Angioedema
Angioedema
A. DEFINISI
Angioedema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh meningkatnya
permeabilitas vaskular pada jaringan subkutan kulit, lapisan mukosa dan
submukosa.
(!"#
$al ini pertama kali diungkapkan pada tahun %&". Istilah lainnya
seperti giant urticaria, Quincke edema, dan angioneurotic edema telah digunakan
sejak dulu untuk menggambarkan kondisi seperti ini.
(#
Angioedema seringkali dihubungkan dengan urtikaria. Faktanya, sebanyak
%'( pasien dengan urtikaria juga mengalami angioedema. )ada banyak kasus,
angioedema sangat mirip dengan urtikaria berdasarkan etiologi dan strategi
penatalaksanaannya.
(#
*rtikaria timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang spesi+ik dan
menimbulkan reaksi setempat yang mirip reaksi ana+ilaksis. $istamin yang
dilepaskan setempat akan menimbulkan vasodilatasi yang menyebabkan
timbulnya red flare (kemerahan# dan peningkatan permeabilitas kapiler setempat
sehingga dalam beberapa menit kemudian akan terjadi pembengkakan setempat
yang berbatas jelas.
(,#
Di sisi lain, angioedema -ukup berbeda dengan urtikaria. Angioedema selalu
melibatkan lapisan dermis yang lebih dalam atau jaringan submukosa atau
subkutaneus, sementara urtikaria melibatkan lapisan dermis yang lebih super+i-ial.
(#
.. E/I0)A/01ENESIS
)embengkakan yang terjadi pada angioedema merupakan hasil dari
peningkatan permeabilitas vaskuler lokal pada jaringan submukosa dan
subkutaneus.
(#
Angioedema dapat diklasi+ikasikan menjadi allergic angioedema,
pseudoallergic angioedema, non-allergic angioedema dan idiopathic angioedema.
(#
1
a. Allergic angioedema
.erdasarkan studi yang dilakukan, angioedema paling sering disebabkan
oleh alergi. Sekitar 2& orang pasien dengan allergic angioedema, sebanyak
2.,( kasus disebabkan oleh makanan, 34."( oleh obat!obatan, &.3( oleh
binatang, dan sekitar '.2( dipengaruhi oleh aeroalergen. 5akanan yang
paling sering men-etuskan angioedema adalah makanan laut (,'(#.
Sedangkan obat!obatan yang diduga menjadi penyebab angioedema adalah
antibiotik (6 dari 4 kasus7 "3.6(#, paling sering amo8isilin (3 dari 6
kasus7 6%(#.
(&#
Allergic angioedema seringkali dihubungkan dengan urtikaria.
Angioedema biasanya akan mu-ul dalam 9aktu 3' menit sampai 6 jam
setelah terpajan alergen (seperti makanan, obat!obatan, dan bahan late8#.
.ro9n melaporkan sebanyak 26 pasien dengan ana+ilaksis yang dira9at di
I:D, didapatkan angioedema pada sekitar 2'( kasus.
(#
Mast cell merupakan sel e+ektor utama terjadinya urtikaria dan
angioedema, meskipun sel!sel lainnya juga tidak diragukan kontribusinya.
(6#
Alergen makanan yang masuk akan mengakibatkan terjadinya cross-
linking IgE yang melekat pada permukaan mast cell atau baso+il. Akibat
keadaan tersebut, terjadi pelepasan mediator, misalnya histamin, leukotrien,
dan prostaglandin, yang selanjutnya akan mengakibatkan gejala klinis.
(4#
)elepasan mediator oleh mast cell, terutama histamin, mengakibatkan
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular.
('#
b. Pseudoallergic angioedema
Pseudoallergic angioedema tidak dimediasi oleh reaksi hipersensiti+itas
IgE. Akan tetapi gejala yang ditimbulkan sangat mirip dengan allergic
angioedema. ;ontohnya angioedema yang diinduksi oleh penggunaan
NSAIDs seperti aspirin.
(#
Angioedema akibat induksi NSAIDs didapatkan pada sekitar 6'( kasus.
0bat!obatan yang bertanggung ja9ab terhadap angioedema adalah ibupro+en
(%,(#, aspirin (4(#, diklo+enat (4.%(#, asam me+enamat (2.&(#, napro8en
(2.&(# dan melo8i-am (2.&(#.
(,#
2
Angioedema terjadi akibat blokade jalur pembentukan prostaglandin
oleh penggunaan obat!obatan seperti aspirin dan NSAIDs lainnya. Sehingga
terjadi akumulasi leukotrien vasoakti+.
('#
-. Non-allergic angioedema
Non-allergic angioedema merupakan angioedema yang tidak melibatkan
IgE atau histamin dan umumnya tidak berhubungan dengan terjadinya
urtikaria, termasuk diantaranya<
(#
1. Angioedema Herediter (Hereditary Angioedema (HAE))
Angioedema herediter terdiri atas dua subtipe, yaitu<
# dan reseptor $
6
(A$
6
#.
(3#
Se-ara klinis dasar pengobatan pada urtikaria dan angioedema
bergantung pada e+ek antagonis terhadap histamin pada reseptor $
,
namun e+ektivitas tersebut a-apkali berkaitan dengan e+ek samping
+armakologik, yaitu sedasi. Dalam perkembangannya terdapat
antihistamin yang baru yang berkhasiat terhadap reseptor $
tetapi
nonsedasi, golongan ini disebut sebagai antihistamin non!klasik.
(3#
)ada umumnya, antihistamin $
, yaitu e+ek
antikolinergik atau menghambat reseptor al+a!adrenergik.
(3#
Antihistamin $