Anda di halaman 1dari 34

MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Tahap dewasa merupakan tahap dimana tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel - sel yang
ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara
perlahan - lahan. Hal itulah yang disebut sebagai suatu proses penuaan. Penuaan atau proses
terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan - lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita.
Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif (Maryam, 2008 : 45 - 46)
enua juga dapat dikatakan sebagai proses menghilangnya secara perlahan - lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, atau mengganti serta mempertahankan struktur
dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk adanya infeksi. Proses
penuaan sudah berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadi
kehilangan jaringan pada susunan saraf, otot, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit
demi sedikit. (Mubarak, 2009 : 146)
enurut !oedhi "armojo #$%%&', menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau keadaan
sakit, tetapi suatu proses perubahan di mana kepekaan bertambah atau batas kemampuan
tubuh untuk beradaptasi menjadi berkurang, atau yang sering dikenal dengan geriatric giant,
dimana lansia akan mengalami ()i, yaitu imobilisasi, instabilitas #mudah jatuh', intelektualitas
terganggu #demensia', isolasi #depresi', inkontinensia, impotensi, imunodefisiensi, infeksi
mudah terjadi, impaksi #konstipasi', iatrogenesis, #kesalahan diagnosis', insomnia, impairment
of #gangguan pada' penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, komunikasi, integritas
kulit, dan inaniation #malnutrisi' (Maryam, 2008 : 61).
Selain mudah mengalami infeksi, proses penuaan juga akan berdampak pada
perubahan beberapa sistem tubuh pada lansia yang berdampak pada ketidakadekuatan
oksigenasi dan *entilasi. !eberapa diantaranya adalah perubahan pada sistem pernafasan,
sistem kardio*askuler, dan sistem imunologi. Perubahan struktural, perubahan fungsi pulmonal
dan kardio*askuler, serta perubahan sistem imunologi mengakibatkan suatu kerentanan pada
lansia untuk mengalami beberapa penyakit seperti infeksi paru, kanker paru, gagal jantung,
asma, dan penyakit paru obstruksi kronis #PP+,'. Penyakit tersebut dapat berdampak pada
gagal nafas yang menjadi indikasi pada lansia untuk diberikan dukungan *entilasi mekanik
pada lansia, baik dalam bentuk in*asif maupun non-in*asif. .
Penggunaan *entilasi mekanik khususnya jenis in*asif pada lansia yang dirawat di -./
cenderung akan menimbulkan komplikasi pada lansia akibat prosedur tindakan yang in*asif ke
dalam tubuh yang cenderung menimbulkan kemungkinan terjadinya infeksi. Selain itu,
penggunaan *entilasi in*asif akan meningkatkan akumulasi sekret yang dapat menjadi media
yang baik untuk perkembangan patogen.
( 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
"ari hasil penelitian selama ) minggu di Perancis pada &$ ruang rawat intensif
ditemukan bahwa kejadian pneumonia sebesar (%9 terjadi pada *entilasi nonin*asif dan (:9
terjadi pada intubasi endotrakea untuk *entilasi in*asif, angka kematian lebih rendah pada
*entilasi nonin*asif #$$9' dibandingkan dengan intubasi endotrakea untuk *entilasi in*asi;
#&%9' (Rogayah, 2009).
!eberapa komplikasi yang dialami oleh lansia yang menggunakan dukungan *entilasi
mekanik in*asif yang dirawat di -./ #misalnya < *entilator associated pneumonia #30P'
ditambah lagi dengan adanya perubahan sistem tubuh pada lansia, salah satunya penurunan
fungsi imunitas akan berhubungan sangat erat terhadap hasil perawatan pada pasien lansia
yang diukur melalui angka kematian pada lansia.
!eberapa lansia cenderung tidak dapat bertahan dan akhirnya meninggal ketika mereka
mengalami gagal nafas yang disertai dengan komplikasi infeksi #misalnya pneumonia' akibat
penggunaan prosedur in*asif yang tidak disertai dengan pengawasan dan perawatan yang
optimal, serta penurunan kemampuan tubuh untuk regenerasi dan perbaikan sel - sel tubuh.
0tas dasar itulah, perlu dilakukan penelitian dan analisa lebih lanjut untuk
mengidentifikasi hubungan antara usia, penggunaan *entilasi mekanik in*asif terhadap tingkat
kematian pada lansia yang dirawat di -./, sehingga nantinya hal ini dapat dijadikan pedoman
dalam memberikan pilihan perawatan yang terbaik bagi pasien dan keluarga untuk
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan lansia di -./, bukan justru sebaliknya.
BAB II
PEMBAHASAN
$ 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
2.1 RINGKASAN JURNAL
1) TUJUAN PENELITIAN
1.1 Tujuan Umum :
/ntuk mengetahui hubungan antara usia, dukungan *entilasi mekanik terhadap
outcome pada pasien lansia yang dirawat di -./
1.2 Tujuan Khusus :
/ntuk mengetahui hubungan antara faktor usia dengan tingkat kematian
pada pasien lansia yang dirawat di -./
/ntuk mengetahui hubungan antara penggunaan *entilasi mekanik in*asif
dan *entilasi mekanik non-in*asif terhadap tingkat kematian pada pasien
lansia yang dirawat di -./
2) LATAR BELAKANG
"ampak yang timbul dari proses penuaan menghasilkan suatu peningkatan
hospitalisasi dan perawatan di -./. Perawatan intensif adalah suatu inter*ensi yang
relatif mahal, selain itu meskipun jumlah tempat tidur -./ di !ra=il meningkat seperti
halnya di negara - negara lain, namun hal ini seringkali tidak menghasilkan outcome
seperti yang diharapkan. Penelitian tambahan diperlukan untuk mengidentifikasi secara
optimal faktor - faktor prognosis berkaitan dengan outcome pasien di -./, sehingga
nantinya dapat membantu dalam menentukan pilihan yang terbaik untuk pasien. Hal ini
sangat penting terutama di negara - negara berkembang dimana sumber keuangan
yang dialokasikan untuk kesehatan terbatas.
!eberapa penelitian terbaru sudah meneliti faktor- faktor yang berhubungan
dengan outcome pasien lansia di -./, khususnya mengenai pengaruh usia sebagai
faktor yang mempengaruhi kematian. Hasil penelitian tersebut secara umum
menyatakan bahwa pasien lansia yang dirawat di -./ memiliki kemungkinan meninggal
lebih besar daripada pasien yang berusia lebih muda. eskipun demikian, hal ini masih
harus diteliti lebih lanjut apakah kematian pasien lansia ini hanya dipengaruhi oleh
faktor usia atau kombinasi dengan faktor lain. ,etika dirawat di -./, pasien lansia relatif
lebih banyak mengalami penurunan fungsi fisiologis dan kecacatan tertentu yang
meningkatkan risiko kematian. Penelitian terbaru dari pasien yang menggunakan
*entilasi mekanis in*asif menunjukkan bahwa umur secara independen dan positif
berhubungan dengan angka kejadian kematian pada pasien lansia di -./. 0tas dasar
hal tersebut, peneliti dalam penelitian ini ingin mengetahui lebih lanjut hubungan antara
faktor usia dengan tingkat kematian lansia di -./, terlebih pada kelompok pasien lansia
yang membutuhkan dukungan *entilasi mekanik in*asif dan non-in*asif.
) MET!DE PENELITIAN
Penelitian prospektif obser*asional ini merekrut pasien selama periode (( bulan
#dari ( "esember $%%% sampai )( +ktober $%%(' yang pernah dirawat di -./ yang
terletak di >-nstitut Pusat> dari ?umah Sakit das .linicas, Sekolah ,edokteran
/ni*ersitas Sao Paulo dengan fasilitas :%% tempat tidur, @6 merupakan tempat tidur -./
yang dipisahkan ke dalam ($ unit berbeda #&$9 digunakan secara eksklusif untuk
pembedahan pasien, )A 9 untuk medical admission dan $$ 9 sisanya digunakan untuk
) 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
kedua tujuan tersebut'. Sampel dari penelitian ini didefinisikan sebagai populasi lansia
berumur A8 tahun dan lebih. Sedangkan yang berumur 88 tahun dan lebih digunakan
sebagai kelompok acuan. Pasien yang meninggal atau sudah pulang $& jam setelah
masuk rumah sakit dikeluarkan / ekslusi dari penelitian ini untuk menghindari bias
potensial yang dihasilkan dari dimasukkannya pasien yang sakit parah / terminal dan
indi*idu yang dilaporkan mendapat operasi elektive. 1ika dalam rawat inap yang sama,
seorang pasien yang diterima kembali ke -./, data yang digunakan hanya dari perawat
di -./ pertama yang dianalisis.
"ata berikut ini telah dicatat dengan menggunakan formulir yang telah
ditetapkan dalam $& jam pertama pasien masuk rumah sakit < umur, jenis kelamin,
tanggal masuk rumah sakit dan -./, penyebab utama untuk masuk rumah sakit dan co-
morbiditas #menurut Simplified Acute Physiology Score-S0PS -- kriteria', kebutuhan
untuk *entilasi mekanik in*asif selama lebih dari $& jam.
Sebagian besar penelitian sebelumnya menganalisis hubungan antara kematian
dan *entilasi mekanis yang hanya memasukkan pasien dengan *entilasi mekanik
in*asif. 4steban et al. memasukkan pasien dengan *entilasi mekanik non-in*asif
sebagai subjek, tetapi subkelompok ini hanya diwakili &,: 9 dari sampel. /ntuk
membandingkan hasil penelitian ini dengan yang literatur sebelumnya, pasien yang
diberikan *entilasi non-in*asif termasuk pada kelompok pasien yang tidak memerlukan
dukungan *entilasi in*asif.
/ntuk menilai tingkat keparahan penyakit pada hari pertama masuk ke -./,
Acute Physiology Score #0PS' dihitung hanya menggunakan ($ *ariabel fisiologis dari
S0PS --. 0PS digunakan sebagai pengganti S0PS -- karena usia, jenis penerimaan dan
kehadiran co-morbiditas dianalisis sebagai *ariabel independen. Penggunaan S0PS --
dapat menyebabkan hasil bias karena sebagian berdasarkan parameter-parameter ini.
?entang skor 0PS, antara lain dari skor % - ((8 poin. Tingginya skor menyatakan
kondisi penyakit yang lebih parah. "isfungsi organik dinilai dengan menggunakan
sistem Logistic Organ Dysfunction Score #B+"S' sistem. Skor tersebut berkisar % - $$
poin. Bamanya perawatan di -./ dan perawatan rumah sakit dicatat. /kuran utama
hasil yang digunakan adalah status hidup saat pasien dipulangkan dari rumah sakit.
0nalisis statistik dilakukan dengan menggunakan Statistic Package for Social
Scientists #SPSS' *ersi ().%. Secara kontinyu *ariabel dibandingkan antara kelompok
yang digunakan dengan menggunakan Student t-test untuk kesetaraan rata - rata dan
tes non-parametrik yang sama bila perlu, sedangkan kategori *ariabel dianalisis
menggunakan uji chi-sCuare test dan odds ratio #+?' dengan :89 Confidence Interval
#.-'. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah P D%,%8. 3ariabel yang memiliki
hubungan yang bermakna dengan kematian dengan nilai P D%,(% pada analisis
uni*ariat yang dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik dilakukan untuk sampel
keseluruhan dan untuk subkelompok pasien *entilasi mekanik dan pasien *entilasi non-
mekanik untuk menentukan hubungan antara umur dan kematian di rumah sakit untuk
kelompok ini. Terkait *ariabel usia, hubungan antara umur dan kematian di rumah sakit
& 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
telah diteliti dengan menggunakan *ariabel >dummy> untuk tiga inter*al usia berbeda
#88-A&, A8-6& dan E 68 tahun'.
,ategori pertama pasien usia 88 sampai A& tahun dianggap sebagai populasi
acuan untuk perbandingan. Tiga inter*al usia dianggap solusi terbaik dan paling jelas
untuk menunjukkan e*olusi kematian di seluruh proses penuaan pada penduduk lansia.
") HASIL PENELITIAN
Selama periode penelitian, $.((@ pasien dirawat ke -./, :68 berumur mulai 88 tahun
atau lebih. "ari jumlah ini, ()8 #(),@9' tinggal di -./ selama D $& jam atau dipulangkan
segera. Periode pewatan sesingkat itu tidak memberikan cukup waktu dalam
pengumpulan data. Sebanyak @&% subyek memenuhi kriteria inklusi dan merupakan
populasi dari penelitian ini. Tabel ( menggambarkan karakteristik utama sampel dengan
) inter*al usia. /sia rata - rata #standar de*iasi' sampel adalah A:,$ F @,6 tahun
#kisaran 88 - ::', ada &@A pasien laki-laki #rata-rata usia A@,8 F @,%' dan )8& perempuan
#usia rata-rata 6%,$ F :,&'. "ari subyek yang diperiksa, &$,%9 karena indikasi medical,
)@,89 menjalani operasi elektif dan (:,89 menjalani operasi darurat, dengan rata - rata
waktu antara tinggal di rumah sakit dan masuk -./ adalah A,8 F :,& hari. 3entilasi
mekanik in*asif G $& jam dibutuhkan pada 86,&9 pasien. Hilai rata - rata untuk -- S0PS,
0PS dan B+"S, masing-masing adalah )8,8 F (8,$, (6,( F ($,6 dan ),8 F $,@ poin.
"urasi rata -rata tinggal -./ adalah ((,% F (8,$ hari, dan durasi rata-rata tinggal di
rumah sakit $8,$ F $$,& hari. 0da )8) kematian #&$9', dimana $:$ #@$,69' di -./ dan
A( #(6,)9' pada departemen lain.
Ta#$% 1. Ka&a'($&)s()' *an !u(+,m$ Sam-$% P$n$%)()an
8 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
"ari *ariabel kontinyu, usia #A6,: F @,8 tahun untuk pasien yang hidup *s 6(,% F
@,6 tahun untuk pasien yang meninggal, P D%,%%(', 0PS #($,% F :,: *s $&,$ F ($,6, P
D%,%%(', B+" skor #$,8 F $,) *s &,: F poin $,6, P D%,%%(' dan waktu rawat inap di -./
dan di rumah sakit #8,: F @,$ hari *s 6,$ F (%,@, P I %,%8' secara bermakna dikaitkan
dengan kematian di rumah sakit pada analisis uni*ariat. "ari kategori *ariabel, jenis
penerimaan #86,89 kematian untuk penerimaan medis, &6,A9 untuk operasi darurat
dan $$,)9 untuk operasi yang dijadwalkan, dengan P D%,%%(' dan *entilasi mekanik
in*asif #A),)9 mengalami kematian, P D%,%%(' yang berhubungan secara signifikan
dengan kematian di rumah sakit.
Hasil analisis multi*ariat pada keseluruhan sampel ditunjukkan pada Tabel $.
/sia, tingkat keparahan penurunan fisiologis akut diukur melalui 0PS, *entilasi mekanik
in*asif, jenis / kondisi penerimaan ketika masuk -./ dan waktu perawatan di rumah
sakit dan -./ ditentukan sebagai faktor risiko independen untuk mortalitas di rumah
sakit.
Ta#$% 2. .a&)a#$% In*$-$n*$n( P&$*)'()/ ($&ha*a- T)n0'a( K$ma()an
Hubungan antara faktor usia dan kematian di rumah sakit telah diteliti dengan
menggunakan analisis multi*ariat dari kemungkinan rasio kematian pasien dibagi
menjadi tiga kelompok usia #88 - A&, A8 - 6&, E68 tahun'. ,ategori pertama
menunjukkan kematian terendah dan digunakan sebagai kelompok referensi. ,etika
disesuaikan dengan *ariabel lain, umur tetap kuat berkorelasi dengan kematian di
semua kategori.
A 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
Ta#$% . Ana%)sa Mu%()1a&)a( Pa*a Pas)$n *$n0an .$n()%as) M$'an)' In1as)/
*an .$n()%as) M$'an)' N,n2In1as)/
/ntuk menguji konsistensi hubungan antara usia dan angka kejadian kematian di rumah
sakit pada pasien lanjut usia yang dirawat di -./ dan untuk mengidentifikasi kebutuhan
*entilasi mekanik in*asif sebagai faktor yang dapat memodifikasi hubungan antara usia
dan tingkat kematian tersebut, peneliti melakukan analisis stratified multivariate dengan
mengelompokkan antara pasien yang membutuhkan dan tidak membutuhkan dukungan
*entilasi mekanik in*asif. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel ), dimana pada tabel ini
menunjukkan bahwa umur adalah faktor independen yang berhubungan dengan
kematian untuk pasien dengan *entilasi mekanik in*asif dan perbandingan selisih
multi*ariate meningkat secara progresif pada setiap inter*al usia. Hamun, untuk pasien
yang tidak memerlukan *entilasi mekanik in*asif, usia tidak berkorelasi dengan
kematian dalam inter*al usia manapun.
3) DISKUSI DAN KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka kematian pada pasien lanjut usia
di -./ adalah tinggi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, penggunaan
*entilasi mekanik in*asif, tingkat penurunan fisiologis akut, tingkat keparahan saat
penerimaan, dan rentang waktu perawatan di rumah sakit dan -./. Hamun, diantara
keseluruhan faktor tersebut yang memiliki korelasi paling kuat terhadap usia dan tingkat
kematian di -./ adalah dukungan *entilasi mekanik in*asif.
Hasil penelitian ini juga memperkuat bukti saat ini mengenai faktor - faktor
prediktif kematian pada pasien lanjut usia yang dirawat di -./. Penelitian ini dengan
jelas mengungkapkan perbedaan antara pasien yang menerima dan yang tidak
menerima dukungan *entilasi mekanik in*asif yang dihubungkan dengan usia dan
tingkat kematian di rumah sakit.
Sama seperti penelitian lain sebelumnya, faktor usia sangat terkait dengan
keparahan penyakit yang diukur melalui skor, bahkan ketika disesuaikan dengan derajat
kerusakan fisiologis, usia tetap menjadi prediktor kuat terhadap kematian.
6 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
Pada penelitian ini, tingkat kematian di*erifikasi pada subkelompok pasien lansia
dengan *entilasi mekanik in*asif pada semua kelompok usia yang lebih tinggi daripada
yang diamati pada studi lainnya yang serupa. eskipun usia sering dijadikan sebagai
faktor prognosis yang dihubungkan dengan kematian pada pasien yang masuk -./,
beberapa penelitian sebelumnya telah menyediakan perkiraan kuantitatif terhadap
peningkatan risiko yang berhubungan dengan inter*al usia tertentu.
Tujuan utama dari penelitian ini bukan untuk membandingkan antara kelompok
usia muda dan kelompok lansia terhadap outcome di unit perawatan intensif pada
subkelompok pasien -./, tetapi untuk membandingkan kematian yang terjadi pada usia
yang berbeda pada populasi lansia. Penelitian terbaru ini menge*aluasi hubungan
antara usia dengan tingkat kematian di rumah sakit untuk kelompok pasien yang
menerima dukungan *entilasi mekanik in*asif dan yang tidak menerima dukungan
*entilasi mekanik in*asi*e #kelompok dengan *entilasi mekanik non-in*asif'. Peneliti
menemukan bahwa faktor usia sangat berhubungan dengan kematian pada pasien
dengan *entilasi mekanik in*asif dan hubungan ini semakin diperkuat dari dekade ke
dekade. Hamun, efek ini tidak ditemukan pada pasien yang tidak menggunakan
dukungan *entilasi mekanik in*asif, subkelompok yang penting dari pasien yang masuk
di -./, yang mewakili &$9 dari sampel kami.
"alam subkelompok pasien ini, tidak ditemukan kaitan antara usia dengan
peningkatan kematian pada kedua kelompok indi*idu, yaitu pada kelompok usia A8-6&
tahun dan kelompok usia E 68 tahun ketika dibandingkan dengan kelompok acuan
#reference group'. eskipun ada angka kejadian kematian yang lebih besar pada
kelompok pasien yang tidak memerlukan *entilasi mekanik dengan usia A8 tahun dan
lebih #termasuk yang berusia 68 tahun ke atas', ketika dibandingkan dengan orang
yang lebih muda, perbandingan ini bukanlah tujuan utama dari penelitian ini, seperti
yang dinyatakan sebelumnya. Selain itu, kematian yang berkaitan dengan usia dalam
kelompok usia E 68 tahun ditemukan lebih rendah daripada kelompok usia A8 - 6&
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia tidak dapat dianggap sebagai faktor yang
berhubungan dengan kematian di rumah sakit pada pasien lanjut usia yang tidak
memerlukan dukungan *entilasi mekanik in*asif di -./.
Hubungan dari usia dan penggunaan *entilasi mekanik in*asif sangat berkaitan
dengan kematian. Hasil ini merupakan tambahan bukti mengenai indikasi *entilasi
mekanik non-in*asif dan untuk pengembangan strategi khusus pada pasien lansia
dengan *entilasi mekanik in*asif yang masuk ke -./ dengan kegagalan nafas akut.
!eberapa keterbatasan penelitian ini harus ditangani. Pertama, meskipun
penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan kematian di rumah sakit dengan
*ariabel lain seperti kognitif dan penurunan fungsional dan status gi=i sebelum masuk,
faktor - faktor tersebut tidak dianalisis dalam penelitian ini dan mempengaruhi dampak
hubungan usia dengan outcome pasien. ,edua, peneliti dalam penelitian ini tidak
memeriksa agresi*itas dan kelayakan perawatan, faktor - faktor yang dapat ber*ariasi di
@ 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
seluruh kelompok usia yang berbeda dan hal ini dapat bertanggung jawab untuk
beberapa perbedaan dalam hubungan antara usia dengan tingkat kematian.

2.2 ANALISIS JURNAL
"alam jurnal ini, sampel yang digunakan berjumlah @&% orang. Sampel dari
penelitian adalah kelompok lansia berumur E A8 tahun dan 88 - A& tahun. Penelitian ini
dilakukan dengan metode prospektif obser*asional selama periode (( bulan #(
"esember $%%% - )( +ktober $%%('.
"ari @&% orang yang merupakan keseluruhan sampel dalam penelitian ini, dibagi
dalam ) kelompok dengan inter*al usia < 88 - A& tahun, A8 - 6& tahun, dan E 68 tahun.
,elompok dengan rentang usia 88 tahun - A& tahun digunakan sebagai kelompok
acuan. "ari keseluruhan sampel yang diteliti, ditemukan bahwa &@$ orang diantaranya
menggunakan dukungan *entilasi mekanik in*asif.
"ari hasil penelitian didapatkan beberapa hal <
,ematian lansia di -./ sebagian besar terjadi pada kelompok dengan rentang usia
A8-6& tahun #):9' dan E 68 tahun #&$9' dengan total jumlah lansia yang meninggal
di -./ adalah $:$ orang dari @&% sampel.
;aktor yang berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kematian lansia
melalui analisa univariate, antara lain < usia #A6,: F @,8 tahun untuk pasien yang
hidup *s 6(,% F @,6 tahun untuk pasien yang meninggal', 0PS #($,% F :,: *s $&,$ F
($,6', B+" skor #$,8 F $,) *s &,: F poin $,6,' dan waktu rawat inap di -./ dan di
rumah sakit #8,: F @,$ hari *s 6,$ F (%,@', jenis penerimaan #86,89 medis, &6,A9
operasi darurat dan $$,)9 untuk operasi elekti*e' dan *entilasi mekanik in*asif
#A),)9 mengalami kematian'.
"ari hasil analisa multivariate, ditemukan bahwa penggunaan *entilasi mekanik
in*asif merupakan faktor yang berpengaruh paling signifikan terhadap kematian
pada lansia di -./ dengan odds ratio tertinggi A,($ dibandingkan dengan *ariable
lainnya.
Pada rentang usia 88 J A& tahun, tingkat kematian pada lansia yang menggunakan
*entilasi mekanik in*asif adalah 68 orang, sedangkan yang tidak menggunakan
*entilasi mekanik in*asif adalah sebesar (& orang. Pada rentang usia A8 J 6& tahun,
tingkat kematian pada lansia yang menggunakan *entilasi mekanik in*asif adalah
($8 orang, sedangkan yang tidak menggunakan *entilasi mekanik in*asif adalah (@
orang. Pada rentang usia E 68 tahun, tingkat kematian pada lansia yang
menggunakan *entilasi mekanik in*asif adalah (%8 orang, sedangkan yang tidak
menggunakan *entilasi mekanik in*asif adalah (A orang
;aktor usia dan penggunaan *entilasi mekanik in*asif berhubungan dengan tingkat
kematian pada lansia di -./
!eberapa teori yang dapat menunjang hasil penelitian dalam jurnal ini mengenai hubungan
antara usia, dukungan *entilasi mekanik in*asif terhadap tingkat kematian pada lansia,
antara lain <
: 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
1. Ba(asan 2 Ba(asan Lanju( Us)a
/sia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umunya berkisar antara A%
- A8 tahun. !eberapa pendapat para ahli tentang batasan usia dapat dibandingkan
dengan klasifikasi rentang inter*al usia sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
,lasifikasi tersebut antara lain <
enurut +rganisasi ,esehatan "unia #KH+', ada & tahapan yaitu <
a. /sia pertengahan #middle age' usia &8 - 8: tahun
b. Banjut usia #elderly' usia A% - 6& tahun
c. Banjut usia tua #old' usia 68 - :% tahun
d. /sia sangat tua #very old' usia G :% tahun
(Kushariyadi, 2010 : 2)
enurut !ee #(::A', bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut <
a. asa dewasa muda #usia (@ - $8 tahun'
b. asa dewasa awal #usia $8 - &% tahun'
c. asa dewasa tengah #usia &% - A8 tahun'
d. asa dewasa lanjut #usia A8 - 68 tahun'
e. asa dewasa sampai lanjut #usia E 68 tahun'
(Kushariyadi, 2010 : 2)
"i -ndonesia, batasan mengenai lanjut usia adalah A% tahun ke atas, terdapat dalam
/ndang - /ndang Homor () tahun (::@ tentang ,esejahteraan Banjut /sia.
(Kushariyadi, 2010 : )
Gam#a& 1. Lans)a
"ari tinjauan teori mengenai klasifikasi usia lanjut di atas, sebagian besar
menggunakan batasan usia A% tahun dan A8 tahun sebagai batas awal seseorang
dikatakan sebagai lanjut usia. Hal ini sesuai dengan sampel dalam penelitian ini,
dimana peneliti membagi keseluruhan sampel dalam ) kelompok dengan inter*al
usia < 88 - A& tahun, A8 - 6& tahun, dan E 68 tahun. Hamun kelompok dengan
rentang usia 88 tahun - A& tahun hanya digunakan sebagai kelompok acuan, hal ini
(% 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
dapat didasarkan atas pertimbangan pada rentang ini seseorang belum dapat
dikatakan telah memasuki masa lanjut usia dan kemungkinan belum mengalami
perubahan fisiologis akibat proses penuaan yang akan berdampak pada status
kesehatannya.
2. P$&u#ahan 4)s),%,0)s Pa*a P&,s$s M$nua
Pada lansia terjadi beberapa perubahan fisiologis yang berkaitan erat dengan proses
penuaan yang dialaminya. Perubahan - perubahan fisiologis tersebut dapat
menimbulkan masalah kesehatan pada lansia. !eberapa perubahan fisiologis sistem
tubuh pada lansia yang berkaitan erat dengan kegagalan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi dan *entilasi yang adekuat sebagai salah satu indikasi pemasangan *entilasi
mekanik baik in*asif dan nonin*asif adalah karena perubahan kemampuan tubuh pada
sistem pernafasan dan kardio*askuler. "ari hasil penelitian di atas juga dinyatakan
bahwa pasien lansia dengan *entilasi mekanik in*asif memiliki angka kejadian kematian
yang lebih tinggi daripada kelompok lansia yang tidak menggunakan *entilasi mekanik
in*asif, hal ini dapat disebabkan karena adanya tindakan in*asif pada tubuh lansia yang
cenderung menimbulkan risiko infeksi dan komplikasi yang lebih berat. 0palagi pada
masa lanjut usia juga terjadi perubahan pada sistem imunitas yang akan sangat
berpengaruh terhadap daya tahan tubuh lansia dalam menghadapi infeksi yang
dialaminya akibat penggunaan *entilasi mekanik in*asif. +leh sebab itu, di bawah ini
dijabarkan lebih lanjut perubahan pada sistem pernafasan, kardio*askuler, dan
imunologi yang terjadi pada periode lanjut usia yang menjadi asumsi penyebab
terbatasnya kemampuan lansia untuk bertahan hidup, khususnya pada lansia yang
dirawat di -./ dengan *entilasi mekanik in*asif.

a. S)s($m P$&na/asan
Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan terhadap
perubahan fungsi pulmonal. Perubahan lain seperti hilangnya silia dan menurunnya
refleks batuk mengubah menjadi terbatasnya fisiologi dan kemampuan perlindungan
pada sistem pulmonal pada lansia. Perubahan anatomis seperti penurunan
komplians paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja
pernapasan sekitar $%9 pada usia A% tahun. 0trofi otot - otot pernapasan dan
penurunan kekuatan otot - otot pernapasan dapat menigkatkan resiko
berkembangnya keletihan otot-otot pernapasan pada lansia. Perubahan tersebut
turut berperan dalam penurunan konsumsi oksigen maksimum. Perubahan pada
interstisium parenkim dan penurunan pada daerah permukaan al*eolar dapat
menghasilkan penurunan difusi oksigen. Perubahan - perubahan ini, bila
dikombinasikan dapat menimbulkan respon hipoksia dan hiperkapnea pada
kelompok usia lanjut. -mplikasi klinis dari perubahan pada sistem respirasi sangat
banyak. Perubahan struktural, perubahan fungsi pulmonal, dan perubahan sistem
imun mengakibatkan suatu kerentanan untuk mengalami kegagalan respirasi akibat
(( 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
infeksi, kanker paru, asma, dan penyakit paru obstruksi kronis #PP+,' (!"ar", 2006
: 190)

Gam#a& 2. Pa&u 2 Pa&u
SISTEM TUBUH PERUBAHAN TERKAIT USIA
Sistem Pernafasan "e*iasi trakea akibat perubahan di tulang
belakang yang menua
Peningkatan diameter dada anteroposterior
sebagai akibat perubahan metabolisme
kalsium dan kalsifikasi kartilago iga
,ekakuan paru L penurunan jumlah dan ukuran
al*eolus
,ifosis
"egenerasi / atrofi otot pernapasan
Penurunan kapasitas difusi
Penurunan kekakuan otot inspirasi dan
ekspirasi
Penurunan *olume tidal
($ 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
"egenerasi jaringan paru yang menyebabkan
penurunan kemampuan recoil elastis paru dan
peningkatan kapasitas residual
3entilasi buruk pada area basal #akibat
tertutupnya beberapa jalan napas' yang
mengakibatkan penurunan area permukaan
untuk pertukaran gas dan penurunan tekanan
oksigen
Penurunan saturasi oksigen sebesar 89
Penurunan cairan respiratorik sekitar )%9,
Peningkatan risiko infeksi paru dan sumbatan
mucus
Toleransi rendah terhadap debit oksigen
(#$o%ks&ag"r, 200' : 840)
#. S)s($m Ka&*),1as'u%$&
,etebalan dinding *entrikel kiri cenderung sedikit meningkat akibat penuaan
karena adanya peningkatan densitas kolagen dan hilangnya fungsi serat - serat
elastis. +leh karena itu, penuaan menyebabkan jantung menjadi kurang mampu
untuk berkontraksi dengan kekuatan kontraktil yang kurang efektif. 0rea permukaan
di dalam jantung yang telah mendapat aliran darah dengan tekanan tinggi, seperti
pada katup aorta dan katup mitral, mengalami penebalan dan membentuk
penonjolan sepanjang garis katup. ,ekakuan pada bagian dasar pangkal aorta
menghalangi pembukaan katup secara lengkap sehingga menyebabkan obstruksi
parsial terhadap aliran darah selama denyut sistolik. Tidak sempurnanya
pengosongan *entrikel dapat terjadi selama waktu peningkatan denyut jantung dan
gangguan pada arteri koroner dan sirkulasi sistemik.
Perubahan struktural memengaruhi konduksi sistem jantung melalui peningkatan
jumlah jaringan fibrosa dan jaringan ikat. 1umlah total sel - sel pacemaker
mengalami penurunan seiring bertambahnya usia. +leh karena itu, hanya sekitar
(%9 jumlah yang ditemukan pada usia dewasa muda yang masih terdapat pada
usia 68 tahun ke atas. !erkas His kehilangan serat konduksi yang membawa impuls
ke *entrikel.
"engan bertambahnya usia, sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku.
Perubahan ini terjadi akibat peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis
dalam lapisan medial arteri. Bapisan intima arteri menebal dengan peningkatan
deposit kalsium. Proses perubahan yang berhubungan dengan penuaan ini
meningkatkan kekakuan dan ketebalan yang disebut dengan arteriosklerosis.
Sebagai suatu mekanisme kompensasi, aorta dan arteri besar lain secara progresif
mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak *olume darah. 3ena menjadi
meregang dan mengalami dilatasi dalam cara yang hampir sama. ,atup - katup
*ena menjadi tidak kompeten atau gagal untuk menutup secara sempurna.
() 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
,eseluruhan perubahan fisiologis tersebut dapat mempengaruhi oksigenasi ke
jaringan tubuh. ((ugroho, 2000 : 84)
+.
S)s($m Imun,%,0)
/mur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. ?espon imun dapat
sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya
kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan
terhadap infeksi ()a&&o, 1996 : 598). Thymus yang terletak di atas jantung di
belakang tulang dada adalah organ tempat sel T menjadi matang. Sel T sangat
penting sebagai limfosit untuk membunuh bakteri dan membantu tipe sel lain dalam
sistem imunitas. Seiring meningkatnya usia, maka banyak sel T atau limfosit T
kehilangan fungsi dan kemampuannya melawan penyakit. Saat itu tubuh
mengandung jumlah sel T yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya #saat usia
muda', dan juga tubuh kurang mampu mengontrol penyakit dibandingkan dengan
masa - masa sebelumnya. Hal inilah yang memicu kerentanan tubuh terhadap
infeksi pada lansia (*a$mah, 2006 : 12), apalagi pada lansia yang menggunakan
*entilasi mekanik yang sifatnya in*asif. ,erentanan terhadap infeksi inilah yang
dapat menjadi dasar untuk menganalisa hasil penelitian di atas, dimana sebelumnya
dinyatakan bahwa kematian lansia di -./ sebagian besar terjadi pada kelompok
dengan rentang usia A8-6& tahun #):9' dan E 68 tahun #&$9', dan cenderung
terjadi pada pasien yang menggunakan *entilasi mekanik, dimana salah satu
komplikasi dari *entilasi mekanik in*asif adalah infeksi. 1adi, infeksi inilah yang
diduga menjadi penyebab kematian sebagian besar lansia di -./.
(& 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
P$&u#ahan N,&ma% 5an0
B$&hu#un0an *$n0an P$nuaan
Im-%)'as) K%)n)s
3entrikel kiri menebal sekitar $%9
antara usia )% dan @% tahun
Penurunan kekuatan kontraktilitas otot
jantung
,atup jantung menebal dan
membentuk penonjolan
7angguan aliran darah melalui katup
-nfiltrasi jaringan fibrosa pada
nodus sinoatrial dan jaras atrial
;ibrilasi atrium.
1umlah sel pacemaker menurun "isritmia
,ehilangan elastisitas pembuluh
darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
Perubahan posisi dari tidur ke duduk
#ke berdiri' bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi A8 mmHg
#mengakibatkan pusing mendadak'
,ekakuan arteri meningkat dan
terkadang disertai dengan adanya
penyumbatan *askuler
0liran +
$
ke jaringan tidak maksimal
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
Gam#a& . Th5mus *an P&,s$s H$ma(,-,$)s)s
. P$n0$&()an .$n()%as)
3entilator adalah suatu sistem alat bantuan hidup yang dirancang untuk menggantikan
atau menunjang fungsi pernafasan yang normal. Tujuan utama pemberian dukungan
*entilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi normal pertukaran udara dan
memperbaiki fungsi pernafasan kembali ke keadaan normal (*K+,, 2006 : 128)
". J$n)s 2 J$n)s .$n()%a(,& M$'an)'
3entilator dapat diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung *entilasi.
"ua kategori umum adalah *entilator mekanik in*asif dan nonin*asif.
a. .$n()%a(,& M$'an)' In1as)/
3entilator mekanik in*asif seringkali disebut dengan *entilator tekanan positif, karena
prinsip kerjanya adalah dengan menggembungkan paru - paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong al*eoli
untuk mengembang selama inspirasi. 4kspirasi terjadi secara pasif. Pada *entilator
jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Terdapat tiga jenis
*entilator tekanan positif, yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus, dan *olume
bersiklus.
3entilator tekanan bersiklus adalah *entilator tekanan positif yang mengakhiri
inspirasi ketika tekanan preset telah tercapai. "engan kata lain siklus *entilator
hidup mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah
ditetapkan seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati. 3entilator tekanan
bersiklus dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek di ruang pemulihan.
3entilator waktu bersiklus adalah *entilator yang mengakhiri atau
mengendalikan inspirasi setelah waktu ditentukan. 3olume udara yang diterima
klien diatur oleh kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara. 3entilator ini
digunakan pada neonatus dan bayi.
3entilator *olume bersiklus sejauh ini adalah *entilator tekanan positif yang
paling banyak digunakan. "engan *entilator jenis ini, *olume udara yang akan
dikirimkan pada setiap inspirasi telah ditentukan. anakala *olume perset ini
telah dikirimkan pada pasien, siklus *entilator mati dan ekshalasi terjadi secara
(8 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
pasif. "ari satu nafas ke nafas lainnya *olume udara yang dikirimkan oleh
*entilator secara relatif konstan, sehingga memastikan pernafasan yang
konsisten, adekuat walaupun tekanan jalan nafas beragam. (#m"&$-"r, 2001 :
65' - 658)
Gam#a& ". .$n()%a(,& M$'an)' In1as)/
#. .$n()%a(,& M$'an)' N,n2In1as)/
Sejarah pemakaian *entilasi nonin*asif dimulai pada tahun (:)%-an dengan
teknik negative pressure ventilation #HP3' berupa body ventilator. ohn Dal!iel,
"#$% memperkenalkan body ventilator dalam bentuk tank type untuk penderita
polio yang terdiri atas ruang padat berisi udara dengan posisi penderita duduk
didalamnya tetapi kepala di luar. Philip Drinker mengembangkan bentuk body
*entilator lain dengan kekuatan listrik yang disebut iron lung pada tahun (:$@.
?ocking bed dikembangkan oleh &right pada tahun (:&% saat terjadi epidemi
polio. -ntermittent abdominal pressure respirator atau lebih dikenal dengan
pneumobelt ditemukan pada tahun (:8% dengan alat ini mulai dikenal metode
nonin*asi*e positi*e pressure *entilation #HPP3' yang digunakan secara
intermiten atau terus-menerus. (Rogayah, 2009 : 1)
.$n()%a(,& n,n2)n1as)/ ($'anan n$0a()/
Prinsip *entilasi tekanan negatif adalah memberikan tekanan pada dinding
toraks dan abdomen untuk mencapai tekanan di bawah tekanan atmosfir
saat inspirasi. Tekanan ini menyebabkan rongga toraks mengembang dan
terjadi penurunan tekanan di pleura dan al*eolar sehingga menimbulkan
perbedaan tekanan yang memungkinkan udara masuk ke al*eoli. Saat
ekspirasi, tekanan dinding toraks kembali sama dengan tekanan atmosfir
dan ekspirasi terjadi secara pasif dengan daya elastis recoil paru. 3entilator
tekanan negatif mempunyai dua komponen utama, yaitu keadaan kedap
udara #airtight' dibuat melalui ruang yang menutupi rongga toraks dan
abdomen secara ketat serta pompa untuk menimbulkan perbedaan tekanan
(A 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
di dalam ruang tersebut. 1enis *entilator tekanan negatif antara lain tank
*entilator #iron lung', shell *entilator #chest cuirras', wrap *entilator
#pneumobelt', dan rocking bed.
'rinker (espirator )ank (Iron lung*+ iron lung adalah bilik tekanan negatif
yang digunakan untuk *entilasi. 0lat ini pernah digunakan secara luas
selama epidemic polio pada masa lalu, dan sekarang digunakan oleh pasien
- pasien yang selamat dari penyakit polio dan kerusakan neuromuskular
lainnya.
'ody ,rap (pneumo,rap* dan Chest Cuirass ()ortoise Shell* - kedua alat
portable ini memerlukan sangkar atau shell yang kaku untuk menciptakan
bilik tekanan negatif disekitar thoraks dan abdomen. ,arena masalah -
masalah dengan ketepatan ukuran dan kebocoran sistem, jenis *entilator ini
hanya digunakan dengan hati - hati pada pasien tertentu.
Gam#a& 3. .$n()%as) ($'anan n$0a()/, )&,n %un0 6')&)), &,+')n0 #$* 6'anan)
.$n()%a(,& n,n)n1as)/ ($'anan -,s)()/
Honin*asi*e positi*e pressure *entilation #HPP3' atau *entilasi tekanan
positif merupakan *entilasi nonin*asif yang lebih efektif dan nyaman
dibandingkan dengan cara *entilasi nonin*asif lainnya dan lebih banyak
digunakan selama dekade terakhir. 3entilasi tekanan positif menggunakan
sungkup atau alat pengubung #interface' untuk menghantarkan udara dari
*entilator tekanan positif melalui hidung atau mulut sehingga udara masuk
jalan napas. Prinsip *entilasi tekanan positif adalah memberikan udara
dengan tekanan positif atau diatas tekanan atmosfir secara intermiten ke
dalam jalan napas, meningkatkan tekanan transpulmoner sehingga terjadi
pengembangan paru. Proses ekspirasi terjadi secara pasif karena daya
recoil paru dan bantuan otot bantu napas. Penggunaan *entilasi tekanan
positif tergantung dari sistem *entilator yang digunakan dan dirancang
secara efektif supaya penderita merasa nyaman saat memakai sungkup dan
kebocoran udara dapat dikurangi. 3entilasi tekanan positif dapat digunakan
(6 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
pada keadaan gagal napas akut maupun kronik. "efinisi gagal napas
menurut !ritish Thoracic Society #!TS' adalah terjadinya kegagalan proses
pertukaran gas secara adekuat ditandai dengan tekanan gas darah arteri
yang abnormal. 7agal napas tipe ( #hipoksemik' bila Pa+$ D @ kPa #A%
mmHg' dengan Pa.+$ normal atau rendah. 7agal napas tipe #hiperkapnik'
terjadi bila Pa+$ D @ kPa #A% mmHg' dengan Pa.+$ G A kPa #&8mmHg'.
7agal napas dapat terjadi secara akut, acute on chronic, dan kronik.
Pembagian keadaan ini penting untuk menentukan terapi terutama pada
gagal napas tipe $. 7agal napas hiperkapnik akut terjadi bila penderita
mempunyai gangguan napas minimal yang mengawali keadaan tersebut
dengan analisis gas darah menunjukkan Pa.+$ yang tinggi, pH rendah dan
bikarbonat normal. 7agal napas hiperkapnik kronik apabila terdapat penyakit
paru kronik, Pa.+$ tinggi, pH normal dan bikarbonat meningkat. 7agal
napas hiperkapnik acute on chronic apabila terjadi perburukan tiba-tiba pada
seseorang yang sudah mengalami gagal napas hiperkapnik sebelumnya,
ditandai dengan Pa.+$ yang tinggi, pH rendah dan bikarbonat yang
meningkat. (Rogayah, 2009 : 2 - ')
4nam tipe sungkup atau alat penghubung HPP3 yang dapat digunakan pada
gagal napas akut, yaitu <
a. Sungkup muka penuh #full face mask',
b. Total face mask,
c. Sungkup nasal,
d. ,eping mulut #mouthpiece',
e. !antalan hidung #nasal pillow' atau plugs
f. Helm
Gam#a& 7. Sun0'u-
3. In*)'as) P$masan0an .$n()%a(,& M$'an)'
(@ 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
-ndikasi utama pemasangan *entilator adalah adanya gagal nafas atau
keadaan klinis yang mengarah ke gagal nafas. ,ondisi yang mengarah ke
gagal nafas adalah termasuk hipoksemia, hiperkapnia akut, atau kombinasi
keduanya.
-ndikasi lainnya adalah pneumonia berat yang tetap hipoksemia walaupun
sudah diberikan oksigen dengan tekanan tinggi atau eksaserbasi PP+, dimana
Pa.+
$
nya meningkat mendadak dan menimbulkan asidosis.
a. H)-,'s$m)a
Pa+
$
D A% mmHg atau saturasi +
$
D :%9 pada ;i+
$
G 8%9
0danya 2Shunt5 #pada atelektasis, edema paru, pneumonia, emboli
paru'.
0danya ketidakseimbangan *entilasi perfusi #3/M' atau percampuran
darah *ena #pada asma dan PP+,'
0danya hipo*entilasi dan peninggian tekanan Pa.+
$
#pada henti nafas,
gagal nafas akut'
Pada ;i+
$
yang rendah, tekanan barometik yang rendah dan adanya
toksin tertentu #kebakaran, ketinggian tertentu, keracunan
karbonmonoksida'
,eseimbangan difusi yang inadekuat #anemia, curah jantung yang
tinggi, umumnya ini adalah faktor yang memperburuk bukan faktor
utama.
#. H)-$&'a-n)a
Pa.+
$
G 88 dengan asidosis atau peningkatan Pa.+
$
dari keadaan awal
yang disertai asidosis. Hal ini dapat terjadi pada <
Peningkatan beban kerja melebihi kapasitas kerja
,ompliens yang rendah #0?"S, luka bakar daerah dada, efusi
pleura, obesitas, pneumonia'.
?esistensi yang tinggi #asma, PP+,, tumor, sumbatan pada saluran
nafas'
Peningkatan P.+
$
bersamaan berbatasnya kapasitas kerja #diet,
PP+,'
Peningkatan dead space #ruang rugi' yang memerlukan peningkatan
*entilasi bersamaan dengan keterbatasan kapasitas kerja.
Penurunan kapasitas <
,arena penurunan pusat nafas diotak pada o*erdosis dan sindrom
hipo*entilasi sentral.
Penyakit neuromuscular #miastenia gra*is, sindrom 7uilain - !arre'
ekanikal disad*antage #hiper*entilasi, P44P'
0trofi otot nafas #malnutrisi, paralisis jangka lama, steroid'.
7angguan metabolik #asidosis, penurunan suplai +
$
'.
(: 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
,elelahan
(.//a +yai/ah, 2006 : 10)
+. Ga0a% Na/as
7agal nafas adalah terjadinya ketidaknormalan status homeostatis
*entilasi yang berhubungan dengan status asam basa darah serta
pertukaran oksigen dan karbondioksida. Selain itu *entilator mekanik
juga digunakan pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan
pertukaran gas yang tidak adekuat. Tidak adekuatnya pertukaran gas
tersebut dapat dilihat dari hasil analisa gas darah. !erikut ini adalah data
objektif klinis dari gagal nafas yaitu <
Pa+
$
D A% mmHg dalam ;i+
$
G %,8 #+ksigenasi'
Pa.+$ G 8% mmHg dengan pH N 6,$8 #3entilasi'
Predisposisi Terjadinya 7agal Hafas !erdasarkan ,ategori 7angguan
-ntrapulmonary dan 4kstrapulmonary <
Ka($0,&) 8,n(,h
7angguan .HS terkait penurunan
kemampuan bernafas
+*erdosis penggunaan obat - obat
yang menyebabkan depresi
pernafasan seperti sedati*e dam
narkotik
,erusakan serebro*askular
Trauma serebral
Perdarahan Subarachnoid
7angguan berhubungan dengan
fungsi neuromuscular
7uillain !arre
ultiple sklerosis
Poliomyelitis
yasthenia gra*is
Spinal cord injury
7angguan elektrolit
#hypopospathemia, hypomagnesemia'
7angguan berhubungan dengan
fungsi muskoloskeletal dan fungsi
pleural
,iphoscoliosis
;lail chest
4fusi pleura
PneumothoraO
HemothoraO
7angguan saluran pernafasan +bstruksi saluran pernafasan atas
#epiglottitis, obstructi*e sleep apnea'
PosteOtubation laryngeal edema
0sma
!ronkospasme
7angguan unit pertukaran gas ,ontusio pulmonal
$% 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
#al*eoli dan kapiler pulmonary' Pneumonia
4dema pulmonal
0?"S
0spirasi
Penyakit paru interstitial
(0i"r%", 1995 : 150)
7. K,n(&a)n*)'as) -$masan0an 1$n()%a(,& m$'an)' )n1as)/ *an n,n)n1as)/
a. K,n(&a)n*)'as) 1$n()%a(,& m$'an)' n,n)n1as)/
Pembedahan pada wajah, jalan napas atas, atau saluran cerna bagian
atas
+bstruksi jalan napas atas
Hipoksemia yang mengancam jiwa
Hemodinamik tidak stabil
7angguan kesadaran
,ejang / gelisah
untah
Sekret jalan napas berlebihan
b. K,n(&a)n*)'as) 1$n()%a(,& m$'an)' )n1as)/
Tension pneumotoraks
0telektase
-nfeksi pulmonal
(Rogayah, 2009 : 15)
9. M,*$ !-$&as),na% .$n()%a(,& M$'an)'
odus operasional *entilator mekanik terdiri dari <
A. 8,n(&,%%$* .$n()%a(),n
3entilator mengontrol *olume dan frekuensi pernafasan. -ndikasi untuk
pemakaian *entilator meliputi pasien dengan apnea. 3entilasi mekanik adalah
alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan
*entilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.3entilator tipe ini
meningkatkan kerja pernafasan klien.
B. Ass)s( : 8,n(&,%
3entilator jenis ini dapat mengontrol *entilasi, *olume tidal, dan kecepatan
pernafasan. !ila klien gagal untuk *entilasi, maka *entilator secara otomatis.
3entilator ini diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari
klien, biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian *entilator.
8. In($&m)(($n Man*a(,&5 .$n()%a(),n
odel ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model
kontrol, klien dengan hiper*entilasi. ,lien yang bernafas spontan dilengkapi
dengan mesin dan sewaktu - waktu diambil alih oleh *entilator.
D. S5n+h&,n);$* In($&m)(($n Man*a(,&5 .$n()%a(),n 6SIM.)
S-3 dapat digunakan untuk *entilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak
begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan
$( 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
biasanya tergantung pada akti*asi klien. -ndikasi pada pernafasan spontan tapi
tidal *olume dan / atau frekuensi nafas kurang adekuat.
E. P,s)()1$ En* 2 E<-)&a(,&5 P&$ssu&$
odus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan
tujuan untuk mencegah atelektasis. "engan terbukanya jalan nafas oleh karena
tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. -ndikasi pada klien yang
menderita 0?"S dan gagal jantung kongestif yang massif dan pneumonia difus.
4fek samping dapat menyebabkan *enous return menurun, barotrauma dan
penurunan curah jantung.
4. 8,n()n,us P,s)()1$ A)&=a5 P&$ssu&$ 68PAP)
3entilator ini berkemampuan untuk meningkatakan ;?.. !iasanya digunakan
untuk penyapihan *entilator.
(1a/2u/g, 200 : 2 - )
>. K$%$#)han *an K$%$mahan .$n()%as) M$'an)' In1as)/ Dan N,n)n1as)/
a. K$un(un0an *an K$($&#a(asan .$n()%as) M$'an)' N,n)n1as)/
K$%$#)han K$%$mahan
udah dipasang dan dipindah
engurangi pemakaian sedatif
!isa sambil bicara / menelan /
batuk
enghindari komplikasi pipa
berupa <
?esistensi pipa
Trauma jalan napas
0spirasi
-nfeksi paru
Stress psikis
Peningkatan pengawasan dan
perawatan
Timbul iritasi mata
Tak nyaman di muka
"istensi lambung
Terbatas kemampuan *entilasinya
Tak ada perlindungan udara
#. K$%$#)han *an K$%$mahan .$n()%as) M$'an)' In1as)/
K$%$#)han K$%$mahan
"apat memonitor tekanan,
*olume inhalasi, *olume
ekshalasi, *olume tidal,
frekuensi nafas, dan
konsentrasi oksigen inhalasi
udah membersihkan dan
Terjadi sumbatan pipa
endotrakea oleh sekret
,esulitan dalam intubasi
-ntubasi endotrakea jangka
panjang dapat menyebabkan
kerusakan laring terutama pita
$$ 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
mensterilkannya suara dan trakea
"apat terjadi barotrauma dan
*olumetrauma
7as *entilasi dapat
menyebabkan efek
mengeringkan jalan napas dan
retensi sekret dan mengganggu
proses batuk sehingga dapat
menimbulkan infeksi paru - paru
(3u&ki4&i, 2006 : 1)
Penelitian selama ) minggu di Perancis pada &$ ruang rawat intensif
mendapatkan hasil bahwa kejadian pneumonia nosokomial sebesar (%9 terjadi
pada *entilasi nonin*asif dan (:9 pada intubasi endotrakea untuk *entilasi
in*asif, angka kematian lebih rendah pada *entilasi nonin*asif #$$9'
dibandingkan dengan intubasi endotrakea untuk *entilasi in*asif #&%9'. Hal ini
juga dapat dijadikan dasar untuk menjawab hasil penelitian di atas, dimana
infeksi pada pasien dengan *entilasi mekanik in*asif cenderung lebih besar
karena sifat penggunaannya dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan
tubuh, apalagi bila perawatannya tidak steril dan optimal (Rogayah, 2009 : 1)
?. P$&s)a-an s$#$%um -$masan0an 1$n()%a(,& m$'an)' 6)n1as)/ *an n,n)n1as)/)
$) 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
Bakukan tes paru pada *entilator untuk memastikan pengesetan sesuai
pedoman standar
Bakukan obser*asi mengenai hasil analisa gas darah.
Hasil analisis gas darah nantinya akan mempengaruhi dalam
pengesetan fraksi - fraksi yang ada pada *entilator mekanis. "alam hal
ini yang faktor yang berperan penting adalah P+
$
dan P.+
$.
Pada pasien yang dalam kondisi sadar, sangat perlu diberikan informed
concent kepada pasien maupun keluarga mengenai alat - alat serta
cara pemasangan *entilator mekanis. Hal ini sangat berguna dalam
upaya mengurangi kegelisahan yang terjadi pada pasien akibat dari
tindakan pemasangan yang akan dilakukan. Perlu dijelaskan juga
mengenai mekanisme serta prosedur yang akan dilakukan pada pasien
selama pasien memakai *entilasi mekanis seperti pemberian obat
sedasi yang akan membuat pasien sering dalam keadaan tidak sadar.
Selain itu, ada beberapa pasien yang memerlukan suatu pengetahuan
dan fasilitasi khusus mengenai pemilihan dan keputusan mengenai
*entilasi nonin*asif dengan *entilasi in*asif. ,arena banyak pasien
yang pertama kalinya menggunakan *entilasi in*asif agak sulit beralih
ke *entilasi nonin*asif.
1ika pasien dalam keadaan sadar, ajarkan pada pasien mengenai cara
atau teknik tentang batuk dalam yang nantinya akan membantu
pemulihan kesehatan pernafasan.
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
2. IMPLIKASI KEPERA@ATAN
"ari hasil analisis jurnal di atas dapat dijabarkan beberapa implikasi keperawatan yang
sangat penting diperhatikan dapat dilakukan terhadap pasien lansia khususnya pada pasien
lansia yang menggunakan *entilator mekanik in*asif, antara lain <
1. 8a&)n0
"isebutkan dalam teori, Caring is a universal phenomenon that influence the ,ays
in ,hich people think+ feel and behave in relation to one another. .atatan dari
!enner dan Krubel < 2Caring creates Possibility5, dimana disini menjelaskan bahwa
perhatian yang diberikan oleh seorang perawat kepada si penderita dapat
mensukseskan program pengobatan yang diberikan. (0o$$"r, 2001 : 108). Terlebih
bagi pasien lansia seperti pada sampel dalam penelitian jurnal ini, dimana dampak
dari proses penuaan dan penyakit yang mereka alami seringkali membuat mereka
merasa cemas. Penggunaan *entilasi mekanik in*asif pada pasien lansia di -./
awalnya mungkin akan membuat mereka merasa takut karena alat yang digunakan
terlihat rumit dan menakutkan, namun dengan pendekatan dan perhatian yang tulus
oleh perawat diharapkan pasien lansia akan lebih kooperatif dalam proses
perawatan yang dijalaninya sehingga nantinya menghasilkan outcome yang optimal
terkait dengan kesembuhannya.
2. Manaj$& Kasus
Perawat dalam perawatan lansia di -./ diharapkan dapat berperan sebagai
manajer kasus, yaitu dapat mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan kesehatan
pasien #lansia', mengawasi dan menge*aluasi dampak terhadap pelayanan yang
diberikan kepada pasien #lansia', misalnya dampak dari penggunaan *entilator
mekanik, baik in*asif dan nonin*asif. 4*aluasi dan pengawasan yang kurang
optimal akan membuat derajat kesehatan lansia semakin memburuk, terlebih lagi
pada pasien lansia secara fisiologis fungsi dan kemampuan imunitas serta adaptasi
tubuhnya telah menurun.
$& 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
Gam#a& 9. P$&a=a( s$#a0a) Manaj$& Kasus
. K$($&am-)%an P$&a=a( *a%am P$n00unaan A%a(
Perawatan pasien pada pusat perawatan intensif khususnya pasien dengan
penggunaan *entilator mekanik memerlukan skill atau kemampuan khusus perawat
baik dalam penggunaan alat maupun pelaksanaan tindakan terkait intubasi yang
bertujuan untuk menurunkan bahaya hipoksia akibat sekresi atau penumpukan
sekret berlebihan. (5o"/g"s, 2000).
"alam hal ini perawat harus mengetahui bagaimana penyesuaian *entilator
harus disesuaikan agar pasien merasa nyaman dan pengaturan mesin yang
disesuaikan dengan kondisi pasien lansia itu sendiri. "imana yang diinginkan disini
adanya perubahan yang minimal dari dinamik kardio*askular dan paru - paru. 1ika
*olume *entilator disesuaikan dengan tepat, kadar gas darah arteri pasien akan
terpenuhi dan akan ada sedikit atau tidak ada sama sekali gangguan
kardio*askular. Perawat pun disini harus melakukan pengkajian peralatan untuk
memastikan bahwa *entilator berfungsi dengan tepat dan bahwa pengesetannya
telah dibuat dengan tepat. Kalaupun perawat tidak bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap penyesuaian pengesetan pada *entilator atau dalam pengukuran
parameter *entilator, namun perawat bertanggung jawab terhadap pasien dan
karenanya harus menge*aluasi bagaimana *entilator mempengaruhi status pasien
secara keseluruhan. "alam memantau *entilator, perawat harus memperhatikan
hal-hal berikut <
a. 1enis *entilator #*olume - bersiklus, tekanan - bersiklus, tekanan -
negatif'
b. .ara pengendalian #control / assist control'
c. Pengesetan *olume tidal dan frekuensi pernafasan
d. Pengesetan ;i+$ #fraksi oksigen yang diinspirasi'
e. Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan
f. 0danya air dalam selang, terlepasnya selang, atau terlipatnya selang.
g. Humidifikasi #humidifier air'
h. 0larm #fungsi yang sesuai'
$8 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
i. P44P #tekanan akhir-ekspiratory positif' atau tingkat dukungan tekanan
jika memungkinkan'.
"engan keterampilan itu perawat juga harus memperhatikan kondisi pasien
itu sendiri khususnya lansia, dimana pemberian pengesetan pada dewasa berbeda
dengan lansia. Setelah pengesetan itu, perawat juga harus mengetahui bagaimana
cara penyapihan #secara perlahan penggunaan *entilasi mekanik dikurangi
#penurunan *ariabel'. (#m"&$-"r, 2001 : 658 - 659)
Gam#a& >. T$&am-)% *a%am P$n00unaan A%a(
". P$n+$0ahan In/$'s)
"ari hasil analisa jurnal diatas dinyatakan bahwa terdapat beberapa kelemahan
penggunaan *entilasi mekanik in*asif yang secara perlahan dapat menimbulkan
kematian pada pasien lansia, misalnya terjadi sumbatan pipa endotrakea oleh
sekret, dimana timbunan sekret tersebut dapat menjadi media yang sesuai untuk
pertumbuhan agen infeksius yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi paru - paru
pada lansia. "aya tahan tubuh lansia yang menurun sebagai dampak dari proses
penuaan akan memperkecil kemungkinan lansia untuk dapat bertahan dari infeksi
yang dialaminya. +leh sebab itu, dalam manajemen pasien lansia di -./ terlebih
pada pasien dengan dukungan *entilasi mekanik in*asif, upaya pencegahan infeksi
harus dilakukan secara optimal. !eberapa diantaranya, yaitu <
P$n00unaan S(an*a& P&$+au(),n
,etika akan melakukan perawatan pada pasien lansia, perawat hendaknya
selalu menggunakan alat pelindung diri, misalnya sarung tangan dan masker.
Hal ini dilakukan untuk mencegah transmisi dari perawat ke pasien, begitu
pula sebaliknya. !ila peralatan dikotori oleh materi organik seperti darah,
mukus atau pus, perawat hendaknya menggunakan masker, kacamata
pelindung dan sarung tangan / glo*es. (0o$$"r, 2005 : 949). Perawat juga
hendaknya mencuci tangan dengan cara yang benar sebelum dan sesudah
melakukan perawatan pada pasien.
$A 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
Gam#a& ?. S(an*a& P&$+au(),n un(u' P$n+$0ahan In/$'s)
K,n(&,% a(au E%)m)nas) A0$ns In/$'s)us L pembersihan, desinfeksi dan
sterilisasi yang tepat terhadap objek yang terkontaminasi secara signifikan
mengurangi dan seringkali memusnahkan mikroorganisme.
a. P$m#$&s)han
Pembersihan adalah membuang semua material asing seperti kotoran
dan materi organik dari suatu objek #?utala, (::%'. !iasanya,
pembersihan termasuk menggunakan air dan kerja mekanis dengan atau
tanpa deterjen. Pada saat objek kontak dengan material infeksius atau
berpotensi infeksius, objek menjadi terkontaminasi. 1ika objek sekali
pakai, objek tersebut dibuang. +bjek yang dapat digunakan kembali
harus dibersihkan seluruhnya bahkan didesinfeksi atau disterilisasi
sebelum digunakan kembali. (0o$$"r, 2005 : 949)
#. D$s)n/$'s) *an S($&)%)sas)
"esinfeksi menggambarkan proses yang memusnahkan banyak atau
semua mikroorganisme, dengan pengecualian spora bakteri, dari objek
yang mati #?utala, (::8'. !iasanya dilakukan dengan menggunakan
desinfektan kimia atau pasteurisasi basah #digunakan untuk peralatan
terapi pernafasan'. .ontoh desinfektan adalah alcohol, klorin,
glutaraldehid, dan fenol. Pat - =at kimia ini dapat membakar dan toksik
terhadap jaringan. Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan
seluruh mikroorganisme, termasuk spora. Penguapan dengan tekanan,
gas etilen oksida #4T+', dan kimia merupakan agen sterilisasi yang
paling umum. 0pakah suatu alat akan didesinfeksi atau disterilkan
bergantung pada derajat risiko infeksi penggunaan alat. (0o$$"r, 2005 :
949)
!#s$&1as) *an In($&1$ns) Pas)$n Lans)a ($&ha*a- R)s)', In/$'s)
a. -dentifikasi faktor risiko terjadinya infeksi, misalnya penggunaan *entilasi
mekanik, malnutrisi, usia, dan prosedur in*ansif #pemasangan akses
parenteral'
$6 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
b. +bser*asi warna / bau / karakteristik sputum. Sputum yang berwarna
kuning / hijau, berbau, serta purulen seringkali menjadi indikator adanya
infeksi
c. !ila pasien dalam keadaan sadar, bantu pasien untuk melakukan nafas
dalam dan batuk #misalnya pada pasien dengan *entilasi mekanik non-
in*asif'. !ila pasien tidak sadar, bantu untuk mengubah posisi. Hal ini
perlu dilakukan untuk mobilisasi sekret agar sekret mudah dikeluarkan
dan tidak menjadi media perkembangan patogen.
d. !atasi pengunjung untuk meminimalisasi transmisi patogen dari
lingkungan ke pasien.
e. Pantau tanda - tanda *ital pasien untuk mengidentifikasi tanda - tanda
infeksi, misalnya peningkatan suhu.
f. Bakukan kolaborasi dalam pemeriksaan kultur sputum dan pemberian
antimicrobial sesuai indikasi pada pasien lansia untuk mengidentifikasi
patogen yang menyerang dan menghambat perkembangan patogen
tersebut
3. S(a(us Nu(&)s)
1ika penyakit yang dialami lansia mengakibatkan berkurangnya kemampuan lansia
dalam menerima dan mengelola intake, maka hal ini akan berdampak pada jumlah
nutrient yang dapat digunakan sebagai sumber energi dalam tubuhnya. 0supan protein
yang tidak adekuat akan membuat kecepatan pemecahan protein melebihi sintesis
pada jaringan. Pengurangan asupan protein dan nutrient lain seperti karbohidrat dan
lemak akan menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi dan menghambat
penyembuhan pasien. (0o$$"r, 2005 : 94)
7. P$n*$'a(an Ps)',%,0)s *an Su--,&( S)s($m
"alam hal ini peran perawat adalah untuk memaksimalkan fungsi support sistem
yang ada dengan memberikan dukungan dan tambahan informasi kepada keluarga
ataupun kelompok pendukung yang dapat memberikan dukungan keberhasilan
pengobatan dan perawatan yang lebih baik pada pasien dengan penggunaan *entilator
mekanik. ,arena dukungan keluarga bagi pasien merupakan faktor yang sangat
penting.
"ukungan keluarga menurut .riedman #(::@' sangatlah penting, karena
keluarga merupakan bagian dari pasien yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan
apalagi pada pasien lansia yang relatif ingin diperhatikan. Pasien akan merasa senang
dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena
dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuuk menghadapi
atau mengelola penyakitnya dengan lebih baik, serta mau menuruti saran - saran yang
diberikan oleh keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya. "ukungan keluarga
juga akan mengurangi ketakutan dan kegelisahan pada pasien lansia yang
menggunakan dukungan *entilasi mekanik (6khor"go7o, 2006 : 8).
Selain itu, ketika pasien lansia dalam kondisi terancam jiwanya, anggota
keluarga perlu diberikan informasi sesegera mungkin. !eri tahu keluarga tentang
kondisi pasien sekarang. !ila pasien menjelang ajal, coba untuk memberikan keluarga
$@ 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
suatu gambaran 2kemungkinan5 tentang apa yang akan terjadi. !ila keluarga tidak boleh
masuk ke dalam ruangan pasien, buat mereka nyaman dalam ruang tunggu, dan
berikan mereka informasi tentang pasien sesering mungkin dan sesegera mungkin.
!erikan kesempatan pada salah satu anggota keluarga untuk melihat pasien bila ia
menginginkannya, tetapi jelaskan apa yang akan dilihatnya (89:, 2005 : 1'2).
9. P$n*$'a(an S-)&)(ua%
"ari hasil analisa jurnal di atas juga disebutkan bahwa pasien lansia dengan
*entilasi mekanik in*asif yang dirawat di -./ memiliki prognosis kematian yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien dengan dukungan *entilasi mekanik nonin*asif.
,ematian memang merupakan salah satu bagian dari kehidupan. Hamun, seringkali
pasien dan keluarga tidak dapat menerima proses tersebut sebagai hal yang wajar dan
akan dialami oleh semua orang. /ntuk mengatasi hal tersebut, perawat hendaknya
mampu untuk melakukan pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual bagi
pasien dan keluarganya.sehingga nantinya dapat memberikan ketenangan, serta pasien
dan keluarga dapat lebih ikhlas menerima kemungkinan terjadinya kematian dengan
menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. !eberapa hal yang dapat
dilakukan, antara lain <
Pendampingan pasien oleh caregi*er #misalnya < keluarga', apalagi pada masa -
masa kritis. Hamun, pendampingan hendaknya disesuaikan dengan kondisi di
ruangan #misalnya < di dalam ruang perawatan -./, pasien hanya boleh
didampingi oleh ( orang'
emberikan kesempatan kepada keluarga untuk memenuhi kebutuhan spiritual /
ibadah pada pasien, misalnya dengan membacakan doa
emfasilitasi pasien untuk dikunjungi oleh pemuka agama #sesuai dengan
keinginan pasien dan keluarganya'
engkaji latar belakang suku, agama, dan ras pada masing - masing pasien
karena hal ini akan berdampak pada pendekatan religius dan pemberian
inter*ensi yang akan dilakukan
engkaji koping yang dilakukan oleh klien #pasien dan keluarga', koping disini
dapat dibagi menjadi 6 koping religius yang adaptif #misalnya < pasien dan
keluarga meyakini bahwa Tuhan selalu menyayangi dan mendampingi mereka,
pasien dan keluarga juga meyakini bahwa Tuhan tidak akan pernah memberikan
cobaan melebihi kemampuan umatHya', serta 6 koping indi*idu yang maladaptif
#misalnya < pasien / keluarga mengeluh mengapa Tuhan memberikan cobaan ini,
atau menyatakan bahwa Tuhan tidak memperhatikan mereka'. Penilaian koping
religius ini diukur menggunakan Bikert Scale dengan & kelompok poin, % I tidak
sama sekali hingga ) I penerimaan yang baik ((i&sso/, 2009 : 1144)
>. E*u+a(,&
Pendidikan terhadap pasien merupakan salah satu tanggung jawab yang penting
oleh perawat yang dilakukan pada semua setting pengembangan program perawatan
pasien, termasuk perawatan di ruang intensif. Pendidikan ini juga penting untuk
$: 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
kelanjutan perawatan atau program pengobatan dari ?S ke rumah pasien. "imana
dengan adanya pemberian pendidikan ini diharapkan dapat mengurangi pembiayaan
untuk kesehatan, meningkatkan kualitas perawatan yang diperoleh oleh pasien, dan
membantu pasien untuk mencapai kesehatan optimal serta peningkatan kemandirian
pasien. "ukungan pendidikan yang nantinya disampaikan kepada pasien hendaknya
sesuai dengan keadaan psikososial pasien, spiritual dan nilai budaya, sehingga sesuai
dengan kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam proses perawatan yang
dilaksanakan. (0o$$"r, 2005 : 449 - 450).
isalnya pada pasien lansia yang berhasil melewati masa - masa kritisnya dan
mulai menunjukkan perbaikan kerja pernafasan yang memungkinkan pasien untuk tidak
menggunakan *entilasi mekanik lagi, pasien dapat diajarkan untuk latihan nafas dalam
dan batuk efektif untuk membantu pengeluaran sekret serta pasien dapat dibantu dan
didukung agar tidak 2manja5 dan dapat melakukan pernafasan spontan dengan optimal
sebagai persiapan untuk pemindahan ke ruang perawatan biasa ataupun ke rumah.
.
BAB III
PENUTUP
.1 KESIMPULAN
(. 0ngka kematian pasien lanjut usia di -./ dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain < usia, penggunaan *entilasi mekanik in*asif, tingkat penurunan fisiologi
)% 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
akut, tingkat keparahan saat penerimaan, serta rentang waktu perawatan di rumah
sakit dan -./.
$. ,ematian lansia di -./ sebagian besar terjadi pada kelompok dengan rentang
usia A8 -6& tahun #):9' dan E 68 tahun #&$9'
). ;aktor usia sangat berhubungan dengan kematian pada pasien lansia dengan
*entilasi mekanik in*asif. Penggunaan *entilasi mekanik in*asif merupakan faktor yang
berpengaruh paling signifikan terhadap kematian pada lansia di -./ dibandingkan
dengan *ariabel lainnya.
&. ,ematian yang terjadi pada pasien lansia yang dirawat di -./ dengan *entilasi
mekanik in*asif dapat terjadi karena dampak dari proses penuaan terhadap sistem
pernafasan, kardio*askuler, dan imunitas.
8. Penurunan imunitas pada lansia menyebabkan lansia rentan mengalami infeksi,
sehingga penggunaan *entilasi mekanik in*asif pada lansia dapat menimbulkan risiko
infeksi tambahan pada lansia, misalnya infeksi paru - paru.
A. -mplikasi keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien lansia dngan
dukungan *entilasi mekanik di -./, antara lain < caring #perhatian perawat pada pasien
harus lebih dioptimalkan lagi', manajer kasus #keahlian perawat dalam melakukan
pengkajian baik bio-psiko-sosial-spiritualnya', keterampilan perawat dalam
menggunakan alat harus lebih ditingkatkan melalui pelatihan - pelatihan, pencegahan
infeksi, pemberian nutrisi yang sesuai, dukungan psikologis, dukungan spiritual, dan
support system dari keluarga terhadap pasien, dan fungsi perawat sebagai educator
harus lebih ditingkatkan.
.2 SARAN
(. Penggunaan prosedur in*asif seperti penggunaan *entilasi mekanik maupun prosedur
lainnya harus dipertimbangkan dengan baik khususnya pada pasien dengan lanjut
usia.
$. Setiap melakukan perawatan kepada pasien, baik sebelum maupun sesudah
perawatan, tenaga kesehatan dan keluarga pasien sebaiknya selalu mencuci tangan
dengan bersih dan dengan cara yang benar untuk mencegah terjadinya infeksi,
khususnya pada pada pasien lansia yang fungsi imunitasnya telah menurun.
). Perawat hendaknya selalu meningkatkan kualitas diri, salah satunya dengan
meningkatkan kemampuan dan penguasaan alat - alat secara optimal untuk
mendukung keberhasilan pengobatan pasien.
&. Penelitian ini hendaknya dilanjutkan dan lebih dikembangkan, karena pada jurnal ini
tidak mencantumkan lebih jauh hubungan kematian di rumah sakit #khususnya di ruang
-./' terhadap faktor - faktor lain, selain penggunaan *entilasi mekanik in*asif.
8. Hasil penelitian ini hendaknya dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk pengembangan
penatalaksanaan perawatan pasien terutama pada kelompok lanjut usia yang
mendapatkan tindakan in*asif.
)( 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
A. Hasil penelitian ini sebaiknya dipublikasikan lebih lanjut melalui media - media tertulis
maupun internet sehingga informasi ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi
masyarakat umum.
)$ 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
DA4TAR PUSTAKA
(. !eare, Stanley. $%%A. 'uku A/ar 0epera,atan 1erontik 2disi 34 1akarta < 47.
$. .lemen, Susan. $%%$. Comphrehensive Community 5ealth 6ursing .amily+ Aggregatte+
7 Community Practice 8th 2d. /S0 < osby -nc.
). 4khoregowo, $%%A. 'ab II )in/auan Pustaka. #online',
#http<//digilib.unimus.ac.id/files/disk(/(%A/jtptunimus-gdl-ekhoregowo-8$@A-)-bab$.pdf',
diakses tanggal $ Ho*ember $%(%
&. ;arfel, et al. $%%:. Age+ Invasive 9entilatory Support+ and Outcomes in 2lderly Patients
Admitted to Intensive Care :nits4 (online*+
(http<//ageing.oOfordjournals.org/content/)@/8/8(8.full.pdf', diakses tanggal )( +ktober
$%(%
8. ;atmah, $%%A. ?espons -munitas yang ?endah Pada Tubuh anusia /sia Banjut.
#online', #http<//journal.ui.ac.id/upload/artikel/%6Q;atmahQ-munitasQre*isi.P";', diakses
tanggal 8 Ho*ember $%(%'
A. ,ushariyadi. $%(%. Asuhan 0epera,atan Pada 0lien Lan/ut :sia. 1akarta < Salemba
edika
6. aryam, dkk. $%%@. ;engenal :sia Lan/ut dan Pera,atannya. Salemba edika <
1akarta
@. ubarak, dkk. $%%:. Ilmu 0epera,atan 0omunitas 0onsep dan Aplikasi 'uku 3.
Salemba edika < 1akarta
:. Hugroho, Kahjudi. $%%%. 0epera,atan 1erontik. 1akarta < 47.
(%. Pierce. (::8. 1uide to ;echanical 9entilation and Intensive (espiratory Care.
Philadelphia < K.!.Saunders .ompany
((. Price, Kilson. $%%8. Patofisiologi 0onsep 0linis Proses < Proses Penyakit+ 2disi 8+
9olume 34 1akarta < 47.
($. Potter, Perry. $%%8. .undamental of 6ursing 8th 2dition. /S0 < osby 4lse*ier
(). Hilsson, et al. $%%:. ?eligious .oping and /se of -ntensi*e Bife - Prolonging .are Hear
"eath in Patients Kith 0d*anced .ancer. #online', #http<//jama.ama-
assn.org/cgi/content/full/)%(/((/((&%', diakses tanggal $: +ktober $%(%
(&. Smelt=er, Su=ane .. $%%(. 'uku A/ar 0epera,atan ;edikal 'edah 'runner 7
Suddarth - 2disi %. 1akarta< 47.
(8. Stockslager, Bi=. $%%6. 'uku Saku Asuhan 0epera,atan 1eriatrik 2disi 34 1akarta <
47.
(A. Sudoyo, dkk. $%%A. 'uku A/ar Ilmu Penyakit Dalam Ilid I+ 2disi =. 1akarta < "epartemen
-lmu Penyakit "alam ;,/-
(6. Tanjung, "udut. $%%). Asuhan 0epera,atan 0lien dengan 9entilasi ;ekanik4 (online*,
#http<//repository.usu.ac.id/bitstream/($)&8A6@:/)A%%/(/keperawatan-dudut.pdf',
diakses tanggal ( Ho*ember $%(%
(@. ?ogayah, dkk. $%%:. 9entilasi 6on<Invasif (6on<Invassive 9entilation > 6I9*4 (online*+
#www.jurnalrespirologi.org/jurnal-juli$%%:/referat9$%H-39$%majalah9$%%:re*.pdf'+
diakses tanggal ( Ho*ember $%(%
)) 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8
MATA AJAR KEPERAWATAN INTENSIF 2010
(:. KH+. $%%8. Pedoman Pera,atan Pasien4 (online*, #http<//whClibdoc.who.int/wpro/(::&-
::/:6:&&@6)@&Qind.pdf', diakses tanggal ) Ho*ember $%(%
)& 0nalisis 1urnal 20ge, -n*asi*e 3entilatory Support, and +utcomes in 4lderly Patients
0dmitted to -ntensi*e .are /nits5, PS-, Semester 6, S7" 8

Anda mungkin juga menyukai