Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
World Health Organization Scientific Group on Gestational Trophoblastic

Diseases
menerbitkan rekomendasi spesifik mengenai terminologi untuk definisi, klasifikasi dan
penentuan stadium penyakit trofoblastik. Secara mendasar penyakit trofoblastik gestasional
dapat dibagi menjadi mola hidatidosa dan tumor trofoblastik gestasional. Istilah neoplasia
trofoblastik gestasional tidak lagi digunakan karena mola invasif bukan suatu neoplasma
sejati.
(1)
Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas gestasional terbanyak. rekuensi mola
umumnya pada !anita di "sia lebih tinggi (1 per 1#$ kehamilan) daripada !anita di negara%
negara &arat ( 1 per #$$$ kehamilan)
(#) (')
(ilaporkan prevalensi mola hidatidosa di
Indonesia ialah 1 dari 1$$ kehamilan dan 1 dari #$$ kehamilan di Meksiko
())
.
rekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada a!al atau akhir usia
subur relatif lebih tinggi. *fek paling berat dijumpai pada !anita dengan usia lebih dari )+
tahun dengan ferekuensi lesi relatif lebih dari 1$ kali lipat dibandingkan dengan usia #$
sampai )$ tahun. ,asus mola hidatidosa banyak dijumpai pada !anita berusia +$ tahun atau
lebih.
(1)
,ekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1%# -. (alam suatu kajian
terhadap penelitian pada hampir +$$$ kelahiran, frekuensi mola rekuren adalah 1,' -. ,im
dkk mendapatkan angka kekambuhan ),' - pada 11+ !anita di Seoul, ,orea. .uncker dkk
menyimpulkan dalam kejadian mola hidatidosa berulang tapi dari pasangan yang berbeda,
mungkin permasalahan terdapat pada oosit primer.
(1)
I.2. Tujuan
/ada laporan kasus kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai mola hidatidosa
terkait alur penegakan diagnosis dan penatalaksanaannya.
BAB II
LAPORAN KASUS
"namnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari ,amis, #0 (esember #$1'.
pukul 10.'$ !ita di ruang nifas Ma!ar 1S2( "3. Sjahranie Samarinda.
"namnesis4
Identitas pasien4
5ama 4 5y. SS
2mur 4 )' tahun
"gama 4 Islam
/endidikan 4 S1
/ekerjaan 4 6uru 7onor
Suku 4 &ugis
"lamat 4 /erum .alang Sari &lok 80
Masuk 1S (M1S) 4 7ari Senin, #' (esember #$1' pukul 19.1$
Identitas suami4
5ama 4 .n. S
2mur 4 )# tahun
"gama 4 Islam
/endidikan 4 SM"
/ekerjaan 4 &uruh
Suku 4 &ugis
"lamat 4 /erum .alang Sari &lok 80
,eluhan 2tama4
/asien datang untuk mendapatkan kemoterapi
1i!ayat /enyakit Sekarang4
/asien datang ke poliklinik 1S2( "3S untuk mendapatkan kemoterapi. /asien di
(iagnosis dengan choriocarcinoma dan direncanakan untuk mendapatkan kemoterapi dengan
metotreksat. /asien tidak mengeluh adanya perdarahan pervaginam sekarang. 5amun
#
sebelumnya pernah mengalami perdarahan pervaginam sekitar 1 bulan yang lalu. .idak ada
keluhan perut semakin membesar.
1i!ayat /enyakit (ahulu4
Sebelumnya pasien pernah di kuretase pada tanggal '1 : 1$ : #$1' karena keluhan
perdarahan pervaginam. 7asil kuret di periksa dan hasilnya adalah mola hidatidosa. /asien
kemudian dikuret kembali tanggal 19 : 11 : #$1' karena keluhan tidak berkurang. 7asil
kuret juga diperiksa dan hasilnya adalah mola hidatidosa.
1i!ayat /enyakit ,eluarga
.idak ada keluarga pasien dengan keluhan serupa.
1i!ayat 7aid4
% Menarche usia 1+ tahun
% Siklus teratur setiap #9 hari
% ;ama haid + % < hari
1i!ayat /erka!inan4
/erka!inan yang pertama, lama menikah ' tahun, pertama kali menikah usia )1 tahun.
1i!ayat =bstetrik4
No
Tahun
Partu
Te!"at
Partu
U!ur
keha!#lan
$en#
Peral#na
n
Penolong
Peral#nan
$en#
Kela!#n
Anak% BB
Kea&aan
Anak
Sekarang
1. #$11 "bortus
#. #$1# "bortus
'.
=kt
#$1'
Mola
7idatidosa
).
5ov
#$1'
Mola
7idatidosa
,ontrasepsi4
/asien tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
/emeriksaan fisik4
1. &erat badan )< kg, tinggi badan 1++ cm
#. ,eadaan 2mum 4 &aik
'. ,esadaran 4 >omposmentis, 6>S4 *)?+M0
). .anda vital4
.ekanan darah 4 @$A<$ mm7g
rekuensi nadi 4 99 BAmenit
rekuensi napas 4 #$ BAmenit
Suhu 4 '0,+C>
+. Status generalis4
,epala 4 normochepali
Mata 4 konjungtiva anemis (%A%), ikterik (%A%)
.elingaAhidungAtenggorokan4 tidak ditemukan kelainan
;eher 4 /embesaran ,6& (%)
.horaB4
8antung 4 S1S# tunggal, reguler, murmur (%), gallop (%)
/aru 4 vesikuler, rhonki (%A%), !heeDing (%A%)
"bdomen 4 hepar4 pembesaran (%), limpa4 pembesaran (%)
*kstremitas 4 akral hangat, edema (%A%)
/emeriksaan .ambahan 4
;aboratorium (arah ;engkap
a.
;eukosit 4 9.)$$Amm
'
b.
7b 4 1#,+ grAdl
c.
7>. 4 '0 -
d.
.rombosit 4 #0).$$$ A mm
'
e.
&. 4 # menit
f.
>. 4 9 menit
g.
6ula darah se!aktu (6(S)4 @9
)
(iagnosis , erja4
Mola 7idatidosa
/enatalaksanaan
,emoterapi Metotreksat
(osis Metotreksat $,) mgA,g&& E $,) B )< E 19,9 mg selama + hari
ollo! up4
5o .anggal ollo! up ;ab
#'%1#%#$1' S4 Mual (%), Muntah (%), 5yeri 2lu 7ati (%)
=4 ,esadaran compos mentis, 6>S 1+
*)M0?+. .ekanan darah 11$A<$ mm7g, nadi
<9BAmenit, nafas 19BAmenit, suhu '0,+
$
>,
anemis %A%,
"4 >horio >arcinoma F ,emoterapi M.B Seri
1 7ari ke 1
/4
;apor dr Sp.=6
">> ,emoterapi
M.G #$ mgAhari
selama + hari
&anyak minum
.idak perlu vitamin
#)%1#%#$1' S4 Mual (%), Muntah (%), 5yeri 2lu 7ati (%)
=4 ,esadaran compos mentis, 6>S 1+
*)M0?+. .ekanan darah 1$$A0$ mm7g, nadi
<9BAmenit, nafas 10BAmenit, suhu '0,<
$
>,
anemis %A%,
"4 >horio >arcinoma F ,emoterapi M.B Seri
1 7ari ke #
/4
Minum minimal # liter
perhari
Injeksi M.B 19,9 mg
IM
#+%1#%#$1' S4 Mual (%), Muntah (%), 5yeri 2lu 7ati (%)
=4 ,esadaran compos mentis, 6>S 1+
*)M0?+. .ekanan darah 11$A<$ mm7g, nadi
<)BAmenit, nafas 10BAmenit, suhu '0,<
$
>,
anemis %A%,
/4
Minum minimal # liter
perhari
Injeksi M.B 19,9 mg
IM
"4 >horio >arcinoma F ,emoterapi M.B Seri
1 7ari ke '
#0%1#%#$1' S4 Mual (%), Muntah (%), 5yeri 2lu 7ati (%)
=4 ,esadaran compos mentis, 6>S 1+
*)M0?+. .ekanan darah 1#$A9$ mm7g, nadi
<$BAmenit, nafas 10BAmenit, suhu '0,<
$
>,
anemis %A%,
"4 >horio >arcinoma F ,emoterapi M.B Seri
1 7ari ke )
/4
Minum minimal # liter
perhari
Injeksi M.B 19,9 mg
IM
#<:1#:#$1' S4 Mual (%), Muntah (%), 5yeri 2lu 7ati (%)
=4 ,esadaran compos mentis, 6>S 1+
*)M0?+. .ekanan darah 1$$A0$ mm7g, nadi
<)BAmenit, nafas 10BAmenit, suhu '0,<
$
>,
anemis %A%,
"4 >horio >arcinoma F ,emoterapi M.B Seri
1 7ari ke +
/4
Minum minimal # liter
perhari
Injeksi M.B 19,9 mg
IM
#9%1#%#$1' S4 Mual (F)
=4 ,esadaran compos mentis, 6>S 1+
*)M0?+. .ekanan darah @$A0$ mm7g, nadi
<0BAmenit, nafas 10BAmenit, suhu '0,)
$
>,
anemis %A%,
"4 >horio >arcinoma F /ost ,emoterapi
M.B Seri 1
/4
"ntasida ' B 1 >
1anitidin # B 1+$ mg
Metoklopramid ' B 1$
mg
/asien boleh pulang
0
BAB '
TIN$AUAN PUSTAKA
'.1. De(#n##
Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri%ciri hammpir seluruh vili
korialis mengalami perubahan berupa dengenerasi hidropik. Secara maskroskopik mola
hidatidosa mudah dikenali berupa gelembung%gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau # cm.
6ambaran histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah edem stroma vili, tidak ada
pembuluh darah pada viliAdegenerasi hidropik dan proliferasi sel%sel trofoblas. stroma villus
korialis yang sedikit jumlah vaskularisasinya dan edematous
(#)

(+)
'.2. )##olog#
Mola hidatidosa diduga muncul dari trofoblas ekstraembrionik, yang terbentuk pada
peristi!a fertilisasi abnormal, mola muncul dari jaringan fetal pada maternal host. 8aringan
ini terbentuk dari sel sinsisiotrofoblas dan sitotrofoblas. /ersamaan histologis antara vesikel
mola dan vili korionik mendukung pernyataan bah!a vesikel mola terbentuk dari vili
korionik. /enelitian morofologi lebih mendalam tentang ini dari spesimen histerektomi yang
mengandung mola hidatidosa in toto menghasilkan konsep terbaru mengenai mola, yaitu
berasal dari transformasi the embryonic inner cell mass pada stadium sebelum melekat pada
endoderm. /ada stadium embryogenesis ini, the inner cell mass memiliki kemampuan untuk
membentuk trofoblas, ektoderm atau endoderm. ,emampuan diferensiasi inner cell mass
untuk menjadi ectoderm embrionik dan endoderm terganggu sehingga terbentuk jalur lain
yang abnormal, jalur ini mengakibatkan perubahan trofoblas (dari inner cell mass) untuk
menjadi sitotrofoblas dan sinsisiotrofoblas. (iferensiasi yang adekuat akan mengakibatkan
perubahan ekstraembrionik mesoderm dan vesikel mola dengan loose primitive mesoderm
yang berada dalam inti villus.
(')

(0)
'.'. Pato(##olog#
8anin biasanya meninggal akan tetapi villus yang membesar dan edematous tetap
hidup dan terus tumbuh, gambaran yang ditunjukkan ialah seperti buah anggur. 8aringan
trofoblas pada villus kadang berproliferasi ringan, namun kadang berproliferasi berat dan
mengeluarkan hormon human chorionic gonadotropin (7>6) dalam jumlah yang lebih besar
daripada kehamilan normal.
(#)
"da beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblas.
(<)

1. .eori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan '%+ minggu (missed abortion). 7al ini mengakibatkan
gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim
dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung%gelembung. Menurut 1eynolds, kematian
mudigah itu disebabkan kekurangan giDi berupa asam folat dan histidine pada kehamilan
hari ke 1' dan #1. 7al ini kemudian menyebabkan gangguan angiogenesis.
#. .eori neoplasma
.eori yang disampaikan oleh /ark ini mengatakan bah!a sel trofoblas yang abnormal
memiliki fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resopsi cairan yang berlebihan ke
dalam villi sehingga timbul gelembung. 7al ini menyebabkan gangguan peredaran darah
dan kematian mudigah.
'.*. )aktor R##ko
"dapun faktor risiko terjadinya mola hidatidosa antara lain ialah 4 usia ibu, ri!ayat
abortus sebelumnya, ri!ayat mola sebelumnya, kondisi geografis yang dikaikaitkan dengan
nutrisi yang kurang baik, khususnya terjadi defisiensi diet protein, asam folat dan karoten.
(')
(9)
&erikut adalah tabel yang menggambarkan meningkatnya risiko terjadinya mola hidatidosa
pada usia yang lebih tua.
(@)
.abel. 7ubungan antara 2sia dengan 1isiko .erjadinya Mola 7idatidosa
U#a R##ko
H #$ tahun 1.+'
#$%#) 1.1<
#+%#@ 1
'$%') 1.$)
'+%'@ 1.''
)$%)) #.00
)+%)@ #).9@
I+$ 9$.<0
1isiko terjadinya kekambuhan sebesar 1%# -. Setelah # atau lebih kehamilan mola
maka risiko kekambuhan dilaporkan sebanyak 1 dari 0,+ hinga 1 dari 1<,+.
(1$)
=vum !anita
yang lebih tua rentan terhadap fertilisasi yang abnormal.
(0)

'.*. Kla#(#ka#
9
Mola biasanya terletak di rongga uterus, namun kadang%kadang mola terletak di tuba
falopii dan bahkan ovarium. "da tidaknya janin atau unsur embrionik pernah digunakan
untuk mengklasifikasikan mola menjadi mola sempurna (komplit) dan parsial. 5amun seperti
ditekankan oleh &enirschke dan ,aufmann hal ini sulit dilakukan pada banyak kasus.
(1)
Secara sitogenetik mola hidatidosa dapat dibedakan menjadi dua macam yakni mola
hidatidosa parsial dan sempurna atau komplit. 2ntuk memudahkan klasifikasi dapat dilihat
pada tabel diba!ah ini 4
(1) (11) (0)
.abel . 6ambaran Mola 7idatidosa /arsial dan Sempurna
6ambaran Mola parsial Mola Sempurna
,ariotipe 2mumnya 0@ GGG
atau 0@ GGJ
)0 GG atau )0 GJ
/atologi
8anin
"mnion,sel darah merah
janin
*dema vilus
/roliferasi trofoblas
/+<,ip#
immunostaining
Sering dijumpai
Sering diijumpai
&ervariasi, fokal
&ervariasi,fokal,
ringan sampai sedang
5egatif
.idak ada
.idak ada
(ifus
&ervariasi, ringan
sampai berat
/ostitif
6ambaran klinis
(iagnosis
2kuran uterus
,ista teka lutein
/enyulit medis
/enyakit pascamola
Missed abortion
,ecil untuk masa
kehamilan
8arang
8arang
,urang dari +%1$ -
6estasi mola
+$ - besar untuk masa
kehamilan
#+%'$ -
Sering
#$ -
a. +ola h#&at#&oa e!"urna
?ili krorionik berubah menjadi suatu massa vesikel%veikel jernih. 2kuran vesikel
bervariasi dari sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter dan sering
berkelompok%kelompok menggantung pada tangkai kecil. .emuan histologik yang
diperlihatkan ialah 4
(1)
1. (egenerasi hidropik dan pembengkakan stroma vilus.
#. .idak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak.
'. /roliferasi epitel trofoblas dengan derajat bervariasi.
). .idak adanya janin dan amnion.
/ada pemeriksaan sitogenetik terhadap kehamilan mola sempurna menemukan
komposisi kromosom yang umumnya ( 9+ atau lebih) adalah )0 GG dengan kromosom
seluruhnya berasal dari ayah. enomena ini disebut sebagai androgenesis. &iasanya ovum
dibuahi oleh sperma haploid yang kemudian memperbanyak kromosomnya sendiri setelah
meiosis sehinga kromosomnya bersifat homoDigot. ,romosom ovum tidak ada atau tidak
aktif. ,adang%kadang pola kromosom suatu mola sempurna mungkin )0 GJ yaitu
heteroDigot karena pembuahan dua sperma.
(1)
;a!ler dkk melaporkan #$# mola hidatidosa dengan 1+1 mola sempurna dan )@
parsial. /loidi genetik mola ini diringkas dalam tabel. Sebagain besar mola sempurna
adalah diploid sedangkan sebagian besar mola parsial (90-) adalah triploid. ?ariasi:
variasi lain juga pernah dilaporkan misalnya )+ G. =leh karena itu mola yang secara
morfologis sempurna dapat terdiri dari berbagai pola kromosom. 1isiko tumor trofoblastik
yang berkembang dari mola sempurna adalah sekitar #$ persen.
(1)
,. +ola H#&at#&oa Par#al
"pabila perubahan mola hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang dan
mungkin tampak sebagian jaringan janin, biasanya paling tidak kantung amnion, hal ini
diklasifikan sebagai mola hidatidosa parsial. .erjadi pembengkakan hidatidosa yang
berlangsung lambat pada sebagian vili yang biasanya avaskular, sementara vili%vili
berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin:plasenta yang masih berfungsi tidak terkena.
7iperplasia trofoblastik lebih bersifat fokal daripada generalisata.
(1)
Seperti dipelihatkan dalam tabel kariotipe biasanya triploid 0@ GGGK 0@ GGJ atau 0@
GJJ dengan satu komplemen haploid ibu dan biasanya dua komplemen haploid ayah.
8anin pada mola parsial biasanya memiliki tanda%tanda triploid yang mencakup
malformasi kongenital multipel dan hambatan pertumbuhan serta tidak viabel. (alam
laporan oleh ;a!ler dkk 90 - mola parsial bersifat triploid dan # - diploid. 8auniauB
melaporkan bah!a 9# - janin denan kariotipe triploid pada mola parsial memperlihatkan
hambatan pertumbuhan simetris. 8auniauB dkk juga melaporkan satu kasus mola parsial
dengan trisomi 1'. ;embet dkk baru%baru ini melaporkan satu kasus mola hidatidosa
parsial dengan kariotipe diploid dan janin hidup.
(1)
6estasi kembar dengan mola sempurna serta janin dan plasenta normal kadang%
kadang salah didiagnosis sebagai mola parsial diploid. Sebaiknya keduanya diupayakan
dibedakan, karena kehamilan kembar yang terdiri dari satu janin normal dan satu mola
sempurna memiliki kemungkinan +$ - untuk menyebabkan penyakit trofoblastik
persisten dibandingkan dengan angka yang jauh lebih rendah pada mola parsial triploid.
1$
?an de ,aa dkk menjelaskan manfaat analisis sitogenetika interfase dan analisis sitometri
(5" untuk membantu membedakan kedua hal ini.
(1)
Mola hidatidosa mungkin diikuti oleh tumor trofoblastik nonmetastatik pada ) sampai
9 - kasus. 1isiko koriokarsinoma yang berasal dari mola parsial sengat rendah. Seckl
dkk melaporkan '$$$ kasus mola parsial dan mencatat hanya ' kasus koriokarsinoma.
(1)
?ejerslev mengulas kehamilan dengan mola hidatidosa bersama dengan janin normal.
(ari 11' kehamilan, +# ()+-) janin berkembang sampai usia gestasi #9 mingggu dan
angka kelangsungan hidupnya $ -. ,arena itu dalam memberi konseling pada !anita
yang hamil mola disertai janin, baik hasil pemeriksaan sitogenetik maupun ultrasonografi
resolusi tinggi penting untuk dilakukan.
(1)
&erikut merupakan gambaran pola fertilisasi mola parsial dan mola komplit 4
'. -. D#agno#
"danya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan amenorea,
perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan
tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung anak. 2ntuk memperkuat
diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan Human Chorionic Gonadotropin (h>6) dalam urin
atau darah, baik secara bioassay, immunoassay amaupun radioimunoassay. ,adar 7>6 pada
mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. /eningkatan h>6, terutama dari hari ke 1$$
sangat sugestif. &ila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan 2S6 , dimana kasus mola
menunjukkan gambaran yang lebih khas berupa badai salju (sno fal! pattern) atau
gambaran seperti sarang lebah (honey comb).
(#) (+)
.ejala / Tan&a
/ada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan kehamilan
biasa yaitu mual, muntah, pusing dan lain%lain, hanya saja derajat keluhannya sering lebih
hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga pada umumnya besar uterus lebih
besar dari umur kehamilan. "da pula kasus%kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar
!alaupun jaringannya belum dikeluarkan. (alam hal ini perkembangan jaringan trofoblas
tidak begitu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya jenis dying mole.
(+)
/erdarahan merupakan gejala utama mola. &iasanya keluhan perdarahan inilah yang
menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. 6ejala perdarahan ini biasanya terjadi antara
bulan pertama sampai ketujuh dengan rata%rata 1#%1) minggu. Sifat perdarahan bisa
intermiten, sedikit%sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian.
,arena perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia.
(+)
Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral maupun bilateral.
2mumnya kista ini menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan, tetapi ada juga kasus%
kasus dimana kista lutein baru ditemukaan pada follo up. (engan pemeriksaan klinis
insidensi kista lutein kurang lebih 1$,#- tetapi bila mengguankan 2S6 angkanya meningkat
sampai +$ -. ,asus mola dengan kista lutein memiliki risiko ) kali lebih besar untuk
mendapat degenerasi keganasan di kemudian hari daripada kasus%kasus tanpa kista.
(+)
(iagnosis yang paling tepat bila kita melihat keluarnya gelembung mola. 5amun bila
kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran
gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun.
.erbaik ialah bila dapat mendiagnosis mola sebelum keluar.
(+)
&erikut adalah gambar
makroskopis mola hidatidosa 4


.
Pe!er#kaan h0.
,adar h>6 pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. /emeriksaan h>6
merupakan cara yang paling bermanfaat baik untuk diagnosis maupun untuk pemantauan
pada penderita penyakit trofoblas. Human chorionic gonadotropin adalah hormon
glikoprotein yang dihasilkan oleh plasenta yang memiliki aktivitas biologis mirip ;7.
1#
6ambar spesimen mola komplit.
/erhatikan gambar villi korionik yang
menyerupai satu rangkai buah anggur
(0)
6ambar 4 makroskopis mola hidatidosa
dengan villi yang edem dengan gambaran
seperti buah anggur.
(10)
Sebagian besar h>6 diproduksi di plasenta, tetapi sintesanya juga terjadi pada ginjal janin.
&egitu pula ada jaringan janin lain yang membentuk baik molekul h>6 maupun molekul
total h>6. Molekul h>6 memiliki # rantai asam amino yakni L h>6 terdiri atas @# asam
amino dan rantai M h>6 terdiri atas 1)+ asam amino yang satu sama lain berikatan secara
nonkovalen. Ikatan antara kedua rantai adalah dengan gaya elektrostatik dan hidrofobik dan
vitro ikatan itu dapat dipisahkan.
(11)
/ada kehamilan normal pemeriksaan terhadap M h>6 dengan pereaksi yang
menggunakan antibodi monoklonal terhadap M h>6 cukup dilakukan secara kualitatif dengan
menggunakan urin sebagai spesimen. /emeriksaan h>6 serum secara kuantitatif pada
kehamilan normal menunjukkan kadar h>6 menunjukkan kadar h>6 mencapai puncaknya
pada trimester pertama kehamilan, yakni pada hari ke 0$%<$ kehamilan sebesar 1$$.$$$
mI2Aml. /ada mola hidatidosa dan tumor trofoblas gestasional umumnya kadar h>6 jauh
lebih tinggi daripada kadar puncak h>6 pada kehamilan normal.
(11)
/ada penderita penyakit trofoblas gestasional pemeriksaan h>6 serum harus
dilakukan secara kuantitatif baik dengan pemeriksaan radio immunoassay maupun enzyme
immunoassay. /emilihan pereaksi untuk pemeriksaan h>6 secara kuantitatif pada penyakit
trofoblas gestasional harus spesifik terhadap M h>6 , karena rantai L h>6 mirip dengan rantai
L dari S7, ;7 dan .S7 yang merupakan hormon%hormon glikoprotein yang dihasilkan oleh
lobus anterior hipofisis seperti sehinga dapat mengakibatkan terjadinya reaksi silang dengan
hormone hipofisis tersebut, dan mengakibatkan kadar yang diperoleh bukan kadar 7>6 saja
(false positive).
(11)
&erikut adalah gambar

kurva regresi h>6 normal yang menjadi parameter dalam
penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.
6ambar 4 5ilai rata%rata dari @+ - confidence limit yang menggambarkan kurva
regresi normal gonadotropin korionik subunit M pasca mola. (>unningham, #$$+)
(1)
2ltrasonografi
/ada masa 2S6 menjadi salah satu sarana diagnostik untuk mola hidatidosa maka
dapat dibedakan antara mola komplit yang menunjukkan gambaran badai salju dan mola
parsial yang menunjukkan gambaran Siss Cheese. 6ambaran sonoluscent yang terlihat
berupa pulau%pulau kehitan%hitaman menunjukkan adanya perdarahan. (engan alat 2S6
yang resolusinya lebih baik maka gambaran yang tampak bukan gambaran badai salju
melainkan gambaran jaringan vesikuler yang memperlihatkan adanya gelembung%gelembung
mola dari berbagai ukuran.
(11)
.idak ditemukannya fetus baik secara klinis maupun radiologis disertai dengan
perdarahan mengakibatkan digunakannya istilah suspect mola hidatidosa. /ada kehamilan
trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga seringkali sulit dibedakan dari
kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkomplit atau mioma uteri 2ntuk
membedakan dengan missed abortion dapat digunakan tes sonde dari "costa Sison.
(11)
/ada kehamilan trimester II gambaran mola hidatidosa umumnya lebih spesifik.
,avum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagian%bagian anekoik vesikuler berdiameter
antara +%1$ mm, gambaran tersebut dapat dibayangkan seperti gambaran sarang lebah (honey
comb) atau badai salju (sno storm). /ada #$%+$ - kasus dijumpai adanya massa kistik
multilokuler di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka%lutein.
(+)
"pabila jaringan mola memenuhi sebagian kavum uteri dan sebagian berisi janin yang
ukurannya relatif kecil dari umur kehamilannya disebut mola parsialis. 2mumnya janin mati
pada bulan pertama, tapi ada juga yang hidup sampai cukup besar atau bahkan aterm.
(+)
6ambar sonogram mola komplit . Snostorm dibentuk oleh vesikel plasenta multipel
yang mengisi cavum uterus.
(0)
7istologis
/ada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan
sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan di tempat lain masih tampak villi
1)
yang normal. 2mumnya mola parsialis mempunyai kariotipe triploid. /ada perkembangan
selanjutnya jenis mola ini jarang menjadi ganas.
(+)
2paya untuk mengaitkan gambaran histologis mola hidatidosa komplit dengan
kecenderungan keganasan di kemudian hari umumnya mengece!akan. 7al ini seperti yang
dilaporkan oleh 5ovak dan Seah yang tidak mampu menemukan keterkaitan secara tepat
pada 1#$ kasus mola hidatidosa atau pada jaringan mola dari #0 kasus koriokarsinoma yang
timbul setelah mola hidatidosa.
(1)
6ambar 1. Mola 7idatidosa komplit dengan villi hidropik, tidak adanya villi pembuluh darah,
proliferasi sitotrofoblas hiperplastik dan sinsitiotrofoblas. ("urain# $%&%'
(1#)
6ambar #. Mola hidatidosa parsial dengan vili chorionic yang memiliki berbagai bentuk
maupun ukurannya serta terdapat edem fokal, melibatkan pula stroma trofoblastik , villous
aktif serta hyperplasia trofoblastik fokal. (;urain, #$1$).
(1#)
'. -. Pen1ul#t +ola H#&at#&oa
/enyulit mola hidatidosa berupa perdarahan, preeklampsia, hipertiroidisme dan
tirotoksikosis sedangkan penyulit lanjut ialah terjadinya tumor trofoblas gestasional
pascamola, bisa berupa penyakit trofoblas ganas jenis villosum (mola destruens) ataupun
penyakit trofoblas ganas jenis non villosum (koriokarsimoma).
(11)
/erdarahan sering mengancam akibat terlambatnya diagnosis mola ditegakkan, suatu
hal yang sering dijumpai di negara%negara yang pelayanan obstetrinya belum baik seperti
Indonesia. /ada penelitian Martaadisoebrata hanya #,+ - dari 1#0 kasus mola yang tidadak
disertai penyulit perdarahan.
(11)
/reeklampsia pada mola hidatidosa berbeda dengan kehamilan nonmola,
preeklampsia pada mola hidatidosa sudah terjadi pada trimester pertama kehamilan. Menurut
beberapa peneliti preeklampsia ditemukan pada penderita mola yang ukuran uterusnya lebih
dari #) minggu. (i masa 2S6 sudah menjadi sarana pemeriksaan rutin pada trimester
pertama kehamilan kejadian penyulit ini akan berkurang karena mola hidatidosa akan
terdiagnosis pada stadium yang lebih dini.
(11)
7ipertiroidisme pada mola hidatidosa terjadi akibat tingginya kadar h>6 pada mola
hidatidosa. /revalensi hipertriodisme pada mola hidatidosa dilaporkan &erko!itD sebesar <
- di 5e! *ngland .rophoblastic >enter, sedangkan Maartadisoebrata melaporkan sebesar
@,# - di 1S7S &andung.
(11)
/emicu tirotoksikosis atau hipertiroidisme pada mola adalah tingginya kadar h>6.
/ada kadar h>6 H 1$$.$$$ mI2Aml stimulasi tiroid h>6 tidak tampak tetapi pada kadar yang
sangat tinggi hal ini sangat nyata. Menurut ,ariadi bah!a kadar h>6 serum (1I") I
'$$.$$$Aml pada penderita mola hidatidosa sebelum evakuasi jaringan mola merupakan
faktor risiko yang sangat bermakna untuk terjadinya tirotoksikosis. 6ambaran klinis pada
mola tidak selalu jelas dan terdapat beberapa tingkat tirotoksikosis.
(11)
=vert tirotoksikosis 4 kadar hormon tiroid bebas sangat tinggi, tetapi kadar .S7
sangat rendah.
.irotoksikosis klinis 4 keadaan seperti overt tirotoksikosis namun disertai gambaran
klinis.
.irotoksikosis biokimia!i 4 bila tidak disertai gambaran klinis.
.irotoksikosis subklinis 4 &ila .S7 H $,1$ mI2A ml dan hormon tiroid normal.
"danya tirotoksiskosis pada penderita mola dapat diduga bila terjadi 4
(11)
5adi istirahat N 1$ kaliAmenit, tanpa adanya sebab yang jelas seperti 7b H < g - atau
demam.
&esar uterus I #$ minggu.
(iagnosis tirotoksis pada mola sangat penting dan perlu diatasi terlebih dahulu
sebelum dilakukan upaya evakuasi jaringan, karena bila tidak maka evakuasi akan dapat
menimbulkan kematian akibat krisis tiroid atau payah jantung akut.
(11)
/enyulit lain yang mungkin terjadi adalah emboli sel trofoblas ke paru%paru.
Sebetulnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru%paru tanpa
memberikan gejala apa%apa. "kan tetapi pada mola kadang%kadang jumlah sel trofoblas ini
terlalu banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru%paru akut yang dapat
mengakibatkan kematian.
(+)
'.2. Penatalakanaan
10
/engelolaan mola hidatidosa dapat terdiri atas ) tahapan berikut ini 4 yaitu perbaikan
keadaan umum, pengeluaran jaringan mola, terapi profilaksis dengan sitostatika, pemeriksaan
tindak lanjut (follo up) 4
(<)
1. /erbaiki ,eadaan 2mum
(alam proses perbaikan keadaan umum dapat termasuk pemberian pemberian
transfusi darah untuk mengatasi syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi
penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.
(+)
2. /engeluaran jaringan mola
.erdapat beberapa cara yaitu 4
?akum kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase. 2ntuk memperbaiki
kontraksi diberikan pula uterotonika. ?akum kuretase dilanjutkan dengan kuretase dengan
menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul untuk mengeluarkan sisa%sisa konseptus dan
agar jaringan miometrium yang ditumbuhi jaringan mola ikut terba!aK kerokan perlu
dilakukan secara hati%hati karena adanya bahaya perforasi. Sebelum tindakan kuret sebaiknya
disediakan darah untuk menjaga apabila terjadi perdarahan yang banyak
(11)
.ujuh sampai sepuluh hari sesudahnya dilakukan

kerokan ulangan dengan kuret tajam
agar ada kepastian bah!a uterus sudah benar%benar kosong dan untuk memeriksa tingkat
proliferasi sisa%sisa trofoblas dan mengetahui ada tidaknya infiltrasi jaringan mola ke
miometrium. Makin tinggi tingkat proliferasi, makin perlu !aspada terhadap kemungkinan
keganasan..
(#) (11)
(i 1S7S pada era 1@<$ kuretase dilakukan # kali dengan interval # minggu. 5amun
de!asa ini, tindakan kuret cukup dilakukan satu kali saja, asal bersih karena ukuran uterus
pada kebanyakan kasus mola hidatidosa tidak terlalu besar seringkali kuretase dengan
sendok kuret dilakukan segera setelah pengosongan uterus dengan kuret vakum.
(<) (11)
(irekomendasikan

mengguanakan kanula 1# mm jika uterus lebih besar dari usia
gestasi 1) minggu, salah satu tangan diletakkan di fundus uteri dan memijat fundus uteri
untuk stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risiko perforasi.2S6 intraoperatif juga
dapat digunakan untuk mendokumentasikan bah!a cavum uteri telah dikosongkan.
(0)
7isterektomi
.indakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup anak.
"lasan untuk histerektomi ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor
predisposisi terjadinya keganasan. &atasan dipakai adalah umur '+ tahun dengan anak hidup
tiga. .idak jarang bah!a pada sediaan histerektomi bila dilakukan permeriksaan histopatologi
sudah tampak adanya tanda%tanda keganasan berupa mola invasifAkoriokarsinoma.
(+)
.ujuan histerektomi ialah untuk mengurangi kemungkinan timbulnya keganasan dan
bila kemudian terjadi koriokarsinoma maka derajat skor prognostik akan lebih rendah
sehingga sitostatika yang diperlukan akan lebih sederhana dan kurang toksis serta biayanya
menjadi lebih ringan.
(11)
Sebelum mola dikeluarkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen paru%paru
untuk menentukan ada tidaknya metastasis di tempat tersebut. Setelah mola dilahirkan, dapat
ditemukan bah!a kedua ovarium membesar mejadi kista teka%lutein. ,ista%kista ini tumbuh
karena pengaruh hormonal, nantinya akan mengecil sendiri.
(#)
'. .erapi profilaksis dengan sitostatika
.erapi profilaksis ini masih kontroversial, kelompok yang setuju menyatakan
perlunya pemmberian terapi profilaksis pada kasus mola dengan risiko tinggi dan hal ini
merupakan kebijakan yang masih diperlukan di negara%negara yang sedang berkembang
karena sebagian besar masyarakatnya golongan sosio ekonomi rendah dan ketaatan penderita
untuk mengikuti follo up secara ketat sulit diharapkan. 6oldstein berpendapat bah!a
pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan metastasis serta
mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak ' kali.
(<) (11)

,riteria Mola 7idatidosa 1isiko .inggi di 1S7S 4
(11)
2kuran 2terus I #$ minggu
2mur penderita I '+ tahun
7asil /" (kuretase menunjukkan gambaran proliferasi trofoblas berlebihan.
7>6 preevakuasi N 1$$.$$$ mI2Aml (1I"AI1M")
.angtrakul dkk menyarankan pemberian kemoterapi profilakis pada penderita mola
pasca evakuasi bila preevakuasi ditemukan uterus yang lebih besar dari umur kehamilan,
umur penderita I )$ tahun dan adanya kista lutein.
(11)
(i 1S7S pemberian kemoterapi profilaksis pada mola risiko tinggi dengan pemberian
kemoterapi tunggal berupa
(11)
4
% MethotreBate (M.G) #$ mgAhari IM dan asam folat +mgAhari IM yang diberikan 1#
jam setelah pemberian M.G, keduanya diberikan + hari berturut%turut
% "ctinomycin ( $,+ mgAhari I? diberikan selama + hari berturut%turut.
,elompok yang tidak setuju terhadap terapi profilaksis sitostatika ini menyatakan
bah!a pemberian sitostatika profilaksis dianggap memiliki efek samping obat dan dapat
terjadi resistensi bila kelak diperlukan pemberian sitostatika untuk terapi ..6.
(11)
5amun
berdasarkan pengalaman di 1S7S ternyata efek samping M.G pada 19 penderita yang
memperoleh M.G profilaksis hanyalah berupa stomatitis (1$ -) dan rambut rontok (# -),
sedangkan sisanya tidak menunjukkan efek samping.
(11)
*. /engamatan ;anjutan
19
/engamatan lanjutan pada !anita dengan mola hidatidosa yang uterusnya
dikosongkan sangat penting karena adanya kemungkinan timbulnya tumor ganas (sekitar #$
-). "njuran untuk semua penderita pascamola dilakukan kemoterapi untuk mencegah
timbulnya keganasan, masih belum diterima oleh semua pihak.
(#)
/ada penderita mola risiko rendah follo up (pengamatan lanjutan) dilakukan #
minggu pasca evakuasi dan pada mola risiko tinggi dimulai # minggu setelah mendapat
kemoterapi profilaksis. /ada pengamatan lanjutan yang perlu dilakukan 4
(11)
Mulai minggu ke # sampai minggu ke 1# pascaevakuasi penderita dianjurkan untuk
melakukan follo up setiap # minggu. /emeriksaan yang dilakukan ialah 4
1. /emeriksaan M h>6 dengan cara 1I"AI1M" atau *I"
#. /emeriksaan klinis meliputi pemeriksaan 4
% &esar dan involusi uterus
% "da tidaknya perdarahan (per vaginam dan atau hemaptoe)
% "da tidaknya tanda%tanda metastasis (vagina, paru%paru, dll)
/ada kasus yang tidak menjadi ganas kadar h>6 cepat turun menjadi negatif dan tetap
negatif nantinya. /ada a!al pascamola dapat dilakukan tes kehamilan biasa, akan tetapi
setelah tes hamil biasa menjadi negatif, maka perlu dilakukan pemeriksaan radio%
immunoassay h>6 dalam serum. /emeriksaan yang peka ini dapat menemukan hormon
dalam kuantitas rendah.

(ollo up dilakukan dengan pola yang sama sampai minggu
keduabelas pascaevakuasi jaringan mola dan bila pada minggu ke%1# kadar M h>6 O
+mI2Aml dilanjutkan dengan tahapan diba!ah ini.
(#) (11)

Mulai bulan ke%) sampai bulan ke%0 , tiap bulan dilakukan pemeriksaan dengan tata cara
follo up yang sama dengan sebelumnya. /ada bulan keenam dilakukan toraks foto "/
untuk menyingkirkan kemungkinan metastasis di paru%paru. &ila perkembangan baik
selanjutnya
(11)

Mulai bulan ke%9 sampai bulan ke%1# dianjurkan follo up setiap # bulan. ;alu bulan
kedua belas dilakukan lagi foto toraks "/.
(11)
5amun apabila terdapat pertumbuhan jaringan trofoblas baru yang diketahui dengan
tanda klinis dan terdapat peningkatan M h>6 yang ditetapkan dengan kriteria MoDisuki dkk
yakni 4
(11)
% ,adar M h>6 N 1$$$ mIuAml pada minggu ke%)
% ,adar M h>6 N 1$$ mIuAml pada minggu ke%0
% ,adar M h>6 N '$ mIuAml pada minggu ke%9
Maka penderita dikelola sebagai tumor trofoblas gestasional. /emeriksaan >. scan juga
dianjurkan bila dicurigai terdapat tanda metastasis ke otak.
(11)
/enderita dianggap sembuh bila sampai dengan follo! up 1# bulan tidak ada tanda
pertumbuhan baru jaringan trofoblas atau bila penderita ternyata usah hamil normal lagi
kurang dari 1# bulan setelah evakuasi mola. "danya kehamilan normal dibuktikan dengan
pemeriksaan, termasuk 2S6. /engertian sembuh tidak berarti bah!a tidak mungkin terjadi
..6 di masa mendatang karena sifat sel trofoblas dorman.
(11)
'.3 Kontrae"# Pa4a E5akua# +ola H#&at#&oa
(i 1S7S selama follo up sampai 1# bulan pasca mola hidatidosa penderita
dianjurkan mengunakan ,& kondom. /emakaian I2( tidak dianjurkan karena efek samping
perdarahan pada akseptor I2( sehingga akan menyulitkan diagnosis adanya pertumbuhan
baru jaringan trofoblas, sedangkan penggunaan ,& hormonal tidak dianjurkan karena
dampaknya terhadap timbulnya ..6 pascamola masih kontroversial, sehingga dianggap
lebih aman menggunakan ,& kondom. (ikatakan dari penelitian Stone dkk bah!a pil ,&
dapat memperlambat turunnya kadar M h>6. 5amun dari penelitian &erko!itD dkk
dinyatakan bah!a pil ,& tidak meningkatkan kejadian ..6 pada penderita pascamola (p I
$,1$ ) .
(11)
&egitu

pula menurut penelitian (eicas dkk dinyatakan pada 10# !anita dengan
mola hidatidosa dan 1'< dengan tumor trofoblas ditemukan bah!a '' - !anita yang
menggunakan kontrasepsi oral akan mengalami tumor, sedangkan yang tidak menggunakan
akan mengalmi tumor sebanyak +< -.
(1)
/emberian pil kontrasepsi estrogen%progesteron berguna dalam dua hal 4 1) mencegah
kehamilan baru #) menekan pembentukan ;7 oleh hipofisis, yang bereaksi silang dengan
beberapa tes h>6. "pabila tingkat kadar h>6 tidak turun dalam ' minggu berturut%turut, atau
bahkan malah meningkat dapat diberikan kemoterapi ataupun histerektomi.
(#) (1)
'.16. Progno#
,ematian pada mola hidatidosa disebabkan karena perdarahan, infeksi, eklampsia,
payah jantung atau tirotoksikosa. (i negara maju kematian karena mola hampir tidak ada
lagi, tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi yakni berkisar antara #,# dan +,< -.
Sebagian besar dari pasien mola akan sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi
ada sekelompok !anita yang kemudian menderita keganasan yakni koriokarsinoma.
/ersentase keganasan yang dilaporkan berkisar antara +,+0 -.
(<)
,ecenderungan

terjadinya
tumor trofoblas meningkat sebesar )$ - jika terdapat satu dari gejala diba!ah ini 4
(11)
% ,adar h>6 preevakuasi 1$$.$$$ mI2Aml
% &esar uterus I#$ minggu
% ,ista teka lutein dengan diameter I 0 cm
#$
Sedangkan yang tidak memiliki salah satu tanda diatas yang hanya memiliki risiko sebesar )
-. *kspresi Human telomerase reverse transcriptase (h.*1.) pada uterus yang mengalami
mola komplit dinyatakan sebagai marker penyakit yang persisten
(1')
.erjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara < hari sampai ' tahun pasca
mola, tetapi yang paling banyak dalam 0 bulan. ,emampuan reproduksi pascamola , tidak
banyak berbeda dari kehamilan lainnya. "nak%anak yang dilahirkan setelah mola hidatidosa
ternyata umumnya normal.
(<)
BAB I7
PE+BAHASAN
*.1. D#agno#
/enegakkan diagnosis pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan penunjang. &erdasarkan hasil anamnesis diperoleh
adanya tidak ditemukan adanya amenorrhea, namun pasien pernah mengalami perdarahan
pervaginam sekitar P bulan yang lalu. Sekarang perut tidak besar seperti orang hamil.
&erdasarkan teori dimana dikatakan bah!a tanda dan gejala mola hidatidosa ialah amenorea,
perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan
tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung anak
#,+
. Sekitar # bulan yang lalu
pasien mengalami keluhan seperti itu. .erdapat perdarhan pervaginam, amenorea, perut yang
dirasakan makin membuncit. /erdarahan pervaginam sering terjadi sebagai komplikasi dari
mola hidatidosa yang terlambat didiagnosis, dimana telah terjadi ekspulsi jaringan
menyerupai buah anggur secara spontan. ,eluarnya gelembung mola merupakan diagnosis
yang paling tepat. 5amun bila kita menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah
terlambat karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan
keadaan umum pasien menurun./revalensi perdarahan sebelumnya dilaporkan muncul pada
@< - kasus, sekarang hanya didapatkan pada 9) - kasus dengan derajat bervariasi dari flek
hingga perdarahan masif selama trimester pertama. /erdarahan dapat terjadi selama beberapa
minggu atau bulan secara intermiten. "kibat perdarahan, maka anemia defisiensi besi dan
anemia delusional akibat hipervolemia seringkali terjadi pada beberapa kasus mola yang
besar. 8aringan mola dapat terpisah dari desidua dan menganggu pembuluh darah maternal,
yang akan mendistensi cavum endometrium dikarenakan kumpulan darah. "nemia
didapatkan pada setengah dari kasus , namun sekarang hanya 9 - kasus saja terdapat anemia.
(1))
/ada pemeriksaan fisik diperoleh bah!a konjungtiva pasien anemis dan dari
pemeriksaan vaginal touchQ diperoleh. fluBus darah bergumpal dan terdapat jaringan
menyerupai buah anggur (F) .
/emeriksaan penunjang yang seharusnya dilakukan sebelum evakuasi mola ialah
pemeriksaan laboratorium darah lengkap, tes fungsi tiroid, serum h>6, tipe golongan darah,
foto polos thoraB dan 2S6. 5amun pada kasus ini pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap, dan serum h>6. /ada pemeriksaan darah lengkap
##
diperoleh bah!a kadar hemoglobin pasien adalah 1#,# mgAdl. /asien tidak mengeluhkan
keluhan perdarahan per vaginam sekarang, jadi kadar hemoglobin pasien dalam batas normal.
/ada pemeriksaan .serum h>6 didapatkan kadar M h>6 post kuretase tanggal 19 5ovember
#$1' meningkat. &erdasarkan teori peningkatan ini menunjukkan terdapat mola hidatidosa
berulang pada pasien. di (isamping itu dilakukan pula pemeriksaan urine (kualitatif) yang
menunjukkan hasil F. 7al ini menunjukkan tingginya kadar M h>6 dalam urine yang
dihasilkan secara berlebihan oleh sel trofoblas. /emeriksaan M h>6 urine tidak dapat
membedakan apakah produksinya normal seperti pada kehamilan normal atau akibat mola
hidatidosa. 2ntuk itu harus dilakukan pemeriksaan M h>6 serum, dimana kadar yang lebih
dari 1$$.$$$ mI2Aml biasanya diakibatkan oleh mola, sedangkan kehamilan normal kadarnya
H 0$.$$$ mI2Aml
(')
. (ilakukan dua kali pemeriksaan /" sebelumnya yaitu pada tanggal '1 :
1$ : #$1' dan 19 : 11 : #$1' dan hasilnya adalah mola hidatidosa. 7al ini menjadi dasar
sahih penegakkan diagnosis mola hidatidosa rekuren pada pasien ini.
/emeriksaan penunjang lainnya yang sebenarnya diperlukan tetapi tidak dilakukan.
/emeriksaan foto polos thoraks bermanfaat untuk mengetahui adanya metastasis ke paru.
/emeriksaan 2S6 tidak dilakukan pada kasus ini karena masalah sosioekonomi, apabila
dilakukan maka diharapkan dapat timbul gambaran mola yang khas berupa badai salju (sno
fal! pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb).
/emeriksaan penunjang yang dilakukan setelah dilakukan kuretase ialah
pemeriksaaan histologi dari hasil jaringan kuret tanggal '1 : 1$ : #$1' dan 19 : 11 : #$1',
dimana ditemukan jaringan desidua dengan villi chorialis yang stromanya mengalami
degenerasi hidropik, dijumpai pula proliferasi trofoblas ringan dan tidak didapatkan tanda
ganas. ,esimpulan dari pemeriksaan histologi patologi anatomi adalah mola hidatidosa. 7al
ini sesuai dengan teori bah!a hasil histopatologi tampak di beberapa tempat villi yang edema
dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan di tempat lain masih tampak
villi yang normal.
*.2 Penatalakanaan
/enatalaksanaan pada kasus ini ialah dengan melakukan kemoterapi dengan
regimen metotreksate selama + hari. /emberian kemoterapi ini bertujuan sebagai
profilaksis terjadinya mola invasif bahkan mungkin menjadi chorio carcinoma. 7asil
pemeriksaan /" tidak mampu memperkirakan terjadinya koriokarsinoma yang timbul
setelah mola hidatidosa. ,emudian pada literature lainnya dikatakan bah!a keganasan
pada pemeriksaan spesimen kuretase tidak menyingkirkan adanya mola invasif karena
diagnosis histologik mola invasif hanya bisa didapat setelah pemeriksaan spesimen
histerektomi. 2ntuk itu pemberian profilaksis pada pasien ini dengan metotreksate
diharapkan dapat mencegah timbulnya choriocarcinoma
(1+)
#)
BAB 7
PENUTUP
8.1 Ke#!"ulan
/asien 5y. SS, )< tahun datang dengan dengan keluhan mengalami amenorrhea,
perdarahan, perut yang membesar seperti orang hamil sekitar # bulan yang lalu. /ada pasien
telah dilakukan kuretase sebanyak dua kali dan hasil /" menunjukkan mola hidatidosa pada
kedua sampel kuretase tersebut. Sekarang pasien mendapatkan kemoterapi metotreksat untuk
mencegah terjadinya mola invasif dan koriokarsinoma. /rognosis pada pasien ini adalah
dubia.
KEPUSTAKAAN
1. 0unn#ngha!9 ). .ar19 et al. Obstetri Williams) *olume $)+disi $&) 8akarta 4 /enerbit
&uku ,edokteran *6>, #$$+.
#. ,lmu -andungan)+disi -edua) :#nknojoatro9 Han#(a9 Sa#(u&&#n9 A,&ul Bar# an&
Ra4h#!ha&h#9 Tr#jat!o. 8akarta 4 Jayasan &ina /ustaka Sar!ono /ra!irohardjo, #$$<.
'. De 0herne19 Alan H. Current Diagnosis . Treatment Obstetrics . Gynecology# Tenth
+dition) 2nited States 4 Mc 6ra! 7ill >ompanies, Inc, #$$<.
). +oore9 L#a E an& Hernan&e;9 Enr#<ue. Hydatidiform Mole) s.l. 4 eMedecine medscape,
#$1$.
+. Sa#(u&&#n9 A,&ul Bar#9 Ra4h#!ha&h#9 tr#jat!o an& :#knjoatro9 .ular&# H. ,lmu
-ebidanan)+disi -eempat) 8akarta 4 /. &ina /ustaka Sar!ono /ra!irohardjo, #$$9.
0. Shorge9 S4ha((er9Hal5oron9Ho((!an9Bra&ha=90unn#ngha!. Williams Gynecology)
s.l. 4 Mc%6ra! 7illRs, #$$9.
<. Pra=#rohar&jo9 Sar=ono9 et al. ,lmu -ebidanan)+disi -etiga) 8akarta 4 Jayasan &ina
/ustaka Sar!ono /ra!iroharjo, #$$<.
9. 7or5#4k9 L#n&a9 Stor4k9 Suan an& Da5#&9 >#e5e. 7ydatidiform Mole.
http/00)nlm)nih)gov0medlineplus0ency0article0%%%1%1)htm) S=nlineT "dam.Inc, #$$9.
@. Sten4he5er9 +orton A9 et al. Comprehensive Gynecology) 2th +dition) s.l. 4 Mosby,Inc,
#$$#.
1$. Se,#re N$9 )#her RA9 )okett +9 et al. 3is! of recurrent hydatidiform mole and
subse4uent pregnancy outcome folloing complete or partial hydatidiform molar pregnancy)
s.l. 4 &8=6, #$$'. 11$(1)4##%0..
11. Bratakoeoe!a9 D#nan S. /enyakit .rofoblas 6estasional. Sbook auth.T M.arid "DiD,
"ndrijono and "bdul &ari Saifuddin. On!ologi Gine!olgi) 8akarta 4 Jayasan &ina /ustaka
Sar!ono /ra!iroharjo, #$$0.
1#. Gestational Trophoblastic Disease ,/ +pidemiology# 5athology#Clinical 5resentation and
Diagnosis of Gestational Trophoblastic Disease# and Management of Hydatidiform Mole)
Lura#n9 $ohn R. s.l. 4 "merican 8ournal of =bstetrics U 6ynecolog, #$1$, "merican 8ournal
of =bstetrics U 6ynecolog.
1'. RS9 Berko=#t; an& DS9 .ol&te#n. Clinical 5ractice / Molar pregnancy) ) s.l. 4 5e!
*ngland 8ournal Medicine, #$$@.
1). Berek9 $S. 6ere! . 7ova!8s Gynecology)&2th edition) s.l. 4 ;ippincott 3illiams U
3ilkins.2S", #$$<.
#0
1+. PO.I. Standar 5elayanan Medi! Obsteteri dan Gine!ologi) 8akarta 4 s.n., #$$0.
10. Roggen9 $.). .raa&t an& S!#t9 7.T.H.B.+. Hydatidiform Mole) s.l. 4 5e! *ngland
Medical 8ournal, #$$1. ?ol ')+ 5o.<.

Anda mungkin juga menyukai