungintimbe, Molino Petasia 6.09
Towi Petasia 795.00
Ganda-ganda Petasia 191.00
Ganda-ganda Petasia 532.00
Ganda-ganda Petasia 325.00
Korowou, Molino, Bimor jaya Petasia 4.66
Mohoni Petasia 2.90
Kolo bawah Mamosalato 1.41
Lijo,Sea, Lemowalia,Salubiro Mamosalato 14.30
Winangabino, Lijo Mamosalato 27.12
Lembobelala Lembo 5.91
Korowou Lembo 1.95
Lawangke Lembo 12.13
Boba, Ueruru, Siliti Bungku Utara 2.98
Lemo, tanakuraya, Siliti, Tirongan Atas, Woomparigi Bungku utara 5.62
Boba, Kolo atas
Bungku utara,
Mamosalato 3.63
Lemo, Boba, Lemowalia, Salubiru, Rompi, Kolo atas,
Sea
Bungku utara,
Mamosalato 23.44
Bimor jaya, Bintangormukti 5.14
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
Tambale Mamosalato 2.49
Lijo Mamosalato 1.70
Lijo Mamosalato 10.10
Tambale Mamosalato 1.40

Rincian Luasan untuk Daerah Pertambangan (Operasi)
Lokasi Luas wilayah
(Ha)
Desa Kecamatan
Tamainusi Soyo jaya 198.60
Tamainusi Soyo jaya 199.00
Tambayoli Soyo jaya 145.00
Tamainusi Soyo jaya 120.00
Ganda-ganda Petasia 134.00
Tiu Petasia 5.48
Mondowe, Koromatantu Petasia 190.00
Molino Petasia 3.74
Ganda-ganda Petasia 199.90
Ganda-ganda Petasia 64.00
Ganda-ganda Petasia 603.00
Lambolo, Ganda-ganda Petasia 636.50
Ganda-ganda Petasia 974.00
Ganda-ganda Petasia 533.00
Tompira, Bungintimbe, Towara 1.21
Lambolo, Ganda-ganda, Kolonedale, Maralee,
Korolama Petasia 4.78
Keuno Petasia 198.00
Bimor jaya Petasia 102.00
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
Ganda-ganda Petasia 200.00
Ganda-ganda Petasia 424.00
Ganda-ganda Petasia 2.64
Towi Petasia 160.00
Ganda-ganda Petasia 85.00
Molino Petasia Timur 176.00
Keuno Petasia Timur 2.81
Keuno, Mohoni, Molino,Bungintimbe, Tompira,
Korowou Petasia Timur 4.78
Uewajo Bungku Utara 3.53
Uewajo Bungku utara 1.51
Uewajo Bungku utara 2.67
Kolo bawah Mamosalato 199.50
Tambale Mamosalato 3.61


8 BPDAS Palu-Poso Pengembangan
Pengembangan kerjasama antar sektor : kerjasama antar instansi terkait secara terintegrasi dan
difasilitasi i pemerintah daerah, dalam pelaksanaan pemerintah daerah dapat dibantu oleh lembaga lai
yang berperan sebagai fasilitator.
Pengembangan akses pasar : kegiatan akses pasar dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain :
1. Kegiatan promosi melalui berbagai media informasi
2. Kegiatan temu usaha antara petani dengan lembaga usaha
3. Membangun media informasi pasar
4. Melaksanakan kunjungan dagang antar daerah
5. Memfasilitasi kerjasama kemitraan
Pengembangan usaha kemitraan : unsur kemitraan adalah BUMN, BUMD, BUMS atau Koperasi, dimana
kegiatan ini memberikan kepastian usaha terhadap hasil-hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan RHL.

Studi Terdahulu :
PENYUSUNAN
RENCANA TEKNIS
REHABILITASI HUTAN
DAN LAHAN DAS
(RTK-RHL DAS) (2009)
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
Pelaksanaan kegiatan RHL diselenggarakan melalui kegiatan : reboisasi; penghijauan; pemeliharaan;
pengkayaan tanaman; penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif dan pembuatan bangunan
konservasi tanah secara sipil teknis dan tidak produktif.
Sehubungan dengan hal diatas, setiap lokasi diadakan pemasangan Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS)
diproyeksikan pada peta RTkRHL DAS yang nantinya digunakan untuk monitoring dan evaluasi tata air
DAS. Informasi mengenai tata letak mata air yang telah di identifikasikan dan di inventarisasi juga
diproyeksikan pada peta RTkRHL DAS yang dapat digunakan untuk pengembangan sumber daya air


9 Dinas Sumber
daya Mineral
Kab. Morowali
Utara
Pengembangan
Pembangunan PLTM (2 x 5 MW Tomata)
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Desa Tomata Kecamatan Mori Atas Kab. Morowali Utara
Provinsi Sulawesi Tengah (2014)

Pembangunan PLTA Laa 2 (160 MW Mori Atas)
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Kecamatan Mori Atas Termasuk dalam kawasan pengusahaan PT.
PLN wilayah VIII (2014)

Pembangunan PLTA Laa (4 x 2.5 MW Mori Atas)
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Kecamatan Mori Atas (2014)

Terdiri dari 4 buah
studi (Kesemua studi
masih dalam tahap
studi kelayakan dan
usulan

10 Badan
Lingkungan
Hidup Kab.
Morowali
Pengembangan
a. Kawasan budidaya Kehutanan
Dalam rencana kawasan budidaya, ruang bagi kawasan hutan produksi di Kabupaten Morowali
dibedakan menjadi :
1. Kawasan hutan produksi biasa
2. Kawasan hutan produksi terbatas
3. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
Penunjukkan areal hutan produksi terbatas dilakukan jika memenuhi kriteria sesuai SK Menteri
Pertanian No. 683/KPTA/UM/8/1981, dengan fungsi dan sebagai kawasan penyangga.


No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
b. Kawasan budidaya Pertanian
Untuk wilayah luas (Kab. Morowali), pembagian pengembangan harus di kaji dengan survei
sumberdaya lahan, karakteristik tanah dan iklim.
c. Kawasan budidaya Pertanian Lahan Kering
Arahan dan kebijakan pemanfaatan ruang dan pengembangan kawasan budidaya lahan kering yang
perlu dilakukan di Kab. Morowali mencakup :
1. Pengembangan konsep lahan pertanian abadi untuk lahan subur kelas satu, baik untuk lahan
kering maupun lahan basah.
2. Penyelesaian dengan tumpang tindih kegiatan budidaya lainnya pada kawasan/ lokasi.
3. Usaha penanggulangan banjir yang berpotensi melanda kawasan pertanian.
4. Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering diarahkan pada komoditas
jagung sebagai andalan utam, dan untuk kepentingan diversifikasi juga dikembangkan
hortikultura.
5. Diversifikasi memerlukan metode tumpang sari bagi komoditas-komoditas yang secara komposit
sesuai dikembangkan.
6. Menerapkan sistem usaha tani konservasi terutama pada lahan-lahan dengan potensi erosi tinggi
untuk menghindari degradasi lahan.
d. Kawasan budidaya Pertanian Lahan Basah
Sistem lahan yang sesuai untuk pengembangan pertanian adalah kecamatan Mori Atas, Menui
kepulauan, Bumi Raya. Rencana pemanfaatan ruang dan pengembangan kawasan adalah :
1. Perluasan areal persawahan. Meningkatkan produktivitas lahan tidur, baik melalui sistem
pompa maupun melalui sistem pembuatan cekdam baru.
2. Pengembangan prasarana pengairan untuk mendukung pengembangan tanaman padi sawah.
3. Penyusunan rencana kawasan sawah beririgasi dan pelaksanaan persiapan lahan bagi kawasan
sentra produksi di Kecamatan Bumi Raya dan Kecamatan Wita Ponda, sebagai kawasan strategis
kabupaten.
4. Penyusunan rencana pengembangan dan pemantapan kawasan-kawasan transmigrasi.
5. Perencanaan dan penetapan lahan-lahan kategori kelas I untuk dijadikan lahan pertanian
abadi.
6. Pengaturan pembagian lahan pada kawasan baru dikembangkan untuk petani-petani
transmigrasi lokal
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
e. Kawasan budidaya Tanaman Perkebunan
Saat ini sedang dikembangkan konsep KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebuanan).
Pengembangan Kimbun perlu dilakukan melalui rencana dan strategi :
1. Peningkatan kerjasama dan jejaring antara masyarakat (kelompok), antara masyarakat dan
perusahaan perkebunan, untuk menciptakan sinergi usaha dan peningkatan produktivitas.
2. Pengembangan sumberdaya manusia perkebunan, baik petani, pekebun, maupun pelaku usaha
lainnya untuk menumbuhkan inovasi dan adaptasi guna berkembangnya sistem usaha agribisnis
berbasis perkebunan.
3. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang efektivitas sistem agribisnis.
4. Peningkatan pengelolaan dan pemantapan kawasan-kawasan lindung atau konservasi sekitar
kimbun, untuk menghindari meningkatnya resiko banjir terutama pada wilayah-wilayah hulu
daerah sungai.
5. Peningkatan ketersediaan informasi mengenai kimbun
f. Kawasan Pengembangan Peternakan
Rencana pengembangan kawasan budidaya peternakan adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan diversivitas ternak, meskipun perlu mempertimbangkan kondisi wilayah yang sesuai
serta budaya masyarakat.
2. Pembuatan skim pengembangan usaha peternakan skala besar, karena potensi pengembangan
yang sesuai bagi pastur cukup luas.
3. Pengembangan sarana pendukung usaha peternakan seperti pakan ternak, pembangunan rumah
potong hewan, penggemukan ternak (cattle fatening), industri pengalengan daging, pembibitan.

Pengelolaan
a. Pengelolaan Kawasan Kehutanan
Kebijakan daerah diutamakan untuk
1. Revegetasi lahan dan hutan
2. Program hutan kemasyarakatan (HKM)
3. Peningkatan dan pemanfaatan hutan rakyat
4. Peningkatan upaya pemerintah dalam hal rehabilitasi
5. Peningkatan peran serta masyarakat
6. Peningkatan percepatan produksi kayu
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan
7. Pengembangan hasil hutan non kayu yang potensial
8. Pembentukan kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP)
9. Upaya pemanfaatan hutan produksi, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi yang dpt
dikonversi.
10. Pemanfaatan jasa lingkungan hutan tanpa merubah keseimbangan hutan.
b. Pengelolaan Tanah dan Air
Program Departemen Kehutanan sejak tahun 2005 di Kabupaten Morowali dalam bentuk Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) adalah salah satu upaya nyata yang diharapkan
dapat membantu merehabilitasi lahan di sepanjang Daerah Aliran Sungai agar dapat sesuai dengan
fungsinya
c. Pengelolaan Sumber Daya Air
Dalam bentuk intervensi kebijakan dan program, dilakukan dengan kegiatan :
1. Pembersihan sungai utama dalam wilayah Kab. Morowali
2. Mengintensifkan kegiatan monitoring dan evaluasi kualitas air secara periodik
3. Memperbanyak penambahan TPS dan jangkauan layanan pengelolaan sampah
4. Pemasangan papan himbauan
5. Melakukan perlindungan, konservasi dan rehabilitasi kawasan hulu yang menjadi daerah
tangkapan air.
d. Pengelolaan lingkungan laut, pesisir dan pantai
Peningkatan monitoring terhadap kawasan-kawasan yang mengalami gangguan untuk dilakukan
pemulihan kualitas lingkungan serta menjaga ketat kawasan potensial.


11 Bappeda Kab.
Morowali Utara

Pengembangan
Kawasan mandiri
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Desa Tomata Kecamatan Mori Atas Kab. Morowali Utara
Provinsi Sulawesi Tengah (2014)




Dokumen teknis :
DATA DOKUMEN
TEKNIS RTRW
KABUPATEN
MOROWALI UTARA
No
Dinas/ Instansi
terkait
Rencana Pengembangan/ Pembangunan Keterangan

NO Sudut Pandang Kepentingan
Kawasan Strategis
Provinsi
1 Pertumbuhan Ekonomi - Kawasan Kota terpadu
Mandiri (KTM) Bungku
- Kawasan Teluk
Matarape
2 Pendayagunaan sumber daya alam
dan teknologi tinggi
- Kawasan Andalan
Teluk Tolo


Kawasan strategis nasional Pertanian, perikanan, pariwisata, perkebunan agro industri, dan
pertambangan; perikanan dan pariwisata (Kawasan Unggulan Laut)
RTRW :
1. Pengembangan Jaringan irigasi yang belum termanfaatkan
2. Pembuatan jaringan Sistem Jaringan Drainase
3. Perlindungan kawasan hutan
4.

Anda mungkin juga menyukai