Muatan yang diangkut didalam kapal dikemas dalam berbagai bentuk. Bentuk kemasan ini merupakan bentuk dari unit penjualan barang. Yang dimaksud unit penjualan adalah ukuran kemasan pada saat akan dibeli oleh penerima barang. Secara garis besar bentuk kemasan muatan dapat dibedakan dalam 4 kelompok besar yaitu General cargo, Neo bulk (PetiKemas/Container) dan muatan curah kering (Dry Bulk Cargo) dan muatan curah cair (liquid bulk cargo). Type kemasan barang mempengaruhi type kapal yang mengangkut dan selanjutnya mempengaruhi type terminal dan fasilitas lain yang harus disediakan.
A. General Cargo dapat dibagi menjadi 2 grup yaitu a. Muatan Break Bulk (= Break Bulk Cargo atau general cargo) berupa muatan yang dikemas berbentuk kotak, karung (goni), kantung/zak, drum, kemasan buah-buahan dan daging yang didinginkan. Bentuk kemasan ini menentukan keseluruhan proses operasional di terminal mulai dari cara pengangkutan ke dalam kapal dan juga menentukan jenis kapal yang sesuai. Muatan Break bulk yang konvensional cara pengangkatannya menggunakan tali, hook, dan pallet, biasanya diderek menggunakan crane kapal (ships gear), gambar 2.1. Sedangkan bila kapal tidak mempunyai crane dan pelabuhan tidak mempunyai peralatan modern, maka pengangkutan dilakukan satu per satu menggunakan tenaga manusia. Pada sistem yang modern bila kapal tidak memiliki crane dapat digunakan semacam sistem belt conveyor. Type kemasan muatan break bulk lain berupa tanpa pengepakan muatan seperti baja batangan atau gelondongan, plat, tulangan dan kabel, kayu dan kayu gergajian yang diangkut dengan tali dan hook, sedang untuk pengaturan didaratnya membutuhkan peralatan forklift. 33
Pada sistem kemasan general cargo konvensional ini terjadi tingkat efisiensi pengangkutan yang realtif rendah dan tingkat kerusakan barang relatif tinggi, sebagai contoh produktivitas angkutan per gang atau kelompok buruh pelabuhan terdiri 4 8 orang mencapai rata-rata 13 ton/gang/jam (t/g/j) di Indonesia dan 16 t/g/j di Singapura dan kerusakan mencapai 5 10 % dari total muatan.
Gambar 2.1 Muatan General Cargo Konvensional
Untuk itu dicari alternatif sistem pengangkutan yang lebih memenuhi syarat dan diperkenalkan sistem pallet. Pallet dapat terbuat dari kayu atau plastik atau saat ini ada yang dari karton. Pallet kayu paling banyak digunakan dengan ukuran bermacam-macam tetapi yang sesuai standard ISO adalah 0,8 m * 1,2 m dengan kapasitas angkut 1 ton, umur dari pallet sekitar 6 bulan. Berat dari 1 bundel (piece) kemasan dibatasi oleh kapasitas daya angkut maksimum dari crane yang ada di darat ataupun crane kapal, lihat gambar 2.2.
Selanjutnya untuk memudahkan dan mempercepat proses pengangkatan muatan ini diperkenalkan metode Unit Load Concept (ULC). ULC ini berkembang sejalan dengan pengenalan pemakaian Pallet, gambar 2.3. Pengangkatan muatan dapat tetap dikombinasi menggunakan palet dan ULC untuk memudahkan kerja sling baik pada crane dermaga maupun crane/ derek di kapal. Type kemasan ini memberi keuntungan dengan mengurangi proses urutan kegiatan bongkar/muat dan mengurangi tenaga kerja, sehingga hal ini juga mengurangi waktu bertambat kapal di dermaga dan pada akhirnya mengurangi keseluruhan waktu dari kapal di pelabuhan. Hal ini bermula dari keadaan setelah perang dunia ke II dimana perekonomian mulai tumbuh lagi, maka beberapa pelabuhan di dunia mulai mengalami adanya antrian yang panjang dari kapal-kapal yang akan 34
bongkar/muat, maka dicari solusi untuk mengatasinya dan sejak itu diperkenalkan penggunaan kapal mass break bulk. Sistem ini pada prinsipnya mendorong agar dilakukan penggunaan kapal berbeda-beda dan khusus untuk masing-masing jenis muatan, tetapi menggabungkan (integrasi) dari berbagai jaringan transportasi yang berbeda atau disebut juga sistem differentiation and integration. Dengan metode ULC ini waktu yang dibutuhkan berkurang minimum 10 %.
Gambar 2.2 Sistem Pallet
Jadi ULC adalah proses pengangkutan muatan dari beberapa kemasan diikat menjadi satu unit, yang dapat ditangani dengan alat angkut muatan konvensional, misal crane darat, dan forklift. Jelas sekali bahwa adanya ULC ini dapat menghemat waktu untuk bongkar/muat dan tidak dibutuhkan investasi peralatan baru. Produktivitas dengan metode ULC mencapai 4 kali lipat dari penggunaan palet dan dapat mencapai ratusan kali lipat dibanding metode kemasan tunggal per karung atau sak. Contoh dari ULC adalah Palletized Cargo (muatan dipaletisasi), Pre-slung cargo, Pre-strapped cargo (beberapa drum yang diikat jadi satu diatas pallet), Shrink wrapping dari muatan ( mengemas pallet dengan muatan dengan plastic foil yang bisa mengkerut dan mengikat erat pada muatan 35
dapat dilakukan dengan pemanasan atau sekedar ditarik kencang, hal ini dapat mencegah muatan dari pengaruh cuaca atau kerusakan lain selama diangkut)dan ikut bersama muatan dalam kapal sampai pelabuhan tujuan dan bisa dimanfaatkan di pelabuhan tersebut untuk muatan berikutnya. Jadi pengiriman tiang pancang dilakukan melalui terminal general cargo, demikian juga aspal dalam drum, dan beras dalam karung.
Shrink-wrapped cargo Preslung cargo
Prestrapped cargo
Gambar 2.3. Kemasan sistem ULC
b. Mass Break Bulk Cargo Merupakan kemasan untuk angkutan muatan utuh dengan ukuran besar dan berat. Jenis muatan ini membutuhkan diangkut dalam keadaan lengkap (built up) diantaranya meliputi: mobil, gerbong KA, trailer, crane, blok mesin, dan muatan blok lain yang sangat berat. Metode angkutan secara horizontal terutama diterapkan untuk muatan berat dan muatan kendaraan yang mempunyai roda. Dan seringkali jenis kapal angkutnya dan sistem bongkar/muat harus dilakukan dengan prosedur tertentu.
36
B. Neo Bulk (Peti kemas ) Peti kemas sering juga dalam beberapa literatur dikelompokkan sebagai general cargo type baru. Jenis kemasan ini saat ini mendominasi muatan di berbagai pelabuhan berupa muatan yang dimasukkan dalam kotak kuat dari baja atau aluminium dengan ukuran sebagai berikut : 1 TEU(=twenty equivalent unit) = tinggi 8 ft ( = 2,44 m); lebar 8 ft; panjang 20 ft (6,10 m) dengan kapasitas angkut maximum 20 ton. Diluar itu banyak terdapat variasi ukuran peti kemas dan juga variasi bentuknya, khususnya variasi panjang ada yang 35 ft dan 40 ft (= 2 TEU), lebarpun ada yang 8,5 ft (2,59 m), periksa Gambar 2.4 dan 2.5. Peralatan dan sistem bongkar/muat Neo Bulk berbeda dengan sistem ULC, dan tidak dapat dilakukan dengan angkutan menggunakan tenaga manusia saja melainkan butuh peralatan. Disamping itu metode pengangkatannya tidak harus secara vertikal dari darat keatas kapal tetapi bisa juga secara horizontal yaitu diangkut diatas kendaraan dan berjalan menggelinding keluar kapal.
C. Dry Bulk Cargo (muatan Curah Kering) Yaitu muatan tidak dikemas berupa bubuk atau butiran dalam jumlah besar dan dari barang yang sejenis. Misal : Bubuk Semen yang tidak dikemas dalam Sak, Batu bara, Bijih besi, Sulfur, periksa Gambar 2.6 dan 2.7.
Gambar 2.7 Terminal Curah Batubara di Pelabuhan Hongkong
D. Liquid Bulk Cargo (muatan Curah Cair) Yaitu muatan tidak dikemas dari bahan sejenis yang berbentuk cairan atau gas cair dan dalam jumlah besar. Misal : BBM, LNG, dan beberapa zat kimia cair lain. Penanganan bongkar/muat muatan curah dapat dilakukan diantaranya dengan peralatannya pompa yang dapat menghisap secara menerus atau kontinyu (suction crane) baik terhadap bahan kering, basah, maupun bentuk bubur yang diperoleh dengan mencampur bahan dengan air lalu dialirkan dengan tekanan. Metode angkutan lain menggunakan kombinasi grab dan sistem conveyer pada penanganan muatan Curah kering.
2.2. Prosedur Pengiriman dan Penerimaan Barang Pada prinsipnya prosedur pengiriman barang melibatkan 3 pihak yaitu Pengirim atau pemilik barang (shipper), Pengangkut barang dan pihak Penerima barang (consignee). Pada posisi shipper barang harus terutama harus memenuhi syarat sebagai jenis barang yang boleh dimuat atau dieksport serta urusan surat-menyuratnya selesai. Sedang pada pihak consignee terutama harus lolos dari aspek legalitas barang, dan perpajakan atau Bea Masuk barang. 29
Sedang proses penanganan muatan tergantung jenis muatan dan jenis kapal pengangkut. Secara garis besar terdapat 2 sistem bongkar/muat yaitu dengan tenaga manusia atau manual dan dengan peralatan mekanis. Pada sistem mekanis dengan crane dilakukan secara vertikal atau disebut Lo-lo (Lift on Lift off atau load on load off); dan secara horizontal atau Ro-ro (Roll on- Roll off). Pada angkutan general cargo umumnya menggunakan sistem manual sedang bongkar/muat petikemas dengan peralatan lihat Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Diagram pelayanan Muatan general cargo (kiri) dan Petikemas (kanan)
2.3. Prosedur Penangan Kapal Beberapa fasilitas fisik yang diperlukan untuk operasional kapal di pelabuhan yaitu pada saat kapal akan masuk dan akan keluar, dan akan serta pada saat bersandar. Fasilitas ini keseluruhannya berupa alur pelayaran yang dibagi-bagi dengan istilah berbeda sesuai fungsinya. I. Alur navigasi ke Pelabuhan II. Anchorage (Lego Jangkar) merupakan areal di sekitar pintu masuk atau di dalam kolam pelabuhan untuk kapal menunggu sebelum dapat masuk ke pelabuhan atau ke dermaga tertentu. III. Posisi Pintu masuk dengan lebar W. 30
IV. Alur masuk/keluar (Entrance Channel) yaitu alur navigasi untuk keluar atau masuknya kapal, dan kolam putar ( turning basin) untuk tempat berputar kapal biasa disebut juga sebagai kolam pelabuhan. V. Lokasi kapal bertambat berada di kolam dermaga. Ukuran dari masing-masing fasilitas ini bergantung pada karakteristik kapal yang akan menggunakan dan kondisi lingkungan perairannya, lihat gambar 2.9.
Gambar 2.9. Prosedur kapal masuk ke pelabuhan
2.4. Karakteristik Kapal Karakteristik kapal mencakup ukuran baik berat maupun dimensinya, karakteristik mesin dan arsitektur kapal yang lain. Dan tonnage = tonase kapal = kapasitas berat barang yang dapat diangkut kapal. Secara lebih rinci 1 tonase kapal ini berdasar Tonnage Measurement convention of 1969 =100 ft 3 volume air = 2,83 m 3 volume air = 2,83 ton dan dipilah-pilah menjadi : - BRT - Bruto (Gross) Registered Tonnage - NRT - Nett Registered Tonnage - DWT - Dead Weight Tonnage 31
Hubungan antara ketiga parameter diatas tidak tetap dan sangat tergantung terutama pada jenis muatan kapal, namun untuk sekedar pendekatan dapat digunakan rumusan sebagai berikut . - Kapal General Cargo : DWT = 1,5 x BRT = 2,5 x NRT - Kapal Tanker Besar : DWT = 2,0 x BRT = 2,6 x NRT
Definisi daripada tonnage diatas adalah : - BRT : Brutto Registered Tonnage adalah total volume seluruh ruang yang ada diatas dan dibawah dek kapal. BRT atau GRT (=Gross Registered Tonnage) ini di ekspresikan dalam satuan unit tonnage biasanya digunakan sebagai dasar untuk menentukan tarif masuk pelabuhan. - NRT : Nett Registered Tonnage adalah total volume ruang yang digunakan untuk menyimpan barang (cargo), atau setara dengan GRT dikurangi ruang akomodasi awak kapal, workshop, ruang mesin, ruang kemudi, ruang chart, ruang radio dan ruang-ruang khusus lain diatas dek. - DWT : Dead Weight Tonnage adalah muatan terbanyak yang dapat dimasukkan ke dalam kapal sehingga timbul perbedaan tenggelamnya kapal dari posisi garis air keadaan kosong dan keadaan isi dimana : - Keadaan kapal kosong (empty) adalah massa dari tubuh kapal, mesin, peralatan untuk pengoperasian normal dan air balast. - Keadaan isi adalah massa kapal dalam keadaan terisi penuh oleh muatan, awak kapal, logistik, bahan bakar dll. Terisi penuh berarti bahwa kapal terbenam sampai batas garis summer draughtnya (lihat : Plimsoll mark). - Jadi DWT menunjukkan massa dari muatan, bahan bakar, crew, penumpang, air tawar, perbekalan dan sebagainya yang dapat dimasukkan dalam kapal sehingga kapal tenggelam sampai garis plimsoll mark. Displacement tonnage merupakan tonase kapal yang disajikan dalam satuan longton atau metricton (= m ton = MT), jadi kapal dengan DWT = 2.000 memiliki displacement tonnage = 2.000 *2,8 ton = 5.600 MT. Untuk kapal kapal khusus, kapasitas angkutnya tidak hanya ditunjukkan dalam BRT, NRT atau DWT, tapi bisa juga dengan unit-unit lain yang khusus digunakan untuk kapal tersebut. Dalam terminologi pengiriman barang satuan unit yang sering digunakan adalah sebgai berikut : Metricton (t=1000 kg) Long ton (lts=1016 kg) Short ton (sts= 907 kg) 32
Port ton digunakan untuk menentukan bea pelabuhan dimana sama dengan 1 m 3 apabila berat jenis dari pada cargo adalah lebih kecil dari 1 t/m 3 dan sama dengan 1 ton apabila berat jenis dari pada cargo lebih besar 1 t/m 3 .
Contoh dari penggunaan unit yang baru tersebut adalah sebagai berikut : - TEU: Kapasitas ini digunakan untuk menunjukkan kapasitas untuk penyimpanan countainer diatas kapal. TEU adalah singkatan dari Twenty Foot Equivalent Unit, yang merupakan ukuran ruang yang digunakan untuk countainer Standard dengan dimensi : panjang = 20 feet = 6,03 m tinggi = 8 feet = 2,44 m dan lebar = 8 feet = 2,44 m dengan demikian volumenya = 36,2 m 3
- m 3 : Kapasitas angkut dari kapal kapal tanker minyak dan gas cair biasanya ditunjukkan dalam satuan unit m 3 . - m : Dimensi ini sering digunakan untuk kapal ro-ro, yang menunjukkan 2,50 m yang tersedia diatas kapal. Satuan unitnya adalah m panjang. Karakteristik kapal yg lain adalah ukuran kapal yang meliputi : Ukuran arah Vertikal dan arah Horisontal. Disamping itu kapal juga bergerak akibat perjalanan kapal, gelombang, arus dan angin dalam 3 dimensi dibedakan menjadi gerakan translasi (translation) dan rotasi (rotation), lihat gambar 2.10. Gerakan translasi mengasilkan heave (vertikal), sway (kiri/kanan) dan surge (maju/ mundur). Gerakan rotasi menghasilkan yaw (melintir arah panjang dan lebar), pitch (menekuk arah panjang), rol (memuntir arah penampang). Pengerian adanya gerakan diperlukan untuk perencanaan fasilitas alur.
1. Arah Vertikal yang penting berupa DRAUGHT kapal Draught atau draft (=D) dari pada kapal adalah jarak maximum (dalam meter) antara garis air dan keel (dasar) daripada kapal (lihat gambar 2.10). Dan free board tetap (f) merupakan tinggi bagian kapal diatas garis air jadi saat kapal kosong menghasil f lebih tinggi dibanding saat kapal penuh. Besaran F standard dihitung dari posisi garis plimsoll mark. Draught maximum dari kapal ditunjukkan dengan suatu tanda yang disebut : Plimsol mark (lihat gambar 2.10) Tanda ini terdiri atas sebuah lingkaran dari garis horisontal dengan dua huruf di kedua sisi lingkaran. Huruf tersebut menunjukkan penanggung jawab dari plimsol Mark yang biasanya adalah perusahaan-perusahaan asuransi yang menanggung kapal tersebut. Huruf- huruf yang biasanya terdapat pada tanda tersebut adalah: - LR : Lloyd Register (Inggris) 33
- BV : Burean Register (Perancis) dan - AB : American Burean of Shipping (Amerika) Draught dari kapal ini dipengaruhi oleh densitas air dimana kapal tersebut berlayar (gaya tekanan keatas). Oleh karena densitas air selalu berubah-ubah sepanjang tahun dan tergantung letaknya di bumi, misal di sungai Tropis atau di daerah Atlantik akan menyebabkan kapal timbul atau lebih tenggelam. - TF = Tropical Fresh water (air tawar di daerah tropis - F = Fresh water (air tawar) - T = Tropical Salt Water (Air laut di daerah tropis) - S = Summer salt Water (air laut musim panas) - W = Winter salt Water ( air laut musim dingin) - MNA = Winter Salt Water on North Atlantic (air laut musim dingin di Laut Atlantik Utara) Draft maksimum ini diijinkan berkaitan dengan keamanan pelayaran kapal. Dan Penulisannya dicat pada kedua sisi badan kapal umumnya didaerah buritan, atau di tengah-tengah badan kapal dalam satuan meter atau feet.
Sisi-sisi kapal diberi sebutan berbeda, port side (sisi kapal untuk merapat ke dermaga), star board side (sisi kapal yang mengahadap ke laut), Bow (=buritan = bagian depan arah laju kapal), stern (haluan = bagian belakang tempat rudder untuk kemudi kapal).
2. Arah Horisontal berupa : Panjang, dan Lebar kapal Panjang kapal ditunjukkan dengan 2 cara yaitu LOA dan LBP. LOA = Length of Overall adalah jarak horisontal antara garis sumbu bagian kapal terdepan dengan bagian kapal paling belakang LBP (Length Between Perpendicular) = jarak antara titik perpotongan garis air dengan posisi buritan kapal dengan sumbu rudder (bilah kemudi) pada posisi Summer salt water. LWL (load waterline length) adalah panjang kapal yang terendam air.
Lebar kapal adalah jarak terjauh antara dua sisi kapal. Lebar kapal ini ukurannya terpengaruh lebar dari rute kapal, misal kapal yang melewati terusan Panama dan Suez maka lebar kapal maksimum selebar terusan Panama dan Suez. Ukuran alur pelayaran yang akan dilewati kapal seringkali memiliki batasan, terutama pada alur buatan untuk memperpendek jarak atau alur shortcut berupa terusan (canal). Terusan Panama untuk rute dari Asia Timur ke Amerika Timur atau Eropa memiliki lebar dan kedalaman terbatas, sehingga ukurannya harus menyesuaikan dengan lebar terusan Panama yaitu 32,1 m atau disebut kapal Panamax size. 34
Terusan panama di negara Panama mempengaruhi kapal yang melewati karena ruang dari lock memiliki ukuran lebar 110 ft (33,53 m) dan panjang 1.050 ft (320,04 m) long, dan kedalaman 85 ft (25.91 m). Hambatan juga terjadi sepanjang terusan ini yaitu kedalaman dasar kanal di beberapa tempat diantaranya Pedro Miguel Locks sedalam 41.2 ft (12.56 m) dan tinggi ruang bebas dibawah jembatan Americas at Balboa is the limiting factor on a vessel's overall height. Ukuran kapal yang dapat memasuki terusan dibatasi: lebar maksimum 32,31 m (dikenal sebagai kapal Panamax size), dan tinggi freeboard maksimum 190 ft (57,91 m).
Terusan suez menghubungkan laut mediterania dengan laut merah (Red sea) sepanjang 193,30 km (120,11 mil), kedalaman 24 m (79 ft), dan lebar 205 meter (673 ft) untuk sudetan jalur dari Eropa ke Asia supaya tidak memutari benua afrika. Typikal deadweight dari kapal Suezmax sekitar 150,000 dengan lebar 46 m (150,9 ft). Tinggi freeboard maximum dibatasi 68 m (223,1 ft), jembatan yang melintas di atas terusan ini. Otoritas Suez Canal menerbitkan tabel lebar dan draft kapal yang dapat masuk kanal dengan draft kapal maksimum 18,9 m (62,0 ft) untuk kapal lebar maksimum 50,0 m (164,0 ft) atau draft 12,2 m (40,0 ft) dengan lebar maximum 77,5 m (254 ft).
Karakteristik kapal yang lain adalah adanya mesin penggerak (propultion engine) dan sistem manuver kapal. (lihat gambar 2.11). Mesin penggerak kapal berada di ruang (palka) khusus untuk mesin dan berfungsi menggerak kapal untuk maju atau mundur. Jenis mesin penggerak diberi kode berdasar bahan bakar dan sistem menggerakan mesinnya sebagai berikut: SR : Steam reciprocating engine (mesin uap dengan bahan bakar batu bara atau kayu) ST : Steam Reaction Turbin (turbin uap) TE : Electronic propulsion M : Diesel Engine GT : Gas Turbine NR : Nuclear Reactor Sebagian kapal (90 %) menggunakan sistem disel (M). 35
Gambar 2.10 Dimensi kapal 36
Gambar 2.11 Mesin Kapal
Sedangkan tenaga yg dikeluarkan oleh perputaran mesin ini diukur dengan satuan Horse Power (HP) atau Tenaga Kuda. Dan Posisi ruang mesin ditunjukkan dengan simbol, A = Aft = Haluan (Belakang). Untuk jumlah propeler (screw) yang jumlahnya lebih dari satu ditunjukkan dengan angka, misal : (2) berarti Propeler kembar, (3) propeler triple, (4) propeler empat.
Untuk kemampuan manuver, kapal dilengkapi dengan bilah kemudi (rudder), thruster, bulbous bow, dan stabilizer. Rudder adalah bilah kemudi yang dipasang sedemikian agar selalu terendam air. Thruster dipasang di haluan (stern) ataupun buritan (bow thruster) atau dikedua tempat untuk mempermudah manuver kapal berbelok sehingga kapal dapat merapat ke dermaga tanpa mekanisme propulsi (propeller mati). Tetapi perangkat ini hanya dapat digunakan pada kecepatan kapal dibawah 2 knot. Biasanya selalu terpasang pada kapal ferry.
Bulbous bow adalah modifikasi bentuk lengkungan bagian bow untuk efisiensi aliran sekitar badan, mengurangi hambatan dan menambah kecepatan sehingga lebih hemat bahan bakar (12% sampai 15%) dan lebih stabil, lihat gambar 2.12.
Stabillizer adalah perangkat semacam sirip yang dipasang pada sisi badan kapal dibawah permuakaan air, berfungsi mengurangi efek guling kapal akibat gelombang (rolling), lihat gambar 2.12. 37
Propeller
Thruster
Bulbous bow Rudder
Penandaan bulbous bow, dan bow thruster pada port side kapal
Gambar 2.12. Bagian penggerak kapal 38
2.5. Type Kapal Type atau perbedaan jenis kapal pada jenis muatan yang diangkut, dan karakteristik fisik dan mesinnya. Type kapal sesuai jenis muatannya secara garis besar dibagi menjadi : Kapal General Cargo, Kapal Multipurpose, kapal Container, kapal muat minyak dan gas (tanker), dan tongkang (barge). Dari beberapa jenis kapal tersebut terdapat jenis kapal lain yang merupakan modifikasi, pengembangan maupun inovasi menyesuaikan muatan dan cara pemuatan yang ada. Setelah karakteristik fisik kapal diketahui selanjutnya dibahas type kapal berdasar jenis muatan yang dapat diangkut : i. Muatan Break Bulk dapat diangkut dengan kapal General Cargo, Multi purpose, dan kapal berpendingin (reefer), kapal pengangkut mobil dan muatan berat.
Kapal General cargo untuk memuat semua jenis muatan break bulk, merupakan jenis kapal tertua. Penangan bisa dengan cara Lolo atau Roro, dan umumnya kapal dilengakapi dengan crane/derek kapal (ships gear/derrick) lihat gambar 2.13.
Gambar 2.13 Kapal General Cargo
Kapal Multi purpose merupakan kapal general cargo yang sudah dimodifikasi untuk bisa menanpung muatan petikemas, maupun bulk dan bisa pula berpendingin. Kapal ini dapat ditandai dengan bentuk yang kokoh, dan berperalatan berat, penutup palka sangat kuat, ada bulbous bow dan bow thruster, ada pintu arah pelabuhan (side loading ports) untuk pemuatan Roro, lihat gambar 2.14.
39
Gambar 2.14 Kapal Multipurpose
Kapal Reefer, biasanya kapal general cargo yang dimodifikasi untuk mengangkut buah-buahan, daging dan komoditi mudah rusak yang butuh disimpan pada suhu 30 C sampai 12 C. Kapal ini bisa ditandai denagn warna catnya putih, kecepatannya tinggi (18 25 knots) sehingga bentuknya stream line, lihat gambar 2.15.
Gambar 2.15 Kapal Reefer
Kapal Pengangkut Mobil merupakan kapal khusus yang didesain untuk mengangkut mobil baru, lihat gambar 2.16.
Gambar 2.16 Kapal Pengangkut mobil 40
Kapal Pengangkut Muatan Berat merupakan kapal khusus untuk mengangkut mautan yang sangat berat misal Blok Mesin, Peralatan Pengeboran Minyak, dsb. Sistem kerja dari kapal ini dapat dengan menganpungkan muatan sampai dekat kapal kemudian kapal ditenggelamkan sampai dibawah posisi muatan atau muatan diangkat naik ke kapal dengan crane berat, lihat gambar 2.17.
Gambar 2.17.a. Tongkang/barge pengangkut lori
Gambar 2.17.b. Kapal heavy lift
ii. Neo bulk terdiri dari kapal Container, Roro container, Roro Unit Load, Lash, Seabee, Bacat, Kapal Mobil, Kapal Berat (heavy Carrier).
Kapal Container adalah kapal untuk mengangkut khusus container dengan metode angkutan Lolo. Cara menghitung DWT kapal terhadap TEU adalah 1 DWT = 15 sampai 20 kali dari kapasitas TEU -nya. Generasi pertama (First Generation): berkapasitas 750 1100 TEU Generasi kedua (Second Generation): berkapasitas 1500 1800 TEU 41
Generasi ketiga (Third Generation): berkapasitas 2400 3000 TEU Generasi keempat (Fourth Generation): berkapasitas 4000 4500 TEU. Untuk bongkar/muat container dibutuhkan peralatan diantaranya : Portainer, Shiptainer, Straddle Carrier, Transtainer dan trailer. Peralatan dibutuhkan dalam berbagai kombinasi dan harga peralatan relatif mahal, lihat gambar 2.18.
Gambar 2.18. Kapal container
Kapal Roro Container dibangun untuk mengantisipasi adanya muatan yang tidak bisa diangkut dengan cara Lolo melainkan harus dengan Roro. Untuk itu kapal membutuhkan Ramp (jembatan) untuk memindahkan muatan dari dermaga ke kapal. Ramp ini bisa ada di kapal maupun ada di dermaga, dan ramp yang ada di kapal memberatkan kapal tetapi seringkali lebih bersifat flexibel. Terdapat beberapa jenis ramp kapal diantaranya Quarter Ramp dan Slewing Ramp yang bisa untuk dipasang miring seperempat lingkaran (45), lihat gambar 2.19.
Slewing ramp Quarter ramp
Gambar 2.19 Kapal Ro-Ro Container
42
Kapal Roro- Unit Load adalah kapal untuk mengangkut muatan diatas lori kereta api dan trailer, tidak untuk penumpang. Bentuknya hampir sama dengan ferry/kapal penyeberangan yang diutamakan untuk angkutan manusia dan kendaraan, lihat gambar 2.20.
Gambar 2.20 Kapal Ro-Ro Unit Load
Kapal LASH (Lighter Aboard Ship) merupakan kapal untuk tranportasi yang terintegrasi dengan cara muatan ditarik kedalam tongkang yang mengapung. Selanjutnya tongkang didorong atau ditarik menuju lokasi kapal LASH diparkir dan bila jumlah tongkang (=barge) masih dibawah kapasitas LASH maka tongkang diparkir dulu baru baru dimasukkan bersama kalau jmlnya sudah lengkap, lihat gambar 2.21. Kapal LASH akan tenggelam sampai kedalaman tongkang dan tongkang diangkat masuk ke kapal dengan cara kapal meringankan beratnya sehingga dasar kapal muncul ke permukaan.
Kapal Seabee prinsip kerja kapal ini sama dengan kapal LASH hanya saja pada kapal Seabee tongkang dimasukkan kedalam Seabee dengan diangkat menggunakan crane berat, lihat gambar 2.22.
Kapal BACAT (BARGE CATAMARAN) adalah kapal pengangkut barge(tongkang) yang ditempatkan pada kedua sisi palka kapal yang berbentuk Catamaran. Bagian tengah kapal diisi dengan tongkang LASH sedang yang tepi diisi tongkang khusus Bacat yg berukuran lebih kecil, lihat gambar 2.23.
43
Gambar 2.21 Kapal LASH
Gambar 2.22 Kapal Seabee
44
Gambar 2.23 Kapal BACAT 45
iii. Bulk Cargo, diangkut dengan kapal jenis Crude oil Carrier, Product tanker, Parcel Tanker, Liquid Gas Carrier, Dry bulk Carrier, OBO carrier, OCO carrier.
Crude oil carrier adalah tanker untuk mengankut minyak mentah dan ukuran kapal berkembang dari tahun ke tahun hingga mencapai 550.000 DWT pada tahun 1976 disebut sebagai Ultra Large Crude Carrier(ULCC), lihat Tabel 2.1. Kapal ini mudah ditandai dengan bentuk decknya datar, tanpa ada derek, dan penutup palka tidak ada tetapi disana terdapat manifold, pompa, stoplocks, pipa-pipa dan slang-slang kecil, lihat gambar 2.24.
Tabel 2.1 - Perkembangan ukuran kapal tanker
Gambar 2.24 Kapal Crude oil
Kapal Pembawa Produk (Product carrier) adalah kapal tanker untuk mengangkut hasil pemurnian minyak bumi atau angkutan miyak goreng dan cairan produk akhir lain, lihat gambar 2.25. 46
Gambar 2.25 Kapal product carrier dan Kapal pengangkut CPO (bawah)
Parcel Tanker adalah kapal khusus untuk mengangkut produk hasil pemurnian minyak yang berupa cairan baik parafin, minyak disel dan cairan kimia lain. Kapal ini ditandai dengan adanya banyaknya kompartmen (ruang-ruang) didalam kapal untuk menyimpan berbagai jenis muatan yg berbeda-beda, lihat gambar 2.26.
Gambar 2.26. Parcel tanker
47
Liquid Gas Carrier (Pengangkut muatan Gas Cair) adalah kapal unutk memuat gas yang bertekanan tinggi atau bertemperatur rendah atau kombinasi keduanya. Jenis produknya meliputi: LPG (Liquid Petroleum Gas) ; LNG (Liquid Natural Gas) ; dan type gas kimia lain misal amonia, ethylene, dll. LPG ditransport pada suhu - 46C atau disebut Cryogenic transport. LNG diangkut pada subu -80C, lihat gambar 2.27
Gambar 2.27 Kapal LNG
Kapal Curah direncanakan untuk mengangkut muatan curah yang sejenis dalam jumlah besar. Berbeda dengan tanker, maka pada kapal curah ini terdapat palka yang luas sehingga peralatan bongkar/muat bisa masuk kedalam palka. Ukuran kapal terbesar VLOC (Very Large Ore Carrier) adalah 350.000 DWT, lihat gambar 2.28.
Gambar 2.28 Very large ore carrier 48
OCO Carrier (Ore Crude Oil) adalah kapal untuk mengangkut muatan yang berbeda yaitu ore (bijih besi) dengan Crude oil (minyak mentah) diisikan pada palka yang berbeda-beda, sehingga kapal tidak kosong pada saat berangkat atau kembali, lihat gambar 2.29.
Gambar 2.29. Kapal kombinasi Ore Crude oil
O/O Carrier (Ore/Oil) adalah kapal yang digunakan mengangkut minyak (oil) bergantian dengan bijih besi (ore) tetapi pada waktu bergantian kapal harus dicuci lebih dulu. VLOO (very large oil/ore) ditandai dengan crane diatas deck tanker, lihat gambar 2.30.
Gambar 2.30 Kapal VLOO (very large oil/ore)
OBO Carrier (Ore Bulk Oil) merupakan kapal untuk mengangkut muatan bersamaan antara bijih besi (ore) dengan muatan curah lain dan minyak (oil), lihat gambar 2.31. 49