Anda di halaman 1dari 14

POLARISASI CAHAYA

PERTEMUAN 12(OFC)
Matakuliah : K0252 / Fisika
Dasar II
Tahun : 2007


Bina Nusantara
1. POLARISASI LINIER
Pendahuluan
Dari percobaan interferensi dan difraksi serta teori gelombang elektro
-magnetik dapat disimpulkan bahwa cahaya merupakan gelombang .
transversal
Tipe getaran pada umumnya adalah eliptik , tersusunan dari dua
getaran yang arah getarannya saling tegak lurus , berfrekuensi sama
dengan amplitudo serta fase yang berbeda sedangkan tipe linier dan
lingkaran adalah khusus
Cahaya dihasilkan olek banyak sumber gelombang (muatan yang
bergetar) yang fase dan arah getarannya bersifat acak sehingga pada
umumnya cahaya bersifat tidak terpolarisasi seperti cahaya matahari .
Gambar A . Sedangkan yang terpolarisai linier seperti Gambar B

3
Gambar A
Gambar B
Bina Nusantara
Fenomena cahaya terpolarisasi dapat digolongkan pada :
Polarisai karena pemantulan
Polarisasi karena Penyerapan
Polarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena hamburan

2. POLARISASI KARENA PEMANTULAN
Cara sederhana untuk medapatkan cahaya yang terpolarisasi adalah
. dengan pamntulan cahaya sebagai berikut .
Sinar A dipantulkan oleh cermin P1 dan
. sinar yang terpantul dipantulkan lagi
. oleh cermin P2 . Ternyata apabila cer-
. min P2 diputar terhadap poros cermin
. P1 dan P2 kelipatan 90
0
ternyata caha
. ya terpantul B berintensitas nol .
4


A
B
P1
P2
Bina Nusantara
Sudut pantul ini disebut sudut polarisasi
- Hukum Brewster
Menurut hukum Snellius
n
1
sin
1
= n
2
sin
2

. Kalau n
1
= 1 (untuk udara) ,
1
= dan n
2
= n ,
2
= * dimana
. * = 90
0
maka hubungan antara sudut polarisasi dan sudut bias
. * menjadi
sin = n sin * atau
n = sin / sin * = tg (01)
. ( Hukum Brewster)


5

90
0

n = 1
Sinar biasa
*
Sinar terpolarisasi bidang
Bina Nusantara
- Hukum Malus
Bahan yang dapat mempolarisari cahaya biasa menjadi terpolarisasi
. disebut polarisator sedangkan bahan yang dipergunakan untuk
. mencek terpolarisasinya suatu cahaya disebut analisator .
. Menurut Malus , intensitas cahaya yang ditransmisikan oleh analisa-
. tor tergantung pada sudut antara bidang polarisator dan bidang ana-
. lisator sebagaimana tergambar .



A = amplitudo cahaya terpolarisasi




6

A
A
1

A
2

Bidang analisator
Bidang polarisator
Bina Nusantara
Cahaya biasa memasuki polarisator
Cahaya tak terpolarisasi
polarisator
Terpolarisasi bidang sesuai
arah polarisator
Arah rambatan
cahaya











Bina Nusantara
Hukum Malus :

(02)
Prosentase polarisasi

(03)


3. Polarisasi karena penyerapan (Dikroisma)
Sifat kristal pembias kembar ,dimana salah satu komponen terpolarisasi
. diserap lebih kuat dari pada komponen yang lainnya . Contoh : kristal .
. turmalin. Gambar C
Sinar biasa terdiri atas komponen tegak lurus bidang gambar (warna
. merah) dan komponen sejajar bidang gambar Amplitudo komponen
. sejajar setelah masuk bahan tourmalin menjadi makin kecil (diserap)
. sedang komponen sejajar tetap besarnya .

2
max
cos I I
8
% 100
min max
min max

I I
I I
Bina Nusantara



Gambar C

4. Polarisasi karena pembiasan ganda (Bias kembar)
Sebagian kristal non kubik ( misal: kuarsa , turmalin , kalsit) bersifat
. non isotrop artinya : kecepatan cahaya tidak sama ke semua arah .
, . Dalam bahan yang demikian laju cahaya tergantung pada arah ramba-
. tan .Cahaya yang masuk dalam bahan tersebut terbagi menjadi dua
. berkas ; yaitu berkas cahaya biasa (ordiner) dan berkas cahaya luar
. biasa (extra ordiner) .
Sinar Biasa ( sinar ordiner )
Sinar yang kecepatan rambatnya pada suatu medium sama ke semua
. arah .
9
Yang sejajar diserap
BAHAN TOURMALIN
Yang diteruskan komponen
tegak bidang gambar warna
merah
Sinar biasa
Bina Nusantara
Sinar Luar Biasa
Sinar yang kecepatan rambatnya pada suatu medium tidak sama ke
semua arah .
Sumbu Optik
Suatu arah pada kristal, dimana sinar biasa dan sinar luar biasa
merambat dengan kecepatan yang sama

10
Sumbu optik
102
0

78
0

78
0

Gambar sumbu optik dari
kalsit (CaCO
3
)
Bina Nusantara
5. POLARISASI LINGKARAN DAN ELIPS
Pada kondisi kristal tertentu , sinar biasa dan sinar luar biasa melalui
jalan yang sama, tapi dengan kecepatan yang berbeda.Setelah keluar
dari kristal , kedua sinar akan berselisih fase , yang akan menghasil -
kan sinar terpolarisasi , yang bentuknya tergantung dari beda fase.
Untuk beda fasenya : /2 , 3/2 , atau kelipatan ganjil dari /2 , geta-
ran yang dihasilkan akan berupa lingkaran.
Untuk selisih fasenya : 0 , , 2, 3 , atau setiap kelipatan bulat dari
, getaran yang dihasilkan akan linier .
Untuk semua selisih fasa lainnya, getaran yang dihasilkan akan
berupa ellips.
6. POLARISASI KARENA HAMBURAN CAHAYA
Hamburan cahaya: fenomena penyerapan cahaya dan pemancaran-
nya kembali oleh suatu medium/ benda. Cahaya datang pada medium
penghambur ( cahaya datang tak terpolarisasi ) dalam arah sumbu Z :
cahaya yang dihamburkan pada arah sumbu X . dipolarisasi pada
arah sumbu Y , sedangkan cahaya yang dihamburkan pada arah
sumbu Y dipolarisasi pada arah X . Gambar D

11
Bina Nusantara
Cahaya tak terpolarisasi
Cahaya
terpolarisasi bidang
Cahaya terpolarisasi
bidang
Atom-atom penyerap dan
memancarkan kembali
cahaya
Gambar D
Bina Nusantara
simulasi / animasi polarisasi

http://micro.magnet.fsu.edu/primer/java/polarizedlight/filt
ers/index.html
http://www.enzim.hu/~szia/cddemo/edemo14.htm
http://www.enzim.hu/~szia/cddemo/edemo10.htm

13
Bina Nusantara

14

Anda mungkin juga menyukai