Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

INTUSUSEPSI
OLEH:
GLEOPATRA DOROTHY. MOLLE
0661050074
PEMBIMBING: dr. HENRY BOYKE. SITOMPUL, SpB
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH
AKULTAS KEDOKTERAN
UNI!ERSITAS KRISTEN INDONESIA " RSU UKI
PERIODE 10 #ANUARI $011 % 5 MARET $011
#AKARTA
0

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 L&'&r B()&*&+,
1,2
Intususepsi dikenal juga dengan nama Invaginasi . Intususepsi merupakan
penyebab tersering dari obstruksi usus akut pada bayi, ketika satu bagian atas dari
usus invaginasi ke bagian bawah dari usus tersebut. Jika progress dari intususepsi
ini tidah di tatalaksana segera, dapat berakibat fatal. ematian yang disebabkan
oleh intususepsi jarang ditemukan di negara maju, ini disebabkan waktu diagnosis
yang !epat dan terapi operatif. "i negara berkembang, pasien mungkin ditemukan
telah dalam kondisi serius, dan angka kematian yang tinggi karena terbatasnya
akses kesehatan.
1
# $%& kasus intususepsi timbul pada bayi berusia kurang dari 1
tahun dengan insiden pun!ak antara bulan kelima dan kesembilan kehidupan.
'alaupun keadaan ini bisa timbul pas!a bedah, yang hanya melibatkan usus halus
dalam ($& demikian, atau bisa timbul pada anak yang lebih besar dengan lesi
seperti polip atau divertikulum me!kel sebagai titik pembawanya. )iasanya
intususepsi yang terjadi pada bayi, tidak diketahui sebab pastinya. *ada anak di
bawah usia + tahun , ,%& invaginasi dimulai pada atau dekat katup ileosekalis.
2
1.$ B&'&-&+ M&-&)&.
-eferat ini membahas tentang definisi, etiologi, pemeriksaan, manifestasi
klinis dan penatalaksanaan intususepsi.
1./ T010&+ P(+0)2-&+
1. .emahami definisi, etiologi, pemeriksaan, manifestasi klinis dan
penatalaksanaan intususepsi.
2. .eningkatkan kemampuan menulis ilmiah di dalam bidang kedokteran.
/. .emenuhi salah satu persyaratan kelulusan epaniteraan linik di )agian
)edah 0akultas edokteran 1niversitas risten Indonesia2-umah 3akit
1mum 1niversitas risten Indonesia.
1

BAB II
TIN#AUAN PUSTAKA
$.1 D(32+2-2
Intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus proksimal 4 intususeptum 5
berinvaginasi kedalam segmen distal 4 intususipien 5 serta kemudian di dorong ke
distal oleh peristaltik usus.
2 ,/
$.$ A+&'452 0-0- .&)0-
$
1sus halus terdiri dari / bagian yaitu duodenum, yejunum dan ileum. *anjang
duodenum 2$ !m, sedangkan yejunum 6 ileum 7 $ m . "imana 28% bagian adalah
yejunum 43nel, (,5. 3edangkan menurut s!hro!k 1,(( panjang usus halus
manusia dewasa adalah 5"6 5
%
. )atas antara duodenum dan yejunum
adalah ligamentum treits.
Yejunum dan ileum dapat dibedakan dari 7
1. 9ekukan :lekukan jejunum terletak pada bagian atas rongga atas
peritoneum di bawah sisi kiri meso!olon transversum ; ileum terletak
pada bagian bawah rongga peritoneum dan dalam pelvis.
2. Jejunum lebih besar, 6(rd2+d2+, )(62. '(6&) d&+ )(62.
5(r&. daripada ileum "inding jejunum terasa lebih tebal karena
lipatan mukosa yang lebih permanen yaitu p)27& 72r70)&r2-, lebih
besar, lebih banyak dan pada yejunum lebih berdekatan ; sedangkan
2

pada bagian atas ileum lebar, dan pada bagian bawah lipatan ini tidak
ada.
/. .esenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen diatas
dan kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat dibawah dan
kanan aorta.
+. *embuluh darah mesenterium jejunum hanya 5(56(+'0* -&'0 &'&0
d0& &r*&d( dengan !abang2!abang yang panjang dan jarang yang
berjalan ke dinding usus halus. Ileum menerima banyak pembuluh
darah yang pendek, yang beraal dari / atau + atau malahan lebih
arkade.
%. *ada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkalan
dan lemak jarang ditemukan didekat dinding usus halus. *ada ujung
mesenterium ileum lemak disimpan di seluruh bagian , sehingga lemak
ditemukan dari pangkal sampai dinding usus halus.
$. elompokan jaringan limfoid 4<gmen 0eyer5 terdapat pada mukosa
ileum bagian bawah sepanjang pinggir anti mesentrik.
Perbedaan usus halus dan usus besar pada anatomi adalah :
P(r6(d&&+ (*-'(r+&
1. 1sus halus 4ke!uali duodenum5 bersifat mobil, sedang kan !olon
asenden dan !olon desenden terfiksasi tidak mudah bergerak.
2. 1kuran usus halus umumnya lebih ke!il dibandingkan dengan usus
besar yang terisi.
/. 1sus halus 4ke!uali duodenum5 mempunyai mesenterium yang
berjalan ke bawah menyilang garis tengah, menuju fosa iliaka kanan.
+. =tot longitudinal usus halus membentuk lapisan kontinyu sekitar usus.
*ada usus besar 4ke!uali appendi>5 otot longitudinal tergabung dalam
tiga pita yaitu taenia !oli.
%. 1sus halus tidak mempunyai kantong lemak yang melekat pada
dindingnya. 1sus besar mempunyai kantong lemak yang dinamakan
appandi!es epiploideae.
3

$. "inding usus halus adalah halus, sedangkan dinding usus besar
sakular.
? P(r6(d&&+ 2+'(r+&
1. .u!osa usus halus mempunyai lipatan yang permanen yang
dinamakan pli!a sil!ularis, sedangkan pada usus besar tidak ada.
2. .ukosa usus halus mempunyai fili, sedangkan mukosa usus besar
tidak mempunyai.
/. elompokan jaringan limfoid 4agmen feyer5 ditemukan pada mukosa
usus halus , jaringan limfoid ini tidak ditemukan pada usus besar.
$./ K)&-232*&-2
$
Intususepsi dibedakan dalam + tipe 7
1. @nterik 7 usus halus ke usus halus
2. Ileosekal 7 valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke
sekum dan menarik ileum di belakangnya. Aalvula tersebut merupakan ape>
dari intususepsi.
/. olokolika 7 kolon ke kolon.
+. Ileokoloika 7 ileum prolaps melalui valvula ileosekalis ke kolon.
1mumnya para penulis menyetujui bahwa paling sering intususepsi mengenai
valvula ileosekalis. Bamun masih belum jelas perbandingan insidensi untuk
masing2masing jenis intususepsi. *errin dan 9insay memberikkan gambaran 7
/,& ileosekal, /1,% & ileokolika, $,C& enterik, +,C & kolokolika, dan sisanya
adalah bentuk2bentuk yang jarang dan tidak khas 4Dumen 1,$+5.
$.4 Ep2d(524)4,2 d&+ E'24)4,2
1, 4

"i Betherland dan Jerman, ditemukan angka kejadian intusepsi di bagian bedah
anak 1.2:1.+& dari keseluruhan pasien 4 usia populasinya tidak di spesifikasi 5. "i
<ustralia , Bew Eealand dan <merika 3erikat , insiden intusepsi tidak berbeda
jauh dari yang di temukan di @ropa F.%F :2./F kasus per 1FFF kelahiran hidup. "i
4

!hina, insidensi yang dilaporkan adalah F.CC kasus per 1FFF kelahiran hidup; dari
uwait F.%F kasus per 1FFF kelahiran hidup. <merika serikat memiliki angka
insidens terendah , yaitu F.2+ kasus per 1FFF anak G 1 tahun. "i AeneHuela
terdapat F.// kasus per 1FFF anak G 2 tahun .
+
<da perbedaan yang men!olok pada etiologi invaginasi, antara anak : anak dan
dewasa. *ada anak : anak penyebab atau etiologi terbanyak adalah idiopatik yang
mana lead pointnya tidak ditemukan. *enyebab terjadinya invaginasi bervariasi,
diduga tindakan masyarakat tradisional berupa pijat perut serta tindakan medis
pemberian obat anti : diare juga berperan pada timbulnya invaginasi sedangkan
pada dewasa penyebab terbanyak adalah keadaan patologik intra lumen oleh suatu
neoplasma baik jinak maupun ganas sehingga pada saat operasi lead pointnya
dapat ditemukan. eadaan patologik ini terjadi pada lumen usus, yaitu suatu
neoplasma baik yang bersifat jinak dan ganas, seperti apa yang pernah dilaporkan
ada perbedaan kausa antara usus halus dan kolon. <taupun akibat hyperplasia
kelenjar limfe usus halus 4 *eyerIs pat!hes 8 elenjar limfe mesenterika 5. "i
@ropa , pembengkakan kelenjar limfe mesenterika ditemukan 1,:%F& pada
pasien yang di operasi atau di investigasi dengan 13J. Invaginasi yang terbanyak
pada usus halus adalah neoplasma yang bersifat jinak 4 diverti!le me!kelIs,
polip 5. @tiologi lainnya yang frekuensinya lebih rendah seperti tumor e>tra
lumen seperti lymphoma, diaarhea, riwayat pembedahan abdomen sebelumya,
inflamasi pada appendiks, dan trauma tumpul abdomen.
$.5 P&'432-24)4,2
Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus 4 obstruksi 5 baik partiil
maupun total dan stranggulasi 4 )oyd, 1,%$ 5. *roses terjadinya invaginasi
dimulai dengan hiperperistaltik usus bagian proksimal yang lebih mobil
menyebabakan usus masuk ke dalam lumen usus distal kemudian
berkontraksi terjadi edema mengakibatkan terjadinya perlekatan yang tidak
dapat kembali normal sehingga terjadi invaginasi.
3edangkan pada orang dewasa biasanya di awali adanya gangguan motilitas usus
lainnya yang terfiksir8 atau kurang bebas dibandingkan bagian lainnya,karena arah
peristaltik adalah dari oral ke anal sehingga bagian yang masuk ke lumen usus
adalah yang arah oral atau proksimal, keadaan lainnya karena suatu disritmik
5

peristaltik usus. <kibat adanya segmen usus yang masuk ke segmen usus lainnya
akan menyebabkan dinding usus yang terjepit sehingga akan mengakibatkan
aliran darah menurun dan keadaan akhir adalah akan menyebabkan nekrosis
dinding usus.
$.6 M&+23(-'&-2 *)2+2-
-asa sakit adalah gejala yang paling khas dan hampir selalu ada. "engan adanya
serangan rasa sakit8kholik yang makin bertambah dan men!apai pun!aknya, dan
kemudian menghilang sama sekali, diagnosis hampir dapat ditegakkan. -asa sakit
berhubungan dengan passase dari intususepsi. "iantara satu serangan dengan
serangan berikutnya, bayi atau orang dewasa dapat sama sekali bebas dari gejala.
3elain dari rasa sakit gejala lain yang mungkin dapat ditemukan adalah muntah,
keluarnya darah melalui rektum, dan terdapatnya masa yang teraba di perut.
)eratnya gejala muntah tergantung pada letak usus yang terkena. 3emakin tinggi
letak obstruksi, semakin berat gejala muntah. Kematho!eHia disebabkan oleh
kembalinya aliran darah dari usus yang mengalami intususepsi. Derdapatnya
sedikit darah adalah khas, sedangkan perdarahan yang banyak biasanya tidak
ditemukan. *ada kasus2kasus yang dikumpulkan oleh =rloof, rasa sakit ditemukan
pada ,F&, muntah pada (+&, keluarnya darah perektum pada (F&dan adanya
masa abdomen pada C/& kasus 4Lohn, 1,C$5.
Jambaran klinis intususepsi dewasa umumnya sama seperti keadaan obstruksi
usus pada umumnya, yang dapat mulai timbul setelah 2+ jam setelah terjadinya
intususepsi berupa nyeri perut dan terjadinya distensi setelah lebih 2+ jam ke dua
disertai keadaan klinis lainnya yang hampir sama gambarannya seperti intususepsi
pada anak2anak. *ada orang dewaasa sering ditemukan perjalanan penyakit yang
jauh lebih panjang, dan kegagalan yang berulang2ulang dalam usaha menegakkan
diagnosis dengan pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan2pemeriksaan lain
4Lohn, 1,C$5. <danya gejala obstruksi usus yang berulang, harus dipikirkan
kemungkinan intususepsi. egagalan untuk memperkuat diagnosis dengan
pemeriksaan radiologis seringkali menyebabkan tidak ditegakkanya diagnosis.
*emeriksaan radiologis sering tidak berhasil mengkonfirmasikan diagnosis karena
6

tidak terdapat intususepsi pada saat dilakukan pemeriksaan. Intussusepsi yang
terjadi beberapa saat sebelumnya telah tereduksi spontan. "engan demikian
diagnosis intussusepsi harus dipikirkan pada kasus orang dewasa dengan serangan
obstruksi usus yang berulang, meskipun pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan2
pemeriksaan laim tidak memberikan hasil yang positif.
*ada kasus intususepsi kronis ini, gejala yang timbul seringkali tidak jelas dan
membingungkan sampai terjadi invaginasi yang menetap. Ini terutama terdiri dari
serangan kolik yang berulang, yang seringkali disertai muntah, dan kadang2
kadang juga diare. *ada banyak kasus ditemukan pengeluaran darah dan lendir
melalui rektum, namun kadang2kadang ini juga tidak ditemukan. Jejala2gejala
lain yang juga mungkin didapatkan adalah tenesmus dan anoreksia. .asa
abdomen dapat diraba pada kebanyakan kasus, terutama pada saat serangan
4Dumen, 1,$+5.
$.7 D2&,+4-2-
Jejala klinis yang sering dijumpai berupa nyeri kolik sampai kejang yang ditandai
dengan fle>i sendi koksa dan lutut se!ara intermiten, nyeri disebabkan oleh iskemi
segmen usus yang terinvaginasi. Iskemi pertama kali terjadi pada mukosa usus
bila berlanjut akan terjadi strangulasi yang ditandai dengan keluarnya mu!us
ber!ampur dengan darah sehingga tampak seperti agar2agar jeli darah Derdapatnya
darah samar dalam tinja dijumpai pada 6 +F&, darah makroskopis pada tinja
dijumpai pada 6 +F& dan pemeriksaan Juaia! negatif dan hanya ditemukan
mu!us pada 6 2F& kasus. "iare merupakan suatu gejala awal disebabkan oleh
perubahan faali saluran pen!ernaan ataupun oleh karena infeksi. "iare yang
disebut sebagai gejala paling awal invaginasi, didapatkan pada (%& kasus. *asien
biasanya mendapatkan intervensi medis maupun tradisional pada waktu tersebut.
Intervensi medis berupa pemberian obat2obatan. Kal yang sulit untuk diketahui
adalah jenis obat yang diberikan, apakah suatu antidiare 4suatu spasmolitik5, obat
yang sering kali di!urigai sebagai pemi!u terjadinya invaginasi. 3ehingga
keberadaan diare sebagai salah satu gejala invaginasi atau pengobatan terhadap
diare sebagai pemi!u timbulnya invaginasi sulit ditentukan.
7

.untah reflektif menunjukkan telah terjadi suatu obstruksi, gejala ini dijumpai
pada # C%& pasien invaginasi. .untah dan nyeri sering dijumpai sebagai
gejala yang dominan pada sebagian besar pasien. .untah reflektif terjadi tanpa
penyebab yang jelas, mulai dari makanan dan minuman yang terakhir dimakan
sampai muntah bilus. .untah bilus suatu pertanda ada refluks gaster oleh adanya
sumbatan di segmen usus sebelah anal. .untah dialami seluruh pasien. Jejala lain
berupa kembung, suatu gambaran adanya distensi sistem usus oleh suatu
sumbatan didapatkan pada ,F&. Jejala lain yang dijumpai berupa distensi,
pireksia, "an!eIs 3ign dan 3ousage 9ike 3ign, terdapat darah samar, lendir dan
darah makroskopis pada tinja serta tanda2tanda peritonitis dijumpai bila telah
terjadi perforasi. "an!eIs 3ign dan 3ousage 9ike 3ign dijumpai pada 6 $F&
kasus, tanda ini patognomonik pada invaginasi. .asa invaginasi akan teraba
seperti batang sosis, yang tersering ditemukan pada daerah paraumbilikal. "aerah
yang ditinggalkan intususeptum akan teraba kosong dan tanda ini disebut sebagai
"an!eIs 3ign.
*emeriksaan !olok dubur teraba seperti portio uteri, fe!es ber!ampur lendir dan
darah pada sarung tangan merupakan suatu tanda yang patognomonik.
*emeriksaan foto polos abdomen, dijumpainya tanda obstruksi dan masa di
kwadran tertentu dari abdomen menunjukkan dugaan kuat suatu invaginasi. 13J
membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target sign pada
potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan
longitudinal invaginasi. 0oto dengan kontras barium enema dilakukan bila pasien
ditemukan dalam kondisi stabil, digunakan sebagai diagnostik maupun terapetik.
TRIAS IN!AGINASI :
<nak mendadak kesakitan episodi!, menangis dan mengankat kaki
4Lraping pain5, bila lanjut sakitnya kontinyu
.untah warna hijau 4!airan lambung5
"efekasi feses !ampur lendir 4kerusakan mukosa5 atau darah 4lapisan
dalam5 M !urrant jelly stool
8

P(5(r2*-&&+ 2-2* :
=bstruksi mekanis ditandai darm steifung dan darm !ounter.
Deraba massa seperti sosis di daerah sub!ostal yang terjadi spontan 4
Sousage Like Sign )
Byeri tekan 465
"an!en sign 465 3ensasi kekosongan padakuadran kanan bawah karena
masuknya sekum pada kolon as!enden
-D 7 pseudoportio465, lender darah 465 3ensasi seperti portio vagina
akibat invaginasi usus yang lama
R&d24)4,2-
0oto abdomen / posisi 7
Danda obstruksi 465 7 "istensi, <ir fluid level, Kering bone 4gambaran plika
!ir!ularis usus5
4'4 &6d45(+ / p4-2-2
84)4+ I+ )44p 6(r30+,-2 -(6&,&2 :
"iagnosis 7 !upping sign, letak invaginasi
Derapi 7 -eposisi dengan tekanan tinggi, bila belum ada tanda2 obstruksi
dan kejadian N 2+ jam
9

-eposisi dianggap berhasil bila setelah re!tal tube ditarik dari anus barium keluar
bersama feses dan udara
*ada orang dewasa diagnosis preoperatif keadaan intususepsi sangatlah sulit,
meskipun pada umumnya diagnoasis preoperatifnya adalah obstruksi usus tanpa
dapat memastikan kausanya adalah intususepsi, pemerikasaan fisik saja tidaklah
!ukup sehingga diagnosis memerlukan pemeriksaan penunjang yaitu dengan
radiologi 4barium enema, ultra sonography dan !omputed tomography5, meskipun
umumnya diagnosisnya didapat saat melakukan pembedahan.
"iagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat yang khas dan pemeriksaan fisik.
*ada penderita dengan intususepsi yang mengenai kolon, barium enema mungkin
dapat memberi konfirmasi diagnosis. .ungkin akan didapatkan obstruksi aliran
barium pada ape> dari intususepsi dan suatu !upshaped appearan!e pada barium
di tempat ini.
etika tekanan ditingkatkan, sebagian atau keseluruhan intususepsi mungkin akan
tereduksi. Jika barium dapat melewati tempat obstruksi, mungkin akan diperoleh
suatu !oil spring appearan!e yang merupakan diagnostik untuk intususepsi. Jika
salah satu atau semua tanda2tanda ini ditemukan, dan suatu masa dapat diraba
pada tempat obstruksi, diagnosis telah dapat ditegakkan 4Lohn 1,C$5.

10

3eperti telah disebutkan sebelumnya, sebagian kasus intususepsi mempunyai
riwayat perjalanan penyakit yang khronis, bahkan kadang2kadang men!apai waktu
bertahun : tahun. eadaan ini lebih sering ditemukan pada orng dewasa daripada
anak2anak 4Dumen 1,$+5. )iasanya ditemukan suatu kelainan lokal pada usus
namun Joodal 4!it Dumen, 1,$+5 telah mengumpulkan dari literatur 122 kasus
intususepssi khroni primeir pada orang dewasa. )eberapa penulis tidak
menyetujui konsep bahwa intususepsi tersebut berlangsung terus menerus dalam
waktu demikian lama. 3tallman 4!it Dumen 1,$+5 mempertanyakan tepatnya
penggunaan istilah intususepsi kronis. Joldman dan @lman 4!it Dumen 1,$+5
mengemukakan keyakinannya bahwa penderita tidak mungkin dapat bertahan
hidup dengan intususepsi yang berlangsung lebih dari 1 minggu. *ara penulis ini
berpendapat, hal yang paling mungkin telah terjadi pada kasus seperti ini adalah
adanya reduksi spontan dan rekurensi yang terjadi berganti2ganti. <danya
mesenterium yang panjang, yang memungkinkan invaginasi terjadi tanpa
gangguan sirkulasi,kemungkinan dapat menyebabkan terpeliharanya integritas
striktural usus. 3erangan ini dapat berulang dalam waktu yang lama dengan status
kesehatan penderita yang relatif baik, sampai akhirnya terdapat suatu serangan
yang demikian beratnya sehingga tidak dapat tereduksi spontan, dan tindakan
bedah menjadi diperlukan.
.endiagnosis intususepsi pada dewasa sama halnya dengan penyakit lainnya
yaitu melalui 7
1. <namnesis , pemeriksaan fisik 4 gejala umum, khusus dan status lokalis
seperti diatas5.
2. *emeriksaan penunjang 4 1ltrasonography, )arium @nema dan Lomputed
Domography5
11

8T S7&+ A6d45(+
USG ABDOMEN
12

USG DOPPLER
$.9 P(+&'&)&*-&+&&+
"asar pengobatan adalah 7
1. oreksi keseimbangan !airan dan elektrolit.
2. .enghilangkan peregangan usus dan muntah dengan selang nasogastrik.
/. <ntibiotika.
+. 9aparotomi eksplorasi.
eberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh !epatnya pertolongan
diberikan, jika pertolongan kurang dari 2+ jam dari serangan pertama, maka akan
memberikan prognosa yang lebih baik.
*enatalaksanaan penanganan suatu kasus invaginasi pada bayi dan anak sejak
dahulu men!akup dua tindakan 7
13

R(d0*-2 .2dr4-'&'2*
.etode ini dengan !ara memasukkan barium melalui anus menggunakan kateter
dengan tekanan tertentu. *ertama kali keberhasilannya dikemukakan oleh 9add
tahun 1,1/ dan diulang keberhasilannya oleh Kirs!hprung tahun 1,C$.
R(d0*-2 5&+0&) :52)*2+,; d&+ r(-(*-2 0-0-
*asien dengan keadaan tidak stabil, didapatkan peningkatan suhu, angka lekosit,
mengalami gejala berkepanjangan atau ditemukan sudah lanjut yang ditandai
dengan distensi abdomen, fe!es berdarah, gangguan sistema usus yang berat
sampai timbul sho!k atau peritonitis, pasien segera dipersiapkan untuk suatu
operasi. 9aparotomi dengan in!isi transversal interspina merupakan standar yang
diterapkan di -3. "r. 3ardjito. Dindakan selama operasi tergantung kepada
penemuan keadaan usus, reposisi manual dengan milking harus dilakukan dengan
halus dan sabar, juga bergantung kepada ketrampilan dan pengalaman operator.
-eseksi usus dilakukan apabila pada kasus yang tidak berhasil direduksi dengan
!ara manual, bila viabilitas usus diragukan atau ditemukan kelainan patologis
sebagai penyebab invaginasi. 3etelah usus direseksi dilakukan anastomose end to
end apabila hal ini memungkinkan, bila tidak mungkin maka dilakukan
e>teriorisasi atau enterostomi.
Derapi intususepsi pada orang dewasa adalah pembedahan. "iagnosis pada saat
pembedahan tidak sulit dibuat. *ada intususepsi yang mengenai kolon sangat
besar kemungkinan penyebabnya adalah suatu keganasan, oleh karena itu ahli
bedah dianjurkan untuk segera melakukan reseksi, dengan tidak usah melakukan
usaha reduksi. *ada intususepsi dari usus halus harus dilakukan usaha reduksi
dengan hati2hati. Jika ditemukan kelainan telah mengalami nekrose, reduksi tidak
perlu dikerjakan dan reseksi segera dilakukan 4@llis, 1,,F5. *ada kasus2kasus
yang idiopatik, tidak ada yang perlu dilakukan selain reduksi 4<ston dan
.a!hleder, 1,C% !it @llis, 1,,F5. Dumor benigna harus diangkat se!ara lokal, tapi
jika ada keragu2raguan mengenai keganasan, reseksi yang !ukup harus dikerjakan.
1. Pr("4p(r&'23
*enanganan intususepsi pada dewasa se!ara umum sama seperti penangan pada
14

kasus obstruksi usus lainnya yaitu perbaikan keadaan umum seperti rehidrasi dan
koreksi elektrolit bila sudah terjadi defisit elektrolit
$.D0r&+'( Op(r&'23
*enanganan se!ara khusus adalah melalui pembedahan laparotomi, karena kausa
terbanyak intususepsi pada dewasa adalah suatu keadaan neoplasma maka
tindakan yang dianjurkan adalah reseksi anastosmose segmen usus yang terlibat
dengan memastikan lead pointnya, baik itu neoplasma yang bersifat jinak maupun
yang ganas.
Dindakan manual reduksi tidak dianjurkan karena risiko7
1. -uptur dinding usus selama manipulasi
2. emungkinan iskemik sampai nekrosis pas!a operasi
/. emungkinan rekurensi kejadian intususepsi
+. Ileus yang berkepanjangan akibat ganguan otilitas
%. *embengkakan segmen usus yang terlibat
)atas reseksi pada umumnya adalah 1F!m dari tepi : tepi segmen usus yang
terlibat, pendapat lainnya pada sisi proksimal minimum /F !m dari lesi, kemudian
dilakukan anastosmose end to end atau side to side.
*ada kasus2kasus tertentu seperti pada penderita <I"3, lesi8lead pointnya tidak
ditemukan maka tindakan reduksi dapat dianjurkan, begitu juga pada kasus
retrograd intususepsi pas!a gastrojejunostomi tindakan reduksi dapat dibenarkan,
keadaan lainya seperti intususepsi pada usus halus yang kausanya pasti lesi jinak
tindakan reduksi dapat dibenarkan juga, tetapi pada pasien intususepsi tanpa
riwayat pembedahan abdomen sebelumnya sebaiknya dilakukan reseksi
anastosmose .
15

/. P&-7& Op(r&-2
Kindari "ehidrasi
*ertahankan stabilitas elektrolit
*engawasan akan inflamasi dan infeksi
*emberian analgetika yang tidak mempunyai efek menggangu motilitas
usus
*ada invaginasi usus besar dimana resiko tumor ganas sebagai penyebabnya
16

adalah besar, maka tidak dilakukan reduksi 4milking5 tetapi langsung
dilakukan reseksi. 3edangkan bila invaginasinya pada usus halus reduksi
boleh di!oba dengan hati2hati , tetapi bila terlihat ada tanda ne!rosis, perforasi,
oedema, reduksi tidak boleh dilakukan, maka langsung direseksi saja 4@lles ,
,F5. <pabila akan melakukan reseksi usus halus pada invaginasi dewasa
hendaknya dipertimbangkan juga sisa usus halus yang ditinggalkan, ini untuk
menghindari 8 memperke!il timbulnya short bowel syndrom.
Jejala short bowel syndrom menurut 3!hro!k, 1,(, adalah7
1. <danya reseksi usus yang etensif
2. "iaarhea
/. 3teatorhe
+. .alnutrisi
<pabila usus halus yang tersisa / meter atau kurang akan menimbulkan
gangguan nutrisi dan gangguan pertumbuhan. Jika usus halus yang tersisa 2
meter atau kurang fungsi dan kehidupan sangat terganggu. "an jika tinggal 1
meter maka dengan nutrisi prenteralpun tidak akan adeOuat. 43!hro!k, 1,(,5.
17

"<0D<- *13D<<
1. KanH2Iko KuppertH *rof. "r , .ontse 3oriano2Jabarro .", .3! , @lisabetta
0ran!o *rof , 1rli!h "esselberger .", Judith 'olleswinkel2van den )os!h
*h" , Larlo JiaOuinto ." ,et all. Intussus!eption <mong Poung Lhildren in
@urope. Dhe *ediatri! Infe!tious "isease Journal , 2FF$ January 2% 415 2222C.
2. 3abiston "L. )uku <jar )edah. @disi ke21. Jakarta7 *enerbit )uku
edokteran. 2F1F. p2CF22C2
/. Jabriel Londer , John -endre, et all. <bdominal -adiology : Intussus!eption ,
Lambrige 1niversity *ress.
+. J Kolder , J. Aon 3!hulthess et all. "isease of the abdomen and pelvis ,
2FF$ . 3pringer s!ien!e , Italy. p21(222/ .
%. 3jamsuhidayat -, de Jong '. )uku <jar Ilmu )edah. @disi ke22. Jakarta7
*enerbit )uku edokteran. 2FF%. p$2C2$2,
$. Di unduh dari http:kedokteranug!."o!#tag$ug!in%aginasi .
18

Anda mungkin juga menyukai