Anda di halaman 1dari 17

DIAJUKAN UNTUK

MEMENUHI TUGAS MATA


KULIAH KMB I



DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4





Kerangka dada terdiri atas tulang dan tulang rawan. Batas yg membentuk rongga
didalam thorax ialah:
a. Depan : sternum dan tulang rawan iga
b. Belakang : 12 ruas tulang punggung beserta cakram antar ruas ( diskus
invertebralis)
c. Samping : Iga iga beserta otot interkostal
d. Bawah : Diafragma
e. Atas : Leher
Rongga thorax berisikan :
Sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru paru beserta
pembungkus pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah, dan membentuk
batas lateral pada mediastinum.
Mediastinum ialah ruang di dalam rongga dada antara kedua paru paru. Isinya
jantung dan pembuluh pembuluh darah besar, usofagus, duktus torasika, aorta
desendens, dan vena kava superior, saraf vagus, dan frenikus dan sejumlah besar
kelenjar limfe.


Pneumothorax udara atau gas dalam rongga pleura, yang dapat terjadi secara
spontan (spontaneous pleura), sebagai akibat trauma ataupun proses patologis,
atau dimasukkan dengan sengaja (Dorland 1998 : 872).
Pneumothorax atau sering disebut sebagai kolaps paru paru penimbunan
udara atau gas di dalam rongga pleura.
Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru
paru dan rongga dada.


Pneumothorax terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yg
berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura.
Robekan ini b/d bronkus.
Pelebaran /alveoli & pecahnya septa septa alveoli kemudian
membentuk suatu bula yg disebut granulomatus fibrosis.
Granulomatus fibrosis ad salah satu penyebab tersering terjadinya
pneumothorax, karena bula tersebut berhubungan dengan adanya
obstruksi empisema.

1. Berdasarkan terjadinya:
a. Artificial Udara lingkungan luar masuk ke dalam rongga pleura melalui
luka tusuk atau pneumothorax disengaja.
b. Traumatic biasanya disebbkan trauma pd trakea/esofagus akibat tindakan
pemeriksaan dg alat( endoskopi ) atau benda tajam yg tertelan.
c. Barotrauma pada thorax. Dibagi mjd pneumothorax tension dan non tension
pneumothorax.
- Pneumothorax tension medical emergency dimana udara terakumulasi pd
rongga pleura dan akan bertambah setiap kali bernapas.
- Non Tension pneumothorax udara tidak semakin bertambah shgg
tekanan terhadap organ didalam rongga dada tidak juga meningkat.
d. Spontan

PATHWAY
Trauma dada

Kebocoran / Tusukan/ Laserasi pleura visceral

Udara / cairan masuk ke dalam ruang pleura

Volume ruang pleura meningkat

Distress pernafasan
Gangguan pertukaran gas
Penekanan pada struktur mediasional.

a. Tachypnea
b. Dyspnea
c. Cyanosis.
d. Tracheal deviation.
e. Dull resonance on percussion.
f. Unequal chest rise.
g. Tachycardia.
h. Hypotension
i. Pale, cool, clammy skin.


Penatalaksanaan pneumotorax tergantung dari luasnya pneumothorax.
Tujuannya yaitu u/ mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan
kecenderungan untuk kambuh lagi.
Prinsip prinsip penanganan pneumothorax menurut British Sosiety dan American
collage of chest fisician ad :
a. Observasi dan pemberian tambahan oksigen
b. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube trakeostomi dg atau
tanpa pleurodesis.
c. Trakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya blep atau
bula.
d. Torakotomi

Untuk pengkajian fisik meliputi :
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan. ( Riwayat penyakit sekarang dahulu dan riwayat penyakit
keluarga)
3. Aktivitas/istirahat : Dispnea
4. Sirkulasi : Takikardia
5. Integritas ego
6. Makanan dan cairan
7. Nyeri/kenyamanan : biasanya meningkat karena pernapasan, batuk.
8. Pernapasan : kesulitan bernapas, batuk, peningkatan frekwensi bernapas, takipnea.
9. Keamanan : adanya trauma dada
10. penyuluhan/pembelajaran : riwayat faktor resiko keluarga, TB, kanker, adanya bedah
intrathorakal/biopsy paru.

a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleural, data
menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
b. GDA : variable tergantung pada derajat fungsi paru yang dipengaruhi,
gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2
kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal/menurun, saturasi
oksigen biasa menurun.
c. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemotoraks)
d. HB : mungkin menurun menunjukkan kehilangan darah
e. Laboratorium (darah lengkap dan astrup)

1. Ketidak efektifan pola pernapasan yang
berhubungan dengan menurunya ekspansi
paru sekunder terhadap peningkatan tekanan
dalam rongga pleura.
2. Resiko tinggi trauma pernapasan
berhubungan dengan pemasangan WSB.
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpajan pada informasi.

Dx Keperawatan : Ketidak efektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan
menurunnya ekspansi paru skunder terhadap peningkatan tekanan dalam
rongga pleura.
Tujuan Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola pernapassan klien kembali efektif.
Intervensi :
1. Identifikasi factor penyebab kolaps spontan, trauma keganasan, infeksi
komplikasi mekanik pernapasan.
Rasional : Memahami penyebab dari kolaps paru sangat penting untuk
mempersiapkan WSD pada pneumothoraks dan menentukan untuk interfensi
lainnya.



2. Kaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang
terjadi
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, kita dapat
mengetahui sejauh mana perubahan kondisi klien.
3. Baringkan klien dalam posisi yang nyaman, atau dalam posisi duduk.
Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru bisa
maksimal.
4. Observasi tanda-tanda vital (nadi, RR)
Rasional : Peningkatan RR dan takikardi merupakan indikasi adanya penurunan fungsi paru
5. Lakukan auskultasi suara napas tiap 2-4 jam.
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara napas pada bagian paru.
Kemungkinan akibat dari berkurangnya atau tidak berfungsinya lobus, segmen, dan salah
satu dari paru. Pada daereah kolaps paru suara pernapasan tidak terdengar tetapi bila
hanya sebagian yang kolaps suara pernapasan tidak terdengar dengan jelas. Hal tersebut
dapat menentukan fungsi paru yang baik dan ada tidaknya atelektasis paru.




6. Bantu dan ajarkan klien untuk batuk dan napas dalam
yang efektif.
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau
napas dalam. Penekanan otot-otot dada serta abdomen
membuat batuk lebih efektif.
7. Kolaborasi untuk tindakan dekompresi dengan
pemasangan WSD.
Rasional : Dengan WSD memungkinkan udara keluar dari
rongga pleura dan mempertahankan agar paru tetap
mengembang dengan jalan mempertahankan tekanan
negative pada intrapleura.

Implementasi Evaluasi
1. Mengidentifikasi faktor kolaps spontan ,
trauma keganasan serta infeksi
komplikasi mekanik pernapasan.
2. Melakukan pengkajian kualitas
pernapasan, kedalaman dan melaporkan
perubahan yang ada.
3. Membaringkan pasien dalam posisi yang
nyaman.
4. Melakukan observasi TTV ( Nadi dan
pernapasan)
5. Melakukan auskultasi pada suara napas.
6. Mengajarkan klien cara batuk dan napas
dalam yang efektif
7. Kolaborasi dengan tim dokter untuk
tindakan dekompresi dengan
pemasangan WSD
Irama, frekuensi, dan kedalaman
pernapasan berada dalam batas normal,
pada pemeriksaan rontgen thorak terlihat
adanya pengembangan paru bunyi napas
terdengar jelas.

Anda mungkin juga menyukai