Anda di halaman 1dari 17

1

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT










Oleh :
Mardalena
04101001111



F A K U L T A S K E D O K T E R A N
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014






2

1. Apa yang dimaksud Lesi D1-D6?
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan.
Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan
larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara
email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam
microbial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen
organik yang akhirnya terjadi kavitas.
Lesi D1-D6 merupakan klasifikasi dari karies gigi. Adapun beberapa
klasifikasi Karies Menurut ICDAS:
a. D1, merupakan suatu lesi dini yang terlihat adanya lesi putih pada permukaan
gigi pada saat gigi dalam keadaan kering.
b. D2, merupakan suatu lesi yang terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi
pada saat gigi dalam keadaan basah.
c. D3, terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.
d. D4, lesi email lebih dalam dengan tampaknya bayangan gelap dentin atau lesi
sudah menyerang bagian Dentino Enamel Junction (DEJ).
e. D5, lesi telah menyerang dentin.
f. D6, lesi sudah menyerang pulpa.

2. Bagaimana patofisiologi dari abses gigi ?
Abses gigi atau abses dental merupakan komplikasi dari karies dentis
atau dapat akibat trauma gigi. Email yang terbuka menyebabkan
masuknya kuman yang akan menginfeksi bagian pulpa gigi. Infeksi ini
menjalar sampai ke akar gigi dan tulang alveolar. Infeksi menyebabkan
terjadinya pengumpulan pus dan pembengkakan pada jaringan dalam
gigi. Keadaan ini menyebabkan gigi terasa nyeri. Jika struktur akar
gigi telah mati, nyeri pada gigi mungkin akan hilang, tetapi infeksi ini
akan meluas terus menerus sehingga menjalar ke jaringan yang lain.




3

3. Bagaimana perjalanan persarafan pada gigi?
Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke-
V atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada
daerah orofacial, selain saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya,
seperti saraf cranial ke-VII, ke-XI, ke-XII.
NERVUS MAKSILA
Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila,
palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus
trigeminus ini akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus
alveolaris superior ini kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus
alveolaris superior anterior, nervus alveolaris superior medii, dan nervus
alveolaris superior posterior. Nervus alveolaris superior anterior mempersarafi
gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior medii mempersarafi gingiva
dan gigi premolar serta gigi molar I bagian medial, nervus alveolaris superior
posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian distal serta molar II dan
molar III.
NERVUS MANDIBULA
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior.
Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah
akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah
merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih
besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap
akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada
persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada
mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke
area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa
kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus
lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada
4

beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat
melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki
mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa
individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan
ligament periodontal.







Secara ringkas :
Serabut saraf yang terapat pada gigi baik rahang atas dan rahang bawah juga pada
mata terhubung melalui saraf trigeminus ( nervus V/ganglion gasseri).
N.V1 Cabang Opthalmicus
N.V2 Cabang Maxillaris
N.V3 Cabang Mandibula
Cabang maxillaris (rahang atas) dan mandibularis (rahang bawah) penting pada
kedokteran gigi.
Cabang maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan
gingiva.
Cabang mandibularis memberikan persarafan sensorik ke gigi mandibularis,
lidah, dan gingiva. Variasi nervus yang memberikan persarafan ke gigi diteruskan
ke alveolaris, ke soket di mana gigi tersebut berasal.
5

Nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang
maxillaris nervus trigeminus. Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis
berasal dari cabang mandibularis nervus trigeminus.

CABANG MAXILLARIS MEMPERSARAFI :
PALATUM
Membentuk atap mulut dan lantai cavum nasi.
Terdiri dari :
Palatum durum (langit keras)
Palatum mole (langit lunak)
PALATUM DURUM
Terdapat tiga foramen:
foramen incisivum pada bidang median ke arah anterior
foramina palatina major di bagian posterior dan
foramina palatina minor ke arah posterior
Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum),
mempersarafi gigi anterior rahang atas. Bagian belakang palatum: N. Palatinus
Majus (keluar dari foramen palatina mayor), mempersarafi gigi premolar dan
molar rahang atas.
PALATUM MOLAE
N. Palatinus Minus (keluardari foramen palatina minus), mempersarafi
seluruh palatina mole.
PERSARAFAN DENTIS DAN GINGIVA RAHANG ATAS
Permukaan labia dan buccal :
N. alveolaris superior posterior, medius dan anterior
o Nervus alveolaris superior anterior, mempersarfi gingiva dan gigi anterior
o Nervus alveolaris superior media, mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan
molar I bagian mesial
o Nervus alveolaris superior posterior, mempersarafi gingiva dan gigi molar I
6

bagian distal, molar II dan molar III
Permukaan palatal : N. palatinus major dan nasopalatinus
o Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum),
mempersarafi gingiva dan gigi anterior rahang atas
o Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen palatina
mayor), mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan molar rahang atas.

CABANG MANDIBULARIS :
PERSARAFAN DENTIS
Dipersyarafi oleh Nervus Alveolaris Inferior, mempersarafi gigi anterior dan
posterior gigi rahang bawah
PERSARAFAN GINGIVA
Permukaan labia dan buccal :
N. Buccalis, mempersarafi bagian buccal gigi posterior rahang bawah
N. Mentalis, merupakan N.Alveolaris Inferior yang keluar dari foramen Mentale
Permukaan lingual :
N. Lingualis, mempersarafi 2/3 anterior lidah, gingiva dan gigi anterior dan
posterior rahang bawah
4. Apa pengertian dari ?
a. White spot/ lesi putih: Proses awal terjadinya lubang gigi yang timbul
akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut
dengan demineralisasi namun pada fase ini permukaan gigi masih
utuh. Bercak putih (White spot) timbul akibat pelepasan ion kalsium
dan fosfat dari email gigi yang disebut dengan demineralisasi.
b. Karies email: Karies email merupakan karies yang terjadi pada
permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan
belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email.
Apabila keseimbangan antara laju proses demineralisasi dengan
remineralisasi berlanjut maka permukaan lesi awal akan runtuh akibat
7

dari pelarutan apatie yang sudah melemah sehingga menghasilkan
kavitas.
c. Karies dentin: Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin
(tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan
kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin,
makanan asam dan manis.
d. Iritasi pulpa: Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel
gigi mengalami kerusakan sampai batas dentino enamel junction.
e. Hiperemi pulpa: Hiperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa.
Hyperemi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan dentin
mengalami kerusakan , terjadi sirkulasi darah bertambah karena terjadi
pelebaran pembuluh darah halus di dalam pulpa. Pulpa terdiri dari
saluran pembuluh darah halus, urat-urat syaraf,dan saluran lympe.
f. Pulpitis reversible: Inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika
penyebabnya dilenyapkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan
kembali normal. Stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien,
erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif,
kuretase periodonsium yang dalam, dan fraktur email yang
menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor-faktor yang dapat
menyebabkan pulpitis reversibel.
g. Nekrosis Pulpa: Suatu perubahan morfologis yang menunjukkan
kematian sel pada jaringan pulpa.
h. Periodontitis: Peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (=
jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi
adalah gusi, tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan
ligamen periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi
dalam kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam antara
gigi dan tulang).



8

5. Jelaskan mengenai Trepanasi !
Trepanasi merupakan bentuk tindakan bedah sebagai terapi abses periodontal
untuk mengeluarkan nanah dan gas gangren yang terbentuk. Tujuan trepanasi
adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau melalui tulang untuk
mengalirkan secret luka serta untuk mnegurangi rasa sakit. Jika timbul abses
alveolar akut berarti infeksi telah meluas dari saluran akar melalui periodontal
apikalis sampai ke dalam tulang periapeks. Perasaan sangat nyeri terutama bila
ditekan pada keadaan ini untuk menghilangkannya perlu segera dilakukan
drainase atau trepanasi.
6. Bagaimana Perawatan Dental pada Pasien Wanita Hamil (KATEGORI
ANALGETIK DAN ANTIBIOTIK FDA) ?
Menjaga kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan sama pentingnya
dengan menjaga janin yang ada dalam kandungan. Untuk menghindari
kemungkinan terjadinya resiko fatal pada perawatan gigi dan mulut pada masa
kehamilan, dalam melaksanakan pengelolaan dokter gigi harus berpegang teguh
pada prinsip kerja rutin dengan melaksanakan prosedur diagnosa yang sistematis
melalui pemeriksaan yang lengkap.
Dokter gigi harus menyadari bahwa pasien yang dihadapi bukanlah pasien
yang selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Untuk itu ada kalanya
dokter gigi harus menunda perawatan gigi dari mulut terutama pada trimester
pertama dan di akhir trimester ketiga. Hal ini berhubungan dengan keadaan medis
dari ibu hamil. Perkembangan janin selama tiga bulan pertama dari kehamilan
merupakan suatu proses yang kompleks dari organogenesis. Pada masa ini semua
sistem utama organ terbentuk dan janin sangat sensitif terhadap injuri. Pada
trimester ini pemberian obat dan radiografi harus dipertimbangkan dan sebaiknya
konsultasi ke dokter ahli untuk menghindari terjadinya kecacatan. Trimester
kedua dan ketiga adalah untuk pertumbuhan selanjutnya dan kematangan janin,
tetapi masih dapat dipengaruhi oleh obat-obatan seperti tetrasiklin. Berikut ini
akan dibahas tindakan perawatan dental yang dapat dilakukan.
9


Tindakan Dental yang Dilakukan pada Pasien Wanita Hamil
Meskipun prosedur perawatan gigi yang paling tepat dapat ditunda hingga
postpartum, perawatan dental pada kasus emergensi untuk wanita hamil yang
mengalami rasa nyeri di mulut, penyakit atau infeksi yang parah tidak boleh
ditunda dan harus ditangani sesegera mungkin.
13,19-20,21
Pada trimester pertama
(minggu pertama hingga minggu ke-14 kehamilan) terjadi pembelahan sel dan
organogenesis secara aktif pada fetus, tepatnya antara minggu ke-2 s.d. minggu
ke-8 kehamilan. Terdapat risiko yang besar akan dampak stress dalam periode ini.
Lima puluh persen hingga 75% aborsi spontan terjadi pada periode ini. Di
samping itu, kondisi ibu hamil pada periode ini tidaklah optimal, sebab ibu hamil
mengalami mual, lesu dan kadang- kadang mengalami muntah-muntah, sehingga
perawatan dental rutin dan elektif sebaiknya tidak dilakukan pada trimester
pertama.
Tindakan dental yang dapat dilakukan oleh dokter gigi pada pasien
trimester pertama kehamilan antara lain sebagai berikut.
a. Mengedukasi pasien tentang perubahan di rongga mulut selama masa
kehamilan.
b. Memberi instruksi kontrol plak dan oral higiene.
c. Membatasi tindakan perawatan dental, terbatas hanya pada profilaksis dan
kasus-kasus darurat.
d. Hindari tindakan perawatan dental elektif.
e. Hindari penggunaan radiografi secara rutin, hanya digunakan secara selektif
dan bila diperlukan.
Pada periode trimester kedua (minggu ke-14 hingga minggu ke-28),
organogenesis telah sempurna dan risiko terhadap fetus rendah, umumnya ibu
hamil juga merasa lebih nyaman pada periode ini sebab rasa mual dan muntah
tersebut biasanya sudah menghilang. Sehingga trimester kedua kehamilan
10

merupakan saat yang paling aman untuk memberikan perawatan dental selama
masa kehamilan.
Perawatan dental rutin seperti kontrol karies, kontrol infeksi, restorasi
kavitas, perawatan endodonti dan periodontal aman untuk dilakukan, tindakan
bedah sebaiknya ditunda hingga postpartum. Perawatan elektif seperti bleaching,
dental veneer, pembongkaran amalgam untuk direstorasi sewarna gigi, pembuatan
gigi tiruan dan prosedur kosmetik lainnya aman dilakukan, namun sebaiknya
ditunda hingga postpartum.
Perawatan dental dilakukan pada trimester kedua kehamilan ditujukan
untuk mencegah komplikasi atau infeksi yang dapat muncul di trimester ketiga.
Misalnya terdapat karies gigi, mulut dalam keadaan terbuka akan menyebabkan
semakin banyak kuman dan bakteri yang masuk. Kuman dan bakteri tersebut akan
masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Kondisi tersebut
tentunya akan membahayakan keadaan fetus. Oleh karena itu, perawatan dental
haruslah dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi. Tindakan dental yang
direkomendasikan pada periode ini antara lain:
Instruksi oral higiene dan kontrol plak.
Perawatan dental rutin aman dilakukan.
Kontrol penyakit mulut.
Perawatan dental elektif aman dilakukan.

Pemberian Obat Obatan pada Ibu Hamil
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan
obat atau farmakoterapi. Tujuan setiap terapi obat yang diresepkan selama
kehamilan adalah untuk menghindari reaksi obat yang merugikan baik pada ibu
maupun janin.
11

Telah diketahui bahwa tidak satupun obat yang digunakan untuk merawat
rasa nyeri atau infeksi sepenuhnya tanpa risiko. Namun akibat yang ditimbulkan
dari tidak dirawatnya infeksi selama kehamilan melebihi risiko yang mungkin
ditimbulkan oleh sebagian besar obat-obatan yang dibutuhkan untuk perawatan
gigi.
Pada masa kehamilan, obat-obatan sangat mudah diabsorbsi, oleh karena
itu dokter gigi harus sangat berhati-hati dalam memberi resep obat-obatan kepada
pasien hamil. Reaksi toksik , alergi atau hipersensitivitas yang terjadi pada wanita
hamil dapat mempengaruhi kesehatannya dan membatasi kemampuannya untuk
menjalani kehamilan. Efek obat yang merugikan secara spesifik terhadap
kesehatan janin adalah mencakup cacat kongenital, keguguran, komplikasi
kelahiran, berat badan rendah dan ketergantungan obat pasca lahir.
Food and Drug Administration atau FDA Amerika telah menetapkan lima
kategori untuk mengklasifikasikan obat berdasarkan risiko terhadap wanita hamil
dan janinnya. Kelima kategori ini memberikan pedoman untuk keamanan relatif
obat yang diresepkan bagi wanita hamil. Berikut ini kategori obat-obatan
berdasarkan FDA.
1. Kategori A : Kategori ini meliputi obat-obatan dan bahan yang telah diuji
melalui penelitian terkontrol pada wanita. Penelitian tersebut menunjukkan
tidak ada resiko terhadap fetus selama semester pertama kehamilan dan
kemungkinan bahaya terhadap janin kecil.
2. Kategori B : Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa bahan ini tidak
beresiko terhadap janin, tetapi belum ada penelitian terkontrol yang telah
dilakukan pada manusia untuk memastikan kemungkinan efek samping
terhadap janin. Kategori ini juga meliputi obat-obatan yang telah
menunjukkan efek samping pada janin hewan, tetapi penelitian terkontrol pada
manusia tidak diungkapkan adanya resiko terhadap janin.
3. Kategori C : Penelitian pada hewan telah memperlihatkan bahwa obat ini
mungkin memiliki efek teratogenik dan/atau toksik terhadap embrio, tetapi
12

belum dilakukan penelitian terkontrol pada wanita. Suatu obat juga masuk ke
dalam kategori ini bila tidak ada penelitian terkontrol yang dilakukan pada
manusia maupun hewan
4. Kategori D : Terdapat bukti risiko terhadap janin manusia, tetapi manfaatnya
dalam situasi tertentu, misalnya penyakit yang serius atau keadaan yang
membahayakan nyawa tanpa tersedia terapi alternatif lainnya, dapat
membenarkan pemakaian obat-obatan ini semasa kehamilan.
5. Kategori X : Penelitian pada hewan atau manusia telah memperlihatkan bahwa
obat ini menyebabkan perubahan pada janin atau telah menunjukkan bukti-
bukti peningkatan resiko terhadap janin, berdasarkan eksperimen pada hewan
dan manusia. Risiko terhadap janin melebihi segala manfaatnya.

Obat-obatan dalam kategori A dan B umumnya dianggap tepat untuk
digunakan selama kehamilan. Obat-obatan kategori C harus digunakan dengan
peringatan, dan obat-obatan kategori D dan X harus dihindari atau merupakan
kontraindikasi. Obat-obatan yang digunakan di kedokteran gigi seperti
anestestikum lokal, analgesik, antibiotik, antifungi dan obat-obatan lainnya
biasanya memiliki waktu paruh metabolik pendek yang diberikan untuk periode
terbatas, oleh karena itu cenderung kurang menyebabkan komplikasi selama
kehamilan.
Berikut ini tabel anestetikum lokal yang aman dan tidak aman digunakan
pada masa kehamilan.
13


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan anestetikum lokal selama
kehamilan antara lain:
1. Penggunaan yang aman adalah anestetikum lokal dengan kadar rendah
atau tanpa epinefrin, sebab pada masa kehamilan biasanya terdapat
komplikasi kehamilan berupa peningkatan tekanan darah.
2. Untuk kategori anestetikum lokal yang aman (Tabel 1), maksimum
penggunaan adalah 2 karpul.
3. Hindari pemberian epinefrin pada pasien wanita hamil yang menderita
hipertensi. Gunakan 4% prilokain tanpa epinefrin (Citanest Plain) setelah
konsultasi dan mendapat keterangan dari obstetrisian pasien.
Pada kasus penanganan nyeri orofasial, kasus-kasus emergensi yang
disertai rasa nyeri ataupun terdapat potensi nyeri setelah dilakukannya perawatan,
maka analgesik diberikan untuk meredakan rasa nyeri tersebut. Idealnya,
analgesik haruslah aman, tidak memiliki efek samping, tidak invasif,
penggunaannya sederhana dan onset serta offset yang cepat.34 Analgesik yang
14

paling sering digunakan pada masa kehamilan yaitu asetaminofen (kategori B)
dapat diberikan pada setiap trimester kehamilan.
Analgesik golongan opium tertentu seperti oksikodon, morfin, kodein atau
propoksifen digunakan secara hati-hati dan hanya jika diindikasikan. Penggunaan
analgesik opium yang berkelanjutan dan dosis yang tinggi akan berakibat retardasi
pertumbuhan dan perkembangan, risiko janin menderita cacat kongenital mutipel
seperti cacat jantung dan celah bibir atau palatum serta ketergantungan fisik.
Pada sebagian analgesik golongan opium kategori B pada akhir trimester
ketiga kehamilan menjadi kategori C/D, seperti kodein, hidrokodon dan
oksikodon dikontraindikasikan pada trimester ketiga karena dapat menyebabkan
neonatal respiratory depression dan ketergantungan opium. Meperidin (Demerol)
dianjurkan penggunaannya pada rasa nyeri yang sangat parah.
Aspirin (kategori C) harus dihindari pemakaiannya karena dapat
menyebabkan komplikasi persalinan dan perdarahan pasca melahirkan pada ibu.
Anti-inflamasi nonsteroid (AINS) hanya diberikan pada masa kehamilan jika
diindikasikan. AINS diberikan secara intermiten dengan dosis efektif yang paling
rendah pada masa kehamilan. Pada minggu ke-6 hingga minggu ke-8 prepartum,
penggunaan AINS sudah harus dihentikan. Aspirin dan AINS mempunyai
mekanisme lazim menghambat sintesa prostaglandin yang dapat menyebabkan
konstriksi duktus arteriosus pada janin yang mengakibatkan hipertensi pulmoner
pada janin.
Berikut ini analgesik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa
kehamilan berdasarkan FDA.
15


Berikut ini antibiotik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa
kehamilan.

Obat-obatan lain seperti klorheksidin kumur, antifungi nistatin (kategori
B) dan klotrimazol (kategori C) aman diresepkan pada masa kehamilan.
Klotrimazol, ketoconazol, fluconazol (kategori C) sebaiknya dihindari
pemakaiannya. Kortikosteroid tergolong dalam FDA kategori C. Umumnya
16

digunakan untuk mengobati berbagai kondisi oral yang terinflamasi, untuk pasien
wanita hamil biasanya diresepkan kortikosteroid topikal misalnya obat kumur.
7. Sebutkan dan jelaskan macam-macam obat kumur ?
Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk
membilas rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk
menyingkirkan bakteri perusak, bekerja sebagai penciut, untuk
menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan
infeksi atau mencegah karies gigi. Obat kumur dikemas dalam dua bentuk
yakni dalam bentuk kumur dan spray. Untuk hampir semua individu obat
kumur merupakan metode yang simpel dan dapat diterima untuk
pengobatan secara topikal dalam rongga mulut.

1. Hexadol
Heksetidin 0,1% Alkohol 9% untuk gingivitis, periodontitis, stomatitis
bertukak, perikoronitis, dan sariawan. Obatkumur dalam bentuk botol
120 ml. dosis 15ml obat kumur dikumur selama 30 detik saat pagi dan
malam hari.

2. Minosep
Clorheksidine 0,2% untuk gingivitis, periodontitis, stomatitis bertukak,
sariawan, angina Vincent, rasa sakit setelah perawatan periodontitis,
perikoronitis, faringitis. Dalam bentuk botol 60ml, dosis 15ml.
dikumur saat pagi dan malam hari.


Beberapa bahan-bahan aktif beserta fungsinya secara umum dapat
dijumpai dalam obat kumur, antara lain :

a) Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme
dalam rongga mulut, contoh: hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol,
benzethonium, cetylpyridinium chloride, boric acid, benzoic acid,
hexetidine, hypochlorous acid.

b) Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam rongga
mulut dan busanya membantu menyingkirkan jaringan yang tidak sehat,
contoh: hidrogen peroksida, perborate

17

c) Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal
berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan,
contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium, dan asam-asam
organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat

d) Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol,
minyak eukaliptol, minyak watergreen.

e) Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari
fermentasi sisa makanan, contoh: sodium perborate, sodium bicarbonate .

f) deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang
dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil.

g) deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian
menyebabkan bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan juga
dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang menyebabkan bakteri lisis.
Di samping itu aksi busa dari deterjen membantu mencuci
mikroorganisme ke luar rongga mulut, contoh: sodium laurel sulfate.

Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:
a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan
b. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin
c. Bahan pewarna
d. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).

Anda mungkin juga menyukai