1. Tugas Dana Perimbangan Pusat dan Daerah Terkait dengan Otonomi Daerah UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah menyebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terkait dengan pengertian otonomi daerah dan daerah otonom, berarti bahwa masing-masing daerah mempunyai wewenang penuh ntuk mengatur daerahnya tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam undang-undang. Hal ini berarti daerah memiliki hak daerah yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur daerahnya masing-masing. Adapun hak daerah ini dituangkan dalam pasal 21 UU No.32/2004 yaitu; a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; b. memilih pimpinan daerah; c. mengelola aparatur daerah; d. mengelola kekayaan daerah; e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah; f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya g. yang berada di daerah; h. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan i. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang- undangan. Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 2
Selanjutnya selain hak daerah, ada pula yang disebut kewajiban daerah seperti yang tertuang dalam pasal 22 UU No.32/2004 yaitu; a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat; c. mengembangkan kehidupan demokrasi; d. mewujudkan keadilan dan pemerataan; e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan; f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan; g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak; h. mengembangkan sistem jaminan sosial; i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah; k. melestarikan lingkungan hidup; l. mengelola administrasi kependudukan; m. melestarikan nilai sosial budaya; n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Sehubungan dengan kedua hal di atas, dana perimbangan yang dapat dimanfaatkan oleh daerah berasal dari Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Dana ini didapatkan dari berbagai sumber seperti pajak dan sumber daya alam. Akan tetapi, perolehan dana perimbangan ini belum tidak dapat dikatakan merata untuk setiap daerah, terutama untuk perolehan dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam. Hal ini terjadi karena dana bagi hasil berarti perolehan dana yang dimanfaatkan untuk kepentingan daerah berasal dari sumber daya alam daerah tersebut, sehingga besar perolehan dana yang diberikan tergantung dari hasil sumber daya alam masing-masing daerah. Dana Alokasi Umum sendiri adalah dana yang diberikan secara merata keseluruh wilayah daerah untuk pembangunan. Dana ini dimaksudkan untuk Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 3
digunakan sebagai dana regular tahunan untuk pembangunan sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah tersebut. akan tetapi, pada kenyataannya pembagian yang merata ini belum bisa membuat pertumbuhan kesejahteraan masyarakat meningkat secara merata. Faktor jarak dan lokasi juga mempengaruhi pembangunan daerah yang terhambat. Pada umumnya pembangunan berjalan lebih lancar jika lokasi yang dipilih berada dekat dengan pusat kota atau pusat pemerintahan sehingga pembangunan benar-benar dimaksimalkan untuk memperlihatkan kesuksesan pembangunan pada semua pihak. Akan tetapi, lokasi pembangunan yang jauh dari pusat kota atau pusat pemerintahan seringkali terlupakan karena kurangnya perhatian ke lokasi yang jauh, terutama bila lokasi tersebut berada pada jarak tempuh yang sulit dengan medan yang sulit dilalui. Dinilai dari namanya, dana alokasi khusus adalah dana yang diperuntukkan untuk kegiatan pembangunan khusus yang ditentukan pemerintah terkait dengan prioritas pembangunan nasional. Adanya dana alokasi khusus dapat membantu daerah untuk mewujudkan pembangunan dengan kegiatan khusus yang dapat menjadi ciri khas daerah tersebut. Akan tetapi, adanya prioritas untuk perolehan dana ini menimbulkan persaingan antar daerah untuk mengajukan proyek/kegiatan khusus kepada pihak pemerintah pusat untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan. Seringkali, dana yang diberikan jatuh ke pihak yang tidak terlalu membutuhkan karena banyaknya permohonan dana yang masuk sehingga pemerintah pusat kesulitan menangani penentuan prioritas proyek terpilih. Masalah lain yang muncul dari pembagian dana perimbangan ini adalah ketentuan untuk menghabiskan dana tepat dalam dalam jangka waktu satu tahun. Besarnya dana yang dihabiskan pada tahun sebelumnya akan dijadikan pertimbangan untuk perolehan dana perimbangan tahun selanjutnya, sehingga daerah berlomba- lomba membangun berbagai macam fasilitas untuk menghabiskan dana perimbangan yang diberikan agar besarnya dana perimbangan yang diberikan tahun selanjutnya tidak akan mengalami pengurangan jumlah. Hal ini mengakibatkan daerah cenderung membangun fasilitas atau melaksanakan kegiatan dengan terburu-buru tanpa rencana yang matang sehingga fasilitas atau kegiatan yang dilakukan cenderung hanya Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 4
berlangsung setengah jalan atau selesai hingga akhir namun dengan hasil yang kurang memuaskan. Berbagai permasalahan ini timbul akibat berubahnya peraturan dari tahun ke tahun, sehingga pemerintah daerah kesulitan untuk menentukan sikap dalam melangsungkan pembangunan. Selain itu, kesulitan yang dialami pemerintah pusat dalam pembagian dana perimbangan juga disebabkan karena jumlah permohonan kegiatan yang masuk banyak dengan proyek yang relatif sama sehingga prioritas proyek sulit untuk ditentukan. Untuk itu dibutuhkan adanya fokus pembangunan baik dari pihak pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sehingga pembangunan Indonesia dapat berjalan lancar dan pemerataan pembangunan dapat terwujud.
2. TUGAS PENGGOLONGAN PAJAK DAERAH DAN PAJAK PUSAT Latar Belakang Penerapan sistem pemerintahan sentralisasi ke desentralisasi membuat adanya penyerahan sejumlah kewenangan yang salah satunya berupa pembiayaan yang dikenal dengan istilah PAD (Pendapatan Asli Daerah), dengan komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan di semua negara. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan tentang perpajakan yang mampu menjamin adanya efisiensi dan efektivitas pengelolaan pajak. Reformasi pajak sebagai bagian dari reformasi ekonomi di Indonesia merupakan suatu usaha untuk mengelola sumber-sumber keuangan negara. Secara umum, reformasi pajak adalah proses perubahan atas sistem perpajakan yang ada, yang tidak sesuai dengan kondisi yang berkembang mengarah pada sistem yang lebih baik. Menurut undang-undang no. 28 tahun 2007 tentang KUP, pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terhutang oleh pribadi/badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur: Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 5
1. Iuran dari rakyat kepada Negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang). 2. Berdasarkan Undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran - pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Tinjauan Pustaka Pada umumnya pajak digolongkan atas beberapa bagian seperti Pajak Langsung dan Pajak Tidak Langsung, menurut sifat pajak yaitu pajak subjektif dan objektif, penggolongan pajak menurut lembaga pemungutnya yaitu pajak pusat dan pajak daerah, serta menurut pajak pribadi atau menurut pajak kebendaan. A. Menurut Golongannya: 1. Pajak langsung, pajak yang dikenakan pada wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan pada orang lain. Dalam arti ekonomis ialah pajak yang beban pembayarannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak bersangkutan dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. Pajak angsung dalam arti administratif ialah pajak yang dipungut secara erkala. Contoh: pajak penghasilan (Pph) 2. Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau ilimpahkan kepada orang lain. Dalam pengertian ekonomis adalah ajak yang beban pembayarannya dapat dilimpahkan kepada orang lain, ang menanggung beban pajak pada akhirnya adalah konsumen. Dalam engertian administratif adalah pajak uang dipungut setiap terjadi eristiwa yang menyebabkan terhutangnya pajak. Misal saat penyerahanpenjualan dari produsen pada konsumen, saat pembuatan akta, suratpersetujuan (sewa menyewa, jual beli, pinjam meminjam), pajak pertambahan nilai Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 6
(Ppn), pajak bea materai (pajak atas dokumen), bea balik nama, pajak tontonan dan sebagainya. B. Menurut Sifatnya: 1. Pajak Subjektif (pajak perseorangan); ialah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Dalam pemungutannya pertama-tama memperhatikan keadaan pribadi pembayarnya (subyeknya). Status pembayar pajak akan mempengaruhi besar kecilnya pajak yang akan dibayarkan. Misal status bujangan atau perawan, status kawin, jumlah tanggungan keluarga dalam pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi, 2. Pajak objektif. (pajak kebendaan); yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Dalam pemungutannya pertama-tama melihat obyeknya baik berupa benda, keadaan perbuatan dan peristiwa yang menyebabkan kewajiban membayar pajak. Besar kecilnya pajak tidak dipengaruhi oleh keadaan subyeknya, setelah ketemu obyeknya baru dicari subyeknya (orang atau badan yang bersangkutan), contoh: PPN, PKB dan PBB. C. Menurut Lembaganya Pemungutnya: 1. Pajak Pusat (Pajak Negara); adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. Pajak yang dipungut pemerintah pusat, adalah oleh: Dirjen Pajak, yakni: PPh: Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan pada tingkat keberhasilan tertentu PPN (Pajak Pertambahan Nilai Barang dan jasa) dan Ph.Bm. (pajak penjualan atas barang mewah). Keduanya merupakan satu kesatuan sebagai pajak yang dipungut atas konsumsi dalam negeri oleh karena itu terhadap Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 7
penyerahan atau import barang mewah selain dikenakan pajak pertambahan nilai juga dikenakan pajak penjualan atas barang mewah PBB adalah pajak atas harta tidak bergerak yang terdiri dari tanah dan bangunan (property tax) Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen Bea Lelang adalah pajak yang dikenakan atas barang yang penjualannya dengan cara penjualan lelang Dirjen Bea Cukai, yaitu: Bea Masuk: bea atas barang masuk ke dalam kawasan pabean Pajak Eksport (bea keluar) Pajak Pertambahan Nilai (import): khusus untuk barang yang dibeli dari luar negeri Dirjen Moneter, yaitu: Pajak atas minyak bumi sbg penghasilan produk Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemda berdasarkan perda masing-masing dan hasilnya digunakan untuk pembiayaan rumah tanggadaerah masing-masing 2. Pajak Daerah, menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapatdipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah. Pajak daerah terdiri atas: Pajak Propinsi, Pajak Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di atas Air, Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor, Pajak Kabupaten/Kota, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak hiburan, ajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan. Sesuai UU no. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pajak yang dipungut pemerintah daerah, adalah: Pemda Propinsi, yakni: Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 8
Pajak Kendaraan Bermotor; Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; Pajak bea balik nama tanah (pulasi); Pajak bahan bakar kendaraan bermotor Pajak air permukaan Pajak rokok Pajak ijin menangkap ikan di wilayahnya. Pemda Kabupate/Kota, yaitu: Pajak pertunjukan dan keramaian umum ; Pajak hotel Pajak air tanah Pajak mineral bukan logam dan batuan Pajak parkir Pajak bumi bangunan perdesaan dan perkotaan Pajak air tanah Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan Pajak reklame ; Pajak anjing; Pajak kendaraan tidak bermotor; Pajak pembangunan; Pajak radio; Pajak jalan; Pajak bangsa asing; Pajak potong hewan; dll. Pemungutan lain bagi daerah, antara lain: bea jalan/jembatan, bea pangkalan, bea penambangan, bea sepadan/izin bangunan, bea penguburan, bea atas pengujian kendaraan bermotor, retribusi jembatan timbang, retribusi bus, taksi, retribusi tempat rekreasi, retribusi pasar, retribusi pesanggrahan, retribusi pelelangan ikan. Sedangkan Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 9
Pajak yang dipungut atas barang tentang bea cukai daerah adalah bea rokok dan bea beras. Namun dengan Peraturan Daerah dapat ditetapkan jenis pajak Kabupaten atau Kota selain yang telah ditetapkan sebagaimana tersebut diatas dengan memenuhi kriteria sebagai berikut Kurniawan(2004) : 1. Bersifat pajak bukan retribusi, Pajak yang ditetapkan harus sesuai dengan pengertian pajak, sebagaimana yang dimaksud dalam pengertian pajak dalam Pasal 1 angka 6 dalam Undang-undang nomor 34 tahun 2000. 2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan. 3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Artinya bahwa pajak dimaksudkan untuk kepentingan bersama yang lebih luas antar pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan aspek ketenteraman dan kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. 4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi dan atau objek pajak pusat. Kriteria ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih pengenaan terhadap objek yang sama, baik di daerah maupun di pusat sehingga dengan ketentuan ini tidak akan terjadi pengenaan pajak berganda. 5. Potensinya memadai, Kriteria ini berarti bahwa hasil pajak yang dipungut cukup besar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan laju pertumbuhannya diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi daerah. 6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negative, Kriteria ini berarti bahwa pajak yang dipungut tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor. 7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat, Kriteria aspek keadilan berarti objek dan subjek pajak harus jelas sehingga dapat dilakukan Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 10
pengawasan dalam pemungutan pajaknya, jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tarif pajak ditetapkan dengan memperhatikan keadaan wajib pajak. Kriteria kemampuan masyarakat, berarti memperhatikan kemampuan subjek pajak untuk memikul tambahan beban pajak. 8. Menjaga kelestarian lingkungan, Kriteria ini berarti bahwa pajak yang bersifat netral terhadap lingkungan, yakni pengenaan pajak tidak memberikan peluang kepada pemerntah daerah dan masyarakat untuk merusak lingkungan, yang akan menjadi beban bagi pemerintah daerah dan masyarakat. Syarat Pemungutan Pajak Pemungutan pajak harus adil Seperti halnya produk hukum pajak mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya. Contohnya: 1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak 2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak 3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya pelanggaran Pengaturan pajak harus berdasarkan UU Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu: 1. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya 2. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum 3. Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 11
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian baik kegiatan produksi, perdagangan maupaun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah. Pemungutan pajak harus efesien Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak. Contoh: Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10% Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi) Studi Kasus A. Studi Kasus Pajak Pusat PURWOKERTO - Mantan Ketua DPRD Banyumas 1999-2004, dr Tri Waluyo Basuki mendesak Kejaksaan Negeri Purwokerto agar serius dalam mengusut dugaan korupsi dana insetif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp 4,5 miliar. Sejumlah elemen partai politik, 22 September lalu melaporkan mantan Bupati Banyumas HM Aris Setiono ke Kejari Purwokerto, dengan tuduhan korupsi dana insentif PBB. Karena Aris Setiono dengan sengaja mengeluarkan tiga Peraturan Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 12
Bupati yang diduga isinya menguntungkan diri sendiri dan orang lain, sehingga dia dan 82 orang stafnya menerima dana insentif PBB 2007. Pelanggaran yang dilakukan Aris, didasarkan pada temuan BPK. Aris Setiono dalam laporan BPK menerima Rp 186.143.167, setelah kasus ini ramai diberitakan media, dia buru-buru mengirim uang sejumlah itu ke rekening Pemkab Banyumas. Bupati Mardjoko sebelumnya mengatakan akan menagih uang insentif PBB dari pejabat yang menerimanya. Kasi Intel Kejari Sunarko SH masih mengumpulkan data masalah dana insentif PBB yang dilaporkan dr Tri dan teman-temannya. Instansinya belum bisa mengambil sikap, karena masih dalam tahap mengumpulan informasi. Seperti yang diberitakan, dalam laporan BPK, dana insentif PBB 2007 direalisasikan dalam biaya pemungutan PBB pada objek pegawai jenis belanja opersional kelompok tidak langsung. Nilainya sebesar Rp 6.888.635.312 atau 95,49 % dari nilai anggarannya Rp 7.214.288.252. Itu masuk dalam buku besar belanja upah pungut. Dana sebesar itu direalisasikan dalam dua bentuk. Pertama, pembayaran upah pungut sebesar Rp 2.338.843.144 (33,95 %). Kedua, dana insentif PBB sebesar Rp 4.549.792.168 (66,05 %). Jadi mereka yang masuk tim intensifikasi dan ekstensifikasi dan tim teknis penagihan sebenarnya sudah menerima gaji resmi (upah pungut) yang dibayarkan tiap triwulan. Menurut BPK, dana insentif dibayarkan dua kali. Pertama tanggal 29 Maret 2007 sebesar Rp 1.699.504.301 dan tanggal 31 Desember 2007 sebesar Rp 2.850.287.867. Dana itu berasal dari penerimaan insentif daerah atas pencapaian atau pelampauan target penerimaan PBB tahun 2005 dan 2006. Dana itu mengalir dari bupati, wakil bupati, pejabat-pejabat di sejumlah SKPD, staf, camat, kepala desa/lurah. Sumber: Suara Merdeka, 6 Oktober 2008 (http://www.pajakonline.com/engine/artikel/art.php?artid=3440) B. Studi Kasus Pajak Daerah Kasus Dugaan Pengemplangan Pajak Reklame Rp18,5 Miliar MEDAN- Penyidik Pidana Khusus (Pidsus) Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu) sudah selesai memeriksa dugaan pengemplangan pajak reklame senilai Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 13
Rp18,5 miliar di Kota Medan. Tapi, hingga kemarin jaksa belum menetapkan tersangka, karena jaksa masih bingung menentukan tuntutan hukum. Asisten Tindak Pidana Khusus (Aspidsus) Kejatisu, Erbindo Saragih mengaku, penyelidikan dan pemeriksaan sudah selesai, hanya saja jaksa sedang menentukan tuntutan hukum. Menurutnya, dalam kasus tersebut ada dua hal yang menjadi pertimbangan yakni masalah pajak daerah yang diatur dalam undang-undang atau persoalan suap terhadap para pejabat yang ada di Pemko Medan. Erbindo menyatakan pihaknya akan terus melakukan kajian-kajian untuk menentukan terhadap pelaksanaan putusan hukum. Bila sudah pada posisi yang tepat, yakni dengan pertimbangan dan argumen hukum yang kuat maka diputuskan ke arah hukum pidana yakni berkaitan suap menyuap atau ke persoalan pajak daerah. Di tempat terpisah, Pengamat Hukum, Farid Wajdi SH MHum mengatakan, kontruksi hukum ini sederhana saja, bila ada kerugian negara maka korupsi, bila tidak disetorkan pajak maka ada masalah diperpajakan. Tapi, bisa dilihat sebenarnya tidak mesti ada perbedaan dalam konteks pajak daerah atau pajak pusat, bila sekarang adalah masalahnya pemungutan berindikasi kepada kerugian negara, maka berkaitan kepada korupsi. Diterangkannya, pada posisi hukum ini sebenarnya ada akumulai tuntutan, bila ada persoalan satu masalah yang saling berkaitan maka sebaiknya di junto-kan saja. Misalnya, bila ada dugaan dugaan suap menyuap pada persoalan papan reklame di Kota Medan kemudian ada perkara lainnya yakni pajak daerah sebaiknya junto-kan saja. Dekan Fakultas Hukum UMSU ini menilai, hal ini bisa dilihat pada dimensinya yakni dalam relevansi negara, dua perkara bisa digabungkan menjadi satu, tinggal pilihannya mana yang lebih berat kemudian dijunto-kan kepada yang lebih ringan. Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan, Ikhsar Irsyad Marbun menyampaikan pihaknya terus melakukan penurunan papan reklame yang bermasalah, sesuai dengan rekomendasi BPK RI. Disebutkannya, hingga kini sudah Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 14
ada 15 papan reklame yang diturunkan, untuk pekan lalu ada sebanyak 9 papan reklame, pada (14/7) diturunkan sebanyak 6 papan reklame. Sumber : (http://www.hariansumutpos.com/arsip/?name=jaksa-bingung-tetapkan-tuntutan- hukum) Kesimpulan Berdasarkan beberapa hal yang ada pada tinjauan pustaka, mengenai studi kasus yang telah dipaparkan tentang Kasus Dugaan Korupsi Dana Insetif Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Sebesar Rp 4,5 Miliar merupakan studi kasus pajak pusat yaitu pada pengelolaan pajak bumi dan bangunan (PBB). Pajak PBB dikelola oleh pemerintah pusat yaitu Dirjen Pajak. Kasus tersebut langsung ditangani oleh Kejaksaan Negeri Purwokerto sebagai Kejaksaan yang berhak menyelidiki dalam kasus pajak pusat. Kemudian mengenai studi kasus tentang Kasus Dugaan Pengemplangan Pajak Reklame Rp. 18,5 M merupakan studi kasus pajak daerah dalam hal pengelolaan pajak reklame. Dalam hal ini kasus tersebut dapat langsung ditangani oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara sebagai Kejaksaan yang berhak menyelididki dalam kasus pajak daerah.
3. TUGAS CONTOH PENERAPAN OVOP DI INDONESIA Latar Belakang One Village One Product Movement (Gerakan OVOP) pertama kali dicetuskan oleh Morihiko Hiramatsu saat menjabat sebagai Gubernur Prefektur Oita di timur laut Pulau Kyushu. Masa jabatannya di Oita selama 6 periode (1979-2003) benar-benar digunakan untuk mengentaskan kemiskinan warganya dengan menerapkan konsepsi pembangunan wilayah hasil buah pikirannya itu. Gerakan OVOP kemudian secara pesat memberikan kontribusi sangat besar bagi pengembangan regional di Prefektur Oita. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan produk yang diterima global dengan tetap memberikan keistimewaan pada invensi nilai tambah lokal dan mendorong semangat menciptakan kemandirian masyarakat. Sampai pada tahun 2002, Prefektur Oita yang terdiri dan 11 kota dan 47 kabupaten, telah mengembangkan 336 jenis produk OVOP. Pendapatan Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 15
asli daerah pun meningkat dan 36 miliar yen menjadi 141 miliar yen. Prefektur Oita juga menjadi magnet bagi 10 juta wisatawan yang berkunjung per tahun dengan 3.8 juta wisatawan - termasuk studi banding petani/pejabat dan negara berkembang mengunjungi Kota Yufuin, sebagai kota pelopor Gerakan OVOP. (stkp.kkp.go.id). OVOP diposisikan sebagai program pengembangan potensi komoditas unggulan daerah untuk memasuki tidak hanya pasar dalam negeri, tetapi juga ekspor. Program ini memang relatif baru bagi Indonesia tetapi penggalian potensi komoditas unggulan daerah sebenarnya telah dilakukan pemerintah sejak beberapa tahun terakhir.Saat ini OVOP telah dikembangkan di 34 daerah dengan berbagai potensi setempat. Langkah ini dilakukan untuk mengembangkan komoditas unggulan di 100 daerah di seluruh Indonesia. Pendekatan OVOP dilakukan secara lintas sektoral maupun lintas pelaku antar instansi pusat dan daerah di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Keterlibatan pemerintah daerah sangat menentukan melalui Direktorat Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri (www.depkop.go.id). Menurut peraturan menteri perindustrian no. 27 tahun 2007, strategi pengembangan IKM dengan pendekatan OVOP dilakukan melalui : 1. Kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sector swasta dan masyarakat local 2. Pemanfaatan pengetahuan, tenaga kerja dan sumber daya local lainnya yang memiliki keunikan khas daerah 3. Perbaikan mutu dan penampilan produk 4. Promosi dan pemasaran pada tingkat nasional dan global Pembinaan IKM yang dilakukan melalui pendekatan OVOP diutamakan kepada perusahaan IKM sentra IKM yang menghasilkan produk terbaik untuk lebih ditingkatkan kualitas produk dan akses pasar nasional dan atau globalnya. Adapun criteria-kriteria produk IKM yang harus dipenuhi untuk dikembangkan melalui pendekatan OVOP adalah sebagai berikut 1. Produk unggulan daerah dan/atau produk kompetensi inti daerah 2. Unik khas budaya dan keaslian local Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 16
3. Bermutu dan berpenampilan baik 4. Berpotensi pasar domestic dan ekspor 5. Diproduksi secara kontinyu dan konsisten Tinjauan Teori A. Definisi Ovop merupakan program baru yang dilaksanakan KADIN Indonesia bekerjasama dengan Jestro (Japan External Trade Organization), OVOP merupakan singkatan dari One Village One Product atau Satu Desa Satu Produk. Satu Desa Satu Produk (OVOP) adalah suatu pendekatan pengembangan potensi daerah di satu wilayah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Pengembangan industry kecil dan menengah(IKM) dengan pendekatan OVOP bertujuan untuk menggali dan mempromosikan produk inovatif dan kreatif local yang bersifat unik khas daerah serta meningkatnya daya saingnya. B. Landasan Hukum Program Ovop 1. Undang- undang Nomor 25 tahun 1992, Tentang Perkoperasian. 2. Undang- undang Nomor 20 tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah. 3. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Percepatan Sektor Riil dan Pembangunan Usaha Mikro Kecil dan Menengah tanggal 8 Juni 2007 yang mengamanatkan pengembangan sentra melalui pendekatan One Village One Product (OVOP). 4. Keputusan Rapat Kerja Kementerian Koperasi dan UKM dengan Komisi VI DPRRI tahun 2008 agar program OVOP dapat dikembangkan di Provinsi lain. 5. Telah diamanatkan dalam Program Kerja 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu II. C. Tujuan Pengembangan Program OVOP 1. Mengembangkan komoditas unggulan daerah yang memiliki potensi pemasaran lokal maupun internasional Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 17
2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas serta nilai tambah produk, agar mampu bersaing dengan produk dari luar negeri (Impor). 3. Khusus kegiatan OVOP yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM dalam mengembangkan OVOP harus melalui Koperasi. 4. Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. D. Prinsip Gerakan Gerakan OVOP 1. Lokal Tapi Global Pengembangan Gerakan OVOP bertujuan untuk meningkatkan, mengembangkan dan memasarkan produk yang bisa menjadi sumber kebanggaan masyarakat setempat. Terutama yang bisa dipasarkan baik di dalam maupun di luar negeri. Sehingga tercapai tujuan Lokal Tapi Global. 2. Kemandirian dan Kreativitas Sebagai penghela Gerakan OVOP adalah masyarakat setempat. Agar mampu mandiri masyarakat harus mampu bangkit dan kreatif. 3. Pengembangan Sumberdaya Manusia Pemerintah Daerah harus menyadari dan mampu mendorong sumberdaya manusia yang kreatif dan inovatif. Mampu melakukan terobosan baru di sektor Pertanian, Industri, Pariwisata, Jasa, serta Pemasaran produknya. Sehingga meningkatkan kualitas, produktivitas, dan daya saing. E. Kriteria Produk Program OVOP 1. Merupakan unggulan daerah yang telah dikembangkan secara turun temurun 2. Merupakan produk khas daerah setempat 3. Berbasis pada sumberdaya lokal 4. Memiliki penampilan dan kualitas produk yang sesuai dengan tuntutan pasar 5. Memiliki peluang pasar yang luas, baik domestik maupun internasional 6. Memiliki nilai ekonomi yang tinggi 7. Bisa menjadi penghela bagi perekonomian daerah.
Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 18
F. Peran Instansi Dalam Rintisan OVOP TA 2010 Tabel 1.1 Peran Intansi Dalam Rintisan OVOP No. Instansi Usulan Peran 1. Kementerian Koperasi dan UKM Perkuatan sarana demplot (Greenhouse) Perkuatan Kelembagaan Koperasi program OVOP Penguatan Kelompok, Fokus : fasilitasi kelompok Pendampingan Teknis Lapangan Peningkatan Rantai Agribisnis, Fokus : Pemasaran Peningkatan Rantai Agribisnis, Fokus : Komoditi unggulan dan kualitas 2. Dinaskop Provinsi Studi banding ke Provinsi Temu usaha dengan calon Buyers Pameran Promosi 3. Dinaskop Kabupaten Perkuatan Kelembagaan Koperasi Pendampingan teknis budidaya Pendampingan teknis design packaging dan pemasaran Pendampingan Teknologi Pengolahan / Processing Paska Panen Pengadaan Sarana Produksi Pertanian (Benih, Obatobatan, Sarana Pengairan)
G. Tantangan dalam pengembangan OVOP 1. Program ini sudah cukup berhasil di beberapa negara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat local seperti di Jepang, Thailand. 2. Program ini dapat mengikutsertakan seluruh komponen masyarakat yang ada di daerah setempat 3. Program OVOP dapat memberikan nilai tambah produk ungglan suatu daerah yang telah dilakukan oleh masyarakat setempat secara turun menurun 4. Program OVOP memerlukan komitmen dan keterlibatan seluruh komponen masyarakat setempat. H. Hambatan dalam pengembangan OVOP 1. Lemahnya Koordinasi antara Stakeholder (lintas pelaku) 2. Kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi ekonomi yang ada di daerahnya. 3. Kurang memadainya dukungan dana Pemerintah Pusat maupun Daerah
Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 19
Studi Kasus Penerapan Ovop di Indonesia Praktik pembuatan gerabah di Kasongan diawali pada sekitar tahun 1675 1765, oleh Kyai Song, salah satu pengikut Pangeran Dipenogoro, yang mencoba untuk mengembangkan produk gerabah. Produk yang dihasilkan berupa peralatan kesehariaan, seperti belanga, alas makan pengganti alas daun, atau alas batu yang dikenal dengan nama cobek. Perkembangan berikutnya yaitu tahun 1745 1825, aktivitas tersebut diteruskan oleh Mbah Jembuk, dengan menambahkan variasi produk, seperti hiasan dinding berupa kepala kerbau, kepala kambing,, rusa, bentuk ikan gabus, dsb. Bentuk produk celengan lahir setelah alat tukar uang logam ditemukan. Antara 1805 1890, dikembangkan produk jenis anglo, oleh generasi Mbah Rono, Mbah Giyek, Mbah Jengkol. Produk pot berkembang pada sekitar tahun 1925, masa genersi Mbah Harto. Pada masa-masa ini pembagian kerja dibagi 2 yaitu untuk pekerjaan teknik tatap pelandas dikerjakan oleh kaum perempuan sedangkan peran kaum pria adalah pada aktivitas pencarian tanah liat, pengolahan bahan, pembakaran dan pemasaran. Masa Majapahit, abad 14, merupakan puncak kejayaan produk gerabah yang mendorong lahirnya produk yang berdaya cipta dan daya khayal tinggi. Teknik produksi untuk benda-benda berupa relief hiasan bangunan dan patung- patung, sejenis dengan teknik membuat relief pada candi-candi di Sumatera.Sekitar tahun 1980an, seniman Sapto Hoedojo (alm.) dan mahasiswa ASRI, membentuk komunitas pengrajin gerabah di wilayah Kasongan. Pengaruh yang tampak pada karya pengrajin adalah teknik hias tempel pada bentuk produk berupa tokoh-tokoh satwa mitologi, dengan gaya dekoratif. Sampai saat ini di beberapa pengrajin, dapat dengan mudah ditemui produk-produk tersebut. Kondisi saat ini sebagian besar produk gerabah Kasongan, hanya dibakar sekali sampai dengan hasil bakaran biskuit. Proses finishing selanjutnya dikerjakan dengan cara dicat tembok, ditempel dengan pasir berwarna, ditempel dengan material kaca, dilapisi anyaman rotan, bahkan ada yang polos saja dengan dekorasi tempel tekan khas Kasongan.
Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 20
identifikasi masalah JUNI pengajuan proposal program kerja OVOP JULI FGD AGT diklat SPT pendampin gan OKT trade expo NOV
A. Penggunaan Metode OVOP PROGRAM OVOP : LOKUS SENTRA GERABAH KASONGAN Gambar 1.1 Metode Ovop Sentra Gerabah Kosongan
B. Tujuan Dan Sasaran Program Diklat Ovop Pada Lokus Kasongan: 1. Memperbaiki desain yang sudah ada, memoles cita rasa produk supaya menjadi lebih baik dari segi kualitas desain dan estetika, sehingga diharapkan memiliki nilai jual yang tinggi sekaligus mudah diserap pasar domestic maupun luar negeri. 2. Para champions terpilih diharapkan mampu mensosialisasikan program OVOP ini pada komunitasnya sehingga kemandirian dalam mengelola R&D dalam sentranya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sesuai kultur daerahnya. 3. Produk-produk yang telah diperbaiki selama program pendampingan OVOP diharapkan dapat dipresentasikan pada pameran Trade Expo, untuk mengundang respon buyers dalam dan luar negeri. Kesimpulan Evaluasi serta pendampingan pengembangan dan pelatihan desain gerabah di Kasongan dengan pendekatan OVOP ini, pada dasarnya mengacu pada 6(enam) aspek utama dari proses terwujdnya produk kriya gerabah sebagai berikut ini : - Aspek ketersediaan material tanah liat dan finishing di daerah atau sekitar Kasongan sebagai kawasan produksi, dengan efek-efek structural maupun non structural dengan sifat-sifat kimiawi dan fisiknya yang khusus. Kesemuanya ini Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 21
diperlukan untuk menunjang pengembangan menuju desain kriya gerabah Kasongan Baru untuk bisa memenuhi tuntutan selera dan fungsional masyarakat modern global sebagai pemasaran komoditi ini. - Aspek penguasaan teknik, keterampilan serta peralatan yang memadai oleh komunitas pengrajin untuk menunjang proses pengembangan menuju desain kriya gerabah Kasongan Baru, untuk memenuhi tuntutan masyarakat modern global sebagai sasaran pemasaran. - Aspek ketersediaan sumber berbagai jenis enerji pembakaran di Kasongan dan daerah sekitarnya, dengan efek-efek struktural dan visual non strukturalnya yang khusus, untuk menunjang proses pengembangan desain menuju ke produk kriya gerabah Kasongan Baru, sebagai komoditi perdagangan untuk memenuhi tuntutan pasar modern global. - Aspek muatan artistik yang memancarkan indikasi-indikasi artistik lokal Kasongan yang khusus sebagai unsur keunikan yang siap dikembangkan dengan harapan dan nilai keindahan masa kini yang baru, ialah masyarakat modern global sebagai sasaran pemasaran dari komoditi ini. - Aspek pemahaman terhadap fungsi guna dari produk-produk gerabah Kasongan yang dihasilkan beserta kemungkinan-kemungkinannya untuk dikembangkan menjadi produk kriya gerabah Kasongan Baru yang memenuhi tuntutan masyarakat modern global sebagai sasaran pemasaran dari komoditi ini. - Aspek metoda kerja yang efektif dan efisien serta pemasaran dan pendekatan desain untuk memenuhi tuntutan pasar masa kini yang modern global sebagai peluang untuk meningkatkan nilai ekonomis dari produk gerabah Kasongan Baru. Diantara ke 6(enam) aspek tersebut di atas, satu sama lain senantiasa akan saling pengeruh mempengaruhi dalam proses terwujudnya produk-produk kriya gerabah/earthenware Kasongan Baru yang memenuhi tuntutan pasar modern global. Tugas Kecil Pembiayaan Pembangunan
Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya 22
Karena satu dan lain hal, salah satu atau beberapa aspek dari ke 6(enam) aspek utama tersebut di atas dalam proses pengembangan desainnya bisa tetap, bisa berubah, bisa hilang atau diganti dengan yang baru. Ke 6(enam) aspek-aspek utama dalam proses terwujudnya suatu produk kriya, pada dasarnya mengacu dan bersumber pada unsur-unsur alam ekologi - nilai-nilai budaya masyarakat, serta demografi dan perilaku manusia di kawasan yang bersangkutan. Metode OVOP memang cukup tepat untuk digunakan dalam pengembangan desain produk kriya gerabah Kasongan.