Anda di halaman 1dari 122

1

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN


KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI
CORPORATE CUSTOMER CARE CENTER (C4) PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA, Tbk TAHUN 2009


Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)















Disusun oleh :

DIAN NOURMAYANTI
NIM : 105101003224


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M

2


lEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.




Jakarta, 5 Februari 2010


Dian Nourmayanti










3


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, Januari 2010

DIAN NOURMAYANTI, NIM : 105101003224

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
KELELAHAN MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI
CORPORATE CUSTOMER CARE CENTER (C4) PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA, Tbk TAHUN 2009

(xix+ 82 halaman, 11 tabel, 4 gambar, 1 grafik, 4 lampiran)



ABSTRAKSI

Kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh
upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang
sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Gejala-gejala seseorang
mengalami kelelahan mata antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata,
pandangan kabur, pandangan ganda, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata
perih, mata merah, mata berair, sakit kepala, dan pusing disertai mual. Penelitian
yang dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004) didapatkan bahwa 91,6 %
operator komputer merasakan keluhan kelelahan mata. Berdasarkan penelitian
pendahuluan di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk, tahun 2009 diketahui bahwa dari 15 pekerja pengguna komputer
terdapat 13 pekerja yang mengalami keluhan kelelahan mata.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian
cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 51 pekerja customer service.
Data penelitian didapat dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh
masing-masing pekerja untuk mengetahui keluhan kelelahan mata secara subjektif
dan karakteristik pekerja. Sedangkan kelainan refraksi, tingkat pencahayaan dan jarak
monitor diukur secara langsung dengan menggunakan snellen chart, luxmeter, dan
mistar. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran masing-masing
variabel, sedangkan analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji chi square
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (usia, kelainan refraksi,
istirahat mata, jarak monitor dan tingkat pencahayaan) terhadap variabeldependen
(keluhan kelelahan mata).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja pengguna
komputer mengalami keluhan kelelahan mata. Selain itu terdapat hubungan antara
4


usia dan tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna
komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk tahun 2009 dengan P
value
0,023 dan variabel tingkat pencahayaan memiliki nilai
OR sebesar 30.00 sehingga dapat diketahui bahwa tingkat pencahayaan memiliki
risiko 30 kali terhadap kejadian keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna
komputer di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Faktor kelainan refraksi,
istirahat mata, dan jarak monitor ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan
dengan keluhan kelelaha mata.
Untuk mengurangi keluhan kelelahan mata pada pekerja, saran yang diajukan
bagi perusahaan adalah memberikan penerangan sesuai dengan standar yang
dianjurkan untuk ruangan kerja berkomputer yaitu sebesar 300 Lux dan melakukan
pemeriksaan mata secara berkala bagi pekerja. Bagi pekerja, hindari penggunaan
lensa kontak pada saat bekerja dengan komputer karena kelelahan mata akan lebih
cepat terasa. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan pengukuran
kelelahan mata secara objektif dengan menggunakan alat ukur tingkat kelelahan mata
(reaction timer) dan meneliti variabel lain yang terkait dengan kelelahan mata dengan
menggunakan desain studi case control.


Daftar bacaan : 38 (1985 2008)












5


FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH
Undergraduated Thesis, February 2010

DIAN NOURMAYANTI, NIM : 105101003224

FACTORS CORELATION WITH SYMPTOM OF EYESTRAIN IN
COMPUTER USER AT CORPORATE CUSTOMER CARE CENTER (C4) PT.
TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk OF YEAR 2010.

(xix + 83 pages, 11 tables, 4 pictures, 1 graphic, 4 attachments)


ABSTRACT

According to Medical Sciences, eyestrain symptoms is caused by excessive
efforts of the vision system in less than perfect conditions to get the sharpness of
vision. The symptom of eyestrain are throbbing pain or felt around the eyes, blurred
vision, double vision, difficult in focusing vision, giving hot/sore, red eyes, watery
eyes, headache, nausea and dizziness. Japanese Ministry of Health (2004) found that
the proportion of eyestrain symptoms felt by the computer operator is 91.6%. Based
on preliminary study in Corporate Customer Care Center (C4) PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk, in year 2009 is known that 15 workers from computer users, there
were 13 workers who eyestrain symptom.
This quantitative research using cross-sectional research design. The sample
in this study are 51 worker customer service. Researchs data obtained by using a
questionnaire to determine eyestrain symptom and worker characteristics.
Meanwhile, refraction disorder, lighting levels and the distance of monitor measured
directly by using snellen chart, luxmeter, and ruler. Univariate analysis performed to
describe of each variable, whereas the bivariate analysis is done using the chi-square
test to determine the corelation between the independent variables (age, refraction
disorder, eye rest, the distance of monitor and illumination level) and the dependent
variable (eyestrain symptom).
The results showed that the majority of computer users eyestrain symptom. In
addition there is a corelation between age and illumination level with eyestrain
symptom of computer users in Corporate Customer Care Center (C4) PT
Telekomunikasi Indonesia, Tbk in 2009 with Pvalue 0.023 and OR value of
illumination level is 30.00, that can be seen that the level of illumination has 30 times
the risk for eyestrain symptom on a computer user at C4 PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk. There is no corelation between the other variable with eyestrain
symptom.
6


To reduce eyestrain symptom, the proposed suggestions for the company is
providing complying illumination standard for computer user as 300 Lux and conduct
periodic eye examinations for workers. For workers, avoid wearing contact lenses. As
for further research are expected to to objective measurement such as reaction timer
and examined other variables corelation with eyestrain symptom by using cohort
study design.

References : 38 (1985 2008)


























7


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi Dengan Judul


FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN
KELELAHAN MATA PADA PENGGUNA KOMPUTER
DI CORPORATE CUSTOMER CARE CENTER (C4) PT. TELEKOMUNIKASI
INDONESIA, Tbk TAHUN 2009


Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


Jakarta, 5 Februari 2010





Iting Shofwati, ST, MKKK Catur Rosidati, SKM, MKM
Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II


8


PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA




Jakarta, 5 Februari 2010



Ketua



(Iting Shofwati, ST, MKKK)




Anggota I



(Catur Rosidati, SKM, MKM)





Anggota II




(Selamat Riyadi, SKM, MKKK )


9


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dian Nourmayanti
TTL : Jakarta, 20 Maret 1987
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Telepon : 085692552003/021-98576354
Alamat : Jl. Pinding No.25 RT 0014/01 Cipedak Jagakarsa Jak-Sel
E-mail : diannourmayanti@yahoo.com


PENDIDIKAN FORMAL

2005 2009 : Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2002 2005 : SMU Negeri 97 Jakarta
1999 2002 : SLTP Negeri 131 Jakarta
1993 1999 : SDN 05 Cipedak


PENGALAMAN ORGANISASI

2008 2009 : Anggota Forum Keselamatan dan Kesehatan Kerja (FSK3)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2006 2007 : Sekretaris Saman Dance Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2006 2007 : Anggota BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta


PENGALAMAN DAN PELATIHAN

2009 : Magang di PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan
Indramayu Jawa Barat
2008 : Pelatihan Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001:2007
2008 : Pelatihan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:200


10


KATA PENGANTAR

- ' ,- = -= ;---- >~-

Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
hidayah, kasih sayang dan segala nikmat yang Ia berikan selama ini sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Skripsi dengan judul Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna
Komputer Di Corporate Customer Care Centre (C4) PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk Tahun 2009.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyusunan skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan
banyak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Keluarga tercinta, Bapak Cepi, Mama Eti, Ade Sari, Wahyu, yang telah
memberikan doa, semangat, dan pengertian yang luar biasa kepada kaka.
Kepada Nyai tersayang..terimakasi untuk setiap aliran doa yang tiada henti
untuk keselamatan dan keberhasilan kaka, semoga nyai cepet sembuh, amin.
Ce May beserta dua jagoan ciliknya Kiki dan Syahna yang selalu menghibur
disaat semangat kaka mulai berkurang, serta segenap keluarga besar Alm. H.
Abd. Manan yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada kaka.
2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
11


3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bu Iting dan Bu Catur selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran.
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat (PSKM) Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Pak Bambang, Pak Daud, Pak Taufan serta seluruh staf dan karyawan
Corporate Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang
telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan skripsi di C4
Jakarta.
7. Averroes seorangmakasi ay untuk semuanya *^.^*
8. Sahabat-sahabat tersayang Lea, Fina, Juniar, Gita dan Arini yang selalu setia
setiap saat ;) aku ada karena kalian ada ^.^
9. Teman-teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2005, Semangaaatttttt!!!!!!!!.
10. Sebuah kisah klasik untuk masa depanAzelia, Barki, Syaichu, Akmal, Agus,
Indra.makasi untuk kebersamaannya selama ini dan selamanya.
11. Keluarga Pd. Ranggon, Depok, Kedaung, Pamulang, Bandung, Indramayu yang
selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan perjuangan ini.
12. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
telah membantu proses penyusunan laporan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

12


DAFTAR ISI


LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................i
ABSTRAKSI.............................................................................................. ii
ABSTRACT...............................................................................................iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................................vi
DAFTAR PANITIA SIDANG.................................................................. vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................viii
KATA PENGANTAR................................................................................ix
DAFTAR ISI..............................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................ xvii
DAFTAR GRAFIK..................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3 Pertanyaan Penelitian............................................................................. 6
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................... 7
1.4.1 Tujuan Umum............................................................................... 7
1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 7
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
1.5.1 Bagi Perusahaan............................................................................ 9
1.5.2 Bagi Peneliti Lain.......................................................................... 9
1.5.3 Bagi Program Strata I K3 FKIK UIN............................................. 9
1.6 Ruang Lingkup ...................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 11
2.1 Kelelahan Mata..................................................................................... 11
13


2.2 Sifat Melihat (visibilitas)....................................................................... 15
2.3 Faktor-Faktor Penyebab Kelelahan Mata............................................... 16
2.3.1 Faktor Karakteristik Pekerja ......................................................... 16
2.3.2 Faktor Karakteristik Pekerjaan ..................................................... 22
2.3.3 Faktor Perangkat Kerja................................................................. 24
2.3.4 Faktor Lingkungan Kerja.............................................................. 26
2.4 Ergonomi Bekerja Dengan Komputer Desktop...................................... 31
2.4.1 Monitor ........................................................................................ 32
2.4.2 Kursi ............................................................................................ 33
2.4.3 Meja Komputer ............................................................................ 33
2.4.4 Keyboard dan Mouse.................................................................... 34
2.5 Kerangka Teori ..................................................................................... 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL..... 36
3.1 Kerangka Konsep.................................................................................. 36
3.2 Definisi Operasional ............................................................................ 38
3.3 Hipotesis............................................................................................... 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN................................................. 42
4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 42
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 42
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................. 42
4.4 Instrumen Penelitian ............................................................................. 44
4.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 45
4.6 Pengolahan Data ................................................................................... 46
4.7 Analisis Data ........................................................................................ 48

BAB V HASIL........................................................................................... 50
5.1 Profil Perusahaan.................................................................................. 50
5.1.1 Profil PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk..................................... 50
14


5.1.2 Visi dan Misi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ........................ 52
5.1.3 Lima Pilar Bisnis PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk................... 52
5.1.4 Corporate Customer Care Center (C4) PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk.............................................................................. 53
5.2 Gambaran Kondisi Lingkungan Kerja ................................................... 54
5.3 Analisis Univariat ................................................................................. 55
5.3.1 Gambaran Keluahan Kelelahan Mata............................................ 55
5.3.2 Gambaran Jenis Keluhan Kelelahan Mata.................................... 55
5.3.3 Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan
Kelelahan mata............................................................................. 57
5.4 Analisis Bivariat ................................................................................... 59
5.4.1 Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata............... 59
5.4.2 Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan
Kelelahan Mata ............................................................................ 60
5.4.3 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan
Kelelahan Mata ............................................................................ 61
5.4.4 Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluahan
Kelelahan Mata ............................................................................ 61
5.4.5 Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan
Kelelahan Mata ............................................................................ 62

BAB VI PEMBAHASAN.......................................................................... 64
6.1 Keterbatasan Penelitian......................................................................... 64
6.2 Keluhan Kelelahan Mata....................................................................... 64
6.3 Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata ....................... 67
6.4 Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan
Kelelahan Mata..................................................................................... 68
6.5 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata ......... 70
6.6 Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluahan Kelelahan Mata ....... 72

15


6.7 Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan
Kelelahan Mata..................................................................................... 74

BAB VII PENUTUP ................................................................................. 78
7.1 Simpulan............................................................................................... 78
7.2 Saran..................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 81
LAMPIRAN

















16


DAFTAR TABEL


Tabel 2.1 Derajat Visibilitas........................................................................ 16
Tabel 2.2 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja...................................... 28
Tabel 2.3 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja
Dengan Komputer....................................................................... 29
Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas Cuaca Kerja ................................................ 31
Tabel 5.1 Gambaran Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna
Komputer di Corporate Customer Care Centre (C4)
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009 ......................... 55
Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Faktor-
Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata
Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer
Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2009................................................................................. 57
Tabel 5.3 Analisis Hubungan antara usia dengan Keluhan Kelelahan
Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate
Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2009................................................................................. 59
Tabel 5.4 Analisis Hubunga antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan
Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate
Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2009................................................................................. 60
Tabel 5.5 Analisis Hubunga antara Istirahat Mata dengan Keluhan
Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate
Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2009................................................................................. 61
Tabel 5.6 Analisis Hubunga antara Jarak Monitor dengan Keluhan
Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate
17


Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2009................................................................................. 61
Tabel 5.7 Analisis Hubunga antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan
Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate
Customer Care Centre (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2009................................................................................. 62
























18


DAFTAR GAMBAR


Gambar 2.1 Ergonomi Kerja dengan Komputer Desktop............................. 32
Gambar 2.2 Kerangka Teori........................................................................ 35
Gambar 2.3 Kerangka Konsep .................................................................... 37
Gambar 6.1 Kacamata Khusus Komputer (anti-glare glassess) ................... 70























19


DAFTAR GRAFIK


Grafik 5.1 Distribusi Jenis Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja
Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Centre (C4)
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009........................ 56
























20


DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran 1 : Surat Pernyataan Persetujuan Penelitian
Lampiran 2 : Kuesioner
Lampiran 3 : Hasil uji statistik univariat
Lampiran 4 : Hasil uji statistik bivariat



















21


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya
berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk
memperoleh ketajaman penglihatan. Sedangkan menurut Trevino Pakasi (1999) kelelahan
mata adalah suatu kondisi subjektif yang disebabkan oleh penggunaan otot mata secara
berlebihan. Mata lelah, tegang atau pegal adalah gangguan yang dialami mata karena otot-
ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka
waktu lama. Otot mata sendiri terdiri dari tiga sel-sel otot eksternal yang mengatur gerakan
bola mata, otot ciliary yang berfungsi memfokuskan lensa mata dan otot iris yang mengatur
sinar yang masuk ke dalam mata. Semua aktifitas yang berhubungan dengan pemaksaan otot-
otot tersebut untuk bekerja keras bisa membuat mata lelah. Gejala mata terasa pegal biasanya
akan muncul setelah beberapa jam kerja. Pada saat otot mata menjadi letih, mata akan
menjadi tidak nyaman atau sakit. Sedangkan menurut Sumamur (1991) dalam Henny (2001)
kelelahan mata mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap
otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina
sebagai akibat ketidaktepatan kontras.
Gejala kelelahan mata dibagi menjadi tiga yaitu gejala visual seperti penglihatan
rangkap, gejala okular seperti nyeri pada kedua mata, dan gejala referral seperti mual dan
22


sakit kepala (Trevino Pakasi, 1999). Kelelahan mata dapat menimbulkan gangguan fisik
seperti sakit kepala, penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya di waktu
malam, mata merah, radang pada selaput mata, berkurangnya ketajaman penglihatan, dan
berbagai masalah penglihatan lainnya. Dampak lain dari kelelahan mata di dunia kerja adalah
hilangnya produktivitas, meningkatnya angka kecelakaan, dan terjadinya keluhan-keluhan
penglihatan (Taylor & Francis, 1997). Menurut Departemen Kesehatan kelelahan mata dapat
menyebabkan iritasi seperti mata berair, dan kelopak mata berwarna merah, penglihatan
rangkap, sakit kepala, ketajaman mata merosot, dan kekuatan konvergensi serta akomodasi
menurun (Depkes, 1990).
Kelelahan mata sering terjadi pada pekerja yang menggunakan komputer dalam
melakukan aktifitas pekerjaannya sehari-hari. Gangguan penglihatan yang disebabkan karena
penggunaan komputer, oleh The American Optometric Association dinamakan Komputer
Vision Syndrome (CVS) yaitu suatu gejala yang dapat menyebabkan berbagai keluhan antara
lain mata lelah dan kering, sakit kepala, pandangan buram, dan sensitif terhadap cahaya
(Fauzi, 2006). Sedangkan menurut Pheasant (1990) gejala-gejala seseorang mengalami
kelelahan mata antara lain nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata, pandangan kabur,
pandangan ganda, sulit dalam memfokuskan penglihatan, mata perih, mata merah, mata
berair, sakit kepala, dan pusing disetai mual.
Faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata menurut Occupational Health and
Safety Unit Universitas Quessland adalah faktor perangkat kerja (ukuran objek pada layar dan
tampilan layar), lingkungan kerja (cahaya monitor, pencahayaan ruangan, suhu udara), desain
kerja (karakteristik dokumen, durasi kerja) dan karakteristik individu (riwayat penyakit).
Kelelahan mata menurut Trevino Pakasi (1999) dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi faktor okular dan sistemik.
23


Sedangkan untuk faktor eksternal dipengaruhi oleh tingkat pencahyaan dan distribusi
penyebaran cahaya di area kerja. Gejala visual menurut OSHA juga dapat diakibatkan dari
pencahayaan yang tidak sesuai, cahaya yang silau dari monitor, ukuran objek dari layar
monitor yang sulit dibaca, dan pola istirahat mata (OSHA, 1997). Usia pekerja menurut
Guyton (1991) juga memperngaruhi kelelahan mata. North (1993) menyebutkan bahwa
faktor yang mempengaruhi kinerja visual antara lain kemampuan individual itu sendiri, jarak
penglihatan ke objek, pencahayaan, durasi, ukuran objek, kesilauan, dan kekontrasan.
Penggunaan komputer di seluruh dunia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Dengan adanya komputer, pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat. Namun
penggunaan komputer juga memberikan efek terhadap kesehatan. Penggunaan komputer
dapat menimbulkan stress, seperti yang ditemukan NIOSH (The National Institute of
Occupational Safety and Health). NIOSH menemukan bahwa operator komputer memiliki
tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lain (Djunaedi, 2003)
Pada berbagai penelitian yang dilakukan di United States, didapatkan bahwa
Komputer Vision Syndrome (CVS) atau kelelahan mata ditemukan berkaitan dengan
penggunaan monitor atau Video Display Terminal (VDT) secara terus menerus. Data menurut
EyeCare Technology (1995) dalam Endit (2003) didapatkan bahwa terdapat 60 juta orang
yang menderita gangguan penglihatan karena menggunakan Video Display Terminal (VDT)
untuk penggunaan 3 jam atau lebih dalam sehari. Sedangkan menurut NIOSH, dilaporkan
bahwa 88% orang yang berinteraksi dengan komputer lebih dari 3 jam per hari akan
mengalami gangguan kelelahan mata.
Manager Pelayanan Profesional dari Asosiasi Optometris Australia
menyatakan bahwa kelelahan mata, masalah penglihatan, dan kesehatan mata
24


semakin memburuk selama kita meneruskan bekerja dengan jam kerja panjang dan
bergantung pada komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian
dari kategori resiko tertinggi kelelahan mata, beberapa studi mengindikasikan bahwa
3548% dari pekerja kantor mederita problema tersebut (Robinson, 2003 dalam Hana
2008). Penelitian yang dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004) juga
didapatkan bahwa proporsi keluhan kelelahan mata yang dirasakan oleh operator
komputer sebesar 91,6%.
Di Indonesia kelelahan mata merupakan salah satu gejala yang sering
ditemukan karena adanya interaksi mata secara terus menerus dengan penggunaan
komputer. Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit X pada tahun 2004
didapatkan angka prevalensi kelelahan mata pada pekerja komputer sebesar 95,8%
(Fauziah, 2004). Penggunaan komputer yang dilakukan secara lama akan membuat
mata lelah dan kering karena mata terus digunakan untuk melihat layar monitor.
Untuk mencegah hal tersebut kita perlu memperhatikan visual ergonomic dalam
menggunakan komputer seperti jarak mata dengan layar monitor, pencahayaan
ruangan serta posisi monitor terhadap mata agar pekerja mendapatkan kenyamanan
pandangan (visual comfort) saat melakukan pekerjaannya.
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), merupakan industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa komunikasi
untuk dalam negeri. Salah satu sub.divisinya adalah Corporate Customer Care
Center (C4), yaitu perusahaan yang bergerak dibidang telekomunikasi untuk
menangani dan mengkoordinasikan gangguan pelanggan Corpotare yang memakai
produk Telkom. Dalam melakukan penanganan gangguan yang terjadi pada layanan
25


Telkom, pekerja sangat bergantung pada komputer dengan pemakaian waktu yang
cukup lama dan terus menerus sehingga dapat menimbulkan konsekuensi negatif
pada kesehatan tubuh terutama kesehatan mata. Berdasarkan informasi dari kalangan
manajemen, hingga saat ini belum pernah dilakukan suatu kegiatan penelitian
terhadap kesehatan pekerja yang berhubungan dengan terjadinya gangguan kesehatan
mata, terutama kelelahan mata pada pengguna komputer. Untuk itu, peneliti tertarik
melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center
(C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Desember
tahun 2009 diketahui bahwa pada 15 pekerja yang menggunakan komputer di
Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk,
didapatkan 13 pekerja (86%) menyatakan mengalami keluhan kelelahan mata.
Berdasarkan teori dan data-data di atas, terdapat risiko gangguan kelelahan mata
akibat penggunaan komputer. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada
pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk tahun 2009.

1.3 Pertanyaan Penelitian
26


1. Bagaimana gambaran keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di
Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?
2. Bagaimana gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan istirahat
mata) pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?
3. Bagaimana gambaran faktor perangkat kerja yaitu jarak monitor pada pekerja pengguna
komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
tahun 2009?
4. Bagaimana gambaran faktor lingkungan kerja yaitu tingkat pencahayaan di Corporate
Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?
5. Apakah faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan istirahat mata)
berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di
Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?
6. Apakah faktor perangkat kerja yaitu jarak monitor berhubungan dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center
(C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?
7. Apakah faktor lingkungan kerja yaitu tingkat pencahayaan berhubungan dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center
(C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009?

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
27


Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata
pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4)
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.

1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer
di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
tahun 2009.
2. Diketahuinya gambaran faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan
istirahat mata) pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care
Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.
3. Diketahuinya gambaran faktor perangkat kerja yaitu jarak monitor pada pekerja
pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.
4. Diketahuinya gambaran faktor lingkungan kerja yaitu tingkat pencahayaan di
Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun
2009.
5. Diketahuinya hubungan faktor karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan
istirahat mata) dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer
di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
tahun 2009.
6. Diketahuinya hubungan faktor perangkat kerja yaitu jarak monitor dengan
keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer
Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.
28


7. Diketahuinya hubungan faktor lingkungan kerja yaitu tingkat pencahayaan dengan
keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer
Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.





1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perusahaan
mengenai faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan keluhan kelelahan
mata pada pekerja sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan agar pekerja
merasa nyaman dengan pekerjaannya.

1.5.2 Bagi Peneliti Lain
Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna sebagai referensi dan informasi
tentang hal-hal yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata.

1.5.3 Bagi Program Strata I K3 FKIK UIN
29


Hasil penelitian dapat dijadikan referensi mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan keluhan kelelalahan mata untuk mahasiswa peminatan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

1.6 Ruang Lingkup
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keluhan kelelahan mata pada
pekerja pengguna komputer ditinjau dari karakteristik pekerja, perangkat kerja dan
lingkungan kerja. Penelitian ini perlu dilakukan karena sebagian besar pekerja setiap
harinya bekerja dengan menggunakan alat bantu komputer sehingga pekerja tidak
lepas dari risiko terjadinya kelelahan mata. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sasaran penelitian adalah pekerja pengguna komputer di
Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun
2009. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Januari
2010. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain studi cross
sectional. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dengan cara pengisian kuesioner, pemeriksaan refraksi mata, pengukuran
jarak monitor dan pengukuran tingkat pencahayaan. Sedangkan sumber data sekunder
yaitu data profil Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk beserta jumlah karyawan.



30


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kelelahan Mata
Kelelahan mata atau astenopia menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang
diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi
kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan. Menurut Trevino Pakasi
(1999) kelelahan mata adalah suatu kondisi subjektif yang disebabkan oleh
penggunaan otot mata secara berlebihan. Sedangkan menurut Sumamur (1991)
dalam Henny (2001) kelelahan mata mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-
fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu
pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat ketidak tepatan kontras.
Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi pada fungsi penglihatan.
Stress pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat
pada obyek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada
kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih
dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar
sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan
mata, stress pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam
lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama.
Kelelahan mata dapat menimbulkan gangguan fisik seperti sakit kepala,
penglihatan seolah ganda, penglihatan silau terhadap cahaya di waktu malam, mata
31


merah, radang pada selaput mata, berkurangnya ketajaman penglihatan, dan berbagai
masalah penglihatan lainnya. Terjadinya kelelahan otot mata dan kelelahan saraf mata
sebagai akibat tegangan yang terus menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan
kerusakan mata secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat lelah,
sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi kepuasan kerja, penurunan
mutu produksi, meningkatkan frekuensi kesalahan, mengganggu konsentrasi dan
menurunkan produktivitas kerja (Pheasant 1993 dalam Padmanaba 2006). Dampak
lain dari kelelahan mata di dunia kerja adalah hilangnya produktivitas, meningkatnya
angka kecelakaan, dan terjadinya keluhan-keluhan penglihatan (Taylor & Francis,
1997). Menurut Departemen Kesehatan kelelahan mata dapat menyebabkan iritasi
seperti mata berair, dan kelopak mata berwarna merah, penglihatan rangkap, sakit
kepala, ketajaman mata merosot, dan kekuatan konvergensi dan akomodasi menurun
(Depkes, 1990).
Menurut Pheasant (1990) gejala-gejala seseorang mengalami kelelahan mata antara lain:
1. Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata
2. Pandangan kabur
3. Pandangan ganda
4. Sulit dalam memfokuskan penglihatan
5. Mata perih
6. Mata merah
7. Mata berair
8. Sakit kepala, dan
32


9. Pusing disetai mual.
Tanda-tanda tersebut di atas terjadi bila iluminasi tempat kerja berkurang dan
pekerja yang bersangkutan menderita kelainan reflaksi mata yang tidak dikoreksi.
Bila persepsi visual mengalami stress yang hebat tanpa disertai efek lokal pada otot
akomodasi atau retina maka keadaan ini akan menimbulkan kelelahan saraf. General
Nervus Fatique ini terutama akan terjadi bila pekerjaan yang dilakukan seseorang
memerlukan konsentrasi, kontrol otot dan gerakan gerakan yang sangat tepat (Ilyas,
1991).
Pengguna komputer dalam waktu lama beresiko terkena astenopia atau lelah
mata. Menurut dr Edi Supiandi Affandi SpM dari Bagian Ilmu Penyakit Mata FKUI
keluhan penderita astenopia antara lain mata tak nyaman, iritasi, panas, sakit, cepat
lelah, mengantuk, merah dan berair. Penglihatan mata terasa buram, ganda,
kemampuan melihat warna menurun. Gejala itu diikuti sakit kepala, bahu, punggung
dan pinggang, vertigo serta kembung (Fauzi, 2006). Pheasant (1991) menyebutkan
bahwa pekerja yang bekerja menggunakan komputer secara berulang-ulang dan terus
menerus memiliki prevalensi 70-90% menderita kelelahan mata dibandingkan dengan
pekerja yang tidak menggunakan komputer yaitu hanya 45% yang mengalami
kelelahan mata.
Astenopia banyak dijumpai pada pemakai kacamata, membaca dekat dan
terus-menerus lebih dari dua jam. Terutama di ruangan yang pencahayaannya kurang
dari 200 lux. Pada pengguna komputer astenopia terjadi karena kelelahan mata akibat
memusatkan pandangan pada komputer di mana obyek yang dilihat terlalu kecil,
33


kurang terang, bergerak dan bergetar. Mata yang berkonsentrasi kurang berkedip,
sehingga penguapan air mata meningkat dan mata menjadi kering (Fauzi, 2006).
Ada beberapa cara untuk mengurangi kelelahan mata, seperti perbaikan kontras, cara
ini paling mudah dan paling sederhana, serta dilakukan dengan memilih latar penglihatan
yang tepat. Cara berikutnya dengan meninggikan intensitas penerangan. Biasanya penerangan
harus sekurang-kurangnya dua kali dibesarkan. Dalam berbagai hal, masih perlu dipakai
lampu-lampu di daerah kerja untuk lebih memudahkan penglihatan. Cara terakhir adalah
pemindahan tenaga kerja dengan visus yang setinggi-tingginya. Kerja malam harus
dikerjakan oleh tenaga kerja berusia muda, yang apabila usianya bertambah, dapat
dipindahkan kepada pekerjaan yang kurang diperlukan ketelitian (Sumamur 1995).
Sedangkan untuk mengurangi munculnya kelelahan mata akibat penggunaan
komputer, (Anshel, 1996 dalam Swamardika 2001) menganjurkan untuk melakukan
3B yaitu Blink, Breat, dan Break. Adapun penjelasan dari 3B adalah sebagai
berikut :
1. Blink yaitu mengedipkan mata, dalam keadaan normal dalam satu menit mata
akan mengedip 12-15 kali. Frekuensi mengedip akan bertambah bila dalam
keadaan gembira, terangsang, berbicara, melakukan aktivitas fisik. Frekuensi
berkurang bila sedang membaca, berfikir, dan sedang konsentrasi dalam
pekerjaan. Melihat tanpa berkedip akan melelahkan mata. Dengan berkedip mata
akan beristirahat walaupun hanya sesaat dan akan terjadi proses pembersihan
mata serta proses pembasahan ulang pada mata sehingga penglihatan akan tetap
jelas. Oleh karena proses mengedip ini merupakan proses yang otomatis maka
pada tahap awal harus tetap disadari bahwa mengedip adalah penting.
34


2. Breath yaitu benafas. Apabila dalam keadaan stress, ada tendensi untuk menahan
nafas. Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot menjadi tegang tanpa disadari.
Bernafas secara benar dan teratur akan menyebabkan relaksasi otot termasuk otot
mata.
3. Break yaitu istirahat. Apabila pekerjaan di komputer memerlukan konsentrasi
yang tinggi maka diperlukan adanya istirahat singkat untuk memberikan waktu
pemulihan.

2.2 Sifat Melihat (Visibilitas)
Mata dapat melihat sesuatu kalau mendapatkan rangsangan dari gelombang
cahaya dan sebaliknya benda disekitar kita dapat terlihat apabila memancarkan
cahaya, baik cahaya dari benda tersebut maupun dari cahaya pantulan yang datang
dari sumber cahaya lain yang mengenai benda tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi visibilitas antara lain : ukuran obyek,
luminensi, kontras antar obyek sekitar dan lamanya waktu melihat. Pada ruang
lingkup pekerjaan, faktor yang mempengaruhi visibilitas itu sendiri merupakan
kombinasi untuk dapat melihat dan mengenal benda-benda dengan jelas. Tidak semua
benda yang dapat dilihat akan sama jelasnya (equal visible). Suatu hal yang perlu
diperhatikan adalah ada yang bisa melihat dengan mudah dan cepat, ada yang
berusaha dengan keras, sedangkan yang lainnya tidak terlihat sama sekali (Ahmad
Sujudi, 1999).
Tabel 2.1
Derajat Visibilitas

35


No. Perbandingan Ukuran (Size Ratio) Visibilitas
1. 2,5 atau lebih Melihat dengan mudah
2. 1 2,5 Perlu upaya kontinyu
3. Kurang dari 1 Tidak terlihat
Sumber : Sumamur PK (1996)

2.3 Faktor Penyebab Kelelahan Mata
2.3.1 Faktor Karakteristik Pekerja
1. Usia
Daya akomodasi mata adalah kemampuan lensa mata untuk menebal
(cembung) atau menipis (pipih) sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar
bayangan jatuh tepat di retina. Titik terdekat yang dapat dilihat dengan jelas oleh
mata dengan berakomodasi maksimum disebut titik dekat mata atau punctum
proximum. Titik terjauh yang dapat dilihat jelas oleh mata dengan tidak
berakomodasi disebut titik jauh mata atau punctum remotum.
Adanya cahaya ekstra pada pekerjaan akan meningkatkan kejataman
sehingga menyebabkan pupil berkontraksi, mengurangi celah-celah lensa dan
mengubahnya menjadi lebih lebar untuk penyesuaiannya. Berkurangnya
kemampuan akomodasi dan kekurangan-kekurangan lain pada mata dapat
diperbaiki dengan bantuan kacamata, tetapi gangguan ini akan berkembang lebih
luas lagi dengan adanya kacamata. Oleh karena itu, penting untuk menguji
penglihatan manusia yang bekerja karena penglihatan yang baik adalah hal yang
penting.
36


Dalam banyak hal dimana operator komputer yang telah mengeluh karena
ketidak-nyamanan pada mata mereka, berdasarkan tes yang telah diujikan,
diketahui bahwa ada cacat pada mata mereka. Hal ini ternyata juga sudah diduga
dan dari beberapa bukti menunjukkan bahwa penerimaan dari keadaan yang
buruk pada operator-operator tersebut sangat mungkin adalah suatu hasil dari
usaha-usaha untuk menekan keburukan pada penglihatan.
Orang-orang menggunakan lensa-lensa bifocal jika sedang menggunakan
layar komputer. Kacamata tersebut dapat dipakai melihat jarak jauh dan jarak
dekat. Untuk mereka, kacamata itu akan lebih baik dipakai, dengan lensa
sederhana yang didesain untuk jangkauan layar monitor. (Nurmianto, 2004).
Guyton (1991) juga menjelaskan bahwa semakin tua seseorang, lensa
semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan
otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Daya akomodasi
menurun pada usia 4550 tahun. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin
berkurang kelenturannya dan kehilangan kemampuan untuk menyesuaikan diri.
Sebaliknya semakin muda seseorang, kebutuhan cahaya akan lebih sedikit
dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami
kelelahan mata lebih sedikit.
2. Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina. Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada
retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu
37


titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan
kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.
Penderita kelainan refraksi biasanya mengalami keluhan sakit kepala terutama di
daerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata terasa pedas, pegal
pada bola mata, dan penglihatan kabur.
Otot-otot yang berperan pada proses pemusatan penglihatan bisa menjadi
penyebab kelelahan mata (astenopia) bila orang dengan kelainan refraksi tidak
menggunakan kacamata. Apabila matanya minus sekaligus silindris, maka
kemungkinan pertambahan jumlah minusnya lebih besar. Bila kacamatanya
dipakai, mata akan lebih rileks dan fokusnya tidak terlalu kuat, sehingga otot-otot
tersebut tidak bekerja terlalu keras untuk melihat layar komputer yang rata-rata
hurufnya sangat kecil. Lamanya penggunaan komputer merupakan faktor yang
menentukan. Penggunaan komputer yang dianjurkan adalah tidak lebih dari empat
jam sehari. Bila lebih dari waktu tersebut, mata cenderung mengalami refraksi.
Seandainya penggunaan dalam tempo lebih dari empat jam itu tak bisa dihindari,
frekuensi istirahatnya harus lebih sering (Ilyas, 1991).
Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga
pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak
pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan miopia (rabun
jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmatisma. (Ilyas, 1991).

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menganjurkan untuk menghindari
penggunaan lensa kontak atau kacamata saat bekerja di depan komputer. Jika
38


operator komputer menggunakan lensa kontak, kelelahan mata akan lebih cepat
terasa. Hal ini dapat terjadi karena mata yang dalam keadaan memfokuskan layar
monitor akan jarang berkedip, sehingga bola mata cepat menjadi kering. Bola
mata yang kering menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak
mata. Ruang berpendingin (AC) akan lebih memperparah gesekan tersebut,
karena udara ruangan ber-AC akan kering, sehingga air mata akan ikut menguap.
Bagi pengguna kacamata, gunakanlah kacamata khusus seperti yang
dianjurkan oleh ahli masalah mata (Optometrist) Dr. Jay Schlanger mengatakan
beberapa perusahaan kini mulai membuat lensa yang bagian atasnya dirancang
untuk melihat komputer, dan bagian bawahnya untuk membaca. Penggunaan
kacamata anti radiasi juga dapat membantu memberikan filter bagi radiasi yang
masuk ke dalam mata selama berinteraksi dengan komputer. Selain bisa dibawa
kemanapun kita bekerja, kacamata ini tak hanya berguna saat kita bekerja di
depan monitor, namun juga melindungi mata dari cahaya lampu mobil, radiasi
TV, dan sebagainya. Faktanya lapisan anti-radiasi pada kacamata tersebut,
sangat berguna bagi mata kita karena lapisan tersebut secara otomatis
mengurangi efek nyeri di mata akibat radiasi cahaya berlebih (Fauzi, 2006).
Pengguna lensa kontak juga punya solusi, yaitu dengan mengganti lensa
kontak generasi baru yang terbuat dari silikon hydrogel. Silikon jenis ini
memungkinkan daya transmisi oksigen yang lebih tinggi dibanding jenis lain.
Penggunaan lapisan antirefleksi pada kacamata di beberapa negara maju telah
diteliti mampu mengurangi kelelahan mata. Penggunaan lensa kontak dapat
39


menimbulkan sindrom mata kering. Penelitian menunjukkan bahwa 48% para
pekerja kantor mengalami sindrom mata kering. (Anies, 2005).
3. Istirahat Mata
Menurut NIOSH, disebutkan bahwa kondisi kerja sangat berperan
terhadap gangguan kesehatan pekerja, dan dapat mempengaruhi secara langsung
terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja termasuk beban kerja, waktu kerja
yang lama dan kurangnya istirahat. NIOSH juga menjelaskan bahwa keluhan
mata berkurang secara bermakna pada pekerja yang mengambil 5 menit istirahat
selama 4 kali sepanjang waktu bekerja mereka tanpa menurunkan produktivitas
kerja. Beristirahatlah sekitar 2-3 menit setiap 1520 menit bekerja di depan
komputer, atau 5 menit istirahat setelah bekerja selama 30 menit,atau 10 menit
istirahat untuk 1 jam berkutat dengan komputer dan seterusnya. Sumamur (1999)
berpendapat bahwa istirahat yang pendek tetapi sering atau banyak adalah lebih
baik daripada satu kali istirahat dengan durasi yang panjang. Karena sebenarnya
pengaturan waktu istirahat yang tepat akan berpengaruh positif terhadap tingkat
produktivitas pekerja.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh David L. Goetsch (2002) yang
mengatakan bahwa opetator komputer seharusnya melakukan banyak istirahat-
istirahat pendek namun sering dan teratur, selain itu juga disarankan pekerja atau
operator tersebut tidak terus menerus berhadapan dengan komputer tetapi
diselingi dengan melakukan pekerjaan yang tidak menggunakan komputer.
Istirahat mata bagi seseorang operator komputer memang sangat
diperlukan, karena mengingat bahwa mata operator tersebut digunakan untuk
40


melihat dalam jarak yang cukup dekat sehingga mata mereka selalu berakomodasi
dan terfokus pada layar monitor. Ada tiga jenis istirahat bagi pengguna komputer
menurut Anshel (1996) :
1. Micro break : istirahat 10 detik setiap 10 menit menit bekerja, yaitu dengan
cara melihat jauh (minimal 6 meter) diikuti dengan bernafas dan mengedipkan
mata dengan relaks.
2. Mini break : dilakukan setiap setengah jam selama lima menit dengan cara
berdiri dan meregangkan tubuh. Lakukan juga melihat jauh dengan objek
yang berbeda-beda
3. Maxi break : termasuk disini minum kopi atau the dan makan siang. Bangun
dan jalan-jalan.
Menurut Josefina (1999) dalam Prasetyo (2006) lama istirahat yang
diperlukan bagi pekerja yang menggunakan komputer dianjurkan adalah selama
10 menit/jam (dengan waktu kerja 8 jam kerja/hari atau 40 jam kerja/minggu).
Sedangkan menurut peraturan Health Care and Resindential Facilities,
dikatakan bahwa jika seorang pekerja bekerja menggunakan Video Display
Terminal untuk jangka waktu yang cukup lama atau secara terus menerus selama
satu jam atau lebih, maka pekerja tersebut harus melakukan istirahat mata dari
melihat VDT setidaknya setiap lima menit sekali setiap jamnya (Occupational
Health Clinics, 1998).
Salah satu contoh metode istirahat mata yang disarankan oleh beberapa
ahli yaitu dengan melihat suatu benda atau objek dengan fokus yang berbeda dan
disarankan dengan jarak yang jauh dibandingkan dengan jarak monitor ke mata.
41


Caranya yaitu jika bekerja selama 20 menit, lihatlah suatu objek dengan jarak
minimal 20 kaki (6 meter) selama kira-kira 20 detik, kemudian mengedip-
ngedipkan mata lalu memejamkan mata dalam-dalam dan buka mata secara
perlahan-lahan (Stephen, 1999).

2.3.2 Faktor Karakteristik Pekerjaan
Durasi Kerja
Waktu kerja bagi seseorang menentukan efisiensi dan produktivitasnya,
dan lamanya seseorang bekerja sehari yang baik pada umumnya adalah 6-8 jam.
Memperpanjang waktu kerja lebih dari batasan tersebut umumnya tidak diikuti
dengan efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas
serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan
(Sumamur, 1996).
Secara umum, semakin panjang waktu kerja seseorang, maka makin besar
kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan atau bersifat negatif. Hal
ini berkaitan dengan potensi bahaya atau risiko yang mungkin muncul dari
pekerjaan atau material yang pekerja hadapi saat bekerja, sehingga semakin lama
mereka terpapar bahan atau hazard tersebut maka semakin besar kemungkinan
mereka akan mendapatkan dampak buruk dari hazard tersebut. (Sumamur,
1996)
Seseorang pekerja yang bekerja menggunakan peralatan komputer
tentunya juga akan mengalami suatu risiko karena mata operator komputer akan
selalu berinteraksi dan berhadapan dengan monitor dalam jangka waktu yang
42


cukup lama. Oleh karena itu, pekerjaan mata yang selalu berulang atau terus
menerus akan membuat mata tersebut selalu berupaya untuk memfokuskan
pandangan pada bidang layar monitor (Ankrum, 1996).
Durasi atau lamanya mata digunakan untuk melihat komputer juga
menjadi salah satu faktor dalam mempercepat terjadinya gangguan atau
kelelahan pada mata. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rey dan Meyer (1980) terhadap pengguna monitor di sebuah industri
pembuat arloji di Swiss, bahwa ternyata ditemukan perbedaan yang signifikan
mengenai keluhan ataupun gangguan pada mata antara pengguna monitor yang
bekerja selama 6-9 jam per hari dengan mereka yang bekerja kurang dari 4 jam
per hari (Oborn, 1995).
Hal tersebut berkaitan dengan sifat atau fungsi mata yang tidak dibuat
untuk bekerja melihat dari jarak dekat dengan waktu yang lama, karena mata
akan bekerja keras untuk berakomodasi dan berkonvergensi agar mampu melihat
dan memfokuskan pandangan apabila digunakan untuk melihat jarak dekat. Hal
ini akan menyebabkan otot mata bekerja keras sehingga akan menyebabkan otot-
otot mata menjadi cepat lelah, keadaan seperti demikian ini sering dijumpai
terutama pada orang yang bekerja dengan jarak yang sangat dekat dengan
monitor komputer (Ankrum, 1996).

2.3.3 Faktor Perangkat Kerja
1. Jarak Monitor
43


Jarak mata terhadap monitor merupakan hal yang perlu mendapat
perhatian karena turut menentukan kenyamanan pandang mata pekerja, terutama
untuk melihat jarak dekat dalam waktu yang cukup lama sesuai tipikal kerja
perkantoran. Menurut OSHA disebutkan bahwa jarak mata terhadap layar
monitor saat pekerja bekerja menggunakan komputer sekurang-kurangnya adalah
20-40 inch atau 50-100 cm. Hal ini sesuai dengan alasan atau penyebab utama
terjadinya kelelahan mata yaitu jarak mata yang terlalu dekat dengan monitor,
sehingga mata dipaksa bekerja untuk melihat dari jarak yang cukup dekat dalam
jangka waktu yang cukup lama, sedangkan fungsi mata sendiri sebenarnya tidak
dikhususkan untuk melihat dari jarak dekat (OSHA 1997).
Ankrum (1996) mengatakan bahwa ketika mata digunakan untuk melihat
dari jarak dekat, maka mata dipaksa secara berat untuk melakukan proses
akomodasi dan konvergensi. Akomodasi adalah proses ketika mata mengubah
atau mengatur fokus untuk melihat sesuatu dari jarak tertentu sehingga benda
yang dilihat dapat terfokus, sedangkan konvergensi adalah gerakan yang
dilakukan mata untuk menghindari terjadinya penglihatan ganda (double vision).
Sehingga semakin jauh jarak pandang terhadap objek mata kemungkinan
terjadinya iritasi mata akibat proses akomodasi dan konvergensi yang berlebihan
akan semakin kecil.


2. Ukuran Objek
44


Ukuran objek berkaitan dengan kemampuan penglihatan, semakin besar ukuran
suatu objek kerja maka semakin rendah kemampuan mata yang diperlukan untuk
melihat objek tersebut. Sedangkan untuk ukuran objek kerja yang kecil
diperlukan kemampuan mata yang lebih untuk dapat melihat dengan fokus,
akibatnya ketegangan akomodasi konvergensi akan bertambah sehingga akan
menimbulkan kelelahan visual (Pheasant, 1991).
3. Tampilan Monitor
Ketika monitor dalam keadaan hidup atau beroperasi dan digunakan
untuk bekerja, maka tampilan dari layar yang meliputi tingkat kekontrasan layar
juga menentukan terjadinya kelelahan mata atau tidak bagi penggunanya.
Kontras secara sederhana dapat didefiniskan sebagai perbedaan ketajaman atau
tampilan antara dua hal atau image, dalam hal ini yaitu antara warna karakter
(huruf) pada layar monitor dengan warna latar layar itu sendiri (background).
Kesalahan dari pengaturan kontras akan semakin memperbesar
kemungkinan untuk timbulnya kelelahan mata pada pekerja. Secara ideal, tingkat
kontras dari tampilan monitor yang baik adalah tingkat kontrasnya tepat, yaitu
perpaduan antara warna teks dengan latar belakang tinggi. Dan dalam hal ini
yang paling ideal adalah teks atau karakter berwarna gelap dengan latar belakang
layar yang berwarna terang (dark letters on a light background), contohnya
seperti huruf berwarna hitam dengan layar berwarna putih, karena tampilan
seperti inilah yang dapat dikatakan paling nyaman untuk mata pekerja yang
menggunakan komputer dalam jangka waktu yang cukup lama (Ankrum, 1996).
45


Pada pengguna komputer, menurut dr Edi Supiandi Affandi SpM dari
Bagian Ilmu penyakit Mata FKUI, kelelahan mata terjadi akibat memusatkan
pandangan pada komputer dimana obyek yang dilihat terlalu kecil, kurang
terang, bergerak dan bergetar. Mata yang berkonsentrasi kurang berkedip,
sehingga penguapan air mata meningkat dan mata menjadi kering. Untuk
pengaturan tingkat kenyamanan mata terhadap tampilan monitor yang meliputi
ukuran teks, warna layar, ketajaman, dan lain-lain relatif berbeda antara satu
pekerja dengan pekerja lainnya. Sehingga pengaturan tingkat kenyamanan
tampilan monitor ini disarankan disesuaikan dengan mata pekerja yang
bersangkutan (Fauzi, 2006).
4. Document Holder
Posisi monitor dapat dilihat oleh operator komputer sesuai dengn level mata,
yaitu membentuk sudut 20
o
50
o
. Dengan sudut pandang seperti itu, maka
penempatan dokumen yang baik adalah di atas keyboard, sehingga proses
melihat dokumen dan monitor tidak memerlukan pergerakan bola mata atau
kepala yang dapat mengakibatkan mata lebih cepat lelah dan nyeri pada bagian
leher (Fauzi, 2006).

2.3.4 Faktor Lingkungan Kerja
1. Tingkat Pencahayaan
Pencahayaan yang cukup dan diatur dengan baik merupakan salah satu
faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang nyaman dan aman.
Dengan pencahayaan yang cukup, objek penglihatan akan terlihat jelas sehingga
46


dengan demikian akan membantu pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya
dengan lebih mudah (Budiyono, 1994). Kurangnya pencahayaan di tempat kerja
dapat mengakibatkan kelelahan mata, sebab pekerja akan lebih mendekatkan
matanya ke objek guna memperbesar ukuran benda. Hal ini akan membuat proses
akomodasi mata lebih dipaksa dan dapat menyebabkan penglihatan rangkap atau
kabur (Notoatmodjo, 2003).
Apabila pencahayaan yang terlampau terang dapat menghasilkan banyak
pantulan cahaya sehingga mata akan beradaptasi untuk menyesuaikan perbedaan
yang besar sehingga kondisi ini akan menyebabkan kelelahan mata serta
ketidaknyamanan penglihatan. Pencahayaan yang memadai bisa mencegah
terjadinya kelelahan mata dan mempertinggi kecepatan dan efisien membaca.
Pencahayaan yang kurang bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi
menimbulkan kelelahan mata. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405
tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Tingkat pencahayaan
ruangan dapat dilihat pada tabel 2.2 :







47


Tabel 2.2
Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja

Jenis Kegiatan
Tingkat Pencahayaan
Minimal (Lux)
Keterangan
Pekerjaan kasar dan
tidak terus menerus
100
Ruang penyimpanan &
ruang peralatan/instalasi
yang memerlukan pekerjaan
yang kontinyu
Pekerjaan kasar dan
terus menerus
200
Pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300
Ruang administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin &
perakitan/penyusun
Pekerjaan agak halus 500
Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin
kantor, pekerjaan
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pekerjaan halus 1000
Pemilihan warna,
pemrosesan teksti,
pekerjaan mesin halus &
perakitan halus
Pekerjaan amat halus
1500
Tidak menimbulkan bayangan
Mengukir dengan tangan,
pemeriksaan pekerjaan
mesin dan perakitan yang
sangat halus
Pekerjaan terinci
3000
Tidak menimbulkan bayangan
Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan sangat halus
Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02

Menurut ILO (2000), pencahayaan yang cukup akan meningkatkan
kenyamanan dan kinerja pekerja, serta akan menjadikan tempat kerja
menyenangkan untuk bekerja. Pencahayaan yang berkualitas baik dan memadai
akan membantu pekerja melihat objek pekerjaan secara cepat dan detil sesuai
kebutuhan tugasnya.
48


Untuk lingkungan kerja yang pekerjanya banyak menggunakan komputer,
apabila tingkat pencahayaannya terlalu tinggi maka akan mengaburkan image
atau tampilan dari layar monitor, karena VDT juga mempunyai atau
menghasilkan cahaya sendiri yang muncul pada saat dioperasikan. Sehingga
lingkungan kerja untuk pekerja dengan VDT, tingkat pencahayaan ruangan harus
diatur lebih rendah dibandingkan standar untuk ruang kantor, tingkat pencahayaan
yang sesuai adalah dalam kisaran 20-50 fc atau 200-500 lux (OSHA, 1997).
Tingkat pencahayaan menurut Granjean dapat dilihat pada tabel 2.3 :
Tabel 2.3
Rekomendasi Tingkat Pencahayaan Pada Tempat Kerja Dengan Komputer
Keadaan Pekerja
Tingkat Pencahayaan
(lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang
terbaca jelas
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang tidak
terbaca jelas
Tugas memasukan data
300

400-500

500-700

Aspek pencahayaan lain yang harus diperhatikan adalah letak sumber
cahaya (misalnya lampu) yang salah, hal ini dapat mengakibatkan mata menjadi
silau. Kondisi yang baik adalah mata tidak langsung menerima cahaya dari
sumbernya, melainkan cahaya tersebut harus mengenai objek yang akan
dikerjakan yang selanjutnya dipantulkan objek tersebut ke mata (Purnomo, 2004).
49


Pengaturan tingkat pencahayaan di tempat kerja memang sudah
seharusnya diatur sedemikian rupa sehingga menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman bagi pekerjanya. Menurut Sumamur (1995) apabila cahaya atau
pencahayaan di tempat kerja buruk, maka dapat mengakibatkan :
a. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja
b. Kelelahan mental
c. Keluhan pegal-pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata
d. Kerusakan alat penglihatan
e. Meningkatnya kecelakaan
Kelelahan mata sebagai akibat dari buruknya system pencahayaan ruangan ini umumnya
ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut :
a. Mata berair dan memerah pada konjungtiva mata
b. Mata terasa perih dan gatal
c. Pandangan rangkap dan pandangan kabur
d. Sakit kepala
e. Daya akomodasi dan konvergensi menurun
f. Ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dn kecepatan respon menurun.
2. Suhu Udara
Seorang tenaga kerja akan bekerja secara efisien dan produktif bila tenaga kerja
berada dalam tempat yang nyaman (comfort) atau dapat dikatakan efisiensi kerja
yang optimal dalam daerah yang nikmat kerja, yaitu suhu yang sesuai, tidak
dingin dan tidak panas (Santoso, 1985). Bagi orang Indonesia suhu udara yang
50


dirasa nyaman adalah berada antara 24 C 26 C serta toleransi 2-3 C di atas
atau di bawah suhu nyaman. Untuk itu Menteri Tenaga Kerja, telah menetapkan
Nilai Ambang Batas Iklim Kerja dengan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja
No. KEP. 51/MEN/1999 tentang NAB cuaca kerja berdasarkan Indeks Suhu Bola
Basah adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Nilai Ambang Batas Cuaca Kerja

Beban Kerja Waktu Kerja
8 Jam / hari
Waktu Istirahat
Ringan
o
C Sedang
o
C Berat
o
C
Kerja Terus 30 26,7 25
75 % 25 % 30,6 28 25,9
50% 50 % 31,4 29,4 27,9
25 % 75 % 32,2 31,1 30,0
Sumber : Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP.51/MEN/1999

Suhu udara yang akan mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan kaku atau
kurangnya koordinasi otot. Suhu udara yang panas terutama menurunkan prestasi kerja
fikir, penurunan sangat hebat terjadi sesudah 32C. suhu lingkungan yang terlalu tinggi
menyebabkan meningkatnya beban psikis (stres) sehingga akhirnya menurunkan
konsentrasi dan persepsi kontrol terhadap lingkungan kerja yang selanjutnya
menurunkan prestasi kerja. Dan juga dengan suhu yang terlalu tinggi dapat
menimbulkan terjadinya resiko kecelakaan dan kesehatan kerja.

2.4 Ergonomi Bekerja dengan Komputer Desktop
51


Secara umum, kondisi yang baik untuk bekerja dengan komputer desktop dapat
dilihat pada Gambar 2.1.










3.
Gambar 2.1
Ergonomi Kerja dengan Komputer Desktop

2.5.1 Monitor
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih atau menggunakan
monitor untuk menekan resiko terhadap kesehatan adalah:
a. Pilih ukuran monitor yang sesuai (tidak terlalu kecil atau besar)
b. Pilih jenis monitor dengan radiasi yang kecil misalnya LCD.
52


c. Letakkan monitor di depan mata dengan bagian atas monitor tepat sebatas dengan
.mata.
d. Hindari penggunaan kacamata bifocal.
e. Istirahatkan mata setiap 30-45 menit dari pandangan monitor.


2.5.2 Kursi
Untuk kenyamanan kerja, maka kursi yang sesuai adalah sebagai berikut:
a. Tingginya harus mampu menyediakan ruang yang cukup di bawah meja dan sudut
antara siku dengan tangan tidak kurang dari 90
o
.
b. Mempunyai penyokong punggung yang dapat disesuaikan untuk memperoleh
posisi yang sebernarnya.
c. Ketinggian kursi dapat disesuaikan ketika pengguna berada dalam kondisi duduk.
d. Disokong oleh lima kaki, dapat dipindahkan dengan mudah.
e. Memiliki bentuk yang dapat mendistribusikan berat badan.
f. Mempunyai penyokong lengan tangan yang dapat diatur lebar dan ketinggiannya.
g. Bila perlu dilengkapi dengan pijakan kaki yang dapat diatur kemiringan antara 10-
20
o
dari depan ke belakang dan memiliki ketinggian yang cukup bagi kaki
pengguna yang tidak menyentuh lantai.
2.5.3 Meja komputer
Meja komputer yang baik untuk kerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Memiliki ruang yang cukup untuk lengan tangan sehingga tangan dapat bekerja
dengan leluasa.
53


b. Memiliki ketinggian yang sesuai sehingga keyboard dan mouse dapat diletakkan
dengan posisi yang sejajar dengan siku tangan serta monitor dapat diletakkan
sejajar dengan mata.
c. Memiliki ukuran yang cukup untuk meletakkan komputer dan dokumen.


2.5.4 Keyboard dan mouse
Untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan akibat menggunakan komputer, maka
terkait dengan keyboard dan mouse perlu diperhatikan hal berikut:
a. Keyboard dan mouse diletakkan pada ketinggian tertentu sejajar lengan tangan
bawah tanpa harus mengangkat siku.
b. Keyboard dan mouse diletakkan saling berdekatan dan pada ketinggian yang
sama.
c. Keyboard diletakkan di depan monitor.
d. Tangan atau jari diletakkan lurus pada keyboard dan mouse bila perlu gunakan
keyboard dengan desain khusus.
e. Gunakan mousepad yang mempunyai penyangga tangan.
f. Gunakan penyangga dokumen yang diletakkan sejajar dengan monitor.

2.6 Kerangka Teori
Kelelahan mata yang terjadi di tempat kerja beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya secara komprehensif telah diuraikan oleh Guyton, OH&S
Universitas Queseland, North, dan OSHA. Dalam teori yang mereka ungkapkan
54


kelelahan mata bisa terjadi karena berbagai faktor seperti karakteristik pekerja,
karakteristik pekerjaan, perangkat kerja, dan lingkungan kerja itu sendiri. Semua
faktor tersebut dapat berdampak terhadap kelelahan mata. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat secara konseptual pada bagan 2.1.















Gambar 2.2
Kerangka Teori
Sumber : Guyton, OH&S Universitas Queseland, North, dan OSHA
Karakteristik Pekerja
Usia
Kelainan Refraksi
Istirahat mata

Karakteristik Pekerjaan
Durasi kerja

Perangkat Kerja
Jarak monitor
Ukuran objek
Tampilan monitor
Document holder

Lingkungan kerja
Keluhan
Kelelahan mata
55


BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL


3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori yang diungkapkan oleh
beberapa sumber bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata antara lain
karakteristik individu seperti usia (Guyton, 1991), riwayat penyakit (OH&S Universitas
Quessland, 1992), dan istirahat mata (OSHA, 1997). Faktor perangkat kerja seperti ukuran
objek, tampilan monitor, document holder (OHSA, 1007)), dan jarak pandang (North, 2003).
Faktor lingkungan kerja seperti pencahayaan ruangan, suhu udara, pantulan cahaya (OH&S
Universitas Quessland, 1992. Namun pada penelitian ini variabel ukuran objek, tampilan
monitor dan document holder tidak dimasukkan karena untuk ukuran objek dan tampilan
monitor relatif berbeda antara satu pekerja dengan pekerja lain sehingga pengaturan tingkat
kenyamanan disesuaikan dengan mata pekerja yang bersangkutan, serta berdasarkan hasil
studi pendahuluan semua perangkat komputer yang digunakan oleh pekerja tidak
menggunakan document holder. Untuk durasi kerja, semua pekerja bekerja dengan
menggunakan komputer lebih dari 5 jam/hari dan suhu udara diatur secara sentral pada suhu
21
o
C.
Kerangka konsep terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel
independen terdiri dari karakteristik pekerja (usia, kelainan refraksi, dan istirahat mata),
perangkat kerja (jarak monitor), dan lingkungan kerja (tingkat pencahayaan). Sedangkan
56


keluhan kelelahan mata ditetapkan sebagai variabel dependen. Hubungan antara beberapa
variabel tersebut digambarkan dalam gambar 3.1:








Gambar 3.1
Kerangka Konsep

Karakteristik Pekerja
Usia
Kelainan Refraksi
Istirahat mata

Perangkat Kerja
Jarak monitor

Lingkungan kerja
Keluhan
Kelelahan mata
57


3.2 Definisi Operasional
No. Variabel Dependen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala
1. Keluhan Kelelahan mata Suatu kondisi subjektif yang
disebabkan oleh penggunaan
otot mata secara berlebihan
Keluhannya berupa :
1. Nyeri atau terasa
berdenyut di sekitar mata
2. Penglihatan kabur
3. Pandangan ganda
4. Sulit fokus
5. Mata perih
6. Mata merah
7. Mata berair
8. Sakit kepala
9. Pusing disertai mual
Mengalami kelelahan mata
jika merasakan satu atau lebih
dari sembilan keluhan
Kuesioner Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
1. Mengeluh
2. Tidak
mengeluh
Ordinal
58


tersebut (Pheasant,1991)
No. Variabel Independen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala
Karateristik Pekerja
1. Usia Lama hidup pekerja dihitung
sejak tahun kelahiran sampai
saat dilakukan penelitian dengan
pembulatan ke atas apabila lebih
dari enam bulan dan pembulatan
kebawah apabila kurang dari
enam bulan.
Kuesioner Memberikan
kuesioner kepada
pekerja
1. 45 tahun
2. < 45 tahun
(Guyton, 1991)
Ordinal







59


2. Kelainan Refraksi Suatu ketidakseimbangan sistem
penglihatan pada mata sehingga
menghasilkan bayangan yang
kabur.
Snellen Chart Melakukan
pemeriksaan mata
pada pekerja
1. Ada kelainan
2. Tidak ada
kelainan
Ordinal



3. Istirahat Mata Kegiatan mengistirahatkan mata
dari layar monitor setiap satu
jam sekali dan bersifat
akumulatif.
Kuesioner Memberikan
kuesioner kepada
pekerja
1. Tidak
2. Ya
(Josefina, 1999)
Ordinal





No. Variabel Independen Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala
Perangkat Kerja
4. Jarak monitor Jarak antara mata pekerja
dengan layar monitor pada saat
bekerja menggunakan komputer
Mistar

Pengukuran langsung
menggunakan mistar
diukur dari mata ke
bagian tengah layar
1. < 50 cm
2. 50 cm
(OSHA, 1997)
Ordinal
60


monitor
Lingkungan Kerja
5. Tingkat Pencahayaan Jumlah cahaya yang diterima di
area titik dilakukannya
pengukuran dan dinyatakan
dengan lux, diukur sejajar meja
atau tempat diletakkannya
monitor komputer
Lux meter Pengukuran
langsung dengan
direct reading
instrument
1. < 300 lux
2. 300 lux
(KEPMENKES
No.1405)
Ordinal

i

i

3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna
komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk tahun 2009.
2. Ada hubungan antara kelainan refraksi dengan keluhan kelelahan mata pada
pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.
3. Ada hubungan antara istirahat mata dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja
pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.
4. Ada hubungan antara jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja
pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.
5. Ada hubungan antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada
pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009.






ii

ii


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) karena pada penelitian
ini variabel independent dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama.

4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Januari
2010 di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

4.3 Populasi Dan Sample Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja di Corporate Customer
Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 yaitu 80 pekerja.
Sedangkan kriteria sampel yang diambil yaitu semua pekerja pengguna komputer bagian
customer service.
iii

iii

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus jumlah sampel uji
hipotesis dua proporsi, dengan asumsi dari penelitian sebelumnya yaitu bahwa
proporsi pada populasi yang memiliki kelelahan mata dengan tingkat pencahyaan <
300 lux (P
1
) adalah 88,9% dan proporsi yang memiliki proporsi yang memiliki
kelelahan mata dengan dengan tingkat pencahyaan 300 lux (P
2
) adalah 42,9%
(Prayitno, 2008). Pada penelitian ini, peneliti menginginkan tingkat kepercayaan
sebesar 95% dengan memakai derajat kemaknaan 5 % dengan kekuatan uji 90%.
Rumus besar sampel uji hipotesis dua proporsi:



Keterangan :
n : Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian
Z
2
1-/2
: Derajat kemaknaan pada uji 2 sisi (two tail), = 5%
Z
1-
: Kekuatan uji 90%
P : Rata rata proporsi pada populasi
P
1
: Proporsi pada populasi yang memiliki kelelahan mata dengan tingkat
..pencahyaan < 300 lux (P
1
) adalah 0,889
P
2 :
proporsi yang memiliki proporsi yang memiliki kelelahan mata dengan ..dengan
tingkat pencahyaan 300 lux (P
2
) adalah 0,429
Berdasarkan rumus diatas maka besar sample yang dibutuhkan sebesar :
Sampel (n) = [ Z
1
- /2x(2P(1-P)) + Z
1-
x(P
1
(1-P
1
) + P
2
(1-P
2
)) ]
2

(P
1
-P
2
)
2
iv

iv


[1.96 2 x 0,23 (1-0,889) + 1,28 0,889 (1-0,889) + 0,429 (1-0,429 ]
2

n =
(0,889 0,429)
2


n masing masing kelompok = 23 orang
n total = 23 X 2 = 46 Orang

Untuk menghindari drop out atau missing jawaban dari responden maka perlu
ditambahkan 10% dari jumlah sampel yang didapat sehingga jumlah sampel keseluruhan
sebesar 51 orang.

4.4 Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Luxmeter
Luxmeter digunakan untuk mengukur intensitas pencahayaan dengan satuan lux
(lx), lilin, lumen, lilin/m
2
. Prinsip kerja ; merupakan sebuah photocell yang bila
terkena cahaya akan menghasilkan arus listrik. Makin kuat intensitas cahaya
makin besar besar arus yang dihasilkan.
Ketentuan umum pengukuran :
Operator harus berhati-hati supaya tidak menimbulkan bayangan
Jangan menimbulkan pantulan cahaya yang disebabkan oleh pakaian operator
v

v

Letakkan sensor sejajar dengan posisi permukaan titik sampling dan mengarah
pada sumber cahaya
Baca intensitas cahaya pada levelmeter (display). Lanjutkan pengukuran pada
titik ke-2, dan seterusnya, sampai sampai titik terakhir.
2. Mistar
Alat ini digunakan untuk melakukan pengukuran langsung jarak monitor.
Pengukuran dilakukan dari mata pekerja ke titik tengah layar monitor.

3. Snellen Chart
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan mata agar diketahui apakah ada kelainan
refraksi pada mata pekerja.
4. Kuesioner
Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik pekerja,
perangkat kerja, lingkungan kerja, dan keluhan kelelahan mata dengan cara
pengisian kuesioner yang dilakukan oleh masing-masing pekerja.

4.5 Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari pekerja di
Corporate Customer Care Center (C4) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan
menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Data primer yang akan diteliti antara lain:
a. Keluhan Kelelahan Mata
vi

vi

Keluhan kelelahan mata diketahui dengan cara menanyakan beberapa tanda-
tanda terjadinya keluhan kelelahan mata, jika responden menjawab salah satu
dari tanda-tanda tersebut maka responden diketahui memiliki keluhan
kelelahan mata.
b. Usia
Usia pekerja dihitung dengan menanyakan kepada reponden kapan tanggal
saat mereka dilahirkan. Penghitungan umur ini dilakukan sendiri oleh peneliti
dan pembulatan angkanya dihitung satu tahun apabila telah melebihi waktu 6
bulan.

c. Kelainan Refraksi
Untuk responden yang belum mengetahui apakah memiliki kelainan refraksi
atau tidak, maka dilakukan pemeriksaan mata pada responden dengan
menggunakan snellen chart.
d. Istirahat Mata
Variabel ini juga diukur dengan satu pertanyaan yang terdapat pada kuesioner
mengenai pola istirahat mata setelah satu jam menatap layar monitor pada saat
bekerja menggunakan komputer.
e. Jarak Monitor
Variabel ini diukur dengan menggunakan mistar untuk dapat diketaui berapa
centimeter (cm) jarak pandang antara mata pekerja dengan monitor pada saat
bekerja menggunakan komputer.
f. Tingkat Pencahayaan
vii

vii

Variabel ini diukur dengan menggunakan alat ukur cahaya yaitu luxmeter
untuk mengetahui tingkat pencahayaan pada masing-masing meja kerja
pekerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen, catatan, dan laporan
dari perusahaan yang berhubungan, contohnya company profil, jumlah pekerja, dan lain-
lain.

4.6 Pengolahan Data
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan
diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Editing
Kegiatan pengecekan isian kuesioner apakah jawaban yang di kuesioner sudah:
Lengkap : Semua pertanyaan sudah ada jawaban
Jelas : Jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas dibaca
Relevan : Jawaban yang tertulis relevan dengan pertanyaan
Konsisten: Apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi jawaban konsisten
2. Coding
Kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka. Kegiatan coding
ini dilakukan untuk mempermudah analisis data dan mempercepat entry data. Koding
viii

viii

pada penelitian ini dilakukan pada saat pengisian kuesioner dan pada saat memasukkan
data ke komputer.
Kode pada penelitan ini antara lain :
1. Keluhan kelelahan mata : 1 = mengeluh, 2 = tidak mengeluh.
2. Usia : 1 = 45, 2 = < 45 tahun.
3. Kelainan refraksi : 1 = ada kelainan, 2 = tidak ada kelainan.
4. Istirahat mata : 1 = tidak, 2 = ya
5. Jarak monitor : 1 = < 50 cm, 2 = 50cm.
6. Tingkat pencahayaan : 1 = < 300 lux, 2 = 300 lux.
3. Entry data
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan sudah dilakukan pengkodingan, langkah
selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan
meng-entry data dari kuesioner kedalam komputer dengan menggunakan program
komputer.
4. Cleaning data
Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak.
Tahapan cleaning data terdiri dari :
a. Mengetahui missing data
b. Mengetahui variasi data
c. Mengetahui konsistensi data

ix

ix

4.5 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan suatu analisis untuk mendeskripsikan masing-masing
variabel yang diteliti. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi
frekuensi dan proporsi dari variabel dependen dan independen yang ada pada penelitian
ini, yaitu variabel keluhan kelelahan mata, karakteristik pekerja, perangkat kerja, dan
lingkungan kerja.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor independen dengan
faktor dependen. Variabel independen terdiri dari karakteristik pekerja, perangkat kerja,
dan lingkungan kerja, dan variabel dependen yaitu keluhan kelelahan mata. Analisis
menggunakan uji statistik Chi Square (X
2
) dengan = 0,05.
Persamaan Chi Square :
(0 E)
2

X
2
=
E


Keterangan :
X
2
= Chi Square
O = Efek yang diamati
x

x

E = Efek yang diharapkan
Metode (analisis) ini untuk mendapatkan probabilitas kejadiannya. Jika P
value
>
0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara
kedua variabel. Sebaliknya jika P
value
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti terdapat hubungan antara kedua variabel.














xi

xi

BAB V
HASIL


5.1. Profil Perusahaan
5.1.1 Profil PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan
penyelenggara bisnis T.I.M.E (Telecommunication, Information, Media and
Edutainmet) yang terbesar di Indonesia. Pengabdian TELKOM berawal pada 23
Oktober 1856, tepat saat dioperasikannya layanan telekomunikasi pertama dalam
bentuk pengiriman telegraf dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor). Selama itu
pula TELKOM telah mengalami berbagai transformasi.
Transformasi terakhir sekaligus yang disebut dengan NEW TELKOM
Indonesia adalah transformasi dalam bisnis, transformasi infrastruktur, transformasi
sistem dan model operasi dan transformasi sumber daya manusia. Transformasi
tersebut resmi diluncurkan kepada pihak eksternal bersamaan dengan New Corporate
Identity TELKOM pada tanggal 23 Oktober 2009, pada hari ulang tahun TELKOM
yang ke 153. TELKOM juga memiliki tagline baru, The World in Your Hand.
Sampai dengan 31 Desember 2008 jumlah pelanggan TELKOM tumbuh 37%
dari tahun sebelumnya sebanyak 68,6 juta pelanggan yang terdiri dari pelanggan
telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8,6 juta, pelanggan telepon tidak bergerak
xii

xii

nirkabel sejumlah 12,7 juta pelanggan dan 65,3 juta pelanggan jasa telepon bergerak.
Sejalan dengan lahirnya NEW TELKOM Indonesia, berbekal semangat positioning
baru Life Confident manajemen dan seluruh karyawan TELKOM berupaya
mempersembahkan profesionalitas kerja, serta produk dan layanan terbaik bagi
pelanggan dan stakeholders.
Sepanjang tahun 2008, berbagai penghargaan dan sertifikasi telah diterima
oleh TELKOM, baik dari dalam maupun luar negeri antara lain, Sertifikasi ISO
9001:2000 dan ISO 9004:2000 untuk Divisi Enterprise Service dari TUV Rheinland
International Indonesia; Penghargaan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3) dan Kecelakaan Nihil 2008 dari Wakil Presiden RI; The Best Corporate
Image category dalam ajang Most Admired Companies Awards ke 8 dari Frontier
Consulting Group; Juara Umum 2007 Annual Report Award dari Menteri Keuangan
RI; Juara Umum Anugerah Media Humas 2008 dari Bakorhumas CIO of The Year
2008 dalam Hitachi Data System IT Inspiration Awards; dan Penghargaan CEO dan
Perusahaan Idaman dari Majalah Warta Ekonomi.
Saham TELKOM per 31 Desember 2008 dimiliki oleh pemerintah Indonesia
(52,47%) dan pemegang saham publik (47,53%). Saham TELKOM tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange (NYSE), London Stock Exchange
(LSE) dan Tokyo Stock Exchange, tanpa tercatat. Harga saham TELKOM di BEI
pada akhir Desember 2008 sebesar Rp 6.900. Nilai kapitalisasi pasar saham
TELKOM pada akhir tahun 2008 mencapai Rp 139,104 miliar atau 12,92 % dari
kapitalisasi pasar BEI.
xiii

xiii

Dengan pencapaian dan pengakuan yang diperoleh TELKOM, penguasaan
pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya kinerja keuangan, serta potensi
pertumbuhannya di masa mendatang, TELKOM menjadi model korporasi terbaik
Indonesia.

5.1.2 Visi dan Misi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
a. Visi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
To become a leading InfoCom player in the region
Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom
terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia
Pasifik.
b. Misi PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Telkom mempunyai misi memberikan layanan " One Stop InfoCom Services
with Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role Model as the
Best Managed Indonesian Corporation " dengan jaminan bahwa pelanggan akan
mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas,
dengan harga kompetitif.
Telkom akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik dengan
mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul, penggunaan teknologi
yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan
saling mendukung secara sinergis.

5.1.3 Lima Pilar Bisnis PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk:
xiv

xiv

a. Fixed Phone (TELKOM Phone)
1) Personal Line
2) Corporate Line
3) Wartel & Telum

b. Mobile Phone (TELKOMSEL)
1) Prepaid Services (simPATI)
2) Postpaid Services (Halo)
c. Network & Interconnection (TELKOM Intercarier)
1) Interconnection Services
2) Network Leased Services
d. Data & Internet
1) Leased Channel Service (TELKOM Link)
2) Internet Service (TELKOMNet)
3) VoIP Service (TELKOM Save & Global 017)
4) SMS Service (from TELKOMSEL, TELKOMFlexi & TELKOM SMS)
e. Fixed Wireless Access (TELKOM Flexi)
1) Prepaid Services (Flexi Trendy)
2) Postpaid Services (Flexi Classy)

5.1.4 Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
xv

xv

Corporate Customer Care Center adalah suatu pelayanan terhadap pelanggan
kalangan perusahaan yang bekerja di bawah divisi Enterprise Service. Pelayanan
yang dilakukan oleh C-4 adalah Customer Handling, Network Monitoring, Fault
Handling, Provisioning Handling, Product Consultancy, SLG Management, CPE
Management. Ruang C-4 merupakan ruangan call center dan network monitoring
yang cukup terintegrasi. Petugas call center siap melayani panggilan masuk
pelanggan perusahaan yang berkonsultasi tentang produk, melakukan komplain,
memonitor penyelesaian gangguan, dan lain-lain. Pelanggan bisa menghubungi C-4
melalui telepon 0800-1-835566 (0800-1-TELKOM), http://www.c4.telkom.co.id/,
atau email c4@telkom.co.id. Sementara petugas dilengkapi dengan monitor yang bisa
mengakses database nasional untuk melayani proses ini. Ada sejumlah 7 lokasi C-4
yang tersebar secara nasional, yaitu di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
Medan, Makasar, dan Balikpapan. Masing-masing memiliki sumberdaya dan
kemampuan yang sama untuk melayani corporate customer. Pelanggan perusahaan
yang menggunakan layanan multimedia TELKOM seperti ASTINet, DINAccess,
VPN-IP (MPLS), VPN-Gold (Frame Relay), VPN Dial, Infonet, Webhosting,
Mailhosting, Colocation, dll, adalah pelanggan yang sangat berkepentingan dengan
keberadaan C-4 ini.

5.2 Gambaran Kondisi Lingkungan Kerja
Ruang C-4 merupakan ruangan call center dan network monitoring yang
cukup terintegrasi. Setiap ruang terdapat 10 15 pekerja, setiap pekerja memiliki
perangkat komputer dengan besar layar monitor 21 inci. Beberapa layar monitor
xvi

xvi

raksasa juga di pajang di bagian depan, sehingga seluruh petugas dapat melihat
kondisi network terkini secara jelas. Sekat pada setiap ruangan berupa kaca besar dan
tembok dengan warna cat krem serta setiap sudut ruangan terdapat tanaman dalam
pot sehingga pekerja bisa merelaksasikan mata dengan melihat penghijauan setelah
beberapa jam bekerja dengan komputer. Suhu di seluruh ruangan diatur secara sentral
pada suhu 21
o
celcius.



5.3 Analisis Univariat
5.3.1 Gambaran Keluhan Kelelahan Mata
Analisis univariat gambaran kejadian keluhan kelelahan mata pada pekerja
pengguna komputer di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009
dapat dilihat pada tabel 5.1 :
Tabel 5.1
Gambaran Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer
di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2009

Gambaran Keluhan
Kelelahan Mata
Jumlah Prosentase (%)
Mengeluh 46 90,2
Tidak Mengeluh 5 9,8
Total 51 100

xvii

xvii

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa sebagian besar pekerja mengalami
keluhan kelelahan mata yaitu sebanyak 90,2%. Sedangkan pekerja yang tidak
mengalami keluhan kelelahan mata sebanyak 9,8% pekerja.

5.3.2. Gambaran Jenis Keluhan Kelelahan Mata
Distribusi jenis keluhan kelelahan mata yang dikeluhkan oleh pekerja
pengguna komputer di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dapat dilihat
pada grafik 5.1 :

Grafik 5.1
Distribusi Jenis Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna Komputer di
Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Tahun 2009

xviii

xviii

Berdasarkan grafik 5.1, diketahui jenis keluhan kelelahan mata yang banyak
dikeluhkan oleh pekerja berupa mata perih yaitu sebanyak 58,8% pekerja.
Sedangkan jenis keluhan kelelahan mata yang paling sedikit dikeluhkan oleh
pekerja berupa pusing disertai mual yaitu sebanyak 11,8% pekerja. Dari grafik
tersebut juga dapat diketahui tiga besar keluhan yang paling banyak dialami
oleh seluruh pekerja pengguna komputer di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk yaitu mata perih (58,8%), nyeri di sekitar mata (43,1%), dan sakit kepala
(43,1%). Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 23% pekerja yang mengalami
tiga besar keluhan kelelahan mata tersebut, dan sebagian besar dari pekerja
tersebut bekerja dengan tingkat pencahayaan di bawah 300 lux.

5.3.3 Gambaran Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata
Analisis univariat gambaran distribusi frekuensi berdasarkan variabel faktor-faktor
yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer
di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 5.2 :
Tabel 5.2
Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pekerja Pengguna
Komputer di Corporate Customer Care Center (C4)
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009

No. Variabel Kategori Jumlah Presentase(%)
1. Usia 45 tahun
< 45 tahun
3
48
5,9
94,1
xix

xix

Total 51 100
28 54,9 2. Kelainan Refraksi Ada Kelainan
Tidak ada Kelainan 23 45,1
Total 51 100
Tidak 10 19,6 3.

Istirahat Mata
Ya 41 80,4
Total 51 100
< 50 cm 11 21,6 4. Jarak Monitor
50 cm 40 78,4
Total 51 100
< 300 lux 48 94,1 5. Tingkat Pencahayaan
300 lux 3 5,9
Total 51 100


1. Usia
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar
pekerja memiliki usia < 45 tahun yaitu sebanyak 94,1% pekerja. Sedangkan
pekerja yang memiliki usia 45 tahun hanya 5,9% pekerja.
2. Kelainan Refraksi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 diketahui bahwa pekerja yang
memiliki kelainan refraksi sebanyak 54,9% pekerja. Sedangkan pekerja
yang tidak memiliki kelainan refraksi sebanyak 45,1% pekerja.
3. Istirahat Mata
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 diketahui bahwa pekerja yang
tidak melakukan istirahat mata sebanyak 19,6% pekerja. Sedangkan
pekerja yang melakukan istirahat mata sebanyak 80,4% pekerja.
4. Jarak Monitor
xx

xx

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 diketahui bahwa pekerja yang
bekerja dengan jarak monitor < 50 cm sebanyak 21,6% pekerja.
Sedangkan pekerja yang bekerja dengan jarak monitor 50 cm sebanyak
78,4% pekerja.
5. Tingkat Pencahayaan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2 diketahui bahwa tingkat
pencahayaan pada meja pekerja < 300 lux sebanyak 94,1% pekerja.
Sedangkan tingkat pencahayaan meja pekerja yang 300 lux hanya 5,9%
pekerja.


5.4 Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini dilakukan dengan dilakukan untuk memperoleh
gambaran hubungan antara variabel karakteristik pekerja, perangkat kerja, dan
lingkungan kerja dengan kejadian keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna
komputer di Corporate Cutomer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk tahun 2009. Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel tersebut
dengan keluhan kelelahan mata maka dilakukan uji statistik Chi-Square dengan
menggunakan derajat kemaknaan 5%. Berikut ini akan dipaparkan hasil analisis
bivariat dari masing-masing variabel.
5.4.1 Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata
Tabel 5.3
xxi

xxi

Analisis Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja
Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Center (C4)
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009






Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa dari pekerja yang berusia 45
tahun hanya 1 pekerja yang mengalami keluhan kelelahan mata. Sebaliknya
pekerja yang berusia <45 tahun sebagian besar (93,8%) juga mengalami
keluhan kelelahan mata. Berdasarkan hasil uji statistik chi square pada derajat
kemaknaan 5%, didapatkan P
value
= 0,023 sehingga dapat diketahui bahwa usia
memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan kelelahan mata.
Berdasarkan perhitungan risk estimete diperoleh OR = 0,033 (95% CI 0,002-
0,481), artinya pekerja yang berusia 45 tahun memiliki risiko 0,033 kali
Keluhan Kelelahan Mata
Mengeluh
Tidak
Mengeluh
Total
Usia
n % N % n %
Pvalue
OR
95% CI
45 tahun 1 33,3 2 66,7 3 100
< 45 tahun 45 93,8 3 6,3 48 100
Jumlah 46 90,2 5 9,8 51 100
0,023
0,033
0,002 0,481
xxii

xxii

untuk mengalami keluhan kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja yang
berusia < 45 tahun.

5.4.2 Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan Mata
Tabel 5.4
Analisis Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan Mata
Pada Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009

Keluhan Kelelahan
Mata
Mengeluh
Tidak
Mengeluh
Total
Kelainan Refraksi
n % N % n %
Pvalue
OR
95% CI
Ada Kelainan 24 85,7 4 14,3 28 100
Tidak ada Kelainan 22 95,7 1 4,3 23 100
Jumlah 46 90,2 5 9,8 51 100
0,362
0,273
0,028 2,630
Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa baik pekerja yang memiliki
kelainan refraksi maupun yang tidak memiliki kelainan refraksi
mengalami keluhan kelelahan mata. Pekerja yang memiliki kelainan refraksi dan
mengeluh sebanyak 85,7% sedangkan pekerja yang tidak memiliki kelainan refraksi
dan mengeluh sebanyak 95,5%. Berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui
kelainan refraksi tidak memiliki hubungan bermakna ( > 0,05) dengan keluhan
kelelahan mata, P
value
= 0,362.


xxiii

xxiii

5.4.3 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata
Tabel 5.5
Analisis Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada
Pekerja Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009

Berdasarkan tabel 5.5, dapat diketahui bahwa pekerja yang tidak melakukan
istirahat mata seluruhnya mengeluh kelelahan mata. Sebaliknya pekerja yang
melakukan istirahat mata sebagian besar juga mengeluh kelelahan mata.
Berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui istirahat mata tidak
memiliki hubungan bermakna ( > 0,05) dengan keluhan kelelahan mata, P
value
= 0,569.

5.4.4 Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluhan Kelelahan Mata
Tabel 5.6
Analisis Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada
Pengguna Komputer di di Corporate Customer Care Center (C4)
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009

Keluhan Kelelahan Mata
Keluhan Kelelahan Mata
Mengeluh
Tidak
Mengeluh
Total Istirahat
Mata
n % N % n %
Pvalue
OR
95% CI
Tidak 10 100 0 0 10 100
Ya 36 87,8 5 12,2 41 100
Jumlah 46 90,2 5 9,8 51 100
0,569
1,139
1,016 1,277
xxiv

xxiv

Mengeluh
Tidak
Mengeluh
Monitor
n % N % n %
< 50 cm 9 81,8 2 18,2 11 100
50 cm 37 92,5 3 7,5 40 100
Jumlah 46 90,2 5 9,8 51 100
0,292
0,365
0,053 02,518
Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa baik pekerja yang memiliki jarak
monitor < 50 cm dan 50 cm sebagian besar mengeluh kelelahan mata.
Berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui istirahat mata tidak
memiliki hubungan bermakna ( > 0,05) dengan keluhan kelelahan mata, P
value
= 0,292.

5.4.5 Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata
Tabel 5.7
Analisis Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan
Mata Pada Pengguna Komputer di Corporate Customer Care Center (C4)
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 2009


Keluhan Kelelahan Mata
Mengeluh
Tidak
Mengeluh
Total Tingkat
Pencahayaan
n % N % n %
Pvalue
OR
95% CI
< 300 lux 45 93,8 3 6,3 48 100
300 lux 1 33,3 2 66,7 3 100
Jumlah 46 90,2 5 9,8 51 100
0,023
30,00
2,078 433, 129
xxv

xxv

Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja bekerja
dengan tingkat pencahayaan < 300 lux dan sebagian besar pekerja tersebut juga
mengeluh kelelahan mata. Sebaliknya pekerja yang bekerja dengan tingkat
pencahayaan 300 lux juga terdapat pekerja yang mengeluh kelelahan mata
yaitu hanya 1 pekerja. Berdasarkan hasil uji statistik chi square pada derajat
kemaknaan 5%, didapatkan P
value
= 0,023 sehingga dapat diketahui bahwa
tingkat pencahayaan memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan
kelelahan mata. Berdasarkan perhitungan risk estimete diperoleh OR = 30,00
(95% CI 2,078 433, 129), artinya pekerja yang bekerja dengan tingkat
pencahayaan <300 lux memiliki risiko 30 kali untuk mengalami kelelahan
mata dibandingkan dengan pekerja yang bekerja dengan tingkat pencahayaan
300 lux.








xxvi

xxvi

BAB VI
PEMBAHASAN


6.1 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian keluhan
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4)
PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 ini, penulis mengumpulkan data primer
dengan menyebar kuesioner kepada 51 pekerja. Penulis menyadari terdapat keterbatasan dan
kelemahan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pengukuran kelelahan mata hanya bersifat subjektif sehingga belum sepenuhnya
memiliki tingkat validitas data yang akurat.
2. Tidak melakukan pengecekan terhadap setting display pada layar monitor.

6.2 Keluhan Kelelahan Mata
Menurut Trevino Pakasi (1999) kelelahan mata adalah suatu kondisi subjektif
yang disebabkan oleh penggunaan otot mata secara berlebihan. Kelelahan mata atau
astenopia menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya
berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk
memperoleh ketajaman penglihatan. Pada pengguna komputer astenopia terjadi
karena kelelahan mata akibat memusatkan pandangan pada komputer di mana obyek
xxvii

xxvii

yang dilihat terlalu kecil, kurang terang, bergerak dan bergetar. Mata yang
berkonsentrasi kurang berkedip, sehingga penguapan air mata meningkat dan mata
menjadi kering. Dampak lain dari kelelahan mata di dunia kerja adalah hilangnya
produktivitas, meningkatnya angka kecelakaan, dan terjadinya keluhan-keluhan
penglihatan. (Taylor & Francis, 1997).
Hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan terhadap 51 pekerja yang
menggunakan komputer di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009 ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja mengalami keluhan kelelahan mata. Hal
ini dapat dilihat dari durasi pekerja yang menggunakan komputer bisa mencapai lebih
dari 5 jam/hari. Menurut data EyeCare Technology (1995) dalam Endit (2003)
didapatkan bahwa terdapat 60 juta orang yang menderita gangguan penghilatan
karena menggunakan Video Display Terminal (VDT) untuk penggunaan 3 jam atau
lebih dalam sehari. Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rey dan Meyer (1980) terhadap pengguna monitor di sebuah industri
pembuat arloji di Swiss, bahwa ternyata ditemukan perbedaan yang signifikan
mengenai keluhan ataupun gangguan pada mata antara pengguna monitor yang
bekerja selama 6-9 jam per hari dengan mereka yang bekerja kurang dari 4 jam per
hari (Oborn, 1995).
Manager Pelayanan Profesional dari Asosiasi Optometris Australia juga
menyatakan bahwa kelelahan mata, masalah penglihatan, dan kesehatan mata
semakin memburuk selama kita meneruskan bekerja dengan jam kerja panjang dan
bergantung pada komputer. Kelompok pekerja kantor merupakan salah satu bagian
dari kategori resiko tertinggi kelelahan mata, beberapa studi mengindikasikan 35
xxviii

xxviii

48% dari pekerja kantor mederita problema tersebut. (Robinson, 2003 dalam Hana
2008). Penelitian yang dilakukan oleh Japanese Ministry of Health (2004)
didapatkan juga proporsi keluhan kelelahan mata yang dirasakan oleh operator
komputer sebesar 91,6 %.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa pekerja yang berusia < 45 tahun
sebagian besar mengalami keluhan kelelahan mata. Pekerja yang memiliki kelainan
refraksi maupun yang tidak memiliki kelainan refraksi, pekerja dengan jarak monitor
< 50 cm maupun 50 cm sebagian besar juga mengalami keluhan kelelahan mata.
Bagi pekerja yang tidak melakukan istirahat mata seluruhnya mengeluh dan pekerja
yang melakukan istirahat mata pun sebagian besar juga mengeluh kelelahan mata.
Untuk tingkat pencahayaan sebagian besar bekerja pada cahaya < 300 lux, dan
sebagian pekerja tersebut juga mengeluh kelelahan mata. Berdasarkan jenis keluhan
kelelahan mata yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah mata perih. Keluhan
ini timbul akibat frekuensi bekerja yang tinggi di depan monitor. Jika mata sedang
fokus terhadap suatu pekerjaan, maka mata terlalu lama terbuka tanpa berkedip
sehingga permukaan mata kita akan kering, karena air mata yang membasahi sudah
menguap. Permukaan mata yang kering terus menerus akan menyebabkan kondisi sel
permukaan bola mata tidak sehat sehingga terasa perih.
Untuk mengurangi munculnya kelelahan mata akibat penggunaan komputer,
(Anshel, 1996 dalam Swamardika 2001) menganjurkan untuk melakukan 3B yaitu
Blink, Breat, dan Break. Blink yaitu mengedipkan mata, dalam keadaan normal dalam
satu menit mata akan mengedip 12-15 kali. Frekuensi mengedip akan bertambah bila
dalam keadaan gembira, terangsang, berbicara, melakukan aktivitas fisik. Frekuensi
xxix

xxix

berkurang bila sedang membaca, berfikir, dan sedang konsentrasi dalam pekerjaan.
Melihat tanpa berkedip akan melelahkan mata. Dengan berkedip mata akan
beristirahat walaupun hanya sesaat dan akan terjadi proses pembersihan mata serta
proses pembasahan ulang pada mata sehingga penglihatan akan tetap jelas. Oleh
karena proses mengedip ini merupakan proses yang otomatis maka pada tahap awal
harus tetap disadari bahwa mengedip adalah penting. Breath yaitu benafas. Apabila
dalam keadaan stress, ada tendensi untuk menahan nafas. Keadaan ini akan
menyebabkan otot-otot menjadi tegang tanpa disadari. Bernafas secara benar dan
teratur akan menyebabkan relaksasi otot termasuk otot mata. Break yaitu istirahat.
Apabila pekerjaan di komputer memerlukan konsentrasi yang tinggi maka diperlukan
adanya istirahat singkat untuk memberikan waktu pemulihan.

6.3 Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata
Daya akomodasi mata adalah kemampuan lensa mata untuk menebal
(cembung) atau menipis (pipih) sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar
bayangan jatuh tepat di retina. Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan
kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin
sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Daya akomodasi menurun pada
usia 45 50 tahun. Hal ini disebabkan setiap tahun lensa semakin berkurang
kelenturannya dan kehilangan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Sebaliknya
semakin muda seseorang, kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan
xxx

xxx

dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih
sedikit (Guyton, 1991).
Dalam penelitian ini persentase pekerja yang memiliki usia < 45 tahun
lebih banyak daripada pekerja yang memiliki usia 45 tahun yaitu 94,1% dan
5,9%. Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan
keluhan kelelahan mata. Dari seluruh pekerja yang memiliki usia 45 tahun
sebagian mengalami keluhan kelelahan mata. Dari hasil analisis bivariat juga
diketahui nilai OR pada variabel usia yaitu sebesar 0,033, hal ini menyatakan
bahwa pekerja yang berusia 45 tahun memiliki risiko 0,033 kali untuk
mengalami keluhan kelelahan mata dibandingkan dengan pekerja yang berusia <
45 tahun.
Walaupun uji statistik tingkat risikonya rendah, tetapi variabel usia
menurut Guyton memiliki hubungan yang erat dengan kelelahan mata.
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa keluhan kelelahan mata yang terjadi pada pekerja dengan usia
< 45 tahun dapat dicegah jika postur maupun pola kerja dikelola dengan baik.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya keluhan
kelelahan mata bagi pengguna komputer terkait dengan usia adalah pemindahan
tenaga kerja dengan visus yang setinggi-tingginya. Kerja malam harus dikerjakan
oleh tenaga kerja berusia muda, yang apabila usianya bertambah, dapat
dipindahkan kepada pekerjaan yang kurang diperlukan ketelitian (Sumamur
1995).

xxxi

xxxi

6.4 Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan Mata
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina.
Kelelahan pada mata dengan kelainan refraksi terjadi karena akomodasi mata untuk dapat
melihat subyek lebih jelas (Roestijawati, 2007). Pada penelitian ini sebagian pekerja C4 PT
Telkom Tbk memiliki kelainan refraksi dan dari pekerja tersebut sebagian besar mengalami
keluhan kelelahan mata. Penderita kelainan refraksi biasanya mengalami keluhan sakit kepala
terutama di daerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata terasa pedas, pegal
pada bola mata, dan penglihatan kabur (Ilyas, 1991).
Dari 54,9% pekerja yang memiliki kelainan refraksi dan 45,1% pekerja yang
tidak memiliki kelaianan refraksi sebagian besar sama-sama mengeluh kelelahan
mata. Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel
kelainan refraksi dengan keluhan kelelahan mata. Hal tersebut mungkin saja terjadi
karena berdasarkan hasil observasi, sebagian pekerja yang memiliki kelainan refraksi
sudah mengoreksi dengan penggunaan lensa yang sesuai dengan gejala dan
kebutuhan penglihatan baik dengan penggunaan kacamata ataupun dengan lensa
kontak. Kelemahan pada penelitian ini juga karena tidak ditelitinya kapan pekerja
mulai mengalami kelainan refraksi sehingga tidak dapat dipastikan apakah kelainan
refraksi tersebut terjadi akibat pekerja menggunakan komputer selama mereka
bekerja di bagian C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Secara teoritis, seseorang
yang memiliki kelainan refrakasi tanpa dikoreksi bisa menimbulkan kelelahan mata,
sebaliknya seseorang yang menggunakan komputer lebih dari 4 jam sehari matanya
cenderung mengalami refraksi.
xxxii

xxxii

Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya keluhan
kelelahan mata bagi seluruh pekerja adalah dengan cara melakukan pemeriksaan mata
secara berkala sehingga apabila terdapat kelainan pada mata dapat segera dilakukan
tindakan pengobatan atau terapi pada mata serta menggunakan kacamata khusus
komputer (anti-glare glasses) seperti pada gambar 6.1, kacamata ini berfungsi untuk
mengurangi rasa sakit terutama pada saraf mata akibat terlalu lama berkerja di depan
monitor. Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan bagi pekerja yang sudah memiliki
kelainan refraksi adalah dengan
menggunakan kacamata yang dirancang khusus untuk menggunakan komputer yaitu
bagian atas lensa untuk melihat komputer dan bagian bawahnya untuk membaca serta
menghindari pengggunaan lensa kontak pada saat bekerja dengan komputer karena
kelelahan mata akan lebih cepat terasa. Hal ini dapat terjadi karena mata yang dalam
keadaan memfokuskan layar monitor akan jarang berkedip, sehingga bola mata cepat
menjadi kering. Bola mata yang kering menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa
dan kelopak mata. Ruang berpendingin (AC) akan lebih memperparah gesekan
tersebut, karena udara ruangan ber-AC akan kering, sehingga air mata akan ikut
menguap (Anies, 2004).

Gambar 6.1
Kacamata Khusus Komputer (Anti-glare glasses)
xxxiii

xxxiii


6.5 Hubungan antara Istirahat Mata dengan Keluhan Kelelahan Mata
Menurut NIOSH, disebutkan bahwa kondisi kerja sangat berperan terhadap
gangguan kesehatan pekerja, dan dapat mempengaruhi secara langsung terhadap
keselamatan dan kesehatan pekerja termasuk beban kerja, waktu kerja yang lama dan
kurangnya istirahat. Banyak pekerja hanya mengambil dua kali selama 15-menit
untuk istirahat dari komputer sepanjang hari kerja mereka. Menurut National Institute
of Occupational Safety and Health (NIOSH), keluhan mata berkurang secara
bermakna pada pekerja yang mengambil 5 menit istirahat selama 4 kali sepanjang
waktu bekerja mereka tanpa menurunkan produktivitas kerja. Beristirahatlah sekitar
2- 3 menit setiap 15 20 menit bekerja di depan komputer, atau 5 menit istirahat
setelah bekerja selama 30 menit,atau 10 menit istirahat untuk 1 jam berkutat dengan
komputer dan seterusnya. David L. Goetsch (2002) mengatakan bahwa opetator
komputer seharusnya melakukan banyak istirahat-istirahat pendek namun sering dan
teratur, selain itu juga disarankan pekerja atau operator tersebut tidak terus menerus
berhadapan dengan komputer tetapi diselingi dengan melakukan pekerjaan yang tidak
menggunakan komputer.
Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa pekerja yang tidak
melakukan istirahat mata sebanyak 19,6% dan yang melakukan istirahat mata
sebanyak 80,4%. Pekerja yang tidak melakukan istirahat mata seluruhnya mengalami
keluhan kelelahan mata dan pekerja yang melakukan istirahat mata pun sebagian
besar mengalami keluhan kelelahan mata. Hasil analisis bivariat antara variabel
istirahat mata dengan kejadian keluhan kelelahan mata menunjukkan bahwa tidak
xxxiv

xxxiv

adanya hubungan yang bermakna diantara keduanya. Hal tersebut mungkin saja
terjadi karena terkait dengan variabel lain seperti pencahayaan yang kurang dan
adanya kelainan refraksi pada pekerja yang belum dikoreksi sehingga meskipun
sudah melakukan istirahat mata pekerja masih tetap mengalami keluhan kelelahan
mata. Faktor lain yang mungkin terjadi dilapangan adalah pekerja belum mengerti
bagaimana istirahat mata yang baik dilakukan disela-sela aktivitas kerjanya sehingga
istirahat yang dilakukan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keluhan
kelelahan mata. Istirahat mata bagi seseorang operator komputer memang sangat
diperlukan, karena mengingat mata operator tersebut digunakan untuk melihat dalam
jarak yang cukup dekat sehingga mata mereka selalu berakomodasi dan terfokus pada
layar monitor. Menurut Josefina (1999) dalam Prasetyo (2006) lama istirahat yang
diperlukan bagi pekerja yang menggunakan komputer dianjurkan adalah selama 10
menit/jam (dengan waktu kerja 8 jam kerja/hari atau 40 jam kerja/minggu).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kelelahan mata dapat
dilakukan dengan melihat suatu benda atau objek dengan fokus yang berbeda dan
disarankan dengan jarak yang jauh dibandingkan dengan jarak monitor ke mata.
Caranya yaitu dengan melihat suatu objek dengan jarak minimal 20 kaki (6 meter)
selama kira-kira 20 detik, kemudian mengedip-ngedipkan mata lalu memejamkan
mata, dan membuka mata secara perlahan-lahan. (Stephen, 1999).

6.6 Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluhan Kelelahan Mata
Sebagaimana organ tubuh lain, mata juga memiliki keterbatasan adaptasi dan sangat
peka terhadap pengaruh lingkungan sekitar. Tubuh biasanya akan menyesuaikan berapapun
xxxv

xxxv

jarak yang dibutuhkan agar mata dapat melihat secara nyaman. Namun pada kasus-kasus
dimana mata lelah kerap terjadi, posisi monitor komputer merupakan hal patut diperhatikan
pertama sekali. Yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah jarak antara mata dengan
monitor komputer. Tidak ada batasan pasti tentang jarak ini, dan masih banyak faktor lain
yang mempengaruhinya seperti besar monitor, namun menurut OSHA disebutkan bahwa
jarak mata terhadap layar monitor saat pekerja bekerja menggunakan komputer sekurang-
kurangnya adalah 20-40 inch atau 50-100 cm. Ada pula sebagian ahli yang
menyimpulkannya dalam rumus yang didapat dengan mengkalikan lebar diagonal layar
dengan bilangan dua. Jarak mata terhadap monitor merupakan hal yang perlu mendapat
perhatian karena turut menentukan kenyamanan pandang mata pekerja, terutama untu melihat
jarak dekat dalam waktu yang cukup lama sesuai tipikal kerja perkantoran. Hal ini sesuai
dengan alasan atau penyebab utama terjadinya kelelahan mata yaitu jarak mata yang terlalu
dekat dengan monitor, sehingga mata dipaksa bekerja untuk melihat dari jarak yang cukup
dekat dalam jangka waktu yang cukup lama, sedangkan fungsi mata sendiri sebenarnya tidak
dikhususkan untuk melihat dari jarak dekat. (OSHA 1997).
Pada variabel jarak monitor, didapatkan hasil bahwa baik pekerja yang
bekerja dengan jarak monitor < 50 cm yaitu 21,6% maupun dengan jarak 50 cm
yaitu 78,4% sebagian besar mengalami keluhan kelelahan mata. Berdasarkan hasil
penelitian, rata-rata para pekerja di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk bekerja
dengan jarak monitor 57 cm. Hasil analisis bivariat menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara variabel jarak monitor dengan keluhan kelelaha
mata. Hal tersebut mungkin terjadi karena karena adanya faktor lain seperti
pencahayaan yang kurang sehingga baik pekerja dengan jarak monitor < 50 cm dan
xxxvi

xxxvi

50 cm tetap mengalami keluhan kelelahan mata. Besar layar monitor yang mencapai
21 inci juga menjadi faktor lain yang bisa menimbulkan keluhan kelelahan mata,
karena semakin besar layar monitor maka silau yang dihasilkan juga lebih besar.
Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang panas seperti warna
merah, kuning, ungu, oranye juga akan lebih mempercepat kelelahan pada mata.
Selain itu, pantulan cahaya (silau) pada layar monitor yang berasal dari sumber lain
seperti jendela, lampu penerangan dan lain sebagainya, akan menambah beban mata.
Upaya yang dapat dilakukan agar bisa mencegah terjadinya keluhan kelelahan
mata adalah dengan memperhatikan jarak mata dengan objek yang dilihat karena
Ankrum (1996) mengatakan bahwa ketika mata digunakan untuk melihat dari jarak
dekat, maka mata dipaksa secara berat untuk melakukan proses akomodasi dan
konvergensi. Akomodasi adalah proses ketika mata mengubah atau mengatur fokus
untuk melihat sesuatu dari jarak tertentu sehingga benda yang dilihat dapat terfokus,
sedangkan konvergensi adalah gerakan yang dilakukan mata untuk menghindari
terjadinya penglihatan ganda (double vision). Sehingga semakin jauh jarak pandang
terhadap objek mata kemungkinan terjadinya iritasi mata akibat proses akomodasi
dan konvergensi yang berlebihan akan semakin kecil. Upaya lain terkait dengan
monitor itu sendiri adalah dengan meletakkan layar monitor sedemikian rupa
sehingga tidak ada pantulan cahaya dari sumber cahaya lain seperti lampu ruang kerja
dan jendela yang dapat menyebabkan kesilauan pada mata. Kemudian buatlah cahaya
latar layar komputer dengan warna yang dingin, misalnya putih keabu-abuan dengan
warna huruf yang kontras. Perlu dipasang kaca pelindung pada layar monitor
komputer untuk mengurangi radiasi maupun kesilauan. Hindari penggunaan font
xxxvii

xxxvii

huruf yang terlalu kecil (kecuali terpaksa). Font huruf yang termasuk norrnal adalah
font 12, lebih kecil dari ini mengakibatkan mata akan cepat lelah membacanya.
Resolusi layar monitor sudah barang tentu sangat berpengaruh terhadap ketajaman
huruf maupun gambar (Wardhana, 1997).

6.7 Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata
Pencahayaan yang cukup dan diatur dengan baik merupakan salah satu faktor
untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang nyaman dan aman. Dengan
pencahayaan yang cukup, objek penglihatan akan terlihat jelas sehingga dengan
demikian akan membantu pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih
mudah (Budiyono, 1994). Tingkat pencahayaan ruang kerja menurut Keputusan
Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002 minimal 100 lux. Tetapi standar
pencahayaan untuk ruang perkantoran administrasi dan ruang kerja yang
menggunakan komputer menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002
dan Granjean adalah sebesar 300 lux.
Untuk variabel tingkat pencahayaan, hasil yang didapatkan dari analisi
bivariat adalah sebagian besar pekerja yang bekerja dengan tingkat pencahayaan <
300 lux mengalami keluhan kelelahan mata. Dalam penelitian ini terdapat hubungan
yang bermakna antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata. Dari
hasil analisis bivariat ini juga diketahui bahwa responden yang bekerja dengan tingkat
pencahayaan <300 lux memiliki risiko 30 kali untuk mengalami keluhan kelelahan
mata dibandingkan dengan responden yang bekerja dengan tingkat pencahayaan
xxxviii

xxxviii

300 lux. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hambali (2004) yaitu terdapat hubungan positif tingkat pencahayaan dengan
kelelahan mata secara sangat signifikan dengan (p = 0,002) dengan koefisien korelasi
(r) = 0,281.
Di C4 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, tingkat pencahayaan ruangan kerja
yang memadai hanya terdapat pada bagian yang letaknya dekat dengan kaca jendela.
Sedangkan ruangan lainnya sebagian besar tidak memiliki akses cahaya matahari
langsung. Dari 51 meja kerja yang diukur tingkat pencahayaannya, hanya terdapat 3
meja yang memiliki pencahayaan sesuai dengan standar pencahyaan. Dengan
demikian kondisi tersebut tentunya tidak sesuai dengan standar pencahayaan pada
ruang komputer dan konsep ergonomi yang berusaha meningkatkan kesehatan fisik
dan mental, menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat
demi tercapainya peningkatan produktivitas, penurunan angka kecelakaan yang
berhubungan dengan kerja dan kelelahan (Manuaba, 1992 dalam Padmanaba 2006).
Kurangnya pencahayaan di tempat kerja dapat mengakibatkan kelelahan mata,
sebab pekerja akan lebih mendekatkan matanya ke objek guna memperbesar ukuran
benda. Hal ini akan membuat proses akomodasi mata lebih dipaksa dan dapat
menyebabkan penglihatan rangkap atau kabur (Notoatmodjo, 2003).
Pengaturan tingkat pencahayaan di tempat kerja memang sudah seharusnya
diatur sedemikian rupa sehingga menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi
pekerjanya. Menurut Sumamur (1995) apabila cahaya atau pencahayaan di tempat
kerja buruk, maka dapat mengakibatkan :
1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja
xxxix

xxxix

2. Kelelahan mental
3. Keluhan pegal-pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata
4. Kerusakan alat penglihatan
5. Meningkatnya kecelakaan
Upaya yang bisa dilakukan oleh pihak perusahaan untuk memperbaiki tingkat
pencahayaan yang dibawah standar tersebut agar pekerja tidak mengalami keluhan kelelahan
mata adalah dengan cara mengoptimalkan pencahayaan alami dengan cara menggabungkan
pencahayaan alami dengan pencahayaan buatan untuk meningkatkan pencahayaan ditempat
kerja, menambah watt pada lampu penerangan ditempat kerja serta mengatur posisi bola
lampu agar menghasilkan penyinaran yang optimum.
Dari seluruh variabel yang diteliti, hanya variabel usia dan tingkat pencahayaan yang
memiliki hubungan bermakna dengan keluhan kelelahan mata. Hasil analisa yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan diduga sebagai faktor yang dominan
terhadap kejadian keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate
Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.






xl

xl

BAB VII
PENUTUP


7.1 Simpulan
1. Gambaran keluhan kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate
Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk tahun 2009,
sebanyak 90,2% pekerja mengeluh kelelahan mata dan 9,8% pekerja tidak
mengalami keluhan kelelahan mata.
2. Ada hubungan yang bermakna antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada
pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care Center (C4) PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kelainan refraksi dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care
Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara istirahat mata dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care
Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
xli

xli

5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak monitor dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care
Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
6. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pencahayaan dengan keluhan
kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer di Corporate Customer Care
Center (C4) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

7.2 Saran
Beberapa saran yang dapat direkomendasikan untuk mengatasi atau meminimalisasi
stres kerja pada perawat adalah sebagai berikut:

Bagi perusahaan :
1. Memberikan penerangan diruangan sesuai dengan standar yang dianjurkan untuk
ruang kerja berkomputer yaitu sebesar 300 Lux. Untuk meningkatkan kualitas
penerangan di ruangan kerja agar dilakukan :
a. Penambahan watt dan penggantian lampu yang mati/redup/berkedip.
b. Perawatan sumber pencahayaan dan membersihkan secara rurtin.
2. Perlu dipasang kaca pelindung pada layar monitor komputer untuk mengurangi
radiasi maupun kesilauan.
3. Melakukan pemeriksaan mata secara berkala untuk mengetahui keadaan fungsi
mata secara periodi sehingga penyakit akibat kerja khususnya kelainan pada mata
dapat dicegah sejak dini.
xlii

xlii

4. Perlu diadakan penyuluhan bagi pekerja mengenai sikap-sikap yang baik dalam
bekerja menggunakan komputer.

Bagi Pekerja :
1. Bagi seluruh pekerja sebaiknya menggunakan kacamata khusus komputer dan
bagi pekerja yang memiliki kelainan refraksi sebaiknya menghindari penggunaan
lensa kontak pada saat bekerja dengan komputer karena kelelahan mata akan lebih
cepat terasa.
2. Menerapkan metode 20-20-20, setiap bekerja 20 menit lakukan istirahat 20 detik
dengan memandang jarak sejauh 20 kaki (6 meter) agar mata tidak cepat lelah
karena terus menerus fokus menatap layar monitor.

Bagi Peneliti Lain :
1. Melakukan pengukuran kelelahan mata secara objektif dengan menggunakan alat ukur
tingkat kelelahan mata (reaction timer) sehingga dapat diketahui tingkat kelelahan mata
secara akurat.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel variabel lain yang diduga
berhubungan dengan kelelahan mata yang tidak diteliti pada penelitian ini dengan
menggunakan desain studi cohort.



xliii

xliii

DAFTAR PUSTAKA

AC, Guyton. 1991. Fisiologi Kedokteran II. Jakarta: EGC Buku Kedokteran

Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Ankrum, R. Dennis, CIE.1996. Eyestrain and Komputer Monitor Viewing Distance. Nova
Solution, Inc

Budiyono, Hendarto. 1994. Intensitas Penerangan Pada Industri Otomotif. Majalah Higiene
Perusahaan dan Keselamatan Kerja Edisi Juli-September Tahun 1994.

Departemen Kesehatan RI. 1990. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia.
Jakarta : Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. Kepmenkes RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02. Tingkat
Pencahayaan Lingkungan Kerja.

Djunaedi, Endit. 2003. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Eyestrain Pada Operator
Komputer di Pertamina Unit Pemasaran III Jakarta Tahun 2003. Universitas
Indonesia. Depok.
F, Stephen. 1999. Eye Strain as a Result of Komputer Use. Austin State University.
Available from http://www.laurenscharff.com/courseinfo/SL99/eyefatigue.html
Fauzi, Ahmad. 2006. Penyakit akibat kerja karena penggunaan Komputer. Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Lampung. Available from
http://digilib.unila.ac.id/files/disk1/13/laptunilapp-gdl-jou-2007-afauzi-617-penyakit-
r.pdf
Goetsch, David L. 2002. Occupational Safety and Health for Technologists, Engineer and
Managers. Fourth Edition, Prentice Hell, New Jency.
xliv

xliv


Hambali. 2004. Hubungan Pencahayaan Dengan Kelelahan Mata Pengrajin Sulaman Di
Empat Angkat Candung Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat. Jogjakarta.

Hana, Lilian. 2008. Tinjauan Tingkat Pencahayaan dan Keadaan Visual Display Terkait
Keluhan Subyektif Kelelahan Mata Pada Pekerja Yang Menggunakan Komputer Di
Ruang Kantor PT. Bridgestone Tire Indonesia Bekasi Plant Bulan Desember Tahun
2008. Universitas Indonesia. Depok

Henny. 2001. Tinjauan Faktor Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata di Departemen
Development PT Hardaya Aneka Shoes Industri Tangerang Tahun 2001. Universitas
Indonesia. Depok.

ILO. 2000. Pedoman Praktis Ergonomik.Tim Penterjemah Dewan K3 Nasional. Jenewa

Ilyas, Sidarta. 1991. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI

Industrial Health. 2008. Effects of VDT Workstation Lighting Conditions on Operator Visual
Workload. Taiwan.
Available from http://www.jniosh.go.jp/en/indu_hel/pdf/IH_46_2_105.pdf

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar Cetakan
ke-2. Jakarta : Rineka Cipta.

North, R.V. 1993. Work and the Eye. Oxford, England: Oxford University Press.

Occupational Health and Safety Unit. Visual Fatigue. The University of Quessland. Available
from http://www.uq.edu.au/ohs/pdfs/visualfatigue.pdf

xlv

xlv

OSHA. 1997. Working Safely with Video Display Terminals. U.S. Department of Labor
Occupational Safety and Health Administration.
Available from http://www.osha.gov/Publications/osha3092.pdf

Pakasi, Trevino. 1999. The Eye Problem of Public Transportations Drivers and Its
Prevention. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja Vol XXXII No. 1 hal 22-25.
Jakarta.

Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomic Work and Health. Aspen Publisher Inc, Maryland USA.

Padmanaba, Cok Gd Rai. 2006. Pengaruh Penerangan Dalam Ruang Terhadap Produktivitas
Kerja Mahasiswa Desain Interior. Dimensi Interior, Vol.4, No.2, Desember 2006: 57-
63. Available from
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/int/article/viewFile/16688/16680

Prasetio, Tri Eko. 2006. Hubungan Tingkat Pencahayaan Di Tempat Kerja Dengan Keluhan
Kelelahan Visual Pada Pekerja Di Area Produksi OBA & Chemicals PT. Clariant
Indonesia Tangerang Tahun 2006. Universitas Indonesia. Depok.

Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri Edisi II. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Roestijawati, Nendyah. 2007. Sindrom Dry Eye pada Pengguna Visual Display Terminal
(VDT). Cermin Dunia Kedokteran No.154. available from
http://kalbe.co.id/?mn=med&tipe=cdk&detail=printed&cat=det&det_id=176

Roger, Watson. 2002 Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta: ECG

Santosa, Adi. 2006. Pencahayaan Pada Interior Rumah Sakit: Studi Kasus Ruang Rawat
Inap Utama Gedung Lukas, Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta. Dimensi Interior,
Vol.4, No.2, Desember 2006: 49-56
xlvi

xlvi

Available from
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/int/article/viewArticle/16689

Santoso. 1985. Higine Perusahaan (Panas). Progarm D3 Hiperkes dan KesKer UI

Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Sujudi, Achmad. 1999. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta: DepKes

Sumamur. 1995. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.. Jakarta: CV. Haji Masagung

Sumamur. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung
Swamardika, Alit. I.B dkk. 2001. Penggunaan Filter Layar Monitor Menurunkan
Beban Kerja Dan Meningkatkan Produktivitas Operator Komputer. Jakarta:
Jurnal Ergonomi Indonesia Vol. 2 No. 1 Juni 2001 : 20 23.
Taylor & Francis. 1997. The Effects of Fatigue on Vision. Available from
http://www.engineering.wright.edu/bie/rehabengr/vision/visionfatigue.htm
Wardhana, Wisnu Arya dkk. 1997. Aspek Keselamatan Kerja pada Pemakaian
Komputer. Elektro Indonesia Edisi ke Tujuh, April 1997.
Available from http://www.elektroindonesia.com/elektro/komput6.html

Watson Roger. 2002 Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta: ECG.

________, Dupot Training and Service. 2007. Effects of Rest Breaks on Data-Entry
Productivity. Available from
http://www2.dupont.com/Safety_Products/en_US/news_events/article20070921.html. .. .



xlvii

xlvii

Frequencies
Statistics
51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1.94 1.45 1.80 1.78 1.06 1.10 1.57 1.65 1.82 1.84 1.41 1.63 1.61 1.57 1.88
.033 .070 .056 .058 .033 .042 .070 .068 .054 .051 .070 .068 .069 .070 .046
2.00 1.00 2.00 2.00 1.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00
2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2
.238 .503 .401 .415 .238 .300 .500 .483 .385 .367 .497 .488 .493 .500 .325
Valid
Missing
N
Mean
Std. Error of Mean
Median
Mode
Std. Deviation
usia
responden
kelainan
refraksi pd
responden istirahat mata jarak monitor
tingkat
pencahayaan
keluhan
kelelahan
mata pada
responden
nyeri/terasa
berdenyut di
sekitar mata
penglihatan
kabur
penglihatan
rangkap/ga
ndasulit fokus mata perih mata merah mata berair sakit kepala
pusing
disertai mual
Frequency Table
usia responden
3 5.9 5.9 5.9
48 94.1 94.1 100.0
51 100.0 100.0
>= 45
< 45
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

kelainan refraksi pd responden
28 54.9 54.9 54.9
23 45.1 45.1 100.0
51 100.0 100.0
ada kelainan
tidak ada kelainan
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

istirahat mata
10 19.6 19.6 19.6
41 80.4 80.4 100.0
51 100.0 100.0
tidak
ya
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

xlviii

xlviii

jarak monitor
11 21.6 21.6 21.6
40 78.4 78.4 100.0
51 100.0 100.0
< 50
>= 50
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

tingkat pencahayaan
48 94.1 94.1 94.1
3 5.9 5.9 100.0
51 100.0 100.0
< 300
>= 300
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

keluhan kelelahan mata pada responden
46 90.2 90.2 90.2
5 9.8 9.8 100.0
51 100.0 100.0
mengeluh
tidak mengeluh
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

nyeri/terasa berdenyut di sekitar mata
22 43.1 43.1 43.1
29 56.9 56.9 100.0
51 100.0 100.0
ya
tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

penglihatan kabur
18 35.3 35.3 35.3
33 64.7 64.7 100.0
51 100.0 100.0
ya
tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

xlix

xlix

penglihatan rangkap/ganda
9 17.6 17.6 17.6
42 82.4 82.4 100.0
51 100.0 100.0
ya
tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

sulit fokus
8 15.7 15.7 15.7
43 84.3 84.3 100.0
51 100.0 100.0
ya
tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

mata perih
30 58.8 58.8 58.8
21 41.2 41.2 100.0
51 100.0 100.0
ya
tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

mata merah
19 37.3 37.3 37.3
32 62.7 62.7 100.0
51 100.0 100.0
ya
tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

mata berair
20 39.2 39.2 39.2
31 60.8 60.8 100.0
51 100.0 100.0
ya
tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

l

l

sakit kepala
22 43.1 43.1 43.1
29 56.9 56.9 100.0
51 100.0 100.0
ya
tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

pusing disertai mual
6 11.8 11.8 11.8
45 88.2 88.2 100.0
51 100.0 100.0
ya
tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent





Crosstabs
li

li

Case Processing Summary
51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
usia responden *
keluhan kelelahan
mata pada responden
kelainan refraksi pd
responden * keluhan
kelelahan mata pada
responden
penggunaan alat bantu
penglihatan * keluhan
kelelahan mata pada
responden
istirahat mata *
keluhan kelelahan
mata pada responden
jarak monitor * keluhan
kelelahan mata pada
responden
tingkat pencahayaan *
keluhan kelelahan
mata pada responden
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases


usia responden * keluhan kelelahan mata pada responden
Crosstab
1 2 3
33.3% 66.7% 100.0%
45 3 48
93.8% 6.3% 100.0%
46 5 51
90.2% 9.8% 100.0%
Count
% within usia responden
Count
% within usia responden
Count
% within usia responden
>= 45
< 45
usia responden
Total
mengeluh
tidak
mengeluh
keluhan kelelahan mata
pada responden
Total

lii

lii

Chi-Square Tests
11.655
b
1 .001
5.824 1 .016
6.454 1 .011
.023 .023
11.427 1 .001
51
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .
29.
b.

Risk Estimate
.033 .002 .481
.356 .072 1.765
10.667 2.747 41.423
51
Odds Ratio for usia
responden (>= 45 / < 45)
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
responden = mengeluh
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
responden = tidak
mengeluh
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Confidence
Interval









liii

liii

kelainan refraksi pd responden * keluhan kelelahan mata
pada responden
Crosstab
24 4 28
85.7% 14.3% 100.0%
22 1 23
95.7% 4.3% 100.0%
46 5 51
90.2% 9.8% 100.0%
Count
% within kelainan
refraksi pd responden
Count
% within kelainan
refraksi pd responden
Count
% within kelainan
refraksi pd responden
ya
tidak
kelainan refraksi
pd responden
Total
mengeluh
tidak
mengeluh
keluhan kelelahan mata
pada responden
Total

Chi-Square Tests
1.410
b
1 .235
.510 1 .475
1.523 1 .217
.362 .242
1.383 1 .240
51
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.
25.
b.

liv

liv

Risk Estimate
.273 .028 2.630
.896 .753 1.067
3.286 .394 27.394
51
Odds Ratio for kelainan
refraksi pd responden
(ya / tidak)
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
responden = mengeluh
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
responden = tidak
mengeluh
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Confidence
Interval


istirahat mata * keluhan kelelahan mata pada responden
Crosstab
10 0 10
100.0% .0% 100.0%
36 5 41
87.8% 12.2% 100.0%
46 5 51
90.2% 9.8% 100.0%
Count
% within istirahat mata
Count
% within istirahat mata
Count
% within istirahat mata
tidak
ya
istirahat
mata
Total
mengeluh
tidak
mengeluh
keluhan kelelahan mata
pada responden
Total

lv

lv

Chi-Square Tests
1.352
b
1 .245
.325 1 .569
2.312 1 .128
.569 .319
1.326 1 .250
51
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .
98.
b.

Risk Estimate
1.139 1.016 1.277
51
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
responden = mengeluh
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Confidence
Interval












lvi

lvi

jarak monitor * keluhan kelelahan mata pada responden
Crosstab
9 2 11
81.8% 18.2% 100.0%
37 3 40
92.5% 7.5% 100.0%
46 5 51
90.2% 9.8% 100.0%
Count
% within jarak monitor
Count
% within jarak monitor
Count
% within jarak monitor
< 50
>= 50
jarak monitor
Total
mengeluh
tidak
mengeluh
keluhan kelelahan mata
pada responden
Total

Chi-Square Tests
1.113
b
1 .291
.233 1 .629
.975 1 .323
.292 .292
1.091 1 .296
51
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.
08.
b.

Risk Estimate
.365 .053 2.518
.885 .660 1.185
2.424 .461 12.751
51
Odds Ratio for jarak
monitor (< 50 / >= 50)
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
responden = mengeluh
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
responden = tidak
mengeluh
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Confidence
Interval


lvii

lvii

tingkat pencahayaan * keluhan kelelahan mata pada
responden
Crosstab
45 3 48
93.8% 6.3% 100.0%
1 2 3
33.3% 66.7% 100.0%
46 5 51
90.2% 9.8% 100.0%
Count
% within tingkat
pencahayaan
Count
% within tingkat
pencahayaan
Count
% within tingkat
pencahayaan
< 300
>= 300
tingkat pencahayaan
Total
mengeluh
tidak
mengeluh
keluhan kelelahan mata
pada responden
Total

Chi-Square Tests
11.655
b
1 .001
5.824 1 .016
6.454 1 .011
.023 .023
11.427 1 .001
51
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .
29.
b.

lviii

lviii

Risk Estimate
30.000 2.078 433.129
2.813 .567 13.958
.094 .024 .364
51
Odds Ratio for tingkat
pencahayaan (< 300 /
>= 300)
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
responden = mengeluh
For cohort keluhan
kelelahan mata pada
responden = tidak
mengeluh
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Confidence
Interval


















lix

lix


No Responden : .
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN
MATA PADA PEKERJA PENGGUNA KOMPUTER DI CORPORATE CUSTOMER
CARE CENTRE (C4) PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK TAHUN 2009




Karakteristik Pekerja
1. Nama :
2. TTL/Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Divisi :

Karakteristik Pekerja
1. Berapa lama anda bekerja menggunakan komputer dalam satu hari kerja?
. Jam

2. Apakah anda memiliki kelainan refraksi (minus/plus/silider) ?
a. Ya
b. Tidak

Petunjuk pengisian:
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban
yang Anda pilih
Isilah pertanyaan sesuai dengan kondisi Anda saat ini
lx

lx

3. Apakah anda menggunakan kacamata pada saat menggunakan komputer?
a. Ya
b. Tidak

4. Apakah anda menggunakan lensa kontak pada saat menggunakan komputer?
(jika tidak, lanjut ke nomor 6)
a. Ya
c. Tidak

5. Jenis lensa kontak apa yang anda gunakan?
a. Minus/plus/silinder
b. Normal

6. Apakah setiap satu jam pemakaian komputer anda mengistirahatkan mata anda?
a. tidak
d. ya

Perangkat Kerja
Jarak monitor dengan mata .cm (diisi oleh peneliti)

Lingkungan Kerja
Tingkat pencahayaan meja kerja lux (diisi oleh peneliti)

Keluhan Kelelahan Mata
1. Apakah selama menggunakan komputer anda pernah mengalami keluhan
kelelahan
mata?
a. Ya
b. Tidak

2. Jika ya, keluhan apa saja yang pernah anda rasakan? (boleh di ceck-list lebih
dari satu)

No. Keluhan yang dirasakan Ya Tidak
1. Nyeri/terasa berdenyut di sekitar mata
2. Penglihatan kabur
3. Penglihatan rangkap/ganda
4. Sulit fokus
lxi

lxi

5. Mata perih
6. Mata merah
7. Mata berair
8. Sakit kepala
9. Pusing disetai mual

TERIMAKASIH
SELAMAT BEKERJA KEMBALI



















lxii

lxii

KUESIONER

Assalammualaikum Wr. Wb.

Saya Dian Nourmayanti bermaksud meneliti tentang Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna
Komputer Di Corporate Customer Care Center (C4) PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk Tahun 2009.
Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat mendapatkan
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Responden diharapkan
menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur- jujurnya. Setiap jawaban anda akan
dijaga kerahasiaannya dari siapapun dan tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap
kinerja anda, kemudian kuesioner akan disimpan oleh peneliti. Partisipasi responden
bersifat sukarela, responden dapat menolak untuk menjawab atau tidak melanjutkan
wawancara. Untuk itu dimohon kesediaan kepada karyawan C4 PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk selaku responden untuk mengisi kuesioner ini.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang mendalam untuk kesediaan
Anda menjadi responden pada penelitian ini. Semoga bantuan dan kerjasama Anda
menjadi amal ibadah yang bernilai disisi-Nya.

Anda mungkin juga menyukai