Anda di halaman 1dari 2

Komoditas ikan teri merupakan makanan bergizi tinggi yang dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat.

Lain halnya di Jepang, kebiasaan masyarakat di Negeri Matahari Terbit itu menjadikan ikan teri sebagai
kudapan. Pemerintah Jepang mempunyai paradigma bahwa teri memiliki kandungan gizi yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan mendukung kecukupan nutrisi masyarakat Negeri Sakura.

Adanya kebijakan konsumsi teri oleh Pemerintah Jepang berdampak positif terhadap peningkatan nilai ekspor
teri. Selama Agustus 2010, nilai ekspor teri mencapai US$8,23juta. Angka ini naik 54,21% dibanding periode
yang sama tahun 2011 sebesar US$5,34 juta. Permintaan ekspor ikan teri ini mempunyai trend positif sehingga
dapat menjadi peluang bagi pengolah ikan teri di berbagai wilayah Indonesia.

Salah satu wilayah penghasil ikan teri kering di Provinsi Lampung adalah di Pulau Pasaran Kota Bandar
Lampung, produk teri kering yang menjadi prioritas pengolah terdiri dari teri nasi, teri nilon, dan teri jengki.
Produk teri nasi di pulau ini mempunyai potensi ekspor yang cukup besar, karena dalam satu siklus produksi
(sehari semalam) dapat menghasilkan sekitar 20 ton teri kering dari sekitar 39 pengolah ikan teri yang aktif di
pulau tersebut. Di samping itu ketersediaan bahan baku ikan teri di kawasan ini selalu terjaga karena dukungan
wilayah pencarian ikan di Teluk Lampung, yang tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan angin musim.

Pulau Pasaran memiliki keunikan tersendiri karena letaknya yang sangat dekat dengan daratan, tepatnya di
Kecamatan Teluk Betung Barat dengan jarak sekitar 500 m dari tepi pantai Kota Bandar Lampung yang dapat
ditempuh dengan perahu sekitar 5 menit. Luas pulau ini mencapai 8 ha dengan jumlah penghuni sebanyak 240
KK. Hampir seluruh penghuninya bermata pencaharian sebagai pekerja/pengolah ikan teri dari hulu ke hilir yang
telah dilakukan secara turun temurun. Selain itu, Pulau Pasaran juga dapat dikembangkan menjadi icon wisata
industri produk olahan hasil perikanan Kota Bandar Lampung. Namun demikian, upaya pengembangan klaster
tersebut masih banyak menemui berbagai tantangan terlebih klaster ini merupakan sektor perikanan tangkap,
yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh faktor alam.

Strategi yang dilakukan mendorong tingkat partisipasi masyarakat untuk meningkatkan awareness awal terhadap
fasilitasi bantuan teknis yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Lampung, adalah
dengan memberikan bantuan fisik melalui pembangunan Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) yang
merupakan program sinergi BI Social Responsibility (BISR) dengan pengembangan sektor riil dan UMKM
berbasis klaster. Selanjutnya, penguatan kelembagaan merupakan strategi penyadaran masyarakat Pulau
Pasaran agar termotivasi untuk berkelompok, yang akhirnya mempunyai kesamaan visi dan misi dalam
pencapaian kesejahteraan melalui pembentukan unit usaha bersama. Peningkatan soliditas kelompok ini dirintis
dan diukur melalui frekuensi pertemuan kelompok, tingkat kehadiran anggota, motivasi anggota untuk
berpendapat dalam diskusi kelompok dan tingkat kehadiran anggota kelompok dalam program pelatihan.

Program penguatan kelembagaan dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung
bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Mandiri, Yayasan Dompet Dhuafa Republika. Selanjutnya tahapan
pengembangan klaster di Pulau Pasaran dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu tahap Perintisan, Penguatan dan
Pemandirian. Pada tahap perintisan, kelompok pengolah ikan diberikan pelatihan yang bersifat pengenalan
terhadap peran kelompok untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berkelompok. Pada tahap
penguatan, dilakukan pendampingan agar kelompok dapat melakukan pertemuan secara intesif dan
berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan interaksi dan transfer knowledge antar anggota kelompok
pengolah ikan sehingga dapat meningkatkan soliditas kelompok pengolah ikan. Kemudian setelah antar anggota
kelompok solid, maka diarahkan pada pengembangan unit usaha bersama melalui perintisan Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) yang merupakan tahapan pemandirian kelompok.

Fasilitasi yang dilakukan tersebut dilakukan bersama stakeholders terkait, antara lain adalah Bappeda Provinsi
Lampung, Bappeda Kota Bandar Lampung, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, Dinas
Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Lampung, Fakultas
Pertanian dan Ekonomi Universitas Lampung. Fasilitasi dari DKP Kota Bandar Lampung adalah membangun
paving block jalan, saluran drainase dan pemberian tong sampah sarana kebersihan masyarakat pulau. Dinas
Koperasi, Perindustrian, Perdagangandan UMKM Kota Bandar Lampung memberikan pelatihan bagi kelompok
pengolah ikan kering, sedangkan Bappeda Kota Bandar Lampung menyusun Blueprint dan mengkoordinasikan
Satker terkait di lingkungan Kota Bandar Lampung. Tidak hanya itu, telah dilakukan fasilitasi akses permodalan
dari perbankan, BUMN, DKP Kota Bandar Lampung dan pengumpul dalam bentuk pinjaman yang diberikan
kepada masyarakat pengolah besar dan kecil.

Berdasarkan hasil fasilitasi tersebut, total omset penjualan yang diperoleh 39 pengolah dari kelima jenis ikan
kering (teri nasi, teri nilon, teri jengki, ikan tanjan dan cumi kering) mencapai Rp 713.947.500 per siklus produksi.
Secara ekonomi, produk ikan kering yang menguntungkan yaitu teri nasi karena harga jualnya tinggi, sedangkan
berdasarkan ketersediaan bahan baku, teri jengki mempunyai pasokan bahan baku yang berkelanjutan karena
jenis ikan ini tidak mengenal musim, dan cenderung selalu ada setiap saat. Disamping itu, para wanita di klaster
tersebut telah diberikan bantuan teknis untuk mengolah produk turunan sehingga dapat meningkatkan
awareness masyarakat untuk mengkonsumsi ikan dengan nilai gizi tinggi tersebut. Dari hasil pendampingan dan
pelatihan tersebut diperoleh perkembangan yang cukup signifikan antara lain terbentuk 6 kelompok yang terdiri
dari 59 pengolah ikan teri kering dan mempekerjakan 663 orang tenaga kerja (sebelumnya 39 pengolah aktif
dengan 585 tenaga kerja). Bergeraknya perekonomian di Pulau Pasaran dapat dilihat dari perkembangan
beberapa indikator selama periode tahun 2010-2011 terjadi peningkatan volume penjualan sebesar 68,49% (yoy)
dari kapasitas produksi 2.047 ton pada tahun 2010 menjadi 3.449 ton pada tahun 2011. Sedangkan nilai
penjualan meningkat sebesar 52,08% (yoy) dari omset Rp71,394,750,000 pada tahun 2010 menjadi
Rp108,576,873,661 pada tahun 2011. Pada aspek penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan sebesar
14,81% (yoy) dari 66.300 orang pada tahun 2010 menjadi 76.117 orang tenaga kerja yang terlibat dalam
pengolahan ikan pada tahun 2011.

Anda mungkin juga menyukai