Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

Daya racun suatu bahan tergantung pada kualitas dan kuantitas bahan
tersebut. Dengan jumlah sedikit sudah membahayakan manusia ini tidak lain
karena kualitasnya cukup memadai untuk membunuh. Oleh sebab itu pengetahuan
akan sifat fisika dan kimia bahan beracun dan berbahaya sangat penting bagi
karyawan yang bekerja dalam pabrik.
Kegunaan bahan, akibatnya terhadap manusia dan lingkungan, tanaman dan
hewan, walau sebagai pengetahuan umum sangat penting peranannya. Demikian
juga sifat bahan terhadap pengaruh temperatur tinggi, terhadap air, terhadap
benturan dan sebagainya perlu dipahami oleh para karyawan di pabrik.
Nilai ambang batas pada mulanya ditujukan pada karyawan yang bekerja di
perusahaan industri yaitu untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja
selama mereka bekerja dalam pabrik. Sebagai karyawan yang bekerja untuk
puluhan tahun harus terjamin kesehatannya akibat kondisi udara dan lingkungan
kerjanya. Udara sekelilingnya haruslah memenuhi syarat kesehatan walaupun
mengandung bahan tertentu. Agar udara memenuhi syarat kesehatan maka
konsentrasi bahan dalam udara ditetapkan batasannya.
Artinya konsentrasi bahan tersebut tidak mengakibatkan penyakit atau kelainan
selama delapan jam bekerja sehari atau 40 jam seminggu. Ini menunjukkan bahwa
di tempat kerja tidak mungkin bebas polusi udara.
Nilai ambang batas adalah alternatif bahwa walau apapun yang terdapat
dalam lingkungan kerjanya, manusia merasa aman. Dalam perkataan lain, nilai
ambangbatas juga diidentikkan dengan kadar maksimum yang diperkenankan.
Kedua pengertian ini mempunyai tujuan sama.
Daya tahan manusia atau reaksi fisiologi manusia berbeda terhadap bahan
tertentu seperti misalnya reaksi suatu bangsa terhadap penyakit tertentu. Di
samping itu efek cuaca dan dan musim turut mempengaruhi konsentrasi sehingga
antara satu periode perlu mendapat perubahan. Untuk keadaan lain nilai ambang
batas ini diambil secara rata-rata.
2

Pada umumnya satuan yang dipakai untuk nilai ambang batas adalah mg/m3 yaitu
bagian dalam sejuta yang disingkat dengan bds atau ppm (part per million).
Satuan mg/m3 biasanya dikonversikan kepada satuan mg/liter melalui:

ppm = part per million (bagian dalam sejuta)
M = berat molekul
p = tekanan dalam mm. Hg.
t = suhu dalam derajat Celcius
mg/1 = satuan untuk ppm

Antara satu senyawa dengan senyawa lain berbeda nilai ambang batasnya dan
antara senyawa itu sendiri juga berbeda untuk waktu yang berbeda pula.
Tabel kualitas udara standar untuk gas dan debu di Amerika sebagai ppm.

3























4

BAB II
EMISI GAS BUANG

2.1. Klasifikasi emisi gas buang
Asap yang mengepul dari knalpot kendaraan bermotor tidak hanya
mencemari udara di langit Jakarta, tapi juga meningkatkan suhu di kota
metropolis ini. Makanya, Pemda DKI lantas mengumumkan Program Langit Biru.
Suatu kerangka kerja berisi ajakan kepada pengguna kendaraan bermesin untuk
secara rutin memeriksakan tingkat emisi gas buang dari kendaraannya dan
menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan alias berkadar timbal rendah.
Sebegitu runyamkah urusan gas buang ini sampai-sampai harus dibuat regulasi
baru? Jawabnya tentu saja ya. Emisi dari pelayaran internasional telah
mempengaruhi komposisi kimia atmosfir secara signifikan yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap iklim di bumi. Seperti diketahui, emisi gas buang dari
cerobong asap kapal mesin mengandung CO2, NOx, SOx, CO, hidrokarbon dan
partikel-partikel berat lainnya. Gas buang ini bereaksi dengan udara dan
menimbulkkan reaksi kimia yang lambat laun berpengaruh terhadap komposisi
kimia atmosfir bumi. Perubahan ini menimbulkan efek rumah kaca (green house
effect) yang menyebabkan temperatur udara meningkat. NOx, CO dan hidro
karbon dari cerobong kapal ditengarai memiliki kontribusi terhadap rusaknya
lapisan ozon paling bawah (ground level ozon) yang membahayakan kesehatan
manusia dan tumbuh-tumbuhan di bumi. Pengukuran satelit terhadap kandungan
NO2 dari Global Ozone Monitoring Experiment (GOME) di atas Samudra Hindia
dan dari Instrument Scanning Imaging Absorption Spectro Meter for Atmospheric
Cartography(SCIAMACHY) yang dipasang pada satelit ENVISAT di atas Laut
Merah dan Samudra Hindia dengan jelas menunjukkan hal ini.

2.2. Penyebab emisi gas buang
Secara langsung dan tak langsung emisi menyumbangkan lebih dari 35%.
Tidak semua gas beracun dapat menyebabkan emisi CO2 dari waktu ke waktu
terus meningkat baik pada tingkat global, regional, nasional pada suatu negara
5

maupun lokal untuk suatu kawasan. Hal ini terjadi karena semakin besarnya
penggunaan energi dari bahan organik (fosil), perubahan tataguna lahan dan
kebakaran hutan, serta peningkatan kegiatan antropogenik.
Walaupun emisi CO2 dikatakan besar, tetapi sampai saat ini belum terdapat
alat untuk mengakumulasi emisi CO2 ini. Kalaupun ada baru terbatas pada emisi
yang dihasilkan oleh kebakaran hutan yang terdapat di Sulawesi Tengah dan
Kalimantan Tengah. Alat ukur yang terdapat saat ini baik di tepi jalan raya atau
dari satelit, bukan mengukur emisi CO2 tetapi konsentrasi dari CO2. Antara emisi
dan konsentrasi berbeda baik definisi maupun satuannya.
Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata di
seluruh permukaan bumi yang disebabkan karena akumulasi panas di atmosfer
yang disebabkan oleh efek rumah kaca. Efek Rumah Kaca ialah fenomena
menghangatnya bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan bumi
dipantulkan kembali ke angkasa yang terperangkap oleh "selimut" dari gas-gas
CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O (nitrogen dioksida), PFCS
(perfluorokarbon), HFCS (hidrofluorokarbon), dan SF6(sulfurheksafluorida).
Hubungan Perubahan Iklim, Efek Rumah Kaca, dan Pemanasan Global adalah
Efek Rumah Kaca menyebabkan terjadinya Pemanasan Global yang dapat
menyebabkan Perubahan Iklim. Hubungan di antara ketiganya adalah hubungan
sebab-akibat.
Pemanasan global dan perubahan iklim saat ini menjadi hal terhangat yang
paling banyak dibicarakan oleh masyarakat dunia. Bahkan telah dilakukan
konferensi rutin tentang perubahan iklim yang diikuti oleh negara-negara di
seluruh dunia. Di dalam konferensi tersebut membahas mengenai penyebab dan
cara untuk mengatasi maupun mengurangi perubahan iklimyang terjadi di bumi
kita ini.

2.3. Dampak emisi gas buang
Sistem transportasi merupakan urat nadi perkotaan, memiliki peran dalam
mendukung dinamika kehidupan perkotaan. Jumlah kendaraan selalu meningkat
dari waktu ke waktu. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
6

setiap kendaraan yang beroperasi memberikan kontribusi 2.718,19 g/m3 gas
karbonmonoksida (CO) pada udara. Semakin tinggi kepadatan lalu lintas akan
semakin tinggi juga emisi karbon monoksida yang diberikan. Penyebaran emisi
ini terpapar hingga jarak 50 m searah dengan kecepatan angin untuk gas dan
hingga jarak 250 m untuk partikel padat (Mursid R, et al, Jurnal Kimia
Lingkungan, 2007).
Terjadinya kemacetan lalu lintas akan memperbesar emisi gas
karbonmonoksida (CO) karena terjadi pembakaran yang tidak sempurna, hingga
hampir 6 kali bila lalu lintas tidak mengalami kemacetan. Paparan tersebut yang
memberikan beban kepada masyarakat di sekitar jalan, baik pemukim, pengasong,
polisi lalu litas, maupun pekerja di pinggir jalan, karena mereka menghirup
karbonmonoksida (CO) setiap harinya. Gangguan sesak napas, pusing-pusing,
kehilangan kesadaran hingga penurunan tingkat kecerdasan merupakan dampak
langsung paparan bahan pencemar terhadap tubuh manusia. Masyarakat yang
memiliki risiko paling tinggi adalah mereka yang memiliki aktivitas tinggi di
sekitar jalan (pedagang kaki lima, polisi, pemukim di sekitar jalan, dan sopir).
Kelompok masyarakat tersebut memiliki kerentanan tinggi dari paparan gas
karbon monoksida (CO).

2.4. Solusi emisi gas buang
Pelestarian lingkungan hidup menjadi perhatian utama negara-negara di dunia
saat ini. Isu lingkungan hidup dan pemanasan global memang menjadi fokus
perhatian di banyak negara. Pasalnya emisi gas buang kendaraan bermotor
menghasilkan beberapa jenis zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti
karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx) dan oksida nitrogen (Nox).
Peraturan yang lebih ketat akan emisi gas buang kendaraan pun diluncurkan guna
menciptakan dunia yang sehat. Kementerian Lingkungan Hidup Republik
Indonesia telah mengeluarkan beberapa regulasi dalam hal ini keputusan menteri
yang berkaitan tentang baku mutu emisi di tanah air. Berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-35/MENLH/10/1993 tentang
ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor, kandungan CO pada mobil
7

ditentukan maksimum 4,5 persen dan 3.000 ppm untuk HC (hidrokarbon) Pada
prinsipnya, setiap pembakaran kendaraan akan menghasilkan CO2 (sebagai
sampah) dan O2 terpakai (sebagai pembakar). Dalam pembakaran yang sempurna,
CO2 harus tinggi dan O2 rendah. CO2 merupakan indikasi dari tingkat efisiensi
pembakaran mesin bensin. Pada mesin mobil generasi lama, pencampuran bahan
bakar dengan udara diproses oleh karburator. Kelemahan mesin kendaraan
karburator, akurasi campuran (bahan bakar dan udara) umumnya rendah karena
kondisi permukaan bahan bakar dalamfloat chamber carburator mempengaruhi
rasio campurannya. Sementara pada mesin kendaraan modern sudah
menggunakan sistem injeksi, yaitu menggunakan manajemen EFI (electronic fuel
injection) atau ECI-Multi (multi-point fuel injection). ECI-Multi atau EFI bekerja
secara computerized dalam mengatur campuran bahan bakar dengan udara atas
informasi dari beberapa sensor, mengatur saat pembakaran (ignition timing) dan
tepat di setiap RPM (putaran mesin per menit).
Kendaraan yang menggunakan mesin EFI juga mampu mengoreksi emisi gas
buang dengan perangkat EGR (exhaust gas recyrculating). Selain penemuan
terbaru pada sistem pembakaran, saat ini pula dikembangkan sarana transportasi
mobil hibrida yang hemat energi. Lahirnya konsep mobil hibrida bertujuan untuk
mengendalikan laju penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang menghasilkan
gas CO2. Gas buangan hasil pembakaran kendaraan bermotor memberikan
kontribusi 20% dari total gas buangan pemakai energi fosil. Kondisi ini
memberikan pengaruh terhadap kerusakan lingkungan. Teknologi mobil hibrida
ini sangat diharapkan karena memiliki efek berkurangnya emisi CO2 ke
lingkungan. Teknologi hibrida ini sebagaimana namanya, adalah sebuah teknologi
yang mencangkok atau menggabungkan dua sumber energi mobil dari BBM dan
listrik yang dihasilkan dari motor elektrik. Selain itu tidak menutup kemungkinan
teknologi ini adalah gabungan penggunaan energi baterei dan energi dari motor
elektrik atau antara energi lainnya. Kombinasi sumber energi untuk teknologi
hibrida akan mewarnai teknologi eco-car di masa datang.


8

DATA DAN HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
Pencemar Sumber Keterangan
Karbon monoksida
(CO)
Buangan kendaraan
bermotor; beberapa
proses industri
Standar kesehatan: 10
mg/m3 (9 ppm)

Sulfur dioksida (S02) Panas dan fasilitas
pembangkit listrik
Standar kesehatan: 80
ug/m3 (0.03 ppm)
Partikulat Matter Buangan kendaraan
bermotor; beberapa
proses industri
Standar kesehatan: 50
ug/m3 selama 1 tahun;
150 ug/m3
Nitrogen dioksida
(N02)
Buangan kendaraan
bermotor; panas dan
fasilitas
Standar kesehatan: 100
pg/m3 (0.05 ppm)
selama 1 jam
Ozon (03) Terbentuk di atmosfir Standar kesehatan: 235
ug/m3 (0.12 ppm)
selama 1 jam

Tabel 1 memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan
oleh pemerintah melalui keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun
mencatat bahwa adanya penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori
baik untuk dihirup dari tahun ke tahun sangat mengkhawatirkan. Dimana pada
tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32% (117 hari dalam satu tahun) dan
di tahun 2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun). Hal ini
menandakan Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan tentang
pengurangan emisi baik sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut.
Selain itu tentunya penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi
dilanjutkan dengan pengaplikasiannya di masyarakat menjadi suatu prioritas
utama bagi pengendalian polusi udara di Indonesia.


9

2.5. PEMBAHASAN / ANALISIS
Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi
kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang
dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun
terhadap lingkungan, seperti timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate
matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida
(CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan bermotor menyumbang hampir
100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon,
34-73% NOx, dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta.
Sumber utama debu berasal dari pembakaran sampah rumah tangga, di mana
mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor industri merupakan sumber
utama dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di Jakarta konsentrasi timbal
bisa 100 kali dari ambang batas.
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di
berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di
Jakarta disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan
bakar solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari
rasio kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang
bakar mesin diesel. Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar
terutama yang terjadi pada mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge
merupakan salah satu strategi untuk meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida
yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin
dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Karena itu strategi
penurunan kadar karbon monoksida akan tergantung pada pengendalian emisi
seperti pengggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida
menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan bakar terbarukan yang rendah
polusi bagi kendaraan bermotor.
Setiap kendaraan akan menghasilkan gas sisa pembakaran sesuai dengan cara
pengoperasian mesin. Pada kondisi kendaraan hidup stasioner memberikan emisi
lebih besar dibandingkan dengan kendaraan berjalan. Secara umum, reaksi
pembakaran bahan bakar fosil secara sempurna pada proses kendaraan bermotor.
10

Pada saat proses pembakaran tidak sempurna maka tidak seluruh hidrokarbon
teroksidasi, sehingga masih menyisakan hidrokarbon (HC) dan gas
karbonmonoksida (CO) dengan proporsi lebih besar.Pada kasus mobil Esemka,
tingginya emisi gas hidrokarbon (HC) dan karbonmonoksida (CO) kemungkinan
disebabkan sistem pada mesin belum mampu melakukan pembakaran secara
sempurna, sehingga menghasil gas CO dan HC melebihi baku mutu.
Karbonmonoksida (CO) memberikan dampak lebih dominan dibandingkan
dengan hidrokarbon (HC) maupun NOx.
Tingginya karbon monoksida dari hasil uji emisi mobil Esemka, lebih
memberikan dampak membahayakan dibandingkan dengan hidrokarbon (HC).
Hidrokarbon (HC) yang merupakan bahan bakar utama kendaraan bermotor tidak
semua teroksidasi secara sempurna. Indikasi tingginya HC pada emisi mobil
Esemka menunjukkan bahwa mesin belum memiliki kemampuan optimal dalam
mengubah bahan bakar manjadi energy dan manyisakan emisi.
Di antara senyawa- senyawa yang terkandung di dalam gas kendaraan
bermotor yang dapat menimbulkan pengaruh sistemik, yang paling penting adalah
karbon monoksida dan timbal. Pengaruh langsung dari kedua zat di atas terhadap
kehidupan manusia dan bentuk kehidupan lainnya sangat berbeda-beda, dari
pengaruh yang berat (mematikan) sampai pengaruh yang ringan (menimbulkan
perasaan jengkel). Adanya zat pencemar di udara mempunyai kecenderungan
untuk menaikkan jumlah penderita atau memperberat penyakit kanker paru-paru,
emphysema, TBC, pneumonia, bronkitis, asma, dan bahkan influensa.
Gas CO tidak berbau, tidak berasa, sehingga kehadiranya tidak dapat
dirasakan secara kasat mata. Justru sifat ini yang sangat berbahaya karena
manusia yang terpapar tidak merasakan, akan tetapi akan terkena dampak secara
mematikan. Senyawa CO sangat mudah berkaitan dengan hemoglobin (Hb), bila
dibandingkan dengan daya ikat oksigen dengan Hb, maka daya ikat CO adalah240
kali daya ikat oksigen.
Fungsi oksigen untuk jaringan tubuh adalah untuk pelengkap proses
pembakaran yang menghasilkan tenaga. Menurunnya kemampuan darah
mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh menyebabnya
11

turunnya tenaga yang dihasilkan oleh metabolisme sel-sel (pertukaran zatantar
sel).
Karena tidak berbau, maka pengguna tidak menyadari bila ada ancaman gas
CO. keterlambatan menghindar dari paparan CO menyebabkan oksigen dalam
darah tergantikan kendudukannya oleh CO. bila konsentrasi hingga sekitar 80
ppm, maka ancaman kematian akan besar. Mari renungkan bersama.

























12

BAB III
PENGERTIAN EFEK RUMAH KACA

Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit ( terutama planet atau satelit
) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Mars, Venus, dan benda
langit beratmosfer Lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah
kaca.
Istilah efek rumah kaca atau bahasa inggris disebut dengan green house effect ini dulu
berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang
memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan juga bunga-bungaan. Suhu
di dalam rumah kaca lebih tinggi daripada di dalam rumah kaca,Hal ini dikarenakan
dikarenakan cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-
benda di dalam ruangan kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra merah,
tapi gelombang panas tersebut terperangkap dan tidak bercampur dengan udara luar yang
dingin. Itulah gambar sederhana mengenai terjadinya efek rumah kaca.
Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjukkan dua hal berbeda : efek rumah
kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang
terjadi akibat aktivitas manusia.

3.1 Mekanisme terjadinya efek rumah kaca dan penyebabnya

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya gas karbondioksida ( CO2) dan gas-gas
lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 disebabkan oleh kenaikan
pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Energi yang
masuk ke bumi, 25 % dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25 % diserap
awan, 45 % diserap permukaan bumi, 5 % dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.
Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah yang
dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan
ke permukaan bumi. Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah
belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa
13

senyawa organic seperti gas metana dan klorofluorokarbon (CFC). Gas-gas tersebut
memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.
Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang
antara lain berupa uap air atau H2O, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas
inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di
troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
Efek Rumah Kaca.
Gas yang menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca. Efek rumah kaca
bisa terjadi karena berubahnya komposisi GRK (gas rumah kaca), yaitu meningkatnya
konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia terutama yang berhubungan
dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada
pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu
GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian
dan peternakan, GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida,
metana, dan nitroksida. Hal tersebut di atas juga merupakan salah satu penyebab
pemanasan global yang terjadi saat ini.
Dunia memperoleh sebagian besar energi dari pembakaran bahan bakar fosil yang
berupa pembakaran minyak bumi, arang maupun gas bumi. Ketika pembakaran
berlangsung sempurna, seluruh unsur karbon dari senyawa ini diubah menjadi karbon
dioksida. Senyawa karbon dari bahan bakar fosil telah tersimpan di dalam bumi selama
beratus-ratus milliar tahun lamanya. Dalam jangka waktu satu atau dua abad ini, senyawa
karbon ini dieksploitasi dan diubah menjadi karbon dioksida. Tidak semua karbon
dioksida berada di atmosfir (sebagian darinya larut di laut dan danau, sebagian juga
diubah menjadi bebatuan dalam wujud karbonat kalsium dan magnesium), tetapi hasil
pengukuran menunjukkan bahwa kadar CO2 di atmosfir perlahan-lahan meningkat tiap
tahun dan terus meningkat dekade-dekade terakhir.
Peningkatan dari kadar CO2 di atmosfir menimbulkan masalah-masalah penting yang
disebabkan oleh alasan-alasan berikut ini:
Karbon dioksida memiliki sifat memperbolehkan cahaya sinar tampak untuk lewat
melaluinya tetapi menyerap sinar infra merah. Agar bumi dapat mempertahankan
temperatur rata-rata, bumi harus melepaskan energi setara dengan energi yang
diterima.
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor lain dalam pemanasan global, karena
sebagai orang lebih banyak menggunakan bahan bakar fosil untuk panas, transportasi
14

dan manufaktur tingkat gas rumah kaca terus meningkat. Seperti pertanian yang lebih
terjadi untuk memberi makan jutaan orang baru, gas rumah kaca lebih memasuki
atmosfer.

3.2 Keterkaitan antara Efek Rumah Kaca, Global Warming, dan Perubahan Iklim
Secara umum iklim merupakan hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik
dimana parameter-parameternya adalah seperti suhu, kelembaban, angin, dan pola curah
hujan yang terjadi pada suatu tempat di muka bumi. Iklim merupakan suatu kondisi rata-
rata dari cuaca, dan untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat, diperlukan nilai rata-
rata parameternya selama kurang lebih 10 sampai 30 tahun. Iklim muncul setelah
berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi.
Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari perputaran
planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet
bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata,
sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem
peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau
berfluktuasi dari waktu ke waktu.Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan unsur-
unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa
kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya.
Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu
akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi disebut gas rumah kaca,
sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek
rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang
masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga
dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.
Efek rumah kaca. Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak
ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33
derajat Celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon
dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs
(Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan
dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan
bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik,
kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak.
15

Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta
aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti
karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di
atmosfer.
Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK
secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi
akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada
akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian
dikenal dengan Pemanasan Global.
Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari
permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang
panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat
menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah
terganggu komposisinya.
Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa (stratosfer) menjadi
terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan
kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari
kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah
kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi
maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim
dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.
Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu,
mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim
kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat, namun
semakin tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali iklim seperti El Nino La Nina dan
Indian Ocean Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya
beberapa pulau dan berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen,
krisis pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya.

3.3 Dampak yang Diakibatkan oleh Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca adalah seperti yang diuraikan diatas, bahwa konsentrasi CO2 yang
tebal diatmosfer bumi menyebabkan emisi panas yang dikeluarkan oleh makhluk ataupun
benda lain di muka bumi tidak dapat dilepaskan sehingga suhu bertambah panas di
16

didalam linkungan bumi. efek berantainya adalah apabila ketebalan mencapai batas limit
maka sinar matahari tidak akan mamapu lagi menembus sampai kepermukaan bumi.
Logikanya apabila konsentrasi sudah mencapai titik jenuh tersebut maka bumi akan
mengalami gelap karena radiasi panas tidak mampu menembus bumi akibat
dipantulkannya kembali keluar angkasa.Dengan demikian maka suhu bumi akan turun
drastis dan permukaan air akan membeku.
Efek lain dari emisi gas rumah kaca adalah hewan & ikan dibumi akan mengalami
kerusakan jaringan dan reproduksi, kerabang telur ayam akan susah terbentuk telur ikan
akan pecah sebelum diselaputi lendir pelindung. sehingga populasi hewan dan ikan akan
menurun bahkan musnah. Tumbuhan yang sebetulnya memerlukan CO2 untuk fotosintesis
justru tidak dapat melakukan fungsi tersebut dikarenakan sel fotosintesis pada daun
tertutup jelaga yang merupakan efek samping dari CO2, pada permukaan daun akan
timbul kutikula daun atau bintil bintil daun, itu seperti kanker pada hewan atau manusia.
Ganggang dan fitoplankton pun setali tiga uang dengan tumbuhan besar, sel fotosintesis
tidak akan berfungsi. Yang jelas apapun bila tidak sesuai ukuran akan mengakibatkan
kerusakan. coba bila anda makan sesuai porsi dengan makan yng berlebih sampai
kekenyangan, maka akan jelas efeknya. Makan sesuai porsi akan jadi sehat. makan
berlebih perut jadi sakit dan kelanjutannya keorgan lainnya. demikian juga emisi gas
rumah kaca (CO2) bila berlebihan akan menimbulkan penyakit, tetapi bila sesuai porsi
akan membuat sehat tumbuhan dan bumi. Jadi yang jelas akibat global warming yang
disebabkan efek rumah kaca bukan akan menambah jumlah ikan karena air yng semakin
banyak dan tumbuhan bukannya menghasilkan oksigen bertambah banyak karena
berlebihannya CO2\
.Efek rumah kaca itu tidak berbanding lurus dengan melimpahnya sinar matahari.
rasa hangat dan panas yang kita rasakan itu bukan dari sinar matahari tapi dari
emisi/radiasi yang terjebak dibawah permukaan gas CO2 yg tebal. Perlu dicatat
emisi,radiasi dan sinar itu hal yang berbeda. Sinar matahari kebumi membawa serta
radiasi dan emisi (emisi adalah efek hasil pemanasan yang berupa gas, sedangkan radiasi
dihasilkan akibat tidak stabilnya elektron akibat tumbukan antara elektron yang akan
menimbulkan pemanbahan atau pengurangan jumlahnya untuk mencapai kesetabilan,
tetapi hal ini juga mempengaruhi inti atomnya, akibatnya akan mengeluarkan sinar seperti
alfa, gama, beta, ultraviolet, X, dll). Jadi jelasnya bumi kita ini harus dirawat dikelola
dengan bijaksana agar terus seimbang. karena ketidak seimbangan akan mengakibatkan
petaka bukan manfaat.
17

Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim
yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan
ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon
dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di
daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga
akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan
terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan
mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata
bumi 1-5 C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang
akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 C sekitar tahun 2030.
Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak
gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan
mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat. Peningkatan suhu bumi juga
mempengaruhi terjadinya perubahan cuaca dan suhu laut yang begitu ekstrim.
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga
dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es
di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana
alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam
biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana
sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma
psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne
diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang
(ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim
ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri,
plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala
organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara
alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstrem ini.
hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak
18

kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran
hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu).
Efek rumah kaca dapat mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es didaerah
kutub. Hal akan berakibat naiknya permukaan laut yang dapat mengancam pemukiman
penduduk disepanjang pantai. Naiknya permukaan air laut dapat mengakibatkan erosi
disekitar wilayah pesisir pantai, kerusakan hutan bakau dan terumbu karang,
berkurangnya intensitas cahaya didasar laut, serta naiknya tinggi gelombang air laut.
Disamping itu efek rumahkaca mengakibatkan terganggunya keseimbangan biologis di
laut sehingga dapat meningkatkan jumlah ganggang di lautan. Beberapa jenis ganggang
ini ada yang dapat mengeluarkan racun yangmembahayakankehidupan lautdan meracuni
manusia yang memakan hasil laut.
Efek rumah kaca juga akan meningkatkan suhu bumi sekitar 1
0
5
0
C. Hal ini akan
mengganggu ekosistem dan lingkungan. Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh
pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-
borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak
terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan
seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
Namun disamping hal-hal tersebut efek rumah kaca juga memiliki dampak yang positif
bagi kehidupan, terutama manusia. Efek rumah kaca sangat dibutuhkan oleh segala
makhluk hidup yang ada di bumi. Karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat
dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 C (59 F), bumi sebenarnya telah lebih panas
33 C (59 F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18
C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila
gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
3.4 Cara-cara Menanggulangi Efek Rumah Kaca
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah
kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration
(menghilangkan karbon).
Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca. Cara yang paling mudah untuk
menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan
menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat
19

pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui
fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya.
Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang
mengkhawatirkan Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena
tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk
lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini
adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin
bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan
menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong
agar minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi
gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini
telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbon
dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan
kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar
fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada
abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian
digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas
mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan trend penggunaan
bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon
dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila
dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun
demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan
karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan
keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, Untuk kendaraan bermotor, perlu digunakan
alat penyaring khusus gas buangan pada bagian knalpot (tempat keluar gas buangan)
yang dapat menetralisir dan mengurangi dampak negatif gas buangan tersebut. Bisa juga
dengan mengganti bahan bakar dengan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan,
seperti tenaga surya (matahari) atau biodisel. Perlu dikeluarkan regulasi tentang usia
kendaraan bermotor yang boleh beroperasi agar tidak menimbulkan pencemaran.
Selain itu diperlukan juga adanya pengelolaan sampah.Pengelolaan sampah adalah
pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan , atau pembuangan dari
material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari
20

kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap
kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair ,
gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang ,
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , berbeda juga antara
daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari
pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah sampah, Selain itu perlu diadakan kerja sama
internasional untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Apabila pada suatu
negara diterapkan peraturan kebijakan lingkungan yang ketat, maka ekonominya dapat
terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi
emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara
industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam
polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon
dioksida. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang serius, konsisten, dan kontinyu agar
masalah kerusakan lingkungan ini dapat diatasi atau diminimalisir.













21

BAB IV
PERATURAN PEMERINTAH

4.1 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara
4.2 Undang Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4.3 Undang Undang No.4 Tahun 1982 Tentang Batasan Pencemaran
Lingkungan
4.4 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2006 Tentang
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan



















22

DAFTAR PUSTAKA

http://deskawijayanto.blogspot.com/2009/12/solusi-mencegah-polusi-udara.html
http://egsaugm.blogspot.com/2011/04/emisi-penyebab-pemanasan-global.html
http://e-journal.upstegal.ac.id/index.php/eng/article/view/117
http://id.wikipedia.org/wiki/Emisi_gas_buang
http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara

Anda mungkin juga menyukai