Anda di halaman 1dari 35

Ieknik Fencingin ccn

Kricgenik
lr. Henry Nc:uIicn, MI., Fh.D
Bung Hatta University Press
TEKNIK PENDINGIN DAN KRIOGENIK
Ir. Henry Nasution, MT., Ph.D
Penerbit
Bung Hatta University Press Padang
2010
-+e+:+
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
x
Prakata
Syukur Alhamdulillah, dengan izinNya, usaha untuk menyiapkan buku ini
terlaksana. Sewaktu buku ini disusun, sangat sedikit buku Teknik Pendingin
yang sesuai ditulis dalam Bahasa Indonesia, untuk dijadikan buku teks.
Keperluan sebuah buku yang sesuai sangatlah dikehendaki oleh Mahasiswa di
Universitas Bung Hatta dan juga Universitas lainnya. Berdasarkan hakekat
inilah penulis mencoba menyusun sebuah buku, khususnya untuk memenuhi
keperluan Mahasiswa yang mengambil mata kuliah Teknik Pendingin atau
Refrigerasi dan Penyegaran Udara.
Pada buku ini dilengkapi contoh Perhitungan Beban Pendingin dan teori
pendukung untuk perhitungan tersebut. Sehingga dapat dijadikan pedoman
bagaimana mendisain Mesin Pendingin di lapangan secara praktis maupun
pada Tugas Akhir Mahasiswa. Kemudian juga dilengkapi dengan pengantar
Aplikasi Sistem Kendali pada Sistem Pendingin dan pengantar Sistem
Refrigerasi Kriogenik.
Semoga dengan terbitnya buku ini, diharapkan banyak membantu Mahasiswa
dan Staff Pengajar dalam usaha meningkatkan ilmu pengetahuan. Tanggung
jawab moral ini dilakukan karena mengingat propesi penulis sebagai pengajar
dan mengingat pentingnya sebuah buku sebagai pegangan di dalam suatu
proses belajar mengajar
Disadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan saran, kritik dan koreksi terhadap isi buku ini, untuk
dapat digunakan sebagai masukan bagi perbaikan buku dimasa yang akan
datang.
Wassalam
Ir. Henry Nasution, MT., Ph.D
Padang, November 2010
D+,:+- +s+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
xi
Daftar Gambar
Gambar 1.1: Tekanan atmosfir, terukur dan absolut
Gambar 1.2: Hubungan antara skala temperatur
Gambar 1.3: Kekekalan massa di dalam sebuah sistem aliran sederhana
Gambar 1.4: Sistem aliran steady
Gambar 2.1: Psychrometer
Gambar 2.2: Diagram Psikometrik (ASHRAE)
Gambar 2.3: Diagram Psikometrik (Carrier)
Gambar 2.4: Diagram Psikometrik (CIBSE)
Gambar 2.5: Diagram Psikometrik (Train Company)
Gambar 4.1: Diagram alir kompresi uap
Gambar 4.2: Daur refrigenerasi Carnot
Gambar 4.3: Daur kompresi uap ideal
Gambar 4.4: Perbandingan antara siklus kompresi uap standar dan siklus
nyata
Gambar 4.5: Metoda pengubahan uap tekanan rendah menjadi uap
tekanan tinggi dalam sebuah sistem refrigerasi
Gambar 4.6: Komponen utama sistem refrigerasi absorbsi
Gambar 5.1: Sistem penyegaran udara
Gambar 5.2: Sistem ekspansi langsung
Gambar 5.3: Sistem air penuh
Gambar 5.4: Sistem udara penuh
Gambar 5.5: Sistem air-udara
Gambar 5.6: Tipe Jendela
Gambar 5.7: Tipe terpisah
D+,:+- +s+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
xii
Gambar 5.8: Unit paket sentral
Gambar 5.9: Unit koil kipas udara
Gambar 5.10: Unit induksi
Gambar 6.1: Daur kompresi uap
Gambar 6.2: Diagram T-s
Gambar 7.1: Komponen beban pendingin
Gambar 8.1: Blok diagram untuk sistem loop tertutup
Gambar 8.2: Sistem umpan balik pengendali On/Off
Gambar 8.3: Karakteristik kendali On/Off
Gambar 8.4: Blok diagram kendali proporsional
Gambar 8.5: Blok diagram kendali integral
Gambar 8.6: Blok diagram kendali derivatif
Gambar 8.7: Blok diagram kendali PI
Gambar 8.8: Blok diagram kendali PD
Gambar 8.9: Blok diagram kendali PID
Gambar 8.10: Komponen kendali fuzzy
Gambar 8.11: Fungsi keanggotaan segitiga
Gambar 8.12: Defuzzifikasi metode centroid
Gambar 8.13: Skematik diagram pengujian
Gambar 8.14: Respon temperatur ruangan pada kendali On/Off (T = 20
o
C)
Gambar 8.15: Respon temperatur ruangan pada kendali On/Off (T = 22
o
C)
Gambar 8.16: Respon temperatur ruangan pada kendali PID (T = 20
o
C)
Gambar 8.17: Respon temperatur ruangan pada kendali PID (T = 22
o
C)
Gambar 8.18: Respon temperatur ruangan pada kendali fuzzy (T = 20
o
C)
Gambar 8.19: Respon temperatur ruangan pada kendali fuzzy (T = 22
o
C)
D+,:+- +s+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
xiii
Gambar 8.20: COP aktual untuk kendali On/Off
Gambar 8.21: COP aktual untuk kendali P, PI, PD, PID dan Fuzzy
Gambar 8.22: Konsumsi energi pada T = 20
o
C
Gambar 8.23: Konsumsi energi pada T = 22
o
C
Gambar 8.24: Penghematan energi P, PI, PD, PID dan Fuzzy dibandingkan
dengan kendali On/Off pada T = 20
o
C
Gambar 8.25: Penghematan energi P, PI, PD, PID dan Fuzzy dibandingkan
dengan kendali On/Off pada T = 22
o
C
Gambar 8.26: Distribusi temperatur ruangan dan konsumsi energi
dengan variasi putaran motor kompresor
Gambar 9.1: Refrigerator Carnot
Gambar 9.2: Siklus Carnot
Gambar 9.3: Siklus refrigerasi reversible sumber isobar
Gambar 9.4: Koefisien prestasi untuk refrigerator sumber isobar
Gambar 9.5: Refrigerator Linde-Hampson
Gambar 9.6: Siklus termodinamik untuk refrigerator Linde-Hompson
Gambar 9.7: Prapendinginan Refrigerator Linde-Hampson
Gambar 9.8: Siklus termodinamik untuk prapendinginan refrigerator
Linde-Hampson
Gambar 9.9: Refrigerator Claude
Gambar 9.10: Siklus termodinamika untuk refrigerator Claude
Gambar 9.11: Refrigerator Claude dengan ekspander basah dan
kompresor uap jenuh
Gambar 9.12: Skema refrigerator Philips
Gambar 9.13: Siklus ideal termodinamika untuk refrigerator Philips
Gambar 9.14: Refrigerator Vuilleumier
D+,:+- +s+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
xiv
Gambar 9.15: Sikulus termodinamika untuk refrigerator Vuilleumier
Gambar 9.16: Skema refrigerator Solvay
Gambar 9.17: Diagram T-s refrigerator Solvay
Gambar 9.18: Skema refrigerator Gifford-McMahon
Gambar 9.19: Diagram T-s refrigerator Gifford-McMahon
D+,:+- 7+s.:
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
xv
Daftar Tabel
Tabel 7.1. Beban pendingin pada atap
Tabel 7.2. Beban pendingin pada dinding sebelah utara
Tabel 7.3. Beban pendingin pada dinding sebelah timur
Tabel 7.4. Beban pendingin pada dinding sebelah barat
Tabel 7.5. Beban pendingin total dinding
Tabel 7.6. Beban pendingin pada kaca secara radiasi
Tabel 7.7. Beban pendingin pada kaca secara konduksi sebelah timur
Tabel 7.8. Beban pendingin pada kaca secara konduksi sebelah barat
Tabel 7.9. Beban pendingin pada kaca total secara konduksi
Tabel 7.10. Beban pendingin pada kaca total Q
konduksi
+ Q
radiasi
Tabel 7.11. Beban pendingin luar total seluruh kamar
Tabel 7.12. Beban pendingin dalam total seluruh kamar
Tabel 8.1. Karakteristik kendali P, I dan D
Tabel 8.2. Input dan output variabel fuzzy
Tabel 8.3. Perbandingan fungsi keanggotaan
Tabel 8.4. Pengaruh banyaknya fungsi keanggotaan
Tabel 8.5. Aturan logika fuzzy
Tabel 8.6. Nilai COP aktual rata-rata
Tabel 9.1. Koefisien prestasi untuk refrigerator Carnot pada kondisi
operasi 300
o
K dan temperatur rendah
D+,:+- :.
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
xvi
Daftar Isi
Prakata x
Daftar Gambar xi
Daftar Tabel xv
Daftar Isi xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Penerapan Refrigerasi dan Pengkondisian Udara
1.2 Sifat-Sifat Termodinamika
1.2.1 Tekanan dan Temperatur
1.2.2 Rapat Massa, Volume Spesifik, dan Kalor
Spesifik
1.2.3 Entalpi dan Entropi
1.2.4 Sifat Keadaan
1.2.5 Proses-Proses Termodinamika
1.3 Mekanisme Perpindahan Panas
1.3.1 Konduksi
1.3.2 Konveksi
1.3.3 Radiasi
1.4 Prinsip Kekekalan Massa dan Persamaan Energi
1.4.1 Prinsip Kekekalan Massa
1.4.2 Persamaan Energi
1
3
3
5
6
8
8
13
13
14
14
15
15
17
BAB 2 PSIKOMETRIK 21
2.1 Udara Basah
2.2 Kelembaban dan Entalpi
2.3 Volume, Rapat Massa, Panas Spesifik dan Titik
Pengembunan
2.4 Termodinamika Temperatur Bola Basah dari
Temperatur Bola Basah
2.5 Diagram Psikometrik
21
22
24
25
27
D+,:+- :.
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
xvii
BAB 3 REFRIGERAN DAN SIFAT-SIFATNYA 33
3.1 Sifat-Sifat Refrigeran yang Wajib
3.2 Kelompok-Kelompok Refrigeran
3.3 Pengaruh Refigeran Terhadap Lingkungan
33
35
37
BAB 4 SIKLUS TERMODINAMIKA DALAM
TEKNIK PENDINGIN
38
4.1 Siklus Kompresi Uap
4.2 Daur Carnot
4.3 Daur Kompresi Uap Ideal
4.4 Daur Kompresi Uap Nyata
4.5 Siklus Absorbsi
38
39
40
41
42
BAB 5 SISTEM PENGKONDISIAN UDARA 45
5.1 Klasifikasi Sistem Pengkondisian Udara
5.1.1 Klasifikasi Berdasarkan Bentuk
5.1.1.1 Ekspansi Langsung
5.1.1.2 Sistem Air Penuh (All Water System)
5.1.1.3 Sistem Udara Penuh (All-Air System)
5.1.1.4 Sistem Air-Udara (Air - Water System)
5.1.2 Klasifikasi Berdasarkan Tipe
5.1.2.1 Tipe Jendela (Window Unit)
5.1.2.2 Tipe Terpisah
5.1.2.3 Unit Paket Sentral
5.1.2.4 Unit Koil Kipas Udara
5.1.2.5 Unit Induksi
5.2 Dasar Pemilihan Sistem
45
46
46
46
47
48
48
48
49
50
51
51
53
BAB 6 DAUR KOMPRESI UAP
56
6.1 Diagram P h
6.1.1 Klasifikasi Berdasarkan Bentuk
6.1.2 Analisa matematik dari kondisi subdingin
dan panas lanjut
56
56
59
D+,:+- :.
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
xviii
6.2 Koefisien Prestasi
6.3 Contoh Perhitungan
60
61
BAB 7 ESTIMASI BEBAN PENDINGIN 67
7.1 Menentukan Beban Pendingin
7.2 Jenis Beban
7.3 Estimasi Beban Pendingin
7.3.1 Lokasi dan Spesifikasi Bangunan
7.3.2 Kondisi Perencanan
7.3.3 Perhitungan Beban
71
72
78
79
81
82
BAB 8 APLIKASI KENDALI PADA SISTEM
PENDINGIN
100
8.1 Sistem Kendali On/Off
8.2 Sistem Kendali PID
8.2.1 Aksi Kendali Proporsional
8.2.2 Aksi Kendali Integral
8.2.3 Aksi Kendali Derivatif
8.2.4 Kendali Proporsional + Integral (PI)
8.2.5 Kendali Proporsional + Derivatif (PD)
8.2.6 Kendali Proporsional + Integral + Derivatif
(PID)
8.3 Sistem Kendali Fuzzy
8.3.1 Alasan Pemakaian Logika Fuzzy
8.3.2 Implementasi Logika Fuzzy
8.3.3 Komponen Kendali Fuzzy
8.4 Implementasi Kendali Pada Sistem Pendingin
8.4.1 Distribusi Temperatur
8.4.2 Koefisien Prestasi
8.4.3 Konsumsi dan Perbandingan Energi
8.5 Pengaruh Perubahan Frekuensi pada Sistem
Pendingin
101
103
104
104
105
106
107
108
109
110
111
112
117
120
124
126
129
D+,:+- :.
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
xix
BAB 9 SISTEM REFRIGERASI KRIOGENIK 131
9.1 Sistem Refrigerasi Ideal
9.1.1 Sistem sumber isotermal ideal secara
termodinamika
9.1.2 Sistem sumber isobar ideal secara
termodinamika
9.2 Refrigerator Untuk Temperatur Diatas 2 K
9.2.1 Sistem refrigerasi Joule Thomson
9.2.2 Refrigerator prapendinginan Joule-
Thompson
9.2.3 Mesin ekspansi sistem refrigerasi
9.2.4 Refrigerator Philips
9.2.5 Refrigerator Vuilleumier
9.2.6 Refrigerator Solvay
9.2.7 Refrigerator Gifford McMahon
131
131
135
138
138
142
145
148
151
154
156
Referensi
Lampiran
160
162
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
1
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi
(pendingin) merintis jalan bagi pertumbuhan dan penggunaan mesin
penyegaran udara (air conditioning). Teknologi ini dimulai oleh Cagniard de la
Tour (Perancis, 1823) yang melakukan penelitian tentang keadaan kritis dan
gas eter. Kemudian dilanjutkan oleh Humphrey Dary dan asistennya
M.Faraday (Inggris, 1824), merupakan orang pertama yang berhasil
menemukan cara mencairkan gas ammonia.
Prinsip dasar silus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot (Perancis,
1824). Selanjutnya Joseph Mc.Creaty (Amerika, 1897), yang pertama
membuat instalasi pendingin yang dinamai mesin pencuci udara (air washer),
yaitu suatu sistem pendingin yang mempergunakan percikan air. Sedangkan
Dr. Willis Hariland Carier (Amerika, 1906) dan kemudian dipatenkan pada
tahun 1911, membuat alat pengatur temperatur dan kelembaban udara.
Penyegaran udara adalah suatu proses mendinginkan udara sehingga dapat
mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan yang dipersyaratkan
terhadap kondisi udara dari suatu ruang tertentu. Selain itu, mengatur aliran
udara dan kebersihannya.
1.1. Penerapan Refrigerasi dan Pengkondisian Udara
Bidanga refrigerasi dan pengkondisian udara salaing berkaitan satu sama
lainnya, tetapi masing-masing mempunyai ruang lingkup yang berbeda.
Penerapan teknik refrigerasi yang terbanyak adalah pada refrigrasi industri,
yang meliputi pemrosesan, pengawetan makanan, penyerapan kalor dari
bahan-bahan kimia, perminyakan, dan industri perminyakan. Dan pada
kegunaan khusus yaitu pada industri manufaktur dan konstruksi.
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
2
Aplikasi teknik refrigerasi dan pengkondisian udara, meliputi :
Pengkondisian udara berukuran sedang dan besar.
Pengkondisian udara untuk kebutuhan industri.
Penghangatan setempat (spot heating).
Pendinginan setempat (spot cooling).
Laboratorium lingkungan.
Tekstil.
Instalasi tenaga (power plant).
Ruang komputer, dan lain-lain.
Pengkondisian udara untuk tempat tinggal.
Pengkondisian udara untuk kendaraan.
Penyimpanan dan pendistribusian bahan makanan.
Pembekuan.
Ruang penyimpanan.
Distribusi.
Pemrosesan makanan.
Produk susu.
Bahan minimuman.
Industri kimia dan proses.
Pemisahan gas.
Pengembunan gas.
Penghilangan kalor reaksi, dan lain-lain.
Penggunaan khusus refrigerasi.
Wadah minuman.
Penurunan kelembaban.
Pembuatan es.
Penawat air laut.
Sedangkan aplikasi refrigerasi pada temperatur rendah ( 123
o
K atau 150
o
C)
lebih dikenal dengan teknik kriogenik, seperti memproduksi gas industri
(dengan memisahkan udara menjadi Nitrogen dan Oksigen), gas alam cair, dan
usaha pencapaian temperatur rendah yang mendekati nol absolut. Aplikasi
teknik kriogenik banyak dipergunakan pada bidang kedokteran, pesawat ruang
angkasa, material, elektronika dan lain-lain.
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
3
1.2. Sifat-Sifat Termodinamika
Sifat adalah karakteristik yang dimiliki oleh zat, yang dapat ditentukan
besarnya seperti tekanan, temperatur, rapat massa dan volume spesifik, kalor
spesifik, entalpi, entropi, dan sifat cair-uap dari suatu keadaan. Kerja dan
Panas bukan merupakan sifat, karena keduanya adalah suatu yang diperlukan
pada suatu sistem untuk menghasilkan berbagai perubahan sifat. Terjadinya
perpindahan energi sebagai kerja dan panas dapat dibuktikan oleh adanya
berbagai perubahan sifat tetapi besarnya perpindahan energi mempunyai
hubungan dengan cara terjadinya perubahan tersebut.
1.2.1. Tekanan dan Temperatur
Telah diketahui bahwa udara di atmosfir ini mempunyai berat. Karenanya
maka udara tersebut bisa menimbulkan tekanan pada permukaan bumi. Rapat
masa udara tidak konstan, yang tergantung pada ketinggian, temperatur dan
kelembaban. Oleh karena itu tekanan atmosfir, yang disebabkan oleh berat
atmosfir atau udara diatas permukaan bumi, sulit atau tidak dapat dihitung.
Tekanan atmosfir dapat diukur berdasarkan tinggi kolom zat cair yang bisa
ditahan. Di permukaan laut, tekanan yang ditimbulkan oleh kolom udara seluas
1 cm
2
dan setinggi atmosfir adalah 1,03 Kg. Dengan demikian tekanan
atmosfir pada permukaan air laut adalah 1,03 Kg/cm
2
atau setara dengan 10,3
m air atau 76 cm air raksa (Hg). Tekanan atmosfir akan berkurang dengan
elevasi atau ketinggi tempat.
Gambar.1.1 menunjukkan ketiga tekanan, yaitu tekanan atmosfir, tekanan
terukur dan tekanan mutlak. Tekanan terukur atau tekanan relatif adalah
tekanan yang diukur berdasarkan tekanan atmosfir. Tekanan ini bisa lebih
besar (tekanan positif) atau lebih kecil (tekanan negatif atau vakum) dari
tekanan atmosfir. Sedangkan tekanan absolut atau tekanan mutlak atau tekanan
sebenarnya adalah merupakan jumlah dari tekanan atmosfir dan tekanan
terukur. Apabila tekanan terukur negatif maka tekanan mutlak adalah tekanan
atmosfir dikurangi tekanan terukur.
Temperatur berkaitan dengan energi atau perpindahan energi. Gagasan ini
lebih merupakan sebagai penunjukkan arah perpindahan energi sebagai panas.
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
4
Energi cendrung untuk berpindah sebagai panas dari berbagai daerah
bertemperatur tinggi ke berbagai daerah yang bertemperatur rendah.
Gambar 1.1: Tekanan atmosfir, terukur dan absolut
Skala temperatur yang paling umum dipakai dalam pengukuran adalah
Fahrenheit dan Celsius. Skala ini mempergunakan spesifikasi jumlah
inckrements antara titik beku dan titik didih air pada tekanan atmosfir. Skala
Celsius mempunyai 100 unit antara kedua titik tersebut, sedangkan skala
Fahrenheit memiliki 180 unit.
Temperatur absolut skala Celsius disebut dengan skala Kelvin, sedangkan
temperatur absolut skala Fahrenheit disebut Rankine. Kedua skala absolut
didefenisikan agar dapat sedekat mungkin dengan skala temperatur absolut
termodinamik. Titik nol dari kedua skala terdapat pada keadaan fisik yang
sama dan perbandingan kedua harga adalah sama, tanpa memperhatikan skala
absolut yang dipergunakan. Ini dapat diperhatikan pada persamaan berikut :
Kelvin
1
2
Rankine
1
2
|
|
.
|

=
|
|
.
|

T
T
T
T
1.1
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
5
Dalam hal ini titik didih air ditetapkan sebagai temperatur 100
0
C dan 212
0
F.
Korelasi antara skala ini dapat dilihat pada gambar.1.2 dibawah ini.
Selanjutnya antara
0
F dan
0
C terdapat korelasi menurut persamaan berikut :
0
F = 32 + (9/5
0
C) 1.2
0
R = 9/5
0
K 1.3
Gambar 1.2: Hubungan antara skala temperatur
1.2.2. Rapat Massa, Volume Spesifik, dan Kalor Spesifik
Rapat massa () didefenisikan sebagai massa fluida per satuan volume pada
temperatur dan tekanan tertentu. Rapat massa pada suatu titik ditulis dalam
bentuk matematis :
K
0
C
0
F
0
R
373,15
273,15
233,15
173,15
100
0
- 40
-100
212,0
32,0
- 40
- 148
671,67
491,67
419,67
311,67
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
6
1.4
Sebaliknya, volume spesifik (v) adalah volume yang diisi oleh satu satuan
massa. Rapat massa dan volume spesifik saling berkaitan satu sama lain. Kalor
spesifik, adalah jumlah energi yang diperlukan untuk menaikkan temperatur
satu satuan massa bahan tersebut sebesar 1
0
K. Oleh karena itu besaran ini
dipengaruhi oleh cara proses berlangsung dan cara kalor yang dilepaskan. Dua
besaran yang umum adalah kalor spesifik pada volume konstan (c
v
) dan kalor
spesifik pada tekanan konstan (c
p
).
1.2.3. Entalpi dan Entropi
Entalpi adalah jumlah kalor yang diberikan atau dilepaskan per satuan massa
yang ditimbulkan melalui proses dengan tekanan tetap dan meniadakan kerja
yang dilakukan. Dalam analisa termodinamika, kombinasi energi dalam (U)
dan kerja aliran (pV) atau U + pV sering terjadi, kombinasi ini diberi simbol
(H), maka dengan demikian :
H = U + pV 1.5
bila ditulis per satuan massa akan berbentuk :
h = u + pv 1.6
Tiap besaran pada ruas kanan dari persamaan diatas adalah sifat zat, jadi
entalpi merupakan sifat zat. Dari persamaan hukum termodinamika pertama,
yaitu :
dQ = dU + dW 1.7
dQ = dU + p.dv 1.8
V
M
c
c
Massa (M) , kg
Volume (V), m
3
V
M
V
A
A
A
= lim
0
(kg/m
3
)
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
7
karena :
d(p.V) = p.dV + V.dp 1.9
maka :
dQ = dU + d(p.V) V.dp 1.10
H = U + p.V 1.11
dQ = dH V.dp 1.12
pada kondisi khusus dimana proses adalah tekanan konstan, maka :
dQ = dH = (c.dT)
p
1.13
atau :
dQ = H
2
H
1
= cp.(T
2
T
1
) 1.14
Sejauh ini gagasan dasar yang esensial bagi konsep entropi telah
dikembangkan dan dapat dinyatakan sebagai :
1. Setiap sistem mempunyai entropi, entropi mengukur derajat
disorganisasi mikroskopik atau ketidak pastian manusia akan
tingkat keadaan mikroskopik.
2. Entropi adalah ekstensif, entropi suatu sistem adalah jumlah
berbagai entropi dari bagian-bagiannya.
3. Entropi dapat diproduksi, tetapi tidak pernah dapat dibinasakan,
sehingga entropi pada sistem yang diisolasi tidak pernah
berkurang.
4. Entropi suatu sistem yang selalu berada pada tingkat keadaan
mikroskopik yang unik adalah nol.
Walaupun entropi yang biasa diberi simbol (s) memiliki arti dan filosofi, tetapi
sifat ini hanya akan digunakan dalam hal yang khusus dan terbatas. Entropi
terdapat dalam banyak grafik dan tabel sifat bahan dan dibicarakan disini agar
dapat dikenal. Kemungkinan penggunaan praktis entropi yang terbanyak
adalah untuk mambaca garis entropi konstan pada grafik ketika menghitung
kerja dari siklus refrigerasi kompresi uap.
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
8
1.2.4. Sifat Keadaan
Telah diketahui bahwa zat memiliki beberapa fasa, misalnya air (H
2
O) dapat
berbentuk cairan, gas (uap air) atau padat (es). Fasa didefenisikan sebagai
sejumlah zat yang seluruhnya bersifat homogen. Jadi bila suatu sistem
mempunyai susunan kimia dan keadaan fisik yang merata (uniform), maka zat
itu dapat dikatakan terdiri dari satu fase. Bila beberapa fasa terdapat bersamaan
maka tiap fasa dipisahkan satu sama lain oleh permukaan batas fase. Dalam
tiap fase, suatu zat dapat dimiliki temperatur dan tekanan yang berbeda beda.
Didalam termodinamika kondisi seperti ini dikatakan zat tersebut mempunyai
beberapa tingkat keadaan. Tiap tingkat keadaan dapat dinyatakan dalam sifat
makroskopik yang mudah diamati.
Tiap sifat pada tiap tingkat keadaan hanya memiliki satu harga, dan sifat ini
tidak tergantung pada apa yang dialami oleh zat itu sebelumnya, ataupun cara
untuk mencapai keadaan zat pada saat tersebut. Dari sini dapat dinyatakan sifat
zat sebagai suatu besaran yang hanya tergantung pada sistem dan tidak
tergantung pada cara yang dilalui (dialami) oleh sistem dalam mencapai suatu
tingkat keadaan yang tertentu. Sebaliknya tingkat keadaan suatu sistem
dinyatakan oleh sifat zat. Oleh karena itu perubahan harga suatu sifat hanya
tergantung pada keadaan awal dan akhir suatu sistem. Sifat-sifat
termodinamika terdiri dari :
Sifat Intensif.
Sifat yang tidak tergantung pada massa zat, seperti : Tekanan, Temperatur,
massa jenis, volume jenis, entalpi jenis, entropi jenis, dan lain-lain.
Sifat Ekstensif.
Sifat zat yang tergantung pada massa zat, seperti : massa, volume, dan lain-
lain. Sifat ekstensif per satuan massa akan menjadi sifat intensif.
1.2.5. Proses-Proses Termodinamika
Proses adalah perubahan sistem dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Atau
dapat juga didefensikan sebagai perubahan keadaan, perubahan sifat fisis, tidak
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
9
tergantung dari cara perubahannya, dihitung berdasarkan titik-titik pada
ujungnya (point function) bukan berdasarkan lintasannya (path function).
Proses Reversibel dan Ir-reversibel
Proses reversibel adalah suatu proses yang setelah berlangsung, arahnya dapat
dibalik kembali ke kondisi semula tanpa meninggalkan bekas pada sistem dan
lingkungan, atau suatu proses yang jika arahnya dibalik akan tetap melalui
lintasan yang sama (berimpit), begitu pula sebaliknya dengan proses ir-
reversibel.
Proses Volume Konstan (isovolum atau isokoris)
Volume spesifik akhir = volume spesifik awal proses.
Misalnya :
a. Pendinginan uap air jenuh di dalam sebuah tangki tertutup :
b. Pemanasan udara di dalam ruang tertutup :
200
o
C
100
o
C
2
-
1
-
V
2
= V
1
V
T
Udara
c
v
konstan
V
2
= V
1
Q
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
10
c. Pemanasan air jenuh di dalam sebuah tangki tertutup :
Proses Tekanan Konstan
Tekanan akhir sistem = tekanan mula-mula (isobaris).
Misalnya :
a. Ekspansi gas nitrogen di dalam silinder berpiston :
b. Pendinginan campuran air dan uap air sehingga menjadi air jenuh :
T
V
1
2-
-
N
2
1
2
P
1
= P
2
P = k
P
2
= P
1
1
2
T
s
-
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
11
Proses Temperatur Konstan (isotermis)
T
awal
= T
akhir
Ekspansi/kompresi gas di dalam silinder berpiston :
Proses Adiabatis
Proses adiabatik adalah suatu proses dimana tidak ada panas yang dipindahkan
dari atau ke sistem sepanjang proses berlangsung, jadi Q = 0. Proses ini dapat
terjadi bila pada pembatas sistem diberi sekat (isolator) penahan aliran panas.
Namun walaupun sistem tidak disekat, asalkan laju energi total di dalam
sistem jauh lebih besar dibandingkan dengan energi yang dimasukkan atau
dikeluarkan ke lingkungannya dalam bentuk panas, maka proses masih dapat
dikatakan adiabatik.
Misalnya :
Ekspansi/kompresi gas di dalam selinder yang berpiston :
- -
P
1
P
2
s
T
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
12
Proses Energi Dalam Konstan
Proses perubahan keadaan sistem tanpa perpindahan panas dan tanpa kerja (u
2
= u
1
).
Proses isotermis, T = c, n = 1
Proses isobaris, P = c
Proses isovolume, v = c
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
13
Proses adiabatis, n = k = c
p
/c
v
Proses politropis, n = n
1.3. Mekanisme Perpindahan Panas
Panas didefenisikan sebagai bentuk energi yang berpindah antara dua sistem
(atau suatu sistem dan sekelilingnya) yang dikarenakan perbedaan temperatur.
Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, panas sering digunakan untuk
mengartikan tenaga dalam (internal energi), yaitu kandungan panas dari bahan
bakar, kenaikan panas, burung menyimpan panas dibadannya, dan sebagainya.
Dalam termodinamika, panas dan energi dalam adalah dua hal yang berbeda,
energi adalah suatu sifat tetapi panas bukan sifat. Suatu benda mengandung
energi tetapi bukan panas, energi berhubungan dengan suatu keadaan
sedangkan panas berhubungan dengan proses. Maka dalam termodinamika
panas tersebut berarti heat transfer.
Heat transfer (perpindahan panas) adalah perpindahan energi sebagai hasil dari
perbedaan temperatur. Adapun mekanisme perpindahan panas, terdiri atas :
Konduksi, Konveksi (konveksi paksa dan konveksi bebas) dan Radiasi.
1.3.1. Konduksi
Konduksi adalah difusi energi akibat dari pergerakan acak molekuler.
1.15
1.16
T
1
T
2
q
x
= - k
dx
dT
T
1
> T
2
Ax
L
T
L
T T
dx
dT A
=

=
1 2
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
14
Fluks panas q
x
, adalah laju perpindahan panas dalam arah x per satuan luas
yang tegak lurus pada arah perpindahan dan sebanding dengan gradien
temperatur (dT/dx) pada arah itu. Tanda minus menunjukkan konsekuensi
pada kenyataannya bahwa panas dipindahkan dari temperatur tinggi ke rendah.
Sedangkan simbol k menunjukkan arti sifat transport yang dikenal sebagai
konduktifitas termal dan merupakan karakteristik material dinding.
1.3.2. Konveksi
Konveksi didefenisikan sebagai difusi energi akibat dari pergerakan acak
molekuler ditambah perpindahan energi dari pergerakan makroskopik (fluida).
Perpindahan panas konveksi sebagai perpindahan energi terjadi dalam fluida
akibat dari efek kombinasi dari konduksi dan pergerakan kasar fluida. q
adalah fluks panas konveksi, adalah perbandingan luas dengan perbedaan
temperatur antara permukaan dan fluida untuk masing-masing T
s
dan T

.
Sedangkan h, koefisien perpindahan panas, tergantung pada dimensi
permukaan, kecepatan aliran, sifat primer fluida (, , cp, k), sifat sekunder
(kecepatan suara, koefisien volumetrik ekspansi), percepatan gravitasi dan
perbedaan temperatur.
1.3.3. Radiasi
Radiasi adalah perpindahan energi oleh gerakan gelombang elektromagnetik.
Pada perpindahan panas konduksi dan konveksi memerlukan adanya media,
sedangkan pada perpindahan panas radiasi tidak diperlukan dan pada ruang
hampapun proses ini dapat terjadi.
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
15
Persamaan radiasi :
q = o T
s
4
1.17
Persamaan diatas disebut juga dengan hukum Stefan-Boltzman, dengan o =
5,67x10
-8
W/m
2
.K
4
. Permukaan dimaksud adalah sama dengan permukaan
benda hitam (sebagai radiator ideal). Jika fluks panas diemisikan dari
permukaan nyata arau ril :
q = c o T
s
4
1.18
dengan :
c : sifat radiatif permukaan (emisivitas) atau sifat yang menunjukkan seberapa
besar efisien permukaan untuk mengemisikan bila dibandingkan pada
radiator ideal.
1.4. Prinsip Kekekalan Massa dan Persamaan Energi
1.4.1. Prinsip Kekekalan Massa
Massa adalah suatu konsep yang mendasar, karena itu tidak mudah untuk
didefenisikan. Defenisi massa sering dirumuskan dengan merujuk pada hukum
Newton yaitu :
Gaya = massa percepatan
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
16
Gaya = m a = m
dt
dV
1.19
Suatu benda yang dikenai oleh gaya yang tidak seimbang akan mendapat
percepatan yang besarnya tergantung pada besarnya gaya tersebut. Massa dari
dua benda yang disatukan adalah jumlah dari masing-masing massa benda
tersebut dan bahwasanya pembelahan benda homogen menjadi dua bagian
yang sama akan menghasilkan dua benda yang bermassa sama, yang masing-
masing setengah dari massa benda semula.
Pada gambar.1.3 dapat diperhatikan bahwa massa di dalam sistem dapat
berubah menurut waktu selama massa tersebut mengalir masuk atau keluar
dari sistem. Anggap bahwa selama d, massa m
1
memasuki sistem dan
massa m
2
meninggalkan sistem. Jika massa di dalam sistem selama waktu
adalah m

dan pada waktu + adalah m


+
maka hukum kekekalan massa
menyatakan bahwa :
2 1
m m m m

+ = +
+
1.20
Gambar 1.3: Kekekalan massa di dalam sebuah sistem aliran sederhana
pembagian dengan menghasilkan :
0
1 2
= +


m m m m
1.21
bila laju aliran massa dinyatakan dengan :

m
m
o
=
1.22
m
1 m
1
2 m
2
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
17
jika perubahan yang terjadi setiap saat adalah :
0 1 2 = +
o o
m m
d
dm

1.23
Pada kebanyakan sistem refrigerasi dan pengkondisian udara, laju aliran massa
tidak berubah dari waktu ke waktu (kalaupun ada hanya perubahan kecil),
karena itu aliran dapat dianggap steady atau mantap.Bila laju perubahan massa
di dalam sistem adalah nol, maka :
0 dan 2 1 = =
d
dm
m m
o o
1.24
1.4.2. Persamaan Energi
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa : besarnya energi yang masuk
bersama aliran ditambah dengan besarnya energi berupa kalor dikurangi
dengan besarnya energi dalam bentuk kerja dan dikurangi dengan energi yang
meninggalkan sistem pada sisi keluar sama dengan besarnya perubahan
energi di dalam volume atur. Pada gambar.1.4 dapat diperhatikan sistem aliran
steady antara sisi masuk dan keluar dari sistem :
Gambar 1.4: Sistem aliran steady
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
18
Bahagian.1 :
wk = gaya jarak = (P
1
A
1
) (l
1
) 1.25
dimana v
1
= A
1
l
1
(specific volume), maka :
wk = P
1
v
1
(ft lbf/lbmdari fluida) 1.26
Kerja pada bahagian.1 dan bahagian.2 adalah :
wk
net
= P
2
v
2
P
1
v
1
1.27
Berdasarkan hukum kekekalan energi, dari gambar diatas dapat kita nyatakan
bahwa :
1. Massa dari fluida didalam sistem harus sama, jika 1 lbm fluida masuk
ke dalam sistem maka harus sama dengan massa keluar dari sistem
pada waktu yang sama.
2. Tekanan, temperatur, volume spesifik dan kecepatan aliran semuanya
konstan terhadap waktu pada bahagian masuk sistem. Jumlah nilai
parameter tersebut harus sama dengan nilai pada sisi keluarnya.
3. Transfer energi (panas dan kerja) yang masuk atau keluar dari pada
batas sistem (system boundary) harus konstan.
Berdasarkan defenisi diatas maka laju aliran masuk pada bahagian.1 adalah :
1
o
m = A
1
V
1

1
1.28
dengan :
1
o
m : laju aliran massa (lbm/sec, Kg/sec)
A
1
: luas permukaan sisi masuk (ft
2
, m
2
)
V
1
: kecepatan aliran (ft/sec, m/s)

1
: rapat massa fluida (lbm/ft
3
, Kg/m
3
)
Dengan demikian laju aliran massa fluida yang meninggalkan system adalah :
2
o
m = A
2
V
2

2
1.29
Selama laju aliran massa fluida pada sisi masuk dan keluar system sama, maka
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
19
1
o
m =
2
o
m = A
1
V
1

1
= A
2
V
2

2
1.30
karena fluidanya adalah incompressible (tak mampu mampat), maka
1
=
2
sehingga menjadi :
Q = A
1
V
1
= A
2
V
2
= A V 1.31
Dari gambar.4 diatas, dapat juga ditulis persamaa energi saat masuk dan keluar
dari sistem :
J
v P
u
J g
V
g
g
J
Z
J
wk
q
J
v P
u
J g
V
g
g
J
Z
c c c c
2 2
2
2
2 2 2 1
2 1
1 1
1
2
1 1
2 2
+ + +
|
|
.
|

= + + +
|
|
.
|

1.32
Dimana J = 778 ft lbf/Btu sebagi faktor pengali, dan akan memperoleh enegi
mekanik sehingga persamaan diatas menjadi :
2 2 2
2
2
2 2 1 2 1 1 1 1
2
1
1
778
2
778 778
2
v P u
g
V
g
g
Z wk q v P u
g
V
g
g
Z
c c c c
+ + +
|
|
.
|

= + + +
|
|
.
|

1.33
Diketahui bahwa entalpi (h) adalah u + Pv, sehingga persamaan diatas dapat
kita tulis kembali :
2
2
2 2 2 1
2 1 1
2
1 1
2 2
h
J g
V
g
g
J
Z
J
wk
q h
J g
V
g
g
J
Z
c c c c
+ +
|
|
.
|

= + +
|
|
.
|

1.34
dengan :
P : tekanan static (lbf/ft
2
, N/m
2
)
v : volume spesifik (ft
3
/lbm, m
3
/Kg)
V : kecepatan rata-rata aliran (ft/sec, m/s)
g : percepatan gravitasi local (ft/sec
2
, m/s
2
)
g
c
: konstan (32,2 lbm ft/lbf sec
2
, 1 Kgm/Ns
2
)
Z : ketinggian (ft,m)
Wk : kerja (ft lbf/lbm, J/Kg)
h : entalpi (Btu/lbm, J/Kg)
q : transfer energi dalam bentuk panas (Btu)
.-+/:+-
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
20
= u
2
u
1
+
J
wk
2 1
: menunjukkan arah dari pada proses, positiv berarti proses
memerlukan energi sedangkan tanda negative berarti proses
melepaskan energi, energi dapat dalam bentuk kerja atau panas.
I.,.-.-:.
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
160
Referensi
1. Anderson, Edwin P., 1969, Air Conditioning, D.B. Taraporevela
Sons & Company Private LTD, Bombay.
2. Arismunandar, Wiranto dan Heizo Saito, 1986, Penyegaran Udara,
Pradnya Paramita, Jakarta.
3. ASHRAE, 1985, ASHRAE Handbook 1985 Fundamental,
American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning
Engineers, Atlanta.
4. ASHRAE, 1989, ASHRAE Handbook 1989 Fundamental,
American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning
Engineers, Atlanta.
5. ASHRAE, 1993, ASHRAE Handbook 1993 Fundamental,
American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning
Engineers, Atlanta.
6. Carrier Air Conditioning Company, 1965, Handbook of Air
Conditioning System Design, Mc-Graw Hill Book Company, New
York.
7. Clifford, George E., 1984, Heating, Ventilating and Air
Conditioning, Reston Publishing Company, Virginia.
8. Dossat, Roy J., 1978, Principle of Refrigeration, Second Edition,
John Wiley & Sons, New York.
9. Gopal, M., 2002, Control Systems Principles and Design,
New Delhi: Tata McGraw-Hill.
10. Hans, B.A., 1986, Cryogenic Engineering, Academic Press,
London.
11. Holman, J.P., 1988, Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta.
12. Ibrahim, D., 2002, Microcontroller Based Temperature
Monitoring and Control, Oxford: Newnes.
13. Jones, W.P., 2001, Air Conditioning Engineering, Butterworth
Heinemann, Great Britain
14. Jordan, Richard C. dan Gayle B. Priester, 1981, Refrigeration and
Air Conditioning, Printice-Hall of India Private Limited, New Delhi.
15. Kusumadewi, S., 2002, Analisis dan Desain Sistem Fuzzy :
Menggunakan Toolbox Matlab, Graha Ilmu, Yogyakarta.
I.,.-.-:.
7.e-.e .-.-,.- +- <-.-,.-.e
161
16. Kusumadewi, S. dan Purnomo, H., 2004, Aplikasi Logika Fuzzy :
Untuk Pendukung Keputusan, Graha Ilmu, Yogyakarta.
17. Lang, V. Paul, 1987, Principle of Air Conditioning, Delmar
Publisher, New Rork.
18. Miller, Rex, 1983, Refrigeration and Air Conditioning Technology,
Bennett Publishing Company, Illinois.
19. Neksa, Petter dan Arne M. Bredesen, 2000, Short Course on CO
2
Refrigeration Technology,International Conference on Fluid and
Thermal Energy Convertion 2000, Bandung, Indonesia.
20. Pasek, Ari Darmawan dan Nathanael P. Tandian, 2000, Short Course
on the Applications of Hidrocarbon Refrigerants, International
Conference on Fluid and Thermal Energy Convertion 2000, Bandung,
Indonesia.
21. Pita, Edward G., 1989, Air Conditioning Principles And Systems An
Energy Approach, Prentice Hall, New Jersey.
22. Stoeckher, W.F. dan Jones J.W., 1989, Refrigerasi dan
Pengkondisian Udara, Erlangga, Jakarta.
23. Vance, Robert W. dan W.M. Duke, 1962, Applied Cryogenic
Engineering, John Wiley & Sons, New York.
24. Wang, Shan K., Zalman Lavan dan Paul Norton, 1999, Air
Conditioning and Refrigeration Engineering, CRC Pres, New York.
Tentang Penulis
Henry Nasution adalah Staff Pengajar Tetap Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas
Bung Hatta dan Staff Pengajar Kontrak di Jurusan Termo-
Fluid Fakulti Kejuruteraan Mekanikal Universiti Teknologi
Malaysia. Kelahiran Tanjung Balai Karimun, Kepulauan
Riau, tahun 1970. Memperoleh ijazah Sarjana Teknik
Mesin di Universitas Bung Hatta tahun 1993 pada bidang
Konversi Energi. Tahun 1997, memperoleh gelar Master
Teknik dengan bidang Konversi Energi dengan konsentrasi Aliran Dua Fase
pada Jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada. Gelar PhD diperoleh
tahun 2006 di Jurusan Termo-Fluid Fakulti Kejuruteraan Mekanikal Universiti
Teknologi Malaysia pada bidang Konservasi Energi dengan konsentrasi
Refrigerasi dan Sistem Penyegaran Udara. Selanjutnya sejak tahun 2007
mengasuh mata kuliah Teknik Pendingin dan Kriogenik pada Jurusan Teknik
Mesin Universitas Bung Hatta. Tahun 2007-2009, menjadi Peneliti Tamu pada
Universiti Teknologi Malaysia dengan bidang Penghematan Energi pada
Sistem Pendingin. Tahun 2010-2013, menjadi Dosen Senior (Senior Lecturer)
di Jurusan Termo-Fluid Fakulti Kejuruteraan Mekanikal Universiti Teknologi
Malaysia dengan mata kuliah yang diasuh Science Engineering dan juga
menjadi Instruktur pada Laboratorium Termodinamika. Sejak tahun 2010
menjadi anggota pada Refrigeration and Air Conditioning Research Group
Universiti Teknologi Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai