Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1 BETON

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan smen
hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus dan air. J ika diperlukan,
bahan tambah (admixture atau additive) dapat ditambahkan untuk mengubah sifat-
sifat tertentu dari beton.

Perencanaan dapat mengembangkan pemilihan material yang layak
komposisinya sehingga diperoleh beton yang efisien, memenuhi kekuatan batas yang
disyaratkan oleh perencanaan dan memenuhi persyaratan servieceability yang dapat
diartikan juga sebagai pelayanan yang handal dengan memenuhi kriteria ekonomi.

Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2%, pasta
semen (semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan agregat
kasar) sekitar 60% - 75%. Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan
karakteristik dari masing-masing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari.
(Mulyono,2004)

Struktur beton memiliki banyak keunggulan dibanding materi struktur yang lain,
antara lain (Nugraha,2007).
Ketersediaan (availability) material dasar.
Kemudahan untuk digunakan (versatility); masing-masing bahan dapat
diangkut secara terpisah dan bisa dipakai untuk berbagai struktur tergantung
kepada kebutuhan penggunaannya.
Kemampuan beradaptasi (adaptability); beton bersifat monolit sehingga tidak
memerlukan sambungan seperti baja, dapat dicetak dengan bentuk dan ukuran
berapapun serta dapat diproduksi dengan berbagai cara yang disesuaikan
dengan situasi sekitar.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan pemeliharaan yang minimal; ketahanan (durability) beton cukup
tinggi, lebih tahan karat, dan lebih tahan terhadap bahaya kebakaran.

Disamping segala keunggulan diatas, beton sebagai struktur juga mempunyai
beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan (Nugraha,2007).
Massa jenis beton sekitar 2400 kg/m
3
.
Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar.
Beton cenderung untuk retak, karena semennya hidraulis.
Kualitasnya sangat tergantung pada cara pelaksanaan di lapangan. Beton yang
baik maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang sama.
Struktur beton sulit untuk dipindahkan, pemakaian kembali (daur ulang) sulit
dan tidak ekonomis.

Meskipun demikian beberapa kelemahan beton tersebut diatas dapat diatasi dengan
berbagai cara, antara lain (Nugraha, 2007).
Untuk elemen struktural; membuat beton mutu tinggi, beton pratekan, atau
keduanya, sedangkan untuk elemen non-struktural dapat memakai beton
ringan.
Melakukan perawatan (curing) yang baik untuk mencegah terjadinya retak,
memakai beton pratekan atau memakai bahan tambahan yang mengembang
(expansive admixtures).
Mempelajari teknologi beton dan melakukan pengawasan dan kontrol kualitas
yang baik.
Memakai beton beertulang atau beton pratekan.
Beberapa elemen struktural dibuat pracetak sehingga dapat di lepas per elemen
seperti baja.

2.1.1 Adukan Beton
Beton yang berasal dari pengadukan bahan-bahan penyusun agregat
kasar dan agregat halus kemudian diikat dengan semen yang bereaksi dengan
air sebagai bahan perekat, harus dicampur dan diaduk dengan benar dan
merata agar dapat dicapai mutu beton yang baik. Pada umumnya pengadukan
bahan beton dilakukan dengan menggunakan mesin kecuali jika hanya untuk
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan beton mutu rendah pengadukan dapat dilakukan tanpa
menggunakan mesin pengaduk. Kekentalan adukan beton harus diawasi dan
dikendalikan dengan cara memeriksa slump pada setiap adukan beton baru.

2.1.2 Zat-zat yang dapat mengurangi kekuatan tekan beton.
Bahan-bahan yang keberadaannya mungkin memberikan pengaruh yang
merugikan terhadap kekuatan, kemudahan pekerjaan, dan kenampaan jangka panjang
disebut zat pengganggu. Bahan-bahan ini dianggap tidak diperlukan sebagai bahan
tambah karena lemah, lunak, atau sifat fisik dan sifat kimiawi yang merusak sifat-sifat
beton.
Ditinjau dari aksinya, zat-zat yang berpengaruh buruk tersebut pada beton
dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Zat yang mengganggu proses hidrasi semen
2. Zat yang melapisi agregat sehingga mengganggu terbentuknya lekatan yang baik
antara agregat dan pasta semen.
3. Butiran-butiran yang kurang tahan cuaca, yang bersifat lemah dan menimbulkan
reaksi kimia antara agregat dan pastanya.
Zat-zat pengganggu ini dapat berupa kendungan organik, lempung, atau
bahan-bahan halus lainnya, misalnya silt atau debu pecahan batu, garam, shale
lempung, kayu, arang, pyrites, (tanah tambang yang mengandung belerang), dan lain-
lain.
Berikut ini berbagai macam zat yang dapat mengurangi kuat tekan beton dan
kadar konsentrasinya dalam campuran seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini.






Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Zat-zat yang dapat Mengurangi Kekutan Beton
Sumber : Tatang Wibawa, 2008

2.1.3 Evaluasi Pekerjaan Beton
Kekuatan beton yang diproduksi dilapangan mempunyai kecenderungan untuk
bervariasi dari adukan ke adukan. Besarnya variasi itu tergantung pada berbagai faktor
antara lain :
a. Variasi mutu bahan dari satu adukan ke adukan berikutnya.
b. Variasi cara pengadukan
c. Stabilitas pekerja
Pengawasan terhadap mutu beton yang dibuat di lapangan dilakukan dengan
cara membuat diagram hasil uji kuat tekan beton dari benda-benda uji yang diambil
selama pelaksanaan. Beton yang dibuat dinyatakan memenuhi syarat (mutunya
tercapai) jika kedua persyaratan berikut terpenuhi :
a. Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji (yang masing-masing pasangan terdiri
dari empat hasil uji kuat tekan) tidak kurang dari (fc +0,82 Sc)
b. Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari dua silinder) kurang dari 0,85 fc.
J ika salah satu dari dua persyaratan tersebut diatas tidak terpenuhi, maka untuk
adukan berikutnya harus diambil langkah-langkah untuk meningkatkan kuat tekan
rata-rata betonnya. Khusus jika persyaratan kedua yang tidak terpenuhi maka selain
memperbaiki adukan beton berikutnya harus pula diambil langkah-langkah untuk
Kandungan unsur kimiawi Konsentrasi maksimum ppm
Clorida, Cl :
- beton pratekan
- beton bertulangan
Sulfat, SO
4

Alkali, Na
2
O +0,658 K
2
O)
500 ppm
1000 ppm
1000 ppm
600 ppm
50000 ppm
Universitas Sumatera Utara
memastikakn bahwa daya dukung struktur beton yang sudah dibuat masih tidak
membahayakan terhadap beban yang akan ditahan.
Langkah-langkah itu antara lain :
a. Analisis ulang struktur berdasarkan kuat tekan beton sesungguhnya (actual)
b. Uji yang merusak (non-destructive test), misalnya dengan Schmidt Rebound
Hammer (hamer test), Pull-out test, Ultrasonic Pulse Velocity Test, atau Semi
destructive test, yaitu uji bor inti, dan sebagainya.
(http://tatang-wibawa.blogspot.com/).

2.2 Beton Ringan

Beton ringan adalah beton yang memiliki berart jenis (density) lebih ringan
daripada beton pada umumnya. Beton ringan dapat dibuat dengan berbagai cara,
antara lain dengan menggunakan agregat ringan (fly assh, batu apung, dll), campuran
antara semen, silika, pozolan, dll atau semen dengan cairan kimia penghasil
gelembung udara.

Agregat yang digunakan untuk memproduksi beton ringan merupakan agregat
ringan juga. Terminolog ASTM C.125 mendefenisikan bahwa agregat ringan adalah
agregat yang digunakan untuk menghasilkan beton ringan, meliputi batu apung,
scoria, vulkanik cinder, tuff, expanded, atau hasil pembakaran lempung, shale, slte,
shele, perlit, atau slag atau hasil batubara dan hasil residu pembakarannya.
(Mulyono,2004)

Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur sesuai kebutuhan.
Pada umumnya beton ringan berkisar antara 600 1600 kg/m. Karena itu keunggulan
beton ringan utamanya ada pada berat, sehingga apabila digunakan pada proyek
bangunan tinggi akan dapat secara signifikan mengurangi berat sendiri bangunan,
yang selanjutnya berdampak kepada perhitungan pondasi.

Universitas Sumatera Utara
Beton Ringan (Lightweight Concrete), ada beberapa metode yang dapat digunakan
untuk mengurangi berat jenis beton atau membuat beton lebih ringan antara lain
adalah sebagai berikut (Tjokrodimuljono, 1996).
1. Dengan membuat gelembung-gelembung gas/udara dalam adukan semen
sehingga terjadi banyak pori-pori udara di dalam betonnya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan menambah bubuk alumunium kedalam
campuran adukan beton.
2. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu apung
atau agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan akan lebih ringan dari
pada beton biasa.
3. Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir-butir agregat halus atau
pasir yang disebut beton non pasir.
Tabel 2.2 Pembagian penggunaan beton ringan menurut Tjokromuljono (1996)
Beton Ringan Kerapatan Kekuatan Tekan
Struktur 1440 1800 kg/m >17 MPa
Struktur ringan 800 1400 kg/m 7 17 MPa
Non struktur 240 - 800 kg/m 0,35 7 MPa
Tabel 2.3 Pembagian penggunaan beton ringan menurut Dobrowolski (1998)
Beton Ringan Kerapatan Kekuatan Tekan
Struktur 1440 1900 kg/m >17,3 MPa
Struktur ringan 500 800 kg/m 6,9 17,3 MPa
Non struktur <800 kg/m 0,35 6,9 MPa
Tabel 2.4 Pembagian penggunaan beton ringan menurut Neville and Brooks
Beton Ringan Kerapatan Kekuatan Tekan
Struktur 1400 1800 kg/m >17 MPa
Struktur ringan 500 800 kg/m 7 14 MPa
Non struktur <800 kg/m >7 MPa
(http://helmutinfo.com/)
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan lain dari beton ringan antara lain:
Memiliki ketahanan panas (thermal insulation) yang baik
Memiliki tahanan suara (peredaman) yang baik
Tahan api (fire resistant)
Transportasi mudah
Dapat mengurangi kebutuhan bekisting (formwok) dan perancah (scaffolding)
Kelemahan beton ringan adalah nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas,
sehingga sangat tidak dianjurkan penggunaan untuk perkuatan (struktural).
(http://www.itb.ac.id/news/2765.xhtml)

2.3 Semen
Material semen adalah material yang mempunyai sifat-sifat adhesif dan
kohesif yang diperlukan untuk mengikat agregat-agregat menjadi suatu massa yang
padat yang mempunyai kekuatan yang cukup. Semen merupakan hasil industri dari
paduan bahan baku : batu gamping/kapur sebagi bahan utama, yaitu bahan alam yang
mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), dan lempung/tanah liat yaitu bahan
alam yang mengandung senyawa: Siliki Oksida (SiO
2
), Alumunium Oksida (Al
2
O
3
),
Besi Oksida (Fe
2
O
3
) dan Magnesium Oksida (MgO) atau bahan pengganti lainnya
dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk (bulk), tanpa memandang proses
pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Untuk
menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk
membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips
(gypsum) dalam jumlah yang sesuai. (http://digilib.gunadarma.ac.id/go)

Semen dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu semen hidraulik dan
semen nonhidraulik. Semen hidraulik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan
mengeras di dal;am air. Contoh semen hidraulik antara lain kapur hidraulik, semen
pozollan, semen terak, semen alam, semen portland,semen alumina dan semen
expansif. Contoh lainnya adalah semen portland putih, semen warna, dan semen-
semen untuk keperluan khusus. Sedangkan semen non-hidraulik adalah semen yang
tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara.
Contoh utama dari semen non-hidraulik adalah kapur.
Universitas Sumatera Utara
Semen juga memiliki beberapa tipe yaitu tipe I, II, III, IV, dan V. Tipe-tipe
semen tersebut diurutkan berdasarkan kekuatan awalnya dalam merekatkan suatu
bangunan yang dibentuk. Semen yang digunakan dalam pembuatan beton adalah
semen hidraulik.

2.3.1 Semen Portland ( Portland Cement )
Material semen adalah material yang memilik sifat adhesif (adhesive) dan
kohesif (cohesive) yang memungkinkan untuk mengikat fragmen-fragmen
mineral/agregat-agregat menjadi suatu masa yang padat mempunyai kekuatan. Semen
yang mengeras dengan adanya air yang dinamakan dengan semen hidraulis (hidraulic
cement). Semen jenis ini terdiri dari silikat dan lime yang terbuat dari batu kapur dan
tanah liat yang digerinda, dicampur, dibakar dalam pembakaran kapur (klin),
kemudian dihancurkan menjadi tepung. Semen hidrolik biasa yang dipakai untuk
mortar dinamakan semen portland ( portland cement ). (Edward Nawy G, l998)

Dalam buku Portland Cement Association (1975), diuraikan nama-nama
penemu semen yang pertama kali yaitu sebagai berikut:
John Smeaton (1756), bahwa mortar/beton yang baik diperoleh jika pozzolan
semen dicampur dengan batu kapur (limestone) yang banyak mengandung
material tanah liat.
Joseph Aspdin (1824), Pembuatan semen portland dengan jalan memanaskan
campuran butir-butir halus tanah liat dan batuan kapur keras dalam tungku
pembakaran, sampai CO
2
hasil pembakaran tersebut keluar dari campuran.
Issac Johnson (1845), memperbaiki cara Joseph Aspdin dengan jalan
membakar campuran tanah liat dengan kapur sampai mengklinker sehingga
reaksi yang diperlukan untuk membentuk tingkatan material semen terjadi.

Semen portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam
pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan sebagai
semen hidraulik yang dihasilkan dengan menggiling kliner yang terdiri dari kalsium
silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat
sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.

Universitas Sumatera Utara
Semen portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat
SII.0013-81 atau Standart Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam standart tersebut.

Fungsi utama semen adalah sebagai perekat.Bahan-bahan semen terdiri dari
batu kapur (gamping) yang mengandung senyawa: Calsium Oksida (CaO), lempung
atau tanah liat (clay) adalah bahan alam yang mengandung senyawa: Silika Oksida
(SiO2), Aluminium Oksida (Al
2
O
3
), Besi Oksida (Fe
2
O
3
) dan Magnesium Oksida
(MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh,
sebagian untuk membentuk klinker. Klinker kemudian dihancurkan dan ditambah
dengan gips (gypsum). (Abdul Rais,2007)

Perbandingan bahan-bahan utama penyusun semen portland adalah kapur
(CaO) sekitar 60%-65%, silika (SiO
2
) sekitar 20%-25%, dan oksida besi serta alumina
(Fe
2
O
3

dan Al
2
O
3
) sekitar 7%-12%.

Kekuatan semen merupakan hasil dari proses hidrasi. Proses kimiawi ini
berupa rekristalisasi dalam bentuk interlocking-crystals (ikatan kristal) sehingga
membentuk gel semen yang akan mempunyai kekuatan tekan yang tinggi apabila
mengeras. J ika semen portland dicampur dengan air, maka komponen kapur
dilepaskan dari senyawa. Banyaknya kapur dilepaskan ini sekitar 20% dari berat
semen. ( Mulyono, 2005 )

2.3.1.1 Jenis-Jenis Semen Portland
Komposisi kimia semen portland pada umumnya terdiri dari CaO, SiO
2,
Al
2
O
3

dan Fe
2
O
3,
yang merupakan oksida dominan. Sedangkan oksida lain yang jumlahnya
hanya beberapa persen dari berat semen adalah MgO, SO
3
, Na
2
O dan K
2
O. Keempat
oksida utama tersebut diatas didalam semen berupa senyawa C
3
S, C
2
S, C
3
A dan
C
4
AF, dengan mempunyai perbandingan tertentu pada setiap produk semen,
tergantung pada komposisi bahan bakunya.

Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan komposisi kimianya, semen portland dapat dibedakan atas
beberapa jenis, seperti pada tabel 2.3

Tabel 2.5 Jenis-jenis semen Portland berdasarkan Komposisi Kimianya (%)
Tipe
Semen
C
3
S
Trikalsium
Silikat
C
2
S
Dikalsium
Silikat
C
3
A
Trikalsium
Aluminat
C
4
AF
Tetrakalsium
Aluminat
CaSO
4
Kalsium
Sulfat
C
a
O
Kalsium
Oksida
MgO
Magnesium
Oksida
Tipe I 42-67 8-31 5-14 6-12 2,4-34 0-1,5 0,7-3,8
Tipe II 37-55 19-39 4-8 6-16 2,1-3,4 0,1-1,8 1,5-4,4
TipeIII 34-70 0-28 7-17 6-10 2,2-4,6 0,1-4,2 1,0-4,8
TipeIV 21-44 57-34 3-7 6-18 2,6-3,5 0-0,9 1,0-4,1
TipeV 35-54 24-49 1-5 6-15 2,4-3,9 0,1-0,6 0,7-2,3
Sumber : Sesuai dengan ASTM C150

Sifat dan manfaat untuk tipe semen portland adalah sebagai berikut:
1. Semen Tipe I ( Semen penggunaan umum )
Sifat dari semen portland tipe I yaitu MgO dan SO
3
hilang pada saat pembakaran.
Kehalusan dan kekuatannya secara berturut-turut juga ditentukan. Secara umum
mempunyai sifat-sifat umum dari semen. Digunakan secara luas sebagai semen untuk
teknik sipil dan konstruksi arsitektur misalnya pembangunan jalan, bangunan beton
bertulang, jembatan dan lain-lain.

2.Tipe II ( Semen pengeras pada panas sedang )
Semen Portland tipe II mempunyai C
3
S kurang dari 50% dan C
3
A kurang dari 8%.
Kalor hidrasi 70 kal atau kurang dari 7 hari dan 80 kal atau kurang dari 28 hari pada
kondisi sedang. Peningkatan dari kekuatan jangka panjang diinginkan. Secara umum
dipakai untuk mencegah serangan sulfat dan lingkungan sistem drainase dengan kadar
konsentrat tinggi didalam tanah.

3.Tipe III ( Semen berkekuatan tinggi awal )
Semen portland tipe III mengandung C
3
S maksimum. Kekuatan awal 1 hari dan 3
hari diintensifkan, ditentukan untuk mempunyai kekuatan di atas 40 kg/cm selama
penekanan 1 hari dan di atas 90 kg/cm selama penekanan 3 hari. Kegunaannya yaitu
Universitas Sumatera Utara
untuk menggantikan semen penggunaan umum untuk pekerjaan yang mendesak.
Cocok untuk pekerjaan dimusim dingin. Biasanya dipakai untuk konstruksi bangunan,
pekerjaan pembuatan jalan, dan produk semen.

4.Tipe IV ( Semen jenis rendah )
Pada semen Portland tipe IV, kalor hidrasi lebih rendah l0 kal dari pada semen
pengeras pada panas sedang, ditentukan dibawah 60 kal selama 7 hari dan dibawah 70
kal yaitu 28 hari (ASTM). Memberikan kalor hidrasi minimum seperti semen untuk
pekerjaan bendungan. Kegunaannya yaitu digunakan pada struktur-struktur dam dan
bangunan masif. Dimana panas yang terjadi sewaktu hidrasi merupakan faktor
penentu bagi kebutuhan beton.

5.Tipe V ( Semen tahan sulfat )
Semen portland tipe V mempunyai C
3
S dibawah 50% dan C
3
A dibawah 50%
(ASTM). Diusahakan agar kadar C
3
A minimum untuk memperbesar ketahanan
terhadap sulfat. Biasanya dipakai untuk pekerjaan beton dalam tanah yang
mengandung banyak sulfat dan yang berhubungan dengan air tanah dan pelapisan dari
saluran air dalam terowongan.
(Chu Kia Wang, 1993)

Kekuatan dari pasta semen-air yang telah mengeras nantinya akan menentukan
kekuatan beton karena dengan agregat yang kuat, perpatahan terjadi diantara partikel
pasir. Oleh karena itu, pada dasarnya jalanan masuk yang terbuat dari adukan semen
dan air akan sama kuatnya dengan adukan semen, air dan agregat. Akan tetapi jika
ditinjau dari segi biaya kurang menguntungkan. Oleh karena itu adukan semen-air
dicampur dengan bahan agregat yang lebih kuat dan murah. ( Lawrence H.Van Vlack,
l989 )

2.4 Agregat
Agregat yang dapat dipakai untuk beton harus memenuhi syarat-syarat :
1. Agregat tersebut bersih
2. Keras
3. Bebas dari sifat penyerapan secara kimia
Universitas Sumatera Utara
4. Tidak bercampur dengan tanah liat / lumpur
5. Distribusi/gradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan- ketentuan yang berlaku

Agregat mengisi 60-80 % dari volume beton. Oleh karena itu karakteristik
kimia, fisik dan mekanik agregat yang digunakan dalam pencampuran sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton yang dihasilkan, seperti kuat tekan, durabilitas,
berat, biaya produksi dan lain-lain.

Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan
massa batuan induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat agregat tergantung dari
sifat batuan induk. Sifat-sifat tersebut diantaranya, komposisi kimia dan mineral,
klasifikasi petrografik, berat jenis, kekerasan (hardness), kekuatan, stabilitas fisik dan
kimia, stuktur pori, warna dan lain lain. Namun, ada juga sifat agregat yang tidak
bergantung dari sifat batuan induk, yaitu ukuran dan bentuk partikel, tekstur dan
absorpsi permukaan.

Secara umum agregat yang baik haruslah agregat yang mempunyai bentuk
yang menyerupai kubus atau bundar, bersih, keras, kuat, bergradasi baik dan stabil
secara kimiawi. Keuntungan digunakannya agregat pada beton, menghasilkan beton
yang murah, menimbulkan sifat volume beton yang stabil seperti mengurangi susut,
mengurangi rangkak dan memperkecil pengaruh suhu.


Tabel 2.6 Rangkuman Jenis-jenis Agregat Beton

Kategori berat Jenis-jenis agregat Aplikasi Densitas Beton
(kg/m
3
)
Berat ringan
Densitas partikel
<2100 kg/m
3

Vermikulit
Perlit
Beton serat 500 s.d. 1000
Scoria
Batu apung
Sintered pulverised fuel
ash
Struktur Beton
Ringan
1000 s.d. 1500
Ampas pembakaran gabus
Expanded shales
Expanded lempung
Struktur Beton
Ringan
1500 s.d. 1800
Berat normal
Densitas partikel
Pasir
kerikil
batu
Struktur Beton
Normal
2000 s.d. 2600
Universitas Sumatera Utara
2100 kg/m
3
Sangat berat
Densitas partikel
>3000 kg/m
3

Limonite
Barytes
Magnetite
Steel punchings

Pelindung Radiasi
3000 s.d. 5000

Beton dapat terdiri dari partikel agregat yang ukurannya berkisar pada daerah ukuran
tertentu sampai suatu ukuran maximum, yang biasanya berada diantara ukuran 10 mm
sampai 50 mm.

Berdasarkan ASTM C-33, agregat dibagi atas dua kelompok, yaitu:
1. Kasar, yaitu agregat yang batas bawah pada ukurannya 4.75 mm
2. Halus, batas bawah ukuran pasir adalah 0.075 mm sedang batas atas ukuran
pasir adalah 4.75 mm

2.4.1 Jenis jenis agregat
Agregat dapat diklasifikasikan menurut kriteria dibawah ini (Nugraha, 2007)
a. Ukuran dan produksi
Perbedaan antara garegat kasar dan halus adalah ayakan 5 mm atau 3/16.
Agregat halus adalah agregat yang lebih kecil dari ukuran 5 mm dan agregat
kasar adalah agregat dengan ukuran lebih besar dari 5 mm. Agregat dapat
diambil dari batuan alam ukuran kecil ataupun batu alam besar yang dipecah.
b. Kepadatan
Tidak ada batas yang jelas antra agregat biasa dengan agregat ringan atau
agregat berat. Pengelompokan umum dapat dilihat pada Tabel 2.4

Tabel 2.7 Jenis agregat berdasarkan Kepadatannya.
Jenis Kepadatan (kg/m
3
)
Ringan 300 1800
Sedang 2400 3000
Berat >4000
Sumber : Nugraha, 2007


Universitas Sumatera Utara
Perlu dibedakan antara kepadatan (density) agregat dengan kepadatan beton.
c. Petrologi
Klasifikai menurut BS 812 yang membaginya ke dalam kelompok Artifisial,
Basalt, Flint, Gabbro, Granit, Gristone, Hornfels, batu kapur, Prophyry,
Quartzite, dan Schist.
d. Minerologi
Menurut ASTM C294, klasifikasi komposisi mineral semen portland adalah
demikian : felpspars, mineral-mineral silika, karbon, sulfat, besi sulfida, besi
magnesia, zeolit, oksida besi dan mineral tanh liat.

2.4.1.1 Agregat Halus
Agregat halus adalah pengisi yang berupa pasir, agregat yang terdiri dari butir-
butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
(Dipohusodo,l999)

Pasir umumnya terdapat disungai-sungai yang besar. Akan tetapi sebaiknya
pasir yang digunakan untuk bahan-bahan bangunan dipilih yang memenuhi syarat.
Syarat-syarat untuk pasir adalah sebagai berikut:
1. Butir-butir pasir harus berukuran antara (0,l5 mm dan 5 mm).
2. Harus keras, berbentuk tajam, dan tidak mudah hancur dengan pengaruh
perubahan cuaca atau iklim.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (persentase berat dalam
keadan kering).
4. Bila mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasirnya harus dicuci.
5. Tidak boleh mengandung bahan organic, garam, minyak, dan sebagainya.

Pasir untuk pembuatan adukan harus memenuhi persyaratan diatas, selain pasir
alam ( dari sungai atau galian dalam tanah) terdapat pula pasir buatan yang dihasilkan
dari batu yang dihaluskan dengan mesin pemecah batu, dari terak dapur tinggi yang
dipecah-pecah dengan suatu proses.
Universitas Sumatera Utara
Agregat dinilai dari tingkat kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan
yang dapat mempengaruhi ikatan pada pasta semen, porositas dan penyerapan air
dapat mempengaruhi daya tahan beton terhadap serangan alam dari luar dan
ketahanan terhadap penyusuitan selama proses penyaringan agregat. (Daryanto, 1994)

2.4.1.2 Agregat kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran lebih besar dari 5 mm. Agregat
dapat diambil datri batuan alam ukuran kecil ataupun batu alam besar yang dipecah.
SII mensyaratkan modulus kehalusan agregat kasar antara 6,0 7,1. Gradasi agregat
kasar untuk ukuran maksimum tertentu dapat divariasi tanpa berpengaruh besar pada
kebutuhan semen dan air yang baik. Karena variasi sulit diantipasi, sering lebih
ekonomis untuk mempertahankan keseragaman penanganan daripada menyesuaikan
proporsi untuk variasi gradasi.

Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya
tahannya terhadap disintegrasi beton, cuaca, dan efek-efek perusak lainnya. Agregat
kasar mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik, dan harus mempunyai ikatan
yang baik dengan gel semen. (Edward Nawy G, 1998)

2.5 Air.
Air sangat diperlukan dalam pembuatan beton, beton tidak akan terbentuk
tanpa adanya air sebagai campurannya. karena semen tidak akan bereaksi dan menjadi
pasta apabila tidak ada air. Air selalu diperlukan dalam campuran beton, tidak saja
untuk proses hidrasi semen, tapi juga mengubah semen menjadi pasta sehingga beton
menjadi lecak dan mudah dikerjakan terutama pada saat penuangan beton dalam
cetakan.
Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi antara semen dan air, maka
sangat diperlukan agar memeriksa apakah air yang akan digunakan memenuhi syarat-
syarat tertentu. Air tawar yang dapat diminum, tanpa diagukan boleh dipakai. Dan bila
tidak ada disrankan untuk mengamati apakah air tersebut tidak mengandung bahan-
bahan yang merusak beton. (R.sagel, 1997)
Universitas Sumatera Utara

Air yang digunakan dalam pembuatan beton pra-tekan dan beton yang akan
ditanami logam alumunium (termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat) tidak
boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan. Untuk
perlindungan terhadap korosi, konsentrasi ion klorida maksimum yang terdapat dalam
beton yang telah mengeras pada umur 28 hari yang dihasilkan dari bahan campuran
termasuk air, agregat, bahan bersemen dan bahan campuran tambahan tidak boleh
melampaui nilai batas yang diberikan pada Tabel 2.3

Tabel 2.8 Batas Maksimum Ion Klorida
Jenis beton Batas (%)
Beton pra-tekan
Beton bertulang yang selamanya berhubungan dengan klorida
Beton bertulang yang selamanya kering atau terlindung dari basah
Konstruksi beton bertulang lainnya
0,06
0,15
1,00
0,30
Sumber: Mulyono 2005

2.6 Serat

Penambahan serat kedalam beton akan meningkatkan kuat tarik umum beton
yang umumnya sangat rendah. Pertambahan kuat tarik akan memperbaiki kinerja
komposit beton serat dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dengan beton
konvensional.

Keuntungan penambahan serat pada beton adalah: pertama,serat terdistribusi
secara acak di dalam beton pada jarak yang relatif sangat dekat satu dengan yang
lainnya.Hal ini akan memberi tahanan terhadap tegangan berimbang ke segala arah
dan memberi keuntungan material struktur yang disiapkan untuk menahan beban dari
berbagai arah.Kedua, perbaikan perilaku deformasi seperti ketahanan terhadap impak,
daktilitas yang lebih besar, kuat lentur dan kapasitas torsi yang lebih baik.Ketiga,serat
meningkatkan ketahanan beton terhadap formasi dan pembentukan
retak.Keempat,peningkatan ketahanan pengelupasan (spalling) dan retak pada selimut
Universitas Sumatera Utara
beton akan membantu pada penghambatan korosi besi tulangan dari serangan kondisi
lingkungan yang berpotensi korosi.Penggunaan serat sintetik akan meningkatkan
ketahanan material beton terhadap bahan api.Secara umum semua keuntungan terseut
berarti peningkatan ketahanan struktur bangunan. (http://sipil2006.wordpress.com/)

Ada bermacam-macam jenis serat yang dapat dipakai untuk pembuatan
beton serat dan aplikasinya. Macam-macam jenis serat tersebut adalah (Dwiyono,
2000) :
1. Serat asbestos
Serat asbestos dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
Crhysotile asbestos (serat asbestos putih) mempunyai rumus kimia
3MgO.2SiO2.H2O dan merupakan mineral yang tersedia cukup banyak
di alam. Serat ini mempunyai diameter minimum 0,001 m. Ditinjau
dari segi kekuatannya cukup baik, tetapi serat ini jarang tersedia
dipasaran umum sehingga menjadikan kurang banyak digunakan
sebagai bahan tambah beton.
Crodidolite asbestos mempunyai rumus kimia Na2O.Fe2O3.3FeO.
8SiO2.H2O. Serat ini mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi sekitar
3500
MPa dan cukup banyak terdapat di Kanada, Afrika Selatan dan Rusia.
Hambatan jarang dipakainya serat ini adalah sulit didapatkan disetiap
negara sehingga harganya relatif mahal, disamping itu beberapa tahun
belakangan ini banyak pendapat tentang bahaya serat ini terhadap
kesehatan manusia, serat ini dianggap sebagai salah satu penyebab
penyakit kanker (karsirorganik).

2. Serat kaca (glass fiber)
Serat ini mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi, sehingga penambahan serat
kaca pada beton akan meningkatkan kuat lentur beton. Tetapi permukaan serat
kaca yang licin mengakibatkan daya lekat terhadap bahan ikatnya menjadi
lemah dan serat ini kurang tahan terhadap sifat alkali semen sehingga dalam
jangka waktu lama serat akan rusak.

Universitas Sumatera Utara
3. Serat baja (steel fiber)
Serat baja mempunyai banyak kelebihan, diantaranya : mempunyai kuat tarik
dan modulus elastisitas yang cukup tinggi, tidak mengalami perubahan bentuk
akibat pengaruh sifat alkali semen. Penambahan serat baja pada beton akan
menaikkan kuat tarik, kuat lentur dan kuat impak beton. Kelemahan serat baja
adalah : apabila serat baja tidak terlindung dalam beton akan mudah terjadi
karat (korosi), adanya kecenderungan serat baja tidak menyebar secara merata
dalam adukan dan serat baja hasil produksi pabrik harganya cukup mahal.

4. Serat karbon
Serat karbon mempunyai beberapa kelebihan yaitu : tahan terhadap lingkungan
agresif, stabil pada suhu yang tinggi, tahan terhadap abrasi, relatif kaku dan
lebih tahan lama. Tetapi penyebaran serat karbon dalam adukan beton lebih
sulit dibandingkan dengan serat jenis lain.

5. Serat polypropylene
Serat polypropylene dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai tali rafia.
Serat polypropylene mempunyai sifat tahan terhadap serangan kimia,
permukaannya tidak basah sehingga mencegah terjadinya penggumpalan serat
selama pengadukan. Serat polypropylene mempunyai titik leleh 165C dan
mampu digunakan pada suhu lebih dari 100C untuk jangka waktu pendek.

6. Serat polyethylene
Serat polyethylene dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai tali tambang
plastik. Serat polyethylene ini hampir sama dengan serat polypropylene hanya
bentuknya berupa serat tunggal.

7. Serat alami
Ada bermacam-macam serat alami antara lain : abaca, sisal, jute, ramie, ijuk,
serat serabut kelapa dan lain-lain. Serat ijuk yaitu serabut berwarna hitam dan
liat, yang terdapat pada bagian pangkal dan pelepah daun pohon aren. Pohon
aren menghasilkan ijuk pada 4-5 tahun terakhir. Serat ijuk yang memuaskan
Universitas Sumatera Utara
diperoleh dari pohon yang sudah tua, tetapi sebelum tandan (bakal) buah
muncul (sekitar umur 4 tahun), karena saat tandan (bakal) buah muncul ijuk
menjadi kecil-kecil dan jelek.
(Wiryawan, 2007)

2.6.1 Serat Ijuk
Ijuk yang dihasilkan pohon aren mempunyai sifat fisik diantaranya : berupa
helaian benang (serat) berwarna hitam, berdiameter kurang dari 0,5 mm, bersifat kaku
dan ulet (tidak mudah putus). Selama ini pemanfaatan ijuk belum terlalu banyak yaitu
diantaranya sebagai bahan pembuat sapu dan tali tambang. Masih banyak serat ijuk
yang belum dimanfaatkan sehingga terbuang percuma. Perkembangan teknologi
memungkinkan perluasan pemanfaatan serat ijuk, diantaranya sebagai pengisi bahan
bangunan. Ijuk bersifat lentur dan tidak mudah rapuh, sangat tahan terhadap genangan
asam termasuk genangan air laut yang mengandung garam. Dengan karakteristik ijuk
seperti ini maka diharapkan dapat memperbaiki sifat kurang baik beton.
(http://arengabroom.blogspot.com/)

Tabel 2.9 Komposisi kandungan unsur kimia pada serat ijuk


2.6.1.1 Beton Serat Ijuk
Bahan beton Serat ijuk ringan dibuat dari air, semen, pasir, dan Serat ijuk. Telah
dilakukan karakterisasi serat ijuk pada papan komposit serat ijuk serat pendek untuk
mengetahui apakah papan komposit ijuk serat pendek dapat digunakan sebagai perisai
Kandungan unsur kimiawi Komposisi (%)
Selulosa
Hemiselulosa
Lignin
Air
Abu
51,54
15,88
43,09
8,9
2,54
Universitas Sumatera Utara
radiasi neutron. Dari karakteristik serat ijuk yang dilakukan diperoleh massa jenis
serat ijuk 1,136 gram/cm. Lignin terutama terakumulasi pada batang tumbuhan
berbentuk pohon dan semak. Pada batang, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat
komponen penyusun lainnya, sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (seperti semen
pada sebuah batang beton). Berbeda dengan selulosa yang terbentuk dari gugus
karbohidrat, struktur kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama. Gugus
aromatik ditemukan pada lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang
terdiri dari 2-3% karbon. Proses pirolisis lignin menghasilkan senyawa kimia aromatis
berupa fenol, terutama kresol. untuk menghilangkan zatekstraktif seperti lemak dan
lilin maka dapat menggunakan pelarut campuran etanol-toluena
(http://id.wikipedia.org/wiki/lignin)
Pada pengujian papan komposit diperoleh bahwa kekuatan impak tidak
dipengaruhi massa serat sdangkan daya serap papan komposit ijuk terhadap neutron
tidak tergantung panjang serat tetapi massa serat. Penggunaan serat ijuk pada beton
dapat dianggap sebagai udara yang terjebak. Namun keuntungan menggunakan serat
ijuk dapat membentuk rongga udara pada bton sehinnga beton jauh lebih ringan.
Kerapatan beton dapat diatur dengan mengontrol jumlah campuran serat ijuk dalam
beton. Semakin banyak serat ijuk maka akan menghasilkan berat jenis beton yang
lebih kecil, namun kekuatan tekan beton tntunya akan lebih rendah dan hal tersebut
disesuaikan dengan kegunaannya seperti untuk struktur, struktur ringan atau hanya
untuk dinding pemisah yang secara umum disebut dengan non struktural.
(http://puslit2.petra.ac.id/)

2.7 Karakteristik
Untuk mengetahui sifat dan kemampuan suatu material maka perlu dilakukan
pengujian dan analisis. Beberapa jenis pengujian dan analisis yang dibahas untuk
keperluan penelitian ini antara lain: pengujian sifat fisis (porositas dan penyerapan
air), pengujian sifat mekanis (kuat tekan).




Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Kuat Tekan
Kuat tekan suatu material didefenisikan sebagai kemampuan material dalam
menahan beban atau gaya mekanis sebagai kemampuan material dalam menahan
bebab atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan (failure)
Kuat tekan beton dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

=
A
F
(2.1)

dengan ;
=Kuat tekan (N/cm
2
)
F =Beban maksimum (N)
A =Luas Bidang Permukaan (m
2
)
( Van Vlack, l989)

2.7.2 Kerapatan (Density)
Kerapatan erat hubungannya dengan kekuatan beton, makin tinggi kerapatan
beton akan menyebabkan semakin luas pula kontak antar partikel dengan perekatnya,
sehingga akan menghasilkan kekuatan beton yang lebih tinggi pula. Kerapatan massa
atau densitas adalah perbandingan antara massa benda uji dengan volumenya. Dalam
pengujian beton ini yang sudah mengalami pengeringan selama 27 hari ditimbang
dengan maksud mendapatkan massa kering dari beton (m
k
) setelah itu beton direndam
selama 24 jam untuk memperoleh massa basah beton (m
b
), namun dalam hal ini beton
dilap terlebih dahulu agar basah dari pada beton tidak berlebihan. Pengujian densitas
beton dilakukan pada sampel berbentuk silinder dengan diameter 11 cm dan tinggi 11
cm. Besarnya densitas dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
(Van Vlank, 1989)

=
Vb
Mk
(2.2)



Universitas Sumatera Utara
Dengan;
= densitas (gr/cm)
Mk = massa kering (gram)
Vb = Volume benda uji (cm)
(Van Vlank, 1989)

2.7.3 Penyerapan Air
Pengujian ini, dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya air yang
diserap oleh beton setelah direndam pada periode tertentu. Dalam pengujian ini beton
yang sudah dikeringkan selama 24 jam, kemudian direndam selama 27 hari. Besarnya
densitas dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
Penyerapan air (%) =
Mb
Mk Mb
x 100% (2.3)
Dengan;
M
B
=Massa basah (gram)
M
k
=Massa kering (gram)
(Van Vlank, 1989)















Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai