Anda di halaman 1dari 78

SINKRONISASI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

PUSAT DAN DAERAH SERTA ARAHAN KEBIJAKAN UNTUK


RPJMD PROVINSI JAWA BARAT 2013-2018
Oleh:
Menteri PPN/Kepala Bappenas

Disampaikan dalam acara:
Musrenbang RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018

Bandung, 10 September 2013
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KERANGKA PAPARAN
RPJMN dalam Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
RPJMN 2015-2019 dalam Kerangka RPJPN 2005-2025
Penyusunan RPJMN dalam kerangka kesinambungan perencanaan
pembangunan
Kerangka Makro Pembangunan Berkelanjutan, 2015-
2019
Isu-isu Strategis Jangka Menengah 2015-2019 dalam
Kerangka Kesinambungan Perencanaan Pembangunan
Akselerasi Pembangunan Provinsi Jawa Barat, 2013-
2018
Penutup
Slide - 2










RPJM DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
Diacu Diperhatikan
Diserasikan melalui
MUSRENBANG

RKP
RPJM
Nasional
RPJP
Nasional
Renstra KL
Renja -
KL
RAPBN
RKA-KL
APBN
Rincian
APBN
Pedoman Dijabarkan Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Diacu
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h


P
u
s
a
t

RPJM
Daerah
RPJP
Daerah
RKP
Daerah
Renstra
SKPD
Renja -
SKPD
RAPBD
RKA -
SKPD
APBD
Rincian
APBD
Pedoman
Pedoman
Pedoman Dijabarkan
Pedoman
Pedoman
Diacu
UU SPPN (No.25/2004)
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h


D
a
e
r
a
h

Bahan
Bahan (diserasikan
dlm RAKORPUS &
Trilateral Meeting)
Bahan Bahan
UU KeuNeg (No.17/2003)
Slide - 4
Visi Pembangunan 2005-2025
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR
RPJMN 2015-2019 DALAM KERANGKA
RPJPN 2005-2025
(UU 17 TAHUN 2007)
Slide - 5
PENYUSUNAN RPJMN
DALAM KERANGKA KESINAMBUNGAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Slide - 6
Rancangan
Teknokratis
RPJMN
2015-2019
Rancangan
RPJMN
2015-2019
Rancangan
Akhir
RPJMN
2015-2019
Visi Misi
Presiden terpilih
Musrenbang RPJMN
dan Sidang Kabinet
Arahan
RPJPN 2005-2025
Isu Strategis Jangka
Menengah 2015-2019
(background studies)
Evaluasi
RPJMN 2010-2014
BAGAN ALUR PENYUSUNAN RPJMN



Platform Presiden
RENSTRA K/L
Rancangan Renstra
K/L
Pedoman Penyesuaian
4
Hasil Evaluasi
Renstra
RPJPN
2005-2025
Hasil Evaluasi
RPJMN
Aspirasi
Masyarakat
Pedoman
Penyusunan
RPJMD
Rancangan
Teknokratik
Renstra K/L
Rancangan
Teknokratik
RPJMN
Background
Study
Pembagian Tugas
SIDANG
KABINET
TRILATERAL
MEETING
Bilateral
Meeting
Penyesuaian
Renstra K/L
Musrenbang
Jangka
Menengah
Nasional
Bahan
Penyusunan
dan Perbaikan
SIDANG
KABINET
Penelaahan
PEMERINTAH DAERAH
RANCANGAN AWAL
RPJMN
RANCANGAN
RPJMN
RANCANGAN AKHIR
RPJMN
RPJMN
2015-2019
1 3
5 6
2
Agustus 2014
November 2014 Desember 2014 Januari 2015 2013 Februari 2015
Slide - 7
Saat ini, substansi RPJMN 2015-2019 teknokratik belum bisa disampaikan secara spesifik karena
Kementerian PPN/Bappenas sedang pada tahapan penyusunan background studies.
Yang dapat kami sampaikan disini adalah kerangka makro pembangunan berkelanjutan dan isu-
isu strategis yang dihadapi dalam jangka menengah 2015-2019 (hasil sementara dari background
studies).
Penyusunan RPJMD Jawa Barat 2013-2018 dapat disusun saat ini dengan mempertimbangkan
paparan isu strategis jangka menengah nasional, 2015-2019. Pada Januari 2015, dapat dilakukan
revisi RPJMD Jawa Barat untuk disinkronisasikan dengan Dokumen Akhir RPJMN 2015-2019.



















Penyusunan Background Studies :
identifikasi isu-isu strategis jangka
menengah 2015-2019
Penyusunan Rancangan Teknokratik
RPJMN 2015-2019
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Rancangan Akhir RPJMN 2015-2019

Januari 2013 Desember 2013

Januari 2014 Agustus 2014

mulai November 2014

Januari 2015




AGENDA BESAR PENYUSUNAN RPJMN
Slide - 8










KERANGKA MAKRO
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, 2015-2019
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
KERANGKA MAKRO
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN,
2015-2019
Aspek Sosial
1. Pemerataan
2. Kesehatan
3. Pendidikan
4. Keamanan
5. Perumahan
6. Kependudukan

Aspek Ekonomi
1. Struktur Ekonomi
2. Pola Konsumsi dan
Produksi
3. Ketahanan Pangan
4. Ketahanan Energi
5. Infrastruktur/
Konektivitas
Aspek Lingkungan
1. Atmosfir
2. Tanah
3. Pesisir dan Laut
4. Air Bersih
5. Keaneka-ragaman
Hayati

Aspek Kelembagaan
1. Kerangka
Kelembagaan
2. Kapasitas
Kelembagaan dan
Aparatur


Framework for Construction of Sustainable Development Indicators, September, 2001
MDG dan
Post-2015 Development
Agenda
Tata Kelola dan
Pemberantasan Korupsi
Ekonomi Hijau
Lingkungan dan
Keanekaragaman Hayati
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Kelemahan 1: aspek lingkungan
belum berkembang seperti pilar
sosial dan ekonomi ukuran dan
indikator
Kelemahan 2: valuasi aspek
lingkungan dan internalisasi ke
dalam pilar ekonomi dan sosial
Slide - 10
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS










ISU-ISU STRATEGIS
JANGKA MENENGAH 2015-2019 DALAM KERANGKA
KESINAMBUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS
ISU-ISU STRATEGIS
JANGKA MENENGAH 2015-2019 DALAM
KERANGKA KESINAMBUNGAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
Pendidikan dan Kesehatan
Penanggulangan Kemiskinan dan Implementasi BPJS
Ketahanan Pangan
Ketahanan Energi
Pengembangan Infrastruktur/Konektivitas
Inovasi Teknologi
Pemberantasan Korupsi
Slide - 12
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS










PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PENDIDIKAN:
ISU-ISU YANG BELUM TERSELESAIKAN
Kesenjangan akses terhadap pendidikan masih belum
sepenuhnya terselesaikan untuk semua jenjang
pendidikan.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan belum
memberikan hasil sesuai harapan.
Desentralisasi pendidikan dan otonomi pendidikan yang
belum berdampak nyata pada peningkatan mutu
pendidikan.
Isu inefisiensi pembiayaan pendidikan.
Slide - 14
PENDIDIKAN:
ISU STRATEGIS BARU
Perluasan akses pendidikan anak usia dini yang lebih berkualitas untuk
memaksimalkan tumbuh kembang anak.
Perluasan pendidikan menengah (Pendidikan Menengah Universal) dan
tinggi yang berkualitas untuk meningkatkan supply tenaga kerja (skill
formation) yang lebih terdidik dan mencetak pengembang ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam rangka menangkap peluang
mendapatkan bonus demografi.
Percepatan peningkatan mutu pendidikan untuk berkontribusi lebih besar
dalam pertumbuhan ekonomi.
Adaptasi pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan melalui
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan siswa untuk melakukan
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Pembenahan sistem pembiayaan pendidikan yang semakin berat
terutama sebagai dampak pelaksanaan UU Guru dan Dosen (fiscal
sustainability)
Slide - 15










KESEHATAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
CAPAIAN DAN ISU
PEMBANGUNAN KESEHATAN
Pembangunan kesehatan di Indonesia terus menunjukkan kemajuan,
misalnya dilihat dari usia harapan hidup, dan persalinan oleh tenaga
kesehatan, meningkat penduduk yang mempunyai jaminan pelayanan
kesehatan
Tetapi sebagaian besar indikator kesehatan dalam MDGs seperti kematian
bayi, kematian ibu dan kekurangan gizi belum tercapai


INDIKATOR
STATUS
2009
CAPAIAN
2012
TARGET
2014
STATUS
1 Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih (%)
84,3 83,1 90
2 Angka kematian ibu melahirkan (per 100.000 kelahiran
hidup)
228 259 118
3 Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 34 32

24
4 Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita (%)
18,4 n.a <15,0
KESEHATAN:
ISU-ISU YANG BELUM TERSELESAIKAN
Penurunan kematian ibu dan kematian bayi.
Penurunan kekurangan gizi.
Penurunan TFR (fertilitas).
Penanggulangan penyakit TB, Malaria, HIV/AIDS.
Pembiayaan kesehatan.
Slide - 18
KESEHATAN:
ISU-ISU STRATEGIS BARU
Kesiapan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (2014)
dan upaya menuju universal health coverage (2019),
meliputi kesiapan suplai, kesinambungan fiskal dan
pengaturan peran kesehatan publik.
Transisi epidemiologi, yaitu meningkatnya prevalensi
penyakit tidak menular (stroke, cardiovascular, dll).
Kekurangan gizi, terutama stunting pada anak.
Jumlah, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan terutama
menghadapi JKN, transisi epidemiologi dan perubahan
demografi.
Slide - 19










PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN
IMPLEMENTASI BPJS
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PROYEKSI TINGKAT KEMISKINAN 2015-2019
(sementara)
Diperlukan upaya yang cukup keras untuk dapat mencapai target tingkat
kemiskinan yang telah ditetapkan dalam RPJP atau MP3KI
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan PDB non migas (OPTIMIS) 9 % 9 % 9 % 9 % 9 % 9 %
Pertumbuhan PDB non migas (MODERAT) 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 %
Inflasi (OPTIMIS dan MODERAT) 5,3 % 6,1 % 5,2 % 5,2 % 4,2 % 4,2 %
Masih ada gap antara
proyeksi dan target
Slide - 21
SKENARIO PERCEPATAN DAN PERLUASAN
PENGURANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA
Outlook Target
Ekonomi dan
Kemiskinan
Strategi
Penanggulangan
Kemiskinan
2012 2015 2020 2025
PDB/kapita (US$)
Tingkat
Kemiskinan
4.963
6.097
10.278
14.963
10,5-11,5 %
8-10%
6-7%
4 - 5 %
Program Strategis










Kelompok Sasaran


RTHM, RTM dan RTSM
(40 % terbawah PPLS 2011)
30 % terbawah
(PPLS 2014/2017)
20 % terbawah
(PPLS 2017/2020)
10 % terbawah
(PPLS 2023)
PROGRAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN EKSISTING

Klaster I
Bantuan dan Jaminan Sosial

Klaster II
Pemberdayaan Masyarakat

Klaster III
KUMKM

Klaster IV
Program Pro-Rakyat
PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL
Jaminan Sosial (Social Security):
Asuransi Kesehatan
Jaminan Kematian
Jaminan Hari Tua
Jaminan Pensiun
Jaminan Kecelakaan Kerja
Bantuan Sosial (Social Assistance):
Food stamps
Temporary shelter
Beasiswa miskin
TRANSFORMASI PROGRAM
PERLINDUNGAN SOSIAL
Catatan:
1. PDB/Kapita: target MP3EI
2. Tingkat Kemiskinan: target
RPJP
3. Garis Kemiskinan cenderung
meningkat
4. Elastisitas tingkat Kemiskinan
terhadap Pertumbuhan
PDB/Kapita cenderung
menurun
Garis Kemiskinan
(ribu rupiah)
252
318
467
686
Elastisitas
0,045
0,023
0,083
0,243
PENGEMBANGAN SUSTAINABLE LIVELIHOOD (breakthrough)
Pemberdayaan (Community Empowerment)
Akses Berusaha & Kredit (Financial Access)
Pengembangan Kawasan berbasis Potensi Lokal
































Slide - 22
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Pengembangan penghidupan berkelanjutan sebagai tujuan utama dalam
Penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan
Tidak
Miskin
Hampir
Miskin
Miskin
Menciptakan sistem
perlindungan sosial
yang komprehensif
Meningkatkan
pelayanan dasar bagi
penduduk miskin &
rentan *
Menciptakan
penghidupan penduduk
miskin & rentan yang
berkelanjutan
(Sustainable Livelihood)
Jaminan Sosial
Bantuan Sosial
Asuransi Sukarela
Infrastruktur dan sarana
pelayanan publik
Perluasan jangkauan
pelayanan publik untuk
penduduk miskin dan
rentan

Pendidikan, pelatihan,
pendampingan
Memberdayakan
UMKM/Penguatan
Kelembagaan
Akses Keuangan Mikro

Aset
Manusia
Aset
fisik
Aset
SDA
Aset
Finansial
Aset
Sosial
Sangat
Miskin
Kriteria Lepas dari
Kemiskinan
I
s
u

s
t
r
a
t
e
g
i
s

Slide - 23
AGENDA TRANSFORMASI
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
MP3KI 2013-2025 DAN RPJMN 2015-2019
Sistem perlindungan sosial
yang komprehensif
Pengembangan
penghidupan penduduk
miskin & rentan
Peningkatan pelayanan dasar
bagi penduduk miskin &
rentan
Bantuan & perlindungan
sosial
Pemenuhan kebutuhan
dasar & program pro
rakyat
Pemberdayaan
masyarakat dan UMKM
Rekonsiliasi Transformasi & Ekspansi
Sistem jaminan sosial
Sistem bantuan sosial
Jaminan layanan dasar
Infrastruktur dasar terpadu
Kapabilitas & produktivitas
Pembangunan partisipatif
Keberlanjutan
2013-2014 2015-2020
2021-2025
RPJMN 2010 - 2014 RPJMN 2015 - 2019
F
a
s
e

M
P
3
K
I

K
l
a
s
i
f
i
k
a
s
i

P
r
o
g
r
a
m

d
a
n

K
e
g
i
a
t
a
n

Slide - 24
PENGEMBANGAN SISTEM JAMINAN
SOSIAL NASIONAL
Slide - 25
KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN
(Pasal 4 Perpres Jamkes)
PBI BUKAN PBI
Tidak
mampu
Fakir
miskin
Pekerja
Penerima upah
(dan ART)
Pekerja Bukan
Penerima upah
(dan ART)
Bukan
Pekerja
(dan ART)
PNS
TNI
Polri
Pejabat negara
Pegawai
Pemerintah non
PNS
Pensiunan
Pegawai Swasta
Pekerja lain yg
menerima upah
Pekerja diluar
hubungan
kerja/pekerja
mandiri
Pekerja lain yg
tidak menerima
upah
Investor
Pemberi kerja
Penerima Pensiun
Veteran
Perintis
kemerdekaan
Bukan pekerja
lainnya yang
mampu membayar
iuran
Slide - 26
POTENSI PARTISIPASI DAERAH
DALAM PENGEMBANGAN BPJS KESEHATAN
Integrasi Jamkesda ke dalam skema BPJS Kesehatan (paling lambat
2016).
Penguatan kualitas dan peningkatan ketersediaan fasilitas layanan
kesehatan di daerah.
Mempercepat tercapainya cakupan semesta (universal coverage)
Jaminan Kesehatan melalui:
Melaksanakan sosialisasi dan edukasi masyarakat, terutama kepada
pekerja sektor informal non miskin di daerah masing-masing, untuk
berpartisipasi menjadi peserta Jaminan Kesehatan.
Menambah cakupan Jaminan Kesehatan untuk masyarakat miskin
yang belum tercakup dalam kelompok Penerima Bantuan Iuran (PBI)
melalui APBD.
Slide - 27
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS










KETAHANAN PANGAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KERANGKA KEBIJAKAN
KETAHANAN PANGAN
KETAHANAN
PANGAN
KUALITAS
KONSUMSI
(Diversifikasi Pangan
dan Kualitas Gizi)
KETERSEDIAAN
(Produksi, Cadangan & Impor)
AKSESIBILITAS
(Distribusi & Harga
Terjangkau)
MASALAH PANGAN
(Kemiskinan & Bencana Alam)
Slide - 29
KETAHANAN PANGAN:
KONDISI UMUM

Kontribusi sektor pertanian dalam PDB rata-rata sebesar
14,3 persen.
Tanaman bahan makanan masih yang terbesar sekitar 49,1
persen; cenderung menurun.
Selama periode 2004-2012 rata-rata pertumbuhan PDB
Pertanian sebesar persen 3,5 ; Nasional 5,80 persen.
Produktivitas tenaga kerja Pertanian rata-rata mencapai
7,02 juta rupiah; Nasional 20,43 juta rupiah.

Slide - 30
No Pembangunan
Sasaran RPJMN
2010-2014
REALISASI
2012
Rata-rata 2010-
2012

RKP 2013

RKP 2014
1 PDB Pertanian
Tumbuh 3,7-3,9
persen per tahun
3,97 persen 3,44 persen 3,7 persen 3,7 persen
2
Padi
Tumbuh 3,6 persen
per tahun *)
5,0 persen 2,38 persen 6,25 persen 6,25 persen
Jagung
Tumbuh 10,02
persen per tahun
9,8 persen 3,35 persen 8,3 persen
10,03
persen
Kedelai
Tumbuh 20,05
persen per tahun
0,04 persen -4,34 persen 18,4 persen
20,05
persen
Gula
Tumbuh 12,55
persen per tahun
16,75 persen 2,16 persen 9,2 persen
12,55
persen
Daging Sapi
Tumbuh 7,3 persen
per tahun
4,2 persen 7,33 persen 9,5 persen 7,30 persen
Perikanan
Tumbuh 21,09
persen per tahun
11,8
persen
15,99 persen 21,09 persen
21,09
persen
3 Nilai Tukar Petani
115-120 (Tahun
dasar 1993)
(105-110 - tahun
dasar 2007)
113,6 (Tahun
Dasar 1993)
105,2 (Tahun
Dasar 2007)
105,2
NTP diatas
105 (Tahun
dasar 2007)
NTP diatas
105 (Tahun
dasar 2007)
REVIEW PENCAPAIAN SASARAN
PRIORITAS KETAHANAN PANGAN
Slide - 31
KETAHANAN PANGAN:
TANTANGAN YANG DIHADAPI (1/2)
1. Peningkatan kebutuhan kuantitas konsumsi.
Komponen Satuan 2012 2015 2016 2017 2018 2019
Penduduk Juta 247,21 256,62 259,66 262,64 265,57 268,44
Kebutuhan Beras Juta Ton 38,18 39,98 40,64 41,33 42,05 42,78
Kebutuhan Daging
Sapi
Ribu Ton 485,50 582,03 620,62
662,28

707,27 755,88
Kebutuhan Daging
Unggas
Juta Ton 0,89 1,06 1,13 1,21 1,29 1,38
Kebutuhan Kedelai Juta Ton 2,55 2,76 2,86 2,97 3,10 3,23
Slide - 32
2. Peningkatan kebutuhan industri pangan baik final maupun produk antara
(industri) seiring berkembangnya industri pangan mie instant, bakso dll
meningkatkan konsumsi bahan pangan industri.
3. Sementara alih fungsi lahan terutama sawah terus terjadi
4. Pola produksi skala RT tidak dapat mengimbangi dinamika pasar/konsumsi
5. Perubahan pola konsumsi:
i. Kepraktisan bentuk olahan
ii. Kualitas: jenis dan kualitas tertentu
iii. Brand: jaminan konsistensi kualitas
iv. Trend konsumen terhadap konsumsi pangan olahan dan protein hewani
meningkat seiring dengan peningkatan pedapatan masyarakat
6. Karakteristik konsumsi tidak dapat secara fleksibel direspon produsen yang
mayoritas IRT respon dilakukan oleh pedagang pengumpul, pengolah
sehingga nilai tambah hanya dinikmati oleh pedagang



KETAHANAN PANGAN:
TANTANGAN YANG DIHADAPI (2/2)
Slide - 33
KETAHANAN PANGAN:
ISU STRATEGIS YANG PERLU DIPERHATIKAN
UNTUK KEBIJAKAN KEDEPAN (1/2)
Menjaga basis/kapasitas produksi dan meningkatkan produktivitas:
Wujudkan lahan pertanian (pangan) abadi terutama untuk padi.
Revitalisasi sistem perbenihan dan perbibitan.
Pengawalan produksi penyuluhan dan penerapan teknologi tepat dan
ramah lingkungan.
Putihkan KUT agar akses kredit meningkat.
Mensinergikan dengan subsidi agar tepat sasaran dan efektif mencapai
target.
Mensinergikan produksi dan pengolahan :
Pengembangan supply chain hulu hilir (produsen-pengumpul-
pengolah)
Pengembangan entrepreneurship pedagang pengumpul untuk
menjembatani permintaan pasar yang semakin heterogen

Slide - 34
Transparansi dan koordinasi kebijakan pangan
Sinkronisasi dan transparansi pengambilan keputusan untuk
mempertahankan stabilitas harga yang menjaga kepentingan
produsen-pengolah-konsumen (stok, impor, harga dll).
Pengambilan keputusan lintas instansi dirumuskan secara
komprehensif dan konsisten oleh Tim yang dilengkapi dengan
data dan kemampuan analisa yang mencukupi.
Peningkatan nilai tambah:
Penyediaan bahan baku dari dalam negeri.
Komoditas ekspor unggulan yang lebih baik.
KETAHANAN PANGAN:
ISU STRATEGIS YANG PERLU DIPERHATIKAN
UNTUK KEBIJAKAN KEDEPAN (2/2)
Slide - 35
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS










KETAHANAN ENERGI
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN ENERGI
PENINGKATAN PRODUKSI
DAN CADANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI
(INTENSIFIKASI)
PENGANEKARAGAMAN
SUMBER DAYA ENERGI PRIMER
(DIVERSIFIKASI)
PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS DAN
PEMERATAAN PEMANFAATAN
ENERGI (EFISIENSI)
Terpenuhinya kebutuhan
bahan bakar dan bahan baku
industri dalam negeri
Mengurangi ketergantungan yang
berlebihan terhadap minyak bumi
dan menambah pasokan energi
primer melalui pemanfaatan
sumber daya energi lainnya
Efisiensi penggunaan energi dan
meningkatkan produksi nasional
serta penurunan emisi karbon,
memperbaiki daya saing dan
mendorong pertumbuhan ekonomi
KETAHANAN DAN
KEMANDIRIAN
ENERGI
Didukung:
Ekonomi: fiskal dan moneter
Infrastruktur
IPTEK
Kewilayahan dan Tata Ruang
Slide - 37
Indikator Satuan
Baseline
(2009)
Capaian
Target
2014
Status
2010 2011 2012
Produksi
Minyak Bumi
Ribu Barrel per
Hari

949
945 902 860 1.010
*)

Kapasitas
Pembangkit
Tambahan (MW)
31.959
2.024 5.902 4.179
3.000 MW/
Tahun
Terpasang
(Kumulatif MW)
33.983 39.885 44.064
Rasio
Elektrifikasi
Persen 65,79 67,15 72,95 76,56 80
Kapasitas
PLTP
Terpasang
(Kumulatif MW)
1.179 1.189 1.226 1.341 5.000
Pembangunan
Jaringan Gas
Kota
Kota/Sambungan
Rumah
(Kumulatif)
2/
6.210
6/
19.376
9/
45.576
13/ 57.000 19/ 80.000
Pembangunan
SPBG
Unit (Kumulatif) n.a **) FEED
***)
4 8 21
MIDTERM REVIEW RPJMN 2010-2014
*) 1,01 juta adalah target Renstra KESDM yang diperkirakan dapat dilaksanakan, sedangkan target kinerja Presiden adalah 1,2 juta
**) Belum ada pembangunan melalui APBN;
***) Front End Engineering Design
Perlu kerJa Keras Sangat sulit tercapai
On Track/On Trend
Slide - 38
TANTANGAN PRODUKSI MINYAK DAN
GAS BUMI
Produksi minyak bumi tersendat, dibawah satu juta barel per hari, karena
sebagian besar berasal dari lapangan yang sudah tua (mature fields) 62% dari
total jumlah lapangan migas yang ada saat ini.
Peningkatan produksi dari sumur yang sudah tua (mature) terkendala oleh
kemampuan pemanfaatan Teknologi Enhanced Oil Recovery untuk
meningkatkan produksi dari secondary/tertiary recovery membutuhkan biaya
yang mahal (cost recovery)
BUMN (Pertamina EP) menyumbang sekitar 14-15% dari produksi minyak bumi
nasional.
35-40% (350-400 ribu barel/hari) produksi minyak berasal dari lapangan minyak
yang dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Sumatra, yakni lapangan
Duri dan Minas (SLC -Sumatran Light Crude), yang sudah mulai menurun.
Sejak tahun 1985 lapangan Duri sudah menggunakan teknologi EOR injeksi uap
untuk meningkatkan produksi minyak (secondary/tertiary recovery).
Eksplorasi lapangan/sumur baru masih terbatas
Slide - 39
SASARAN BAURAN ENERGI PRIMER
(Draft KEN)
2030
2010 2025
2050
Gas Bumi
Batubara
EBT
25%
22%
30%
23%
22%
23%
30%
25%
20%
24%
25%
31%
49% 22%
24%
5%
Realisasi tahun 2010, Pusdatin, KESDM
Minyak
KEN mendorong pemanfaatan EBT untuk menggantikan energi fosil, memanfaatkan gas
dengan lebih optimal. Ketergantungan terhadap minyak bumi dikurangi seminimum
mungkin, mengingat cadangan minyak bumi yang ada terus menurun.
Batubara tetap manjadi andalan sumber energi, mengingat cadanganya yang besar, namun
penggunaannya dibatasi mengingat potensi emisi karbon yang tinggi.
Slide - 40
Lapangan
Sumber Daya (MWe) Cadangan (MWe)
Kapasitas
Terpasang (MWe)
Speculative Hypothetic Probable Possible Proven
Sumatera 4,925 2,076 5,983 15 380 122
Jawa 1,935 1,946 3,415 885 1,815 1,134
Bali-Nusa Tenggara 410 359 973 - 30 5
Sulawesi 1,000 127 992 150 78 80
Maluku 545 43 341 - - -
Kalimantan 45 - - - - -
Papua 70 - - - - -
Total 285 Lapangan 8,935 4,551 11,704 1,050 2,303
Cadangan/Kapasitas
Terpasang (MW)
28,543 1,341
PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK
PEMBANGKIT LISTRIK
Pemanfaatan baru 4% dari total potensi panas bumi dan kapasitas terpasang pembangkit listrik
tenaga panas bumi (PLTP) baru mencapai 1.341MW, dari total potensi 28.000 MW.
Lapangan yang sudah menghasilkan listrik adalah lapangan Pertamina, sedangkan yang telah
diserahkan ke Pemda (Green Fields) belum ada yang berproduksi masih dalam proses lelang/tender
dan negosiasi (Power Purchase Agreement PPA) dengan pihak pembeli listrik (PLN)
Dari total potensi 28.000 MW, sebanyak 6.000 MW (21%) diidentifikasi berada di hutan konservasi
dan 6.600 MW (23%) berada di hutan lindung. Pengembangan lapangan panas bumi terkendala
konflik lahan.
Slide - 41
WILAYAH
JUMLAH
KENDARAAN
UMUM
SPBG YANG
DIBUTUHKAN
ALOKASI
GAS
(MMSCFD)
PEMBANGUNAN OLEH
PEMERINTAH s.d 2014
PARTISIPASI
BADAN USAHA
MEMBANGUN
SPBG MULAI
2015
SPBG
JARINGAN
PIPA (km)
KONVERT
ER KIT
Jabodetabek 77.983 68 23,1 9*) 109,2
20.500**)
59
Jawa Timur (Surabaya,
Gresik, Sidoarjo)
10.774 13 10,2 4 - 9
Sumsel (Palembang) 3.101 5 2,2 4 - 1
Kaltim (Balikpapan) 5.775 4 1 4 - -
Jawa Tengah
(Semarang)
4.762 4 1 4 35,0 -
Kepri (Batam) 2.976 4 1 4 31,8 -
Total 105.371 98 38,5 29 176,0 69
*) Tahun 2013 dan 2014 disediakan juga 8 Mobile Refueling Unit
**) Tahun 2013 dan 2014 ada alokasi 19 ribu konverter kit yang belum diketahui secara pasti pendiistribusiannya ke masing-masing wilayah
PEMANFAATAN BBG UNTUK SEKTOR TRANSPORTASI
Program Konversi BBM ke BBG untuk kendaraan umum stimulan
pemanfaatan BBG di sektor Transportasi
Sampai dengan 2013, telah dibangun 16 SPBG, 22 km jaringan pipa gas, dan konverter kit 7.500 unit. Tahun
2014 akan dibangun 13 SPBG, jaringan pipa sepanjang 153,8 km, dan penyediaan konverter kit 13.000
unit.
Pada tahun 2015, diharapkan badan usaha mulai terlibat didalam penyediaan BBG untuk kendaraan
umum, baik dalam membangun jaringan pipa BBG maupun SPBG (60-70 unit), termasuk dalam penyediaan
konverter kit (80-85 ribu unit), serta penyediaan BBG di kota-kota lain.
Slide - 42
PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH
UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (PLTU)
0
5
10
15
20
25
30
35
Low Rank Coal (<5100 kcal/kg) Medium Rank Coal (5100-6100
kcal/kg)
High Rank Coal (>6100 kcal/kg)
Low rank coal mendominasi penggunaan batubara dalam pembangkit listrik (75-
80%), atau sekitar 35 juta ton
Sebagain besar batubara berkalori tinggi di ekspor, sehingga hanya sebagian kecil
yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik
Slide - 43
LOW-GROWTH REGIME





















HIGH-GROWTH REGIME





















0
20
40
60
80
100
120
140
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
PROYEKSI PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH (2001-2020)
Dalam akhir tahun 2019/20, penggunaan batubara kalori rendah mencapai 120 juta ton
Juta Tons
PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH
UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (PLTU)
Seiring dengan meningkatnya
permintaan listrik, penggunaan Low
rank coal akan terus meningkat, dan
dalam akhir tahun 2019/2020,
penggunaan batubara jenis ini akan
mencapai 120 juta ton

























Slide - 44
KEMENTERIAN PPN/
BAPPENAS










PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR/KONEKTIVITAS
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
TANTANGAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR (1/2)
Pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar sesuai dengan standar
pelayanan minimum;
Pemenuhan infrastuktur untuk mendukung ketahanan pangan dan
energi;
Peningkatan pemerataan pembangunan antar wilayah dan
mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi melalui konektivitas
nasional;
Peningkatan koordinasi investasi Pusat, Daerah, BUMN dan Swasta;
Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur serta
pengembangan mekanisme pendanaan alternatif (creative financing
scheme).
Slide - 46
Aturan perundang-undangan: masih terdapat kelemahan dan disharmoni dalam
aturan perundang-undangan antar bidang infrastruktur maupun dengan bidang
non-infrastruktur (contoh: kehutanan, otonomi daerah, pertanahan, keuangan)
Kapasitas kelembagaan: belum optimalnya tatakelola (governance), hubungan
antar lembaga dan kapasitas SDM
Pembebasan tanah: kesulitan pembebasan tanah untuk kepentingan
pembangunan infrastruktur secara tepat waktu dan tepat biaya
Pendanaan: efektifitas alokasi dan keterbatasan dana untuk pembangunan
infrastruktur
Prioritisasi: belum sinkron-nya prioritas pembangunan infrastruktur lintas
sektor, lintas wilayah maupun antar tingkatan (nasional, propinsi,
kabupaten/kota)
TANTANGAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR (2/2)
Slide - 47
KOORDINASI INVESTASI
PUSAT, DAERAH, BUMN DAN SWASTA
Peningkatan kualitas proyek KPS yang bankable untuk menjamin
kepastian bagi investor melalui pengintegrasian proses KPS dalam
mekanisme perencanaan dan penganggaran pada masing-masing
sektor infrastruktur.
Menegaskan kriteria dan ruang lingkup penugasan BUMN di dalam
pembangunan infrastruktur.
Memperjelas kewenangan antara pusat dan daerah di dalam
pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur.
Pengintegrasian proses KPS dan penugasan BUMN
ke dalam masing-masing sektor infrastruktur
Slide - 48
SKEMA ALTERNATIF PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Infrastructure Bond yang penggunaannya dikhususkan hanya untuk
pembiayaan proyek-proyek infrastruktur
Penugasan BUMN (seperti penugasan Hutama Karya dalam proyek Trans
Sumatera Highway) yang didukung melalui penyertaan modal pemerintah
dan direct-lending yang dijamin oleh pemerintah
Private Finance Initiative (PFI) multi-year contract 15 hingga 30 tahun
Performance-Based Annuity Scheme (PBAS) atau Availability Payment
Pengenaan tariff/biaya akses seperti Electronic Road Pricing (ERP)
Infrastruktur swasta (private infrastructure)
Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat (community-
based infrastructure)
Slide - 49










AKSELERASI PEMBANGUNAN
PROVINSI JAWA BARAT, 2013-2018
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PERAN STRATEGIS JAWA BARAT
Secara geografis Provinsi Jawa
Barat memiliki lokasi strategis
karena berdekatan dengan Ibu
Kota Negara
Provinsi Jawa Barat memberikan
kontribusi terbesar ketiga
terhadap PDB Nasional.
Mempunyai kualitas sumber
daya manusia yang mencukupi,
khususnya di tingkat pendidikan
tinggi karena ditunjang
banyaknya perguruan tinggi.
Slide - 51
PERMASALAHAN JAWA BARAT:
EKONOMI DAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN
Slide - 52
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan dari 4,8 persen
(2004) menjadi 6,1 persen (2013 Q2). Namun demikian, PDRB per kapita Jawa Barat
tahun 2012 (Rp 21,25 Juta) masih berada di bawah PDRB per kapita nasional tahun
2012 (Rp 33,75 Juta).
Provinsi Jawa Barat telah berhasil menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
secara cepat dari 14,51 % (Feb 2007) ke 8,90 % (Feb 2013). Namun, tingkat
pengangguran Provinsi Jawa Barat masih berada di atas TPT Nasional 5,92 % (Feb
2012).
Selama periode 2007-2011, kontribusi ekonomi Jawa Barat terhadap PDB Nasional
semakin menurun (14,79 % di tahun 2007 menjadi 14,30 % di tahun 2011).
Peranan sektor industri pengolahan pada PDRB Jawa Barat terus mengalami penurunan
yang dapat mengurangi penyerapan tenaga kerja sehingga berdampak terhadap tingkat
pengangguran (44,97 % di tahun 2007 menjadi 35,79 % di tahun 2012)
Pembangunan ekonomi Jawa Barat tidak merata. Jawa Barat bagian selatan cenderung
tertinggal dan lambat pertumbuhannya.
PERMASALAHAN JAWA BARAT:
PENDIDIKAN
Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang SMP/MTs sederajat Provinsi Jawa Barat pada
tahun 2011/2012 sudah mencapai 74,12%, lebih rendah dari rata-rata nasional
(77,7%). Selain itu, kesenjangan APM antarkabupaten/kota juga masih cukup lebar,
dari 61,4% di Kab. Sukabumi sampai 98,7% di Kota Banjar (Data Kemdikbud,
2011/2012).
Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang menengah Provinsi Jawa Barat pada tahun
2011/2012 (67,8%) juga masih rendah dibanding rata-rata nasional (76,4%). Sebaran
APK antar kab/kota juga cukup lebar, yaitu dari 47,2% di Kab. Bandung Barat sampai
lebih dari 100% di berbagai kota seperti Kota Bandung, Kota Sukabumi, Kota
Cirebon, dan Kota Bogor (Data Kemdikbud, 2011/2012).
Angka partisipasi sekolah penduduk usia 19-24 tahun Provinsi Jawa Barat tidak
banyak meningkat dari tahun 2004 sebesar 9,29% dan pada tahun 2012 sebesar
12,09%. Angka-angka tersebut lebih rendah dari angka nasional periode
2004(12,07%) 2011 (15,94%) (Data Susenas)
Angka buta aksara penduduk usia 15 tahun keatas di Jawa Barat pada tahun 2012
cukup rendah (3,82%) tetapi angka untuk penduduk usia 45 tahun keatas masih
sangat tinggi (10,72%).
Slide - 53
PERMASALAHAN JAWA BARAT:
KESEHATAN
Slide - 54
Sumber data: 1) SDKI 2012; 2) Riskesdas 2010
Beberapa indikator menunjukkan kesehatan masyarakat di Jawa Barat meningkat
dan lebih baik dari rata-rata nasional; misalnya kematian bayi 30 per 1.000
kelahirah hidup
1
; kekurangan gizi pada balita-13%
2
dan cakupan imunisasi dasar
lengkap 65,6%
1

Tetapi banyak indikator yang masih di bawah atau di sekitar rata-rata nasional seperti
stunting (anak pendek) karena kurang gizi (33.6%)
1
, persalinan oleh tenaga
kesehatan (80.3%)
1
dan anak usia 12-23 bulan dengan imunisasi campak (72.8%)
Kesenjangan antar wilayah masih tinggi. Banyak fasilitas kesehatan yang sistem
manajemen dan tenaga kesehatannya cukup baik, tetapi banyak yang masih
tertinggal misalnya: kebutuhan akan tenaga dokter, apoteker, dan sanitarian di
Puskesmas; kurangnya pelatihan dan refreshing bagi bidan.
Sebagai provinsi ber-penduduk terbesar, pembangunan kesehatan di Jawa Barat
akan sangat besar daya ungkit-nya di tingkat nasional.
Kesiapan pelaksanaan SJSN bidang kesehatan perlu di tingkatkan, terutama dari sisi
supply side: fasilitas (puskesmas, rumah sakit); tenaga (dokter, bidan dan perawat),
dan sistem kesehatan (pelayanan dan sistem rujukan)

AKSELERASI PEMBANGUNAN
PROVINSI JAWA BARAT (1/3)
1. Menciptakan Lingkungan Perkotaan dan Perdesaan yang lebih baik
Pengembangan wilayah WALINI.
Pengembangan Kereta Api, Monorel, Tol dalam kota Bandung (Terusan
Pasteur-Ujung Berung- Cileunyi- Gedebage, dan tol Pasir Koja-Soreang).
Pembangunan permukiman perdesaan.
Pembangunan sarana prasarana lingkungan, termasuk rehabilitasi sungai
Citarum, pembangunan Waduk santosa, the Construction of transfer
Water Interbasin Cibatarua Cilaki Project.
Pembangunan infrastruktur air bersih (Proyek Air Minum Jatiluhur, PAM
Pondok Gede, Bekasi, PAM Bekasi Utara, PAM Jatigede, Sumedang),
drainase, persampahan (Pengelolaan Persampahan Greater Bandung
Area, Pengelolaan Sampah Bogor dan Depok).
Slide - 55

AKSELERASI PEMBANGUNAN EKONOMI
PROVINSI JAWA BARAT (2/3)
2. Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru dan Revitalisasi
Kawasan Industri
Pembangunan Kawasan Ekonomi Terpadu/Kawasan Industri Subang,
Majalengka, dan Sukabumi.
Revitalisasi Kawasan Industri Bekasi, Karawang, Purwakarta.
Penyelesaian pembangunan Tol CISUMDAWU; Tol Ciawi-Sukabumi; Tol
Sukabumi-Bandung; Tol Cileunyi-Tasikmalaya; Tol Cikampek-Palimanan.
Pengembangan pembangkit panas bumi dan PLTU Pelabuhan Ratu, dan
PLTsa Gedebage.
Pengembangan Kawasan Industri Jawa Barat (Ciamis, Cianjur, Sukabumi,
Tasikmalaya) dan penyelesaian jalur Jawa Barat Selatan.
Slide - 56

AKSELERASI PEMBANGUNAN EKONOMI
PROVINSI JAWA BARAT (3/3)
3. Membangun Sistem Logistik yang Efisien dan Efektif
Pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Karawang.
Pembangunan Bandara Internasional Kertajati di Majalengka.
Pembangunan Tol dan Kereta Api Karawang Cilamaya.
Pembangunan Terminal Gedebage.
4. Peningkatan Teknologi dan Kualitas SDM
Pembangunan Pusat Inovasi (NARC) di Bogor dan Majalengka.
Pembangunan Pusat Pelatihan di Bekasi, Sukabumi, dan Majalengka.
Pembangunan Politeknik/Akademi Komunitas di Bekasi, Sukabumi, dan
Majalengka.
5. Reformasi Birokasi dan Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha
Review Perda-Perda yang menghambat iklim investasi dan iklim usaha.
Penyederhanaan Perda.
Memperlancar dan mempermudah perijinan.
Slide - 57
MENINGKATKAN PERAN AKTIF GUBERNUR
SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Mengefektifkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan secara
sinergis dan partisipatif dengan instansi vertikal, kabupaten/kota,
serta koordinasi antar kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat;
Meningkatkan koordinasi dalam penyusunan rencana pembangunan,
pelaksanaan dan monev baik di tingkat provinsi maupun tingkat
kabupaten/kota;
Meningkatkan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Slide - 58
PENUTUP
Sinkronisasi perencanaan menjadi kunci bagi peningkatan
sinergi pembangunan antara pusat dan daerah
Perencanaan pembangunan daerah yang baik perlu menjaga
kesinambungan pembangunan disertai adaptasi dengan
dinamika internal dan eksternal
Keberhasilan pembangunan daerah akan membentuk daya
tahan nasional yang tangguh dalam menghadapi
perubahan-perubahan di tingkat global yang semakin sulit
diprediksi.
Slide - 59










TERIMA KASIH
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL










KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
LAMPIRAN I:
PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG TRANSPORTASI
PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014
KEGIATAN INFRASTRUKTUR TA. 2014
JAWA BARAT
Program Transportasi 2014
Sektor Jalan (Provinsi Jawa Barat)
J
A
L
A
N

Kegiatan / Output / Paket
Satuan
Output
Rencana
Tahun
2014

RPM

PHLN

Jumlah
(Juta Rp)
Vol.
Pemeliharaan Rutin Jalan Km
905,6 76.733,3 - 76.733,3
Pemeliharaan Rutin Jembatan M
13.496,8 17.801,9 - 17.801,9
Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi Jalan Km
113,5 364.652,0 - 364.652,0
Pemeliharaan Berkala/Rehabilitasi Jembatan M
143,8 91.500,0 - 91.500,0
Rekonstruksi/Peningkatan Struktur Jalan Km
64,9 323.053,2 - 323.053,2
Penggantian Jembatan M
45,6 11.116,0 - 11.116,0
Pembangunan Jalan Baru Km
2,5 25.000,0 - 25.000,0
Pelebaran Jalan Km
12,9 59.196,0 - 59.196,0
Pembangunan Fly Over/Underpass/ Terowongan M
53,9 10.058,8 - 10.058,8
Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Km
3,4 - 101.000,0 101.000,0
Pembangunan/Pelebaran Jln di Kaw. Srategis, Perbatasan, Wil. Terluar
& Terdepan Km
1,2 5.922,5 - 5.922,5
Pengumpulan Data Jalan Dan Jembatan Dokumen
- 5.827,0 - 5.827,0
Perencanaan Teknis Dan Pengawasan Teknis Jalan Dan Jembatan Dokumen
- 53.270,9 - 53.270,9
Monitoring Dan Evaluasi Pelaksanaan Jalan Dan Jembatan Dokumen
- 1.115,0 - 1.115,0
Penyiapan Bahan Usulan Program Tahunan dan 5 Tahunan Dokumen
- 74,0 - 74,0
Layanan Publik (PNBP) Bulan Laya
12,0 697,4 - 697,4
Layanan Perkantoran Bulan
72,0 31.162,1 - 31.162,1
Sistem Pelaporan secara Elektronik (e-Monitoring) Satker Kem. PU III
(Jmlh Paket 21 - 40) Laporan
- 77,4 - 77,4
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Unit 61,0 3.247,5 - 3.247,5
Subtotal
1.080.505,0 101.000,0 1.181.505,0
Program Transportasi 2014
Sektor Perhubungan Laut, Udara, Perkeretaapian
(Provinsi Jawa Barat)
L
A
U
T

NO UNIT KERJA/PROGRAM/KEGIATAN-SUB KEGIATAN JUMLAH
JUMLAH RAYA
(Ribu Rupiah)
1 Dukungan Manajemen & Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Hubla 35.977.658
KSOP Cirebon 15.982.112
Unit Penyelenggara Pelabuhan Pelabuhan Ratu 3.912.938
Unit Penyelenggara Pelabuhan Indramayu 9.221.493
Dukungan Manajemen & Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Hubla 3.071.406
Unit Penyelenggara Pelabuhan Pangandaran 14.497.049
2
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pelabuhan
dan Pengerukan
20.807.030
Jumlah 56.784.688
U
D
A
R
A

1 Bandar Udara Cakrabuwana-cirebon 13.375.000
2 Bandara Kertajati 100.000.000
133.375.000
P
E
R
K
E
R
E
T
A
A
P
I
A
N

1
Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana dan Fasilitas
Pendukung Kereta Api

Lanjutan peningkatan jalan KA dengan mengganti Rel R.33 Btln besi
menjadi Rel R.54 Btln Beton berikut normalisasi tubuh jalan di
Km.0+000 s/d Km.29+000 lintas Bogor - Sukabumi (mendukung
angkutan barang tahap II)
92.787.690
Penanggulan longsor di Km.212+400 Km.212+500 antara
Leuwigoong Cibatu lintas Bandung-Banjar
33.786.000
Pembangunan badan jalan KA berikut drainase dan tembok penahan
tanah antara Cibungur - Tanjungrasa
40.919.634
Pembangunan jembatan KA di km 0+300 - km 8+700 antara Cibungur
- Tanjungrasa (tahap 1)
184.130.191
514.711.915










KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
LAMPIRAN II:
PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG SUMBER DAYA AIR
PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014
Program Kegiatan Perhubungan Tahun 2014
Sektor Sumber Daya Air
Prov. Jawa Barat
Kegiatan Lokasi Alokasi
(Rp juta)
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa
dan Jaringan Pengairan Lainnya
Kabupaten Garut 91.060,00
Kabupaten Indramayu
24.794,1

Kabupaten Cirebon 76.809,48
Kabupaten Indramayu
91.700,00

Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta
Bangunan Penampung Air Lainnya
Waduk Kuningan 184.500,00
Waduk Jatigede 920.870,00


Isu Strategis: Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur,
Ketahanan Pangan, Ketahanan Energi Diversifikasi Sumber Energi
serta Pemanfaatan Energi Baru dan Terbaharukan
Kegiatan Strategis :
1. Pembangunan Daerah Irigasi
2. Pembangunan Waduk Strategis di Jawa Barat
Prioritas Nasional : Infrastruktur










KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
LAMPIRAN III:
PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG ENERGI, TELEKOMUNIKASI,
DAN INFORMATIKA - PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014
Program Kegiatan Perhubungan Tahun 2014
Sektor ETI
Prov. Jawa Barat
Kegiatan Target Fisik Alokasi
(Rp juta)
Penyusunan Kebijakan dan Program serta Evaluasi
Pelaksanaan Kebijakan Ketenagalistrikan

261 km

53.199,75
Pembinaan, Pengawasan dan Pengusahaan Aneka
Energi Baru Terbarukan
1250 Tungku; 50 Unit Biogas;
Rehabilitasi 1 PLTMH di
Sumedang
1.400,00


Isu Strategis: Kualitas dan Cakupan Pelayanan Infrastruktur,
Ketahanan Pangan, Ketahanan Energi Diversifikasi Sumber Energi
serta Pemanfaatan Energi Baru dan Terbaharukan
Kegiatan Strategis :
1. Akselerasi Peningkatan Rasio Elektrifikasi Jawa Barat
2. Mengembangkan Potensi Energi Baru Terbarukan di
Jawa Barat
Prioritas Nasional : Infrastruktur










KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
LAMPIRAN IV:
PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG KERJASAMA PEMERINTAH DAN
SWASTA - PROPINSI JAWA BARAT TA. 2013
Proyek Kerja Sama Pemerintah
dan Swasta










KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
LAMPIRAN V:
KEGIATAN MP3EI
PROVINSI JAWA BARAT TA.2014
KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (1/4)
KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (2/4)
E
N
E
R
G
I

Nama Proyek
Nilai
Investasi
(Miliar Rp)
Mulai Selesai Pelaksana Status Proyek KPI
Pembangunan gardu induk/trafo di Jawa Barat sampai 2021 (24640 MVA) 20768 2012 2021
Kementerian
ESDM, PT PLN
Sebagian dalam tahap
pelaksanaan, sebagian
dalam tahap persiapan
Nasional
Pembangunan PLTU Jawa-1 1x1000 MW (Usulan Revisi FTP2) 15000 2014 2017 PT. PLN - IPP Persiapan tender Lainnya
Pembangunan PLTU Jawa-3 2x660 MW (Usulan Revisi FTP2) 16300 2014
2017 dan
2018
PT. PLN - IPP Persiapan tender Lainnya
Pembangunan PLTU Jawa-4 2x1000 MW (Usulan Revisi FTP2) 30000 2014
2019 dan
2020
PT. PLN - IPP Persiapan tender Lainnya
Pembangunan PLTU Jawa-5 2x1000 MW (Usulan Revisi FTP2) 30000 2014 2019 PT. PLN - IPP
Dalam tahap Studi
Kelayakan.
Lainnya
Pembangunan PLTU Jawa-6 2x1000 MW (Usulan Revisi FTP2) 30000 2015 2021 PT. PLN
Dalam tahap Studi
Kelayakan.
Lainnya
Pembangunan PLTU Cirebon 660 MW 7560 2007 2011 PT. PLN - IPP Sudah selesai Lainnya
Pembangunan PLTU Suralaya 625 MW 5500 2007 2011 PT. PLN Sudah selesai Lainnya
PLTU 1 Jabar Indramayu (3 x 330 MW) 8698 2007 2011 PT. PLN Sudah selesai Lainnya
Pembangunan PLTU Indramayu #4 1x1000 MW (FTP2) 33800 2013
2019 dan
2020
PT. PLN
Dalam tahap persiapan
konstruksi dan ada kendala
terhambatnya penyelesaian
persetujuan amdal dari
Pemda
Indramayu
Pembangunan PLTU Indramayu #5 1x1000 MW 14200 2013
2019 dan
2020
PT. PLN Dalam proses perencanaan Indramayu
Pembangunan transmisi listrik di Jawa Barat sampai 2021 (4740 kms) 8235 2012 2021 PT. PLN
Sebagian dalam tahap
pelaksanaan, sebagian
dalam tahap persiapan
Nasional
Pengembangan PLTP Wayang Windu Unit 3 dan 4 2x110 MW (FTP2) 4700 2014 2019
Star Energy,
PT. PLN
Eksplorasi tambahan sumur
ke-3 (proses lelang EPC
unit 3 dihentikan oleh
pengembang)
Bandung
Percepatan pengembangan hidro skala besar (4x260 MW) Upper Cisokan
(FTP2) di Jawa Barat
8000 2013 2017 PT. PLN
Proses pra konstruksi
(pembangunan sebagian
access road)
Ijin prinsip dari kemenhut
sdh keluar 13 Feb 12
Bandung
KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (3/4)
S
E
K
T
O
R

Nama Proyek
Nilai Investasi
(Miliar Rp)
Mulai Selesai Pelaksana Status Proyek KPI
E
N
E
R
G
I

Pembangunan Rel Kereta Api Barang menuju Pelabuhan
Cilamaya
3.400 2020 2025
Kementerian
Perhubungan

Jabodetabek
Area
Pembangunan Rel Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung 39.800 2020 2025
Kementerian
Perhubungan dan
swasta

Jabodetabek
Area
K
A

Pembangunan elektrifikasi Padalarang- Bandung-Cicalengka
dan Kiara Condong-Cicalengka
1722 2015 2018
Kementerian
Perhubungan
Track Padalarang-Bandung-Cicalengka 45 km,
track Kiara Condong-Cicalengka 22 km. TA
2013 : (Rupiah Murni) Kajian AMDAL dan
Larap untuk pembangunan jalur ganda dan
elektrifikasi antara Padalarang - Bandung -
Cicalengka
Bandung
U
D
A
R
A

Pembangunan Bandara Karawang 36199 2017 2025
Kementerian
Perhubungan;, Ap2,
Swasta

Pembangunan Bandara Kertajati 8299 2013 2020
Kementerian
Perhubungan dan
Dinas Perhubungan
Prov. Jawa Barat
L
A
U
T

Pembangunan konstruksi pelabuhan Cilamaya 40345 2015 2020
Kementerian
Perhubungan dan
swasta
Dan jalan akses ke pelabuhan sepanjang 30
km. FS Maret 2013 selesai, AMDAL dan DED
direncanakan 2013. 2014 : persiapan
pelabuhan cilamaya
Jabodetabek
Area
S
D
A

Pembangunan Bendungan Jatigede (Air baku 3900 l/s; irigasi
90.000 ha)
3252 2011 2014
Kementerian PU
(Ditjen SDA)
Progres 76 %, selesai 2013.Pendanaan:
Proses penambahan Loan baru $172 juta (total
biaya: $411juta), blm termasuk biaya pemb.
Unit air baku
Majalengka
Pengembangan sistem penyediaan air untuk pembangunan
infrastruktur skala besar (Jatiluhur Tahap 2)
4300 2015 2018 SWASTA
Jabodetabek
Area
P
E
R
M
U
K
I
M
A
N

Pembangunan Kota Baru di Karawang 5.600 2015 2018 SWASTA
Jabodetabek
Area
KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (4/4)
S
E
K
T
O
R

Nama Proyek
Nilai Investasi
(Miliar Rp)
Mulai Selesai Pelaksana Status Proyek KPI
J
A
L
A
N

Penanganan Jalan Pantura Cikampek Cirebon (166,1 Km) 3.199,0 2011 2025 Kementerian PU Indramayu
Pembangunan Jalan Tol Cibitung - Cilincing 33,9 km (JORR 2) 4.200,0 2012 2016 Kementerian PU
Jabodetabek
Area
Penambahan Jalur Jalan Tol Jakarta - Cikampek 4.800,0 2015 2018
Jasa Marga

Jabodetabek
Area
Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Cilamaya 3.500,0 2020 2025 Kementerian PU Karawang
Pembangunan jalan Tol Ciawi-Sukabumi 7.775,0 2014 2018 SWASTA Panjang ruas 54 km. Bogor
Pembangunan Jalan Tol Cileunyi - Sumedang - Dawuan 9.853,0 2012 2017 Kementerian PU
Panjang ruas 60,10km. Proses Pengadaan
Tanah : Seksi I (Ruas Cileunyi - Rancakalong) :
27%, Seksi II (ruas Rancakalong-Sumedang) :
48%; (23102012) Progress pembebasan tanah
21.62% (Seksi I dan II), Progress pekerjaan
fisik:Paket APBN th.2011 = 100 % Paket
th.2012 (0%), terkendala karena belum
ditandatanganinya Loan Agreeement dengan
Pemerintah China
. Ada di PPP Book 2012.
Majalengka
Pembangunan jalan tol terusan Pasteur - Ujung Berung -
Cileunyi, Soekarno Hatta - Gedebage
11.523,0 2017 2020 SWASTA
Panjang ruas 27,3 km. Belum Tender. Ada di
PPP Book 2012.
Bandung
Pembangunan Jalan Tol Cimanggis-Cibitung (JORR 2) 4.524,0 2015 2020
PT Cimanggis
Cibitung Tol Ways
Panjang ruas 25,39 km.
Jabodetabek
Area










LAMPIRAN VI:
HASIL EVALUASI RPJMN 2010-2014
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
2010 2011 2012
TARGET
RPJM
REALISASI
TARGET
RPJM
REALISASI
TARGET
RPJM
REALISASI
Pertumbuhan Ekonomi 5,5- 5,6 6,2 6,0 - 6,3 6,5 6,4 - 6,9 6,23
Inflasi 4 - 6 7 4,0 - 6,0 3,8 4,0 - 6,0 4,30

Pengangguran 7,6 7,1 7,3 - 7,4 6,6 6,7 - 7,0 6,14 (Agt)

Kemiskinan 12,0 - 13,5 13,33 11,5 - 12,5 12,49 10,5 - 11,5 11,66 (Sept)

HASIL PENCAPAIAN KINERJA
RPJMN 2010-2014
2013 2014
STATUS
TARGET
RPJM
TARGET
APBN 2013
TARGET
RPJM
TARGET
RKP
Pertumbuhan Ekonomi 6,7 - 7,4 5,9 7,0%-7,7% 6,4 6,9
Inflasi 3,5 5,5 9,2 3,5 5,5 3,5 5,5
Pengangguran 6,0 - 6,6 5,8 6,1 5%-6% 5,0 6,0
Kemiskinan 9,5 - 10,5 9,5 10,5

8%-10%

8,0 10,0
1
= Sudah tercapai atau On
Track/on Trend

2
= Perlu Kerja Keras

2
1
1
2














Slide - 77
REKAPITULASI REVIEW RPJMN 2010-2014
Beberapa indikator utama pembangunan sudah on track dan bahkan telah tercapai.
Namun, beberapa sasaran masih memerlukan perhatian khusus di 2014.
NO PRIORITAS NASIONAL
1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 4 2 4
2 Pendidikan 6 0 0
3 Kesehatan 3 3 4
4 Penanggulangan Kemiskinan 4 1 0
5 Ketahanan Pangan 3 5 1
6 Infrastruktur 8 2 1
7 Iklim Investasi dan Iklim Usaha 3 3 1
8 Energi 3 1 2
9 Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana 11 0 0
10 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik 1 3 0
11 Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi 5 0 0
12 Politik, Hukum, dan Keamanan 8 5 0
13 Perekonomian 1 2 0
14 Kesejahteraan Rakyat 6 0 0
JUMLAH 66 27 13
PERSENTASE 62% 26% 12%
= Sangat Sulit tercapai 1 2
3
= Sudah tercapai atau On
Track/on Trend

= Perlu Kerja Keras

3
2 1
Slide - 78

Anda mungkin juga menyukai