F A K U L T A S K E D O K T E R A N UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014
2
1. Apa yang dimaksud Lesi D1-D6? Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas. Lesi D1-D6 merupakan klasifikasi dari karies gigi. Adapun beberapa klasifikasi Karies Menurut ICDAS: a. D1, merupakan suatu lesi dini yang terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi pada saat gigi dalam keadaan kering. b. D2, merupakan suatu lesi yang terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi pada saat gigi dalam keadaan basah. c. D3, terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi. d. D4, lesi email lebih dalam dengan tampaknya bayangan gelap dentin atau lesi sudah menyerang bagian Dentino Enamel Junction (DEJ). e. D5, lesi telah menyerang dentin. f. D6, lesi sudah menyerang pulpa.
2. Bagaimana patofisiologi dari abses gigi ? Abses gigi atau abses dental merupakan komplikasi dari karies dentis atau dapat akibat trauma gigi. Email yang terbuka menyebabkan masuknya kuman yang akan menginfeksi bagian pulpa gigi. Infeksi ini menjalar sampai ke akar gigi dan tulang alveolar. Infeksi menyebabkan terjadinya pengumpulan pus dan pembengkakan pada jaringan dalam gigi. Keadaan ini menyebabkan gigi terasa nyeri. Jika struktur akar gigi telah mati, nyeri pada gigi mungkin akan hilang, tetapi infeksi ini akan meluas terus menerus sehingga menjalar ke jaringan yang lain.
3
3. Bagaimana perjalanan persarafan pada gigi? Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke- V atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah orofacial, selain saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf cranial ke-VII, ke-XI, ke-XII. NERVUS MAKSILA Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila, palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus ini akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris superior anterior, nervus alveolaris superior medii, dan nervus alveolaris superior posterior. Nervus alveolaris superior anterior mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior medii mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian medial, nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian distal serta molar II dan molar III. NERVUS MANDIBULA Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi. Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada 4
beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan ligament periodontal.
Secara ringkas : Serabut saraf yang terapat pada gigi baik rahang atas dan rahang bawah juga pada mata terhubung melalui saraf trigeminus ( nervus V/ganglion gasseri). N.V1 Cabang Opthalmicus N.V2 Cabang Maxillaris N.V3 Cabang Mandibula Cabang maxillaris (rahang atas) dan mandibularis (rahang bawah) penting pada kedokteran gigi. Cabang maxillaris memberikan inervasi sensorik ke gigi maxillaris, palatum, dan gingiva. Cabang mandibularis memberikan persarafan sensorik ke gigi mandibularis, lidah, dan gingiva. Variasi nervus yang memberikan persarafan ke gigi diteruskan ke alveolaris, ke soket di mana gigi tersebut berasal. 5
Nervus alveolaris superior ke gigi maxillaris berasal dari cabang maxillaris nervus trigeminus. Nervus alveolaris inferior ke gigi mandibularis berasal dari cabang mandibularis nervus trigeminus.
CABANG MAXILLARIS MEMPERSARAFI : PALATUM Membentuk atap mulut dan lantai cavum nasi. Terdiri dari : Palatum durum (langit keras) Palatum mole (langit lunak) PALATUM DURUM Terdapat tiga foramen: foramen incisivum pada bidang median ke arah anterior foramina palatina major di bagian posterior dan foramina palatina minor ke arah posterior Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum), mempersarafi gigi anterior rahang atas. Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen palatina mayor), mempersarafi gigi premolar dan molar rahang atas. PALATUM MOLAE N. Palatinus Minus (keluardari foramen palatina minus), mempersarafi seluruh palatina mole. PERSARAFAN DENTIS DAN GINGIVA RAHANG ATAS Permukaan labia dan buccal : N. alveolaris superior posterior, medius dan anterior o Nervus alveolaris superior anterior, mempersarfi gingiva dan gigi anterior o Nervus alveolaris superior media, mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan molar I bagian mesial o Nervus alveolaris superior posterior, mempersarafi gingiva dan gigi molar I 6
bagian distal, molar II dan molar III Permukaan palatal : N. palatinus major dan nasopalatinus o Bagian depan palatum: N. Nasopalatinus (keluar dari foramen incisivum), mempersarafi gingiva dan gigi anterior rahang atas o Bagian belakang palatum: N. Palatinus Majus (keluar dari foramen palatina mayor), mempersarafi gingiva dan gigi premolar dan molar rahang atas.
CABANG MANDIBULARIS : PERSARAFAN DENTIS Dipersyarafi oleh Nervus Alveolaris Inferior, mempersarafi gigi anterior dan posterior gigi rahang bawah PERSARAFAN GINGIVA Permukaan labia dan buccal : N. Buccalis, mempersarafi bagian buccal gigi posterior rahang bawah N. Mentalis, merupakan N.Alveolaris Inferior yang keluar dari foramen Mentale Permukaan lingual : N. Lingualis, mempersarafi 2/3 anterior lidah, gingiva dan gigi anterior dan posterior rahang bawah 4. Apa pengertian dari ? a. White spot/ lesi putih: Proses awal terjadinya lubang gigi yang timbul akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut dengan demineralisasi namun pada fase ini permukaan gigi masih utuh. Bercak putih (White spot) timbul akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut dengan demineralisasi. b. Karies email: Karies email merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email. Apabila keseimbangan antara laju proses demineralisasi dengan remineralisasi berlanjut maka permukaan lesi awal akan runtuh akibat 7
dari pelarutan apatie yang sudah melemah sehingga menghasilkan kavitas. c. Karies dentin: Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis. d. Iritasi pulpa: Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami kerusakan sampai batas dentino enamel junction. e. Hiperemi pulpa: Hiperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa. Hyperemi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan , terjadi sirkulasi darah bertambah karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam pulpa. Pulpa terdiri dari saluran pembuluh darah halus, urat-urat syaraf,dan saluran lympe. f. Pulpitis reversible: Inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dilenyapkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodonsium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan pulpitis reversibel. g. Nekrosis Pulpa: Suatu perubahan morfologis yang menunjukkan kematian sel pada jaringan pulpa. h. Periodontitis: Peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (= jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah gusi, tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan tulang).
8
5. Jelaskan mengenai Trepanasi ! Trepanasi merupakan bentuk tindakan bedah sebagai terapi abses periodontal untuk mengeluarkan nanah dan gas gangren yang terbentuk. Tujuan trepanasi adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau melalui tulang untuk mengalirkan secret luka serta untuk mnegurangi rasa sakit. Jika timbul abses alveolar akut berarti infeksi telah meluas dari saluran akar melalui periodontal apikalis sampai ke dalam tulang periapeks. Perasaan sangat nyeri terutama bila ditekan pada keadaan ini untuk menghilangkannya perlu segera dilakukan drainase atau trepanasi. 6. Bagaimana Perawatan Dental pada Pasien Wanita Hamil (KATEGORI ANALGETIK DAN ANTIBIOTIK FDA) ? Menjaga kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan sama pentingnya dengan menjaga janin yang ada dalam kandungan. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya resiko fatal pada perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan, dalam melaksanakan pengelolaan dokter gigi harus berpegang teguh pada prinsip kerja rutin dengan melaksanakan prosedur diagnosa yang sistematis melalui pemeriksaan yang lengkap. Dokter gigi harus menyadari bahwa pasien yang dihadapi bukanlah pasien yang selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Untuk itu ada kalanya dokter gigi harus menunda perawatan gigi dari mulut terutama pada trimester pertama dan di akhir trimester ketiga. Hal ini berhubungan dengan keadaan medis dari ibu hamil. Perkembangan janin selama tiga bulan pertama dari kehamilan merupakan suatu proses yang kompleks dari organogenesis. Pada masa ini semua sistem utama organ terbentuk dan janin sangat sensitif terhadap injuri. Pada trimester ini pemberian obat dan radiografi harus dipertimbangkan dan sebaiknya konsultasi ke dokter ahli untuk menghindari terjadinya kecacatan. Trimester kedua dan ketiga adalah untuk pertumbuhan selanjutnya dan kematangan janin, tetapi masih dapat dipengaruhi oleh obat-obatan seperti tetrasiklin. Berikut ini akan dibahas tindakan perawatan dental yang dapat dilakukan. 9
Tindakan Dental yang Dilakukan pada Pasien Wanita Hamil Meskipun prosedur perawatan gigi yang paling tepat dapat ditunda hingga postpartum, perawatan dental pada kasus emergensi untuk wanita hamil yang mengalami rasa nyeri di mulut, penyakit atau infeksi yang parah tidak boleh ditunda dan harus ditangani sesegera mungkin. 13,19-20,21 Pada trimester pertama (minggu pertama hingga minggu ke-14 kehamilan) terjadi pembelahan sel dan organogenesis secara aktif pada fetus, tepatnya antara minggu ke-2 s.d. minggu ke-8 kehamilan. Terdapat risiko yang besar akan dampak stress dalam periode ini. Lima puluh persen hingga 75% aborsi spontan terjadi pada periode ini. Di samping itu, kondisi ibu hamil pada periode ini tidaklah optimal, sebab ibu hamil mengalami mual, lesu dan kadang- kadang mengalami muntah-muntah, sehingga perawatan dental rutin dan elektif sebaiknya tidak dilakukan pada trimester pertama. Tindakan dental yang dapat dilakukan oleh dokter gigi pada pasien trimester pertama kehamilan antara lain sebagai berikut. a. Mengedukasi pasien tentang perubahan di rongga mulut selama masa kehamilan. b. Memberi instruksi kontrol plak dan oral higiene. c. Membatasi tindakan perawatan dental, terbatas hanya pada profilaksis dan kasus-kasus darurat. d. Hindari tindakan perawatan dental elektif. e. Hindari penggunaan radiografi secara rutin, hanya digunakan secara selektif dan bila diperlukan. Pada periode trimester kedua (minggu ke-14 hingga minggu ke-28), organogenesis telah sempurna dan risiko terhadap fetus rendah, umumnya ibu hamil juga merasa lebih nyaman pada periode ini sebab rasa mual dan muntah tersebut biasanya sudah menghilang. Sehingga trimester kedua kehamilan 10
merupakan saat yang paling aman untuk memberikan perawatan dental selama masa kehamilan. Perawatan dental rutin seperti kontrol karies, kontrol infeksi, restorasi kavitas, perawatan endodonti dan periodontal aman untuk dilakukan, tindakan bedah sebaiknya ditunda hingga postpartum. Perawatan elektif seperti bleaching, dental veneer, pembongkaran amalgam untuk direstorasi sewarna gigi, pembuatan gigi tiruan dan prosedur kosmetik lainnya aman dilakukan, namun sebaiknya ditunda hingga postpartum. Perawatan dental dilakukan pada trimester kedua kehamilan ditujukan untuk mencegah komplikasi atau infeksi yang dapat muncul di trimester ketiga. Misalnya terdapat karies gigi, mulut dalam keadaan terbuka akan menyebabkan semakin banyak kuman dan bakteri yang masuk. Kuman dan bakteri tersebut akan masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Kondisi tersebut tentunya akan membahayakan keadaan fetus. Oleh karena itu, perawatan dental haruslah dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi. Tindakan dental yang direkomendasikan pada periode ini antara lain: Instruksi oral higiene dan kontrol plak. Perawatan dental rutin aman dilakukan. Kontrol penyakit mulut. Perawatan dental elektif aman dilakukan.
Pemberian Obat Obatan pada Ibu Hamil Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Tujuan setiap terapi obat yang diresepkan selama kehamilan adalah untuk menghindari reaksi obat yang merugikan baik pada ibu maupun janin. 11
Telah diketahui bahwa tidak satupun obat yang digunakan untuk merawat rasa nyeri atau infeksi sepenuhnya tanpa risiko. Namun akibat yang ditimbulkan dari tidak dirawatnya infeksi selama kehamilan melebihi risiko yang mungkin ditimbulkan oleh sebagian besar obat-obatan yang dibutuhkan untuk perawatan gigi. Pada masa kehamilan, obat-obatan sangat mudah diabsorbsi, oleh karena itu dokter gigi harus sangat berhati-hati dalam memberi resep obat-obatan kepada pasien hamil. Reaksi toksik , alergi atau hipersensitivitas yang terjadi pada wanita hamil dapat mempengaruhi kesehatannya dan membatasi kemampuannya untuk menjalani kehamilan. Efek obat yang merugikan secara spesifik terhadap kesehatan janin adalah mencakup cacat kongenital, keguguran, komplikasi kelahiran, berat badan rendah dan ketergantungan obat pasca lahir. Food and Drug Administration atau FDA Amerika telah menetapkan lima kategori untuk mengklasifikasikan obat berdasarkan risiko terhadap wanita hamil dan janinnya. Kelima kategori ini memberikan pedoman untuk keamanan relatif obat yang diresepkan bagi wanita hamil. Berikut ini kategori obat-obatan berdasarkan FDA. 1. Kategori A : Kategori ini meliputi obat-obatan dan bahan yang telah diuji melalui penelitian terkontrol pada wanita. Penelitian tersebut menunjukkan tidak ada resiko terhadap fetus selama semester pertama kehamilan dan kemungkinan bahaya terhadap janin kecil. 2. Kategori B : Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa bahan ini tidak beresiko terhadap janin, tetapi belum ada penelitian terkontrol yang telah dilakukan pada manusia untuk memastikan kemungkinan efek samping terhadap janin. Kategori ini juga meliputi obat-obatan yang telah menunjukkan efek samping pada janin hewan, tetapi penelitian terkontrol pada manusia tidak diungkapkan adanya resiko terhadap janin. 3. Kategori C : Penelitian pada hewan telah memperlihatkan bahwa obat ini mungkin memiliki efek teratogenik dan/atau toksik terhadap embrio, tetapi 12
belum dilakukan penelitian terkontrol pada wanita. Suatu obat juga masuk ke dalam kategori ini bila tidak ada penelitian terkontrol yang dilakukan pada manusia maupun hewan 4. Kategori D : Terdapat bukti risiko terhadap janin manusia, tetapi manfaatnya dalam situasi tertentu, misalnya penyakit yang serius atau keadaan yang membahayakan nyawa tanpa tersedia terapi alternatif lainnya, dapat membenarkan pemakaian obat-obatan ini semasa kehamilan. 5. Kategori X : Penelitian pada hewan atau manusia telah memperlihatkan bahwa obat ini menyebabkan perubahan pada janin atau telah menunjukkan bukti- bukti peningkatan resiko terhadap janin, berdasarkan eksperimen pada hewan dan manusia. Risiko terhadap janin melebihi segala manfaatnya.
Obat-obatan dalam kategori A dan B umumnya dianggap tepat untuk digunakan selama kehamilan. Obat-obatan kategori C harus digunakan dengan peringatan, dan obat-obatan kategori D dan X harus dihindari atau merupakan kontraindikasi. Obat-obatan yang digunakan di kedokteran gigi seperti anestestikum lokal, analgesik, antibiotik, antifungi dan obat-obatan lainnya biasanya memiliki waktu paruh metabolik pendek yang diberikan untuk periode terbatas, oleh karena itu cenderung kurang menyebabkan komplikasi selama kehamilan. Berikut ini tabel anestetikum lokal yang aman dan tidak aman digunakan pada masa kehamilan. 13
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan anestetikum lokal selama kehamilan antara lain: 1. Penggunaan yang aman adalah anestetikum lokal dengan kadar rendah atau tanpa epinefrin, sebab pada masa kehamilan biasanya terdapat komplikasi kehamilan berupa peningkatan tekanan darah. 2. Untuk kategori anestetikum lokal yang aman (Tabel 1), maksimum penggunaan adalah 2 karpul. 3. Hindari pemberian epinefrin pada pasien wanita hamil yang menderita hipertensi. Gunakan 4% prilokain tanpa epinefrin (Citanest Plain) setelah konsultasi dan mendapat keterangan dari obstetrisian pasien. Pada kasus penanganan nyeri orofasial, kasus-kasus emergensi yang disertai rasa nyeri ataupun terdapat potensi nyeri setelah dilakukannya perawatan, maka analgesik diberikan untuk meredakan rasa nyeri tersebut. Idealnya, analgesik haruslah aman, tidak memiliki efek samping, tidak invasif, penggunaannya sederhana dan onset serta offset yang cepat.34 Analgesik yang 14
paling sering digunakan pada masa kehamilan yaitu asetaminofen (kategori B) dapat diberikan pada setiap trimester kehamilan. Analgesik golongan opium tertentu seperti oksikodon, morfin, kodein atau propoksifen digunakan secara hati-hati dan hanya jika diindikasikan. Penggunaan analgesik opium yang berkelanjutan dan dosis yang tinggi akan berakibat retardasi pertumbuhan dan perkembangan, risiko janin menderita cacat kongenital mutipel seperti cacat jantung dan celah bibir atau palatum serta ketergantungan fisik. Pada sebagian analgesik golongan opium kategori B pada akhir trimester ketiga kehamilan menjadi kategori C/D, seperti kodein, hidrokodon dan oksikodon dikontraindikasikan pada trimester ketiga karena dapat menyebabkan neonatal respiratory depression dan ketergantungan opium. Meperidin (Demerol) dianjurkan penggunaannya pada rasa nyeri yang sangat parah. Aspirin (kategori C) harus dihindari pemakaiannya karena dapat menyebabkan komplikasi persalinan dan perdarahan pasca melahirkan pada ibu. Anti-inflamasi nonsteroid (AINS) hanya diberikan pada masa kehamilan jika diindikasikan. AINS diberikan secara intermiten dengan dosis efektif yang paling rendah pada masa kehamilan. Pada minggu ke-6 hingga minggu ke-8 prepartum, penggunaan AINS sudah harus dihentikan. Aspirin dan AINS mempunyai mekanisme lazim menghambat sintesa prostaglandin yang dapat menyebabkan konstriksi duktus arteriosus pada janin yang mengakibatkan hipertensi pulmoner pada janin. Berikut ini analgesik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa kehamilan berdasarkan FDA. 15
Berikut ini antibiotik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa kehamilan.
Obat-obatan lain seperti klorheksidin kumur, antifungi nistatin (kategori B) dan klotrimazol (kategori C) aman diresepkan pada masa kehamilan. Klotrimazol, ketoconazol, fluconazol (kategori C) sebaiknya dihindari pemakaiannya. Kortikosteroid tergolong dalam FDA kategori C. Umumnya 16
digunakan untuk mengobati berbagai kondisi oral yang terinflamasi, untuk pasien wanita hamil biasanya diresepkan kortikosteroid topikal misalnya obat kumur. 7. Sebutkan dan jelaskan macam-macam obat kumur ? Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri perusak, bekerja sebagai penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi atau mencegah karies gigi. Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam bentuk kumur dan spray. Untuk hampir semua individu obat kumur merupakan metode yang simpel dan dapat diterima untuk pengobatan secara topikal dalam rongga mulut.
1. Hexadol Heksetidin 0,1% Alkohol 9% untuk gingivitis, periodontitis, stomatitis bertukak, perikoronitis, dan sariawan. Obatkumur dalam bentuk botol 120 ml. dosis 15ml obat kumur dikumur selama 30 detik saat pagi dan malam hari.
2. Minosep Clorheksidine 0,2% untuk gingivitis, periodontitis, stomatitis bertukak, sariawan, angina Vincent, rasa sakit setelah perawatan periodontitis, perikoronitis, faringitis. Dalam bentuk botol 60ml, dosis 15ml. dikumur saat pagi dan malam hari.
Beberapa bahan-bahan aktif beserta fungsinya secara umum dapat dijumpai dalam obat kumur, antara lain :
a) Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme dalam rongga mulut, contoh: hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol, benzethonium, cetylpyridinium chloride, boric acid, benzoic acid, hexetidine, hypochlorous acid.
b) Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam rongga mulut dan busanya membantu menyingkirkan jaringan yang tidak sehat, contoh: hidrogen peroksida, perborate
17
c) Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan, contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium, dan asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat
d) Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol, minyak eukaliptol, minyak watergreen.
e) Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari fermentasi sisa makanan, contoh: sodium perborate, sodium bicarbonate .
f) deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil.
g) deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian menyebabkan bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan juga dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang menyebabkan bakteri lisis. Di samping itu aksi busa dari deterjen membantu mencuci mikroorganisme ke luar rongga mulut, contoh: sodium laurel sulfate.
Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain: a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan b. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin c. Bahan pewarna d. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).