Anda di halaman 1dari 49

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL
Nama Mahasiswa : Anrico Muhammad Dokter Pembimbing : dr.H.R. Setiyadi, Sp.A
NM : !"!.!#.!"$ %anda tangan :
I. IDENTITAS PASIEN
Data Pasien Ayah bu
Nama An. S %n. & Ny. N
'mur ( tahun )! tahun $* tahun
+enis &e,amin -aki.,aki -aki.,aki Perempuan
A,amat +,. &enanga, Adiwerna, tega,
Agama s,am s,am s,am
Suku /angsa +awa +awa +awa
Pendidikan . S-%A S-%A
Peker0aan . Swasta Swasta
Penghasi,an . 1.!!!.!!! .
&eterangan Hubungan orangtua dengan anak ada,ah anak kandung
Asuransi /P+S 2Non P/3
No. RM *$)**!
II. DATA DASAR
ANAMNESIS
A,,oanamnesis di,akukan dengan orang tua pasien 2ibu3 pada tangga, # Agustus 1!4$
di ruang 5i0ayakusuma Atas puku, 4$.!! 5/.
Keluhan utama : &e0ang se0ak 4 hari yang ,a,u
Riwayat Penyakit Sekaan!
&edua kaki ,emah tidak dapat digerakkan se0ak 1 minggu SMRS. %idak kun0ung
membaik dengan pengobatan. Awa,nya disertai ke,emahan pada tangan kanan namun
membaik da,am waktu " hari dengan pengobatan dari dokter. &e,uhan dirasa datangnya
mendadak. %iap ma,am hari ke,uar banyak keringat. Demam, mua,.muntah, batuk dan pi,ek
disangka,. Nyeri pada kaki dan tangan disangka,. /A/ dan /A& tidak ada ke,uhan. Makan
dan minum banyak, hingga sekarang bayi menetek AS dengan kuat.
Riwayat Penyakit Dahulu
1 minggu yang ,a,u pasien dibawa ke k,inik dokter spesia,is anak diberi obat puyer
dan sirup 2ibu ,upa nama obatnya3. &e,uhan pada tangan membaik da,am " hari,
namun ke,uhan pada kakinya tidak kun0ung membaik. &emudian berobat ke po,i anak
RS dr. Soese,o S,awi, ,a,u diru0uk ke RS' &ardinah %ega, untuk ditata,aksana ,ebih
,an0ut.
%idak ada riwayat operasi
%idak ada riwayat trauma
%idak ada riwayat a,ergi makanan, obat, dingin dan debu
%idak ada riwayat asma, bersin.bersin di pagi hari, dan penyakit 0antung
Riwayat Penyakit Kelua!a
%idak ada anggota ke,uarga yang menga,ami ha, tersebut.
Riwayat Lin!kun!an Rumah
&epemi,ikan : Rumah 6rangtua
&eadaan Rumah :
Pasien tingga, bersama kedua orangtua dan kakek di kawasan yang padat penduduk.
%empat tingga, pasien beratap genteng, dinding pagar, a,as ,antai dari tanah, dapur dan
kamar tidur men0adi satu. 7ahaya matahari dapat masuk me,a,ui 0ende,a yang ber0um,ah
4. &amar mandi terpisah ber0um,ah 4. Penerangan dengan ,istrik. Air berasa, dari PAM.
+arak septic tank kurang ,ebih 4! meter dari sumber air. Air ,imbah rumah tangga
disa,urkan me,a,ui se,okan. Se,okan dibersihkan 4 ka,i da,am sebu,an dan a,iran air di
da,amnya ,ancar.
Ke"an # k$n%i"i umah %an "anita"i lin!kun!an kuan! &aik.
Riwayat S$"ial Ek$n$mi
Ayah pasien beker0a sebagai ku,i bangunan. Sedangkan ibu pasien hanya seorang ibu
rumah tangga. Penghasi,an ayah pasien Rp )!!.!!!,!! 8 bu,an. Ayah pasien
menanggung 4 orang anak dan 4 orang istri. Masih tingga, di rumah orang tua dan merasa
be,um mampu untuk memi,iki tempat tingga, sendiri.
Ke"an# iwayat "$"ial ek$n$mi kuan!.
Riwayat Kehamilan %an Pe"alinan
Kehamilan
Perawatan Antenata, : Rutin periksa ke bidan 2498bu,an3, saat
usia # bu,an setiap 1 minggu seka,i
imunisasi %%19
Penyakit &ehami,an : %idak ada
Kelahian
%empat ke,ahiran : Rumah Sakit dr. Soese,o S,awi
Peno,ong persa,inan : Dokter
7ara persa,inan : Partus norma, 2spontan3
Masa gestasi # ") minggu
&eadaan bayi
/erat badan ,ahir : 1.(!! gram
Pan0ang badan ,ahir : ibu ,upa
-ingkar kepa,a : ibu tidak tahu
-angsung menangis : :a
Ni,ai AP;AR : ibu tidak tahu
&e,ainan bawaan : tidak ada
Ke"an # iwayat kehamilan %an kelahian &aik
Riwayat Petum&uhan %an Pekem&an!an Anak
Petum&uhan#
/erat badan ,ahir 1.(!! gram. Pan0ang badan ,ahir ibu ,upa.
/erat badan sekarang )."!! gram. Pan0ang badan (* cm.
2-ihat pemeriksaan khusus3
Pekem&an!an#
Pertumbuhan gigi pertama : .
Psikomotor
Senyum : $ bu,an
Miring : ( bu,an
Mengangkat kepa,a : ( bu,an
%engkurap dan berba,ik sendiri : ( bu,an 2sedang be,a0ar3
Merangkak : .
Duduk : .
/erdiri : .
/er0a,an : .
/erbicara : .
;angguan perkembangan : .
&esan : Pekem&an!an anak "e"uai umu
Riwayat Makan %an Minum Anak
bu mengaku memberikan AS hingga saat ini.
%erkadang makan promi,na dan buah.buahan seperti pisang yang di,unakkan.
Ke"an# Kualita" makanan kuan! %an kuantita" makanan &aik
Riwayat Imuni"a"i
'AKSIN DASAR (umu) ULANGAN
(umu)
B*G ! bu,an . . . . .
DPT+ DT 1 bu,an $ bu,an . . . .
POLIO 1 bu,an $ bu,an . . . .
*AMPAK . . . . . .
HEPATITIS B ! bu,an 4 bu,an . . . .
Ke"an # Imuni"a"i %a"a len!ka, hin!!a "aat ini %an "elalu men!ikuti -a%wal
imuni"a"i yan! tetea ,a%a KMS
*$ak Re,$%uk"i I&u
bu ;4P4A!, anak ,ahir spontan. bu pasien mengaku mengikuti program &/.
Sil"ilah+ Ikhti"a Ketuunan
&eterangan : : -aki.,aki : Perempuan : Pasien
Ke"an # Ti%ak a%a an!!$ta kelua!a yan! men%eita keluhan "e,eti ,a"ien.
PEMERIKSAAN .ISIK
Di,akukan pada tangga, ( +uni 1!4$ di ruang 5i0ayakusuma Atas puku, 44.!! 5/.
Ke"an Umum : kesadaran: compos mentis, tampak sakit sedang, tampak pucat 2.3, tampak
,emah 2<3, gerak kurang akti=, menangis kuat.
Tan%a 'ital
Nadi : 41$ 98menit, regu,er, isi cukup
-a0u Na=as : $! 98menit, regu,er
%ekanan darah : tidak di,akukan pemeriksaan
Suhu : "),( >7 2aksi,a3
Data Ant$,$meti
/erat badan sekarang : )," kg
Pan0ang badan: (? cm
-ingkar kepa,a $1 cm
Statu" Intenu"
&epa,a : Mesocepha,i, ,ingkar kepa,a : $1 cm
Rambut : Hitam, ,ebat, tampak terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : 7on0uncti@a anemis 2.8.3, sk,era ikterik 2.8.3,
mata cekung 2.8.3
Hidung : /entuk norma,, simetris, sekret 2.8.3, ekimosis 2.3,
epistaksis 2.3
%e,inga: /entuk dan ukuran norma,, discharge 2.8.3
Mu,ut :/ibir kering 2.3,bibir sianosis 2.3 stomatitis 2.3,gusi berdarah 2.3
%enggorok : Aaring hiperemis 2.3
%onsi, %4.%4 hiperemis 2.3, detritus 2.3, granu,asi 2.3
-eher : Simetris, pembesaran &;/ 2.3
A9i,,a : Pembesaran &;/ 2.3
%hora9 : Dinding thora9 normothora9 dan simetris
o Pu,mo:
nspeksi : Pergerakan dinding thora9 kiri.kanan simetris,
retraksi 2.3
Pa,pasi : Boca, =remitus simetris pada ,apang paru kiri
dan kanan
Perkusi : Sonor pada se,uruh ,apang paru kiri. kanan
Ausku,tasi : Suara na=as @esiku,er dise,uruh ,apang paru
kiri.kanan, rhonki 2.8.3, wheeCing 2.8.3
o 7or :
nspeksi : ctus cordis tidak tampak
Pa,pasi : ctus cordis teraba di 7S B midc,a@icu,a
Sinistra
Perkusi : Su,it dini,ai
Ausku,tasi : /unyi 0antung dan regu,er, murmur 2.3,
ga,,op 2.3
Abdomen :
o nspeksi : Datar, simetris.
o Ausku,tasi : /ising usus 2<3 norma,
o Pa,pasi : Supe,, nyeri tekan 2.3, hepar.,ien tidak teraba
o Perkusi : %impani di keempat regio abdomen
;enita,ia : 6'D hiperemis 2.3
Anorekta, : %idak di,akukan
Dkstremitas :
Su,ei$ In/ei$
Akal Din!in .8. .8.
Akal Sian$"i" .8. .8.
*RT E1F E1F
Oe%em .8. 0+0
Sen"$ik < <
M$t$ik ((((8(((( !!!!8!!!!
T$nu" $t$t Normotonus Hipotonus
T$/i $t$t Dutro=i
Tan%a Ran!"an! Menin!eal Kanan Kii
&aku &uduk .
/rudCinski . 0
/rudCinski . 0
&ernig . 0
Re/lek /i"i$l$!i" Kanan Kii
/isep < 1
%risep < 1
Pate,a < G 1 G
Achi,es < G 1 G
Re/lek ,at$l$!i" Kanan Kii
Ho==man tromer . 0
/abinski . 0
7hadock . 0
6penheim . 0
;ordon . 0
Schu=er . 0
PEMERIKSAAN PENUN2ANG
3. La&$at$ium
La&$at$ium t!l. 45+46+7438
2eni" Ha"il Nilai u-ukan
-eukosit 4",( ),! H 4*,!
Dritrosit $,1 ",4 H $,"
Hemog,obin ?,) ?,$ H 4",!
Hematokrit 1?,4 1# H $1
M7B 69:3 ; *) H ?)
M7H 77:< ; 1* H "4
M7H7 "",! "".! H "*.!
%rombosit 1$* 4(!.$!!
-DD 4 0am <6 I !.1!
-DD 1 0am 99 I !.1(
Di== 7ount
Netro=i, =7:6 I (! H *!
-im=osit 78:7 ; 1( H $!
Monosit 3:6 ; 1 H #
/aso=i, 1 1 H $
Dosino=i, !,4 ! H 4
Kimia klinik
;,ukosa Darah Sewaktu 4(* *!.4)!
Natrium 379 ; 4"(.4$!
&a,ium $,$1 ",).(,#
&,orida 4!4,$ ?(.4!#
PEMERIKSAAN KHUSUS
3. Data ant$,$meti#
Anak perempuan usia : ( bu,an
/erat badan : )," kg
Pan0ang badan : (? cm
Pertumbuhan =isik anak ,aki.,aki menurut persenti, 7D7 1!!!:
//8' J ),"8),( 9 4!!K J ?),? K (BB n$mal menuut umu)
P/8' J (?8)$ 9 4!!K J ?1,4 K (tin!!i &a%an n$mal menuut umu)
//8P/ J )," 8(,( 9 4!!K J 44$,$(K 2!i>i n$mal3
Ke"an # Beat &a%an n$mal: tin!!i &a%an n$mal: %an "tatu" !i>i n$mal.
7. Pen!ukuan Lin!ka Ke,ala (Ku?a Nellhau")
Ke"an # Anak ,eem,uan u"ia @ &ulan %en!an lin!ka ke,ala 87 Am. Me"$"e/ali
DA.TAR MASALAH
3. &e,emahan pada kedua ekstremitas in=erior.
DIAGNOSIS KER2A
1. Acute A,accid Para,ysis susp. ;/S 8 Mye,itis %rans@ersa
1. ;iCi /aik
DIAGNOSIS BANDING
4. ;ui,,ain /arre Syndrome
1. Po,iomye,itis
". Po,ineuropati
$. Mye,opati
(. Para,isis Periodik Hipoka,emi
). DrbLs Para,ysis
*. Aoot Drop Para,ysis
#. %oddLs Para,ysis
PENATALAKSANAAN
a. Me%ikament$"a
4. BAD &aDn / < &7, 4!cc < Piracetam 4 gr
1. ;amaras B 1(cc
". n0. 7e=ota9im "9(!!mg
$. n0. &a,methason "948" diencerkan da,am D(K
(. San / P,e9 drop "9!,"cc
&. N$n Me%ikament$"a
4. Aisioterapi
1. R6M e9ercise
". Diet bebas, ,an0utkan AS.
$. Ddukasi kepada ke,uarga mengenai penyakit, pengobatan dan terapi yang di,akukan
pada pasien, serta komp,ikasi yang dapat ter0adi pada pasien.
USULAN PEMERIKSAAN
4. -ab darah rutin
1. D,ektro,it darah
". Pungsi ,umba, 2-7S3
PROGNOSIS
Muo ad @itam : ad bonam
Muo ad sanationam : dubia ad bonam
Muo ad =unctionam : dubia ad bonam
PER2ALANAN PENBAKIT
8 2uni 7438 @ 2uni 7438 6 2uni 7438
S &edua kaki ,emah untuk
digerakkan 1 minggu
SMRS, trauma 2.3, batuk
pi,ek 2.3, demam 2.3, /A/
H /A& norma,
&edua kaki ,emah dan
be,um dapat digerakkan
&edua kaki ,emah mu,ai
ada pergerakan, demam
tidak ter,a,u tinggi
6 S: "),( 7
N: ?)9
RR: "!9
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: 7A 2.8.3, S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
Datar, supe,, /' 2<3
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema
2.3, Motorik ((((8((((,
!!!!8!!!!
S: "*,) 7
N: 41$9
RR: $!9
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: 7A 2.8.3, S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
Datar, supe,, /' 2<3
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema 2.3,
Motorik ((((8((((,
!!!!8!!!!
S: "*,# 7
N: 4419
RR: $!9
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: *A (1+1), S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
Datar, supe,, /' 2<3
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema
2.3, Motorik ((((8((((,
444484444
A Acute A,accid Para,ysis
dd8 M%, ;/S
Acute A,accid Para,ysis dd8
M%, ;/S
Acute A,accid Para,ysis
dd8 M%, ;/S
Anemia
P BAD &aDN / < &7,
4!cc < Piracetam 4gr
;amaras 1(cc
n0. 7e=ota9im "9(!!mg
n0. De9amethason "948"
2diencerkan da,am D(K3
San./ P,e9 drop "9!,"cc
%erapi ,an0ut %erapi -an0ut
-P gaga,.
= 2uni 7438 < 2uni 7438 9 2uni 7438
S &edua kaki ,emah untuk &edua kaki ,emah untuk &edua kaki ,emah mu,ai
digerakkan, perut
kembung 2<3, kentut 2<3,
/A&./A/ biasa.
digerakkan, demam 2<3 ada pergerakan, demam
2<3 tidak ter,a,u tinggi,
/A/./A& biasa, sekitar
dubur tampak merah
iritasi.
6 S: ")," 7
N: 41#9
RR: $19
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: 7A 2<8<3, S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
/uncit, distensi 2<3,
kembung 2<3, /' 2<3G
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema
2.3, Motorik ((((8((((,
444484444
S: "# 7
N: 4!!9
RR: ")9
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: 7A 2.8.3, S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
/uncit, distensi 2<3,
kembung 2<3, /' 2<3G
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema 2.3,
Motorik ((((8((((,
444484444
S: "*,# 7
N: 4!#9
RR: "#9
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: 7A 2.8.3, S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
/uncit, distensi 2<3,
kembung 2<3, /' 2<3G
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema
2.3, Motorik ((((8((((,
114484411
A Acute A,accid Para,ysis
dd8 M%, ;/S
Anemia
Acute A,accid Para,ysis dd8
M%, ;/S
Acute A,accid Para,ysis
dd8 M%, ;/S
P %erapi ,an0ut
Scorsteen "94
%erapi ,an0ut
< Sanmo, drop $9!,)cc
%erapi -an0ut
< ;amaras 1(cc
< MiconaCo, Ca,= 194
34 2uni 7438 33 2uni 7438 37 2uni 7438
S &edua kaki masih ,emah,
minima, da,am
pergerakan. Demam 2<3,
&edua kaki ,emah untuk
digerakkan, demam 2<3,
kembung 2<3
&edua kaki ,emah mu,ai
ada pergerakan, demam
2.3, kembung 2<3
su,it tidur, /A/ dan /A&
2<3,
6 S: "*,# 7
N: 44!9
RR: "#9
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: 7A 2.8.3, S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
7embung, distensi 2<3,
kembung 2<3, /' 2<3,
hipertimpani
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema
2.3, Motorik ((((8((((,
114484411
S: "# 7
N: 4!!9
RR: ")9
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: 7A 2.8.3, S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
/uncit, distensi 2<3,
kembung 2<3, /' 2<3G
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema 2.3,
Motorik ((((8((((,
""44844""
S: "),) 7
N: 41#9
RR: "19
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: 7A 2.8.3, S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
/uncit, distensi 2<3,
kembung 2<3, /' 2<3G
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema
2.3, Motorik ((((8((((,
""44811""
A Acute A,accid Para,ysis
dd8 M%, ;/S
Acute A,accid Para,ysis dd8
M%, ;/S
Acute A,accid Para,ysis
dd8 M%, ;/S
P %erapi ,an0ut
;amaras 1(cc
Aisioterapi
R6M e9ercise
Scorsteen "94
%erapi ,an0ut
;amaras 1( cc
-./io 494
R6M e9ercise
Scorsteen "94
%erapi -an0ut
',ang darah ,engkap dan
e,ektro,it
Rencana -P besok.
/io A%P N
Ao,ant O
Bit D 48(
36 2uni 7438 3= 2uni 7438 3< 2uni 7438
S &edua kaki masih ,emah,
minima, da,am
pergerakan. Demam 2<3IG,
su,it tidur, /A/ mencret
2<3 "9, cair, ,endir dan
&edua kaki ,emah untuk
digerakkan, demam 2<3,
kembung 2<3
&edua kaki ,emah sedikit
ada pergerakan, demam
2<3, /A/ kemarin 19
,embek. kembung 2<3
Pu,@
194
ampas 2<3, kembung 2<3
6 S: "*,1 7
N: 41$9
RR: 1#9
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: 7A 2.8.3, S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
7embung, distensi 2<3,
kembung 2<3, /' 2<3,
hipertimpani
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema
2.3, Motorik ((((8((((,
114484411
S: "*,) 7
N: 41#9
RR: "!9
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: 7A 2.8.3, S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
/uncit, distensi 2<3,
kembung 2<3, /' 2<3G
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema 2.3,
Motorik ((((8((((,
""44844""
S: "),) 7
N: 41#9
RR: "19
&epa,a: Mesocepha,i
Mata: 7A 2.8.3, S 2.8.3
%hora9:
SN Bes, Ro .8., 5h .8.
S4.S1 reg, m 2.3, g2.3
Abdomen:
/uncit, distensi 2<3,
kembung 2<3, /' 2<3G
D9t:
Akra, hangat 2<3, Ddema
2.3, Motorik ((((8((((,
""44811""
A Acute A,accid Para,ysis
dd8 M%, ;/S
Diare akut
Acute A,accid Para,ysis dd8
M%, ;/S
Diare Akut
Acute A,accid Para,ysis
dd8 M%, ;/S
Diare Akut
P %erapi ,an0ut
< nterCinc 49O cth
Aisioterapi
R6M e9ercise
-P P ;aga,.
%erapi ,an0ut
Aisioterapi
%erapi Perora, -an0ut
%erapi B stop
Aisioterapi
La&$at$ium 37 2uni 7438
2eni" Ha"il Nilai u-ukan
-eukosit 44,* ),! H 4*,!
Dritrosit 8:8 I ",4 H $,"
Hemog,obin 4!,) ?,$ H 4",!
Hematokrit "4," 1# H $1
M7B =4:= ; *) H ?)
M7H 75:5 ; 1* H "4
M7H7 57:9 ; "".! H "*.!
%rombosit 9== I 4(!.$!!
-DD 4 0am <6 I !.1!
-DD 1 0am 99 I !.1(
Elekt$lit
Natrium 355:= ; 4"(.4$!
&a,ium ",*) ",).(,#
&,orida 4!),! ?(.4!#
TIN2AUAN PUSTAKA
DE.INISI
Acute Flaccid Paralysis 2AAP3 ada,ah ke,umpuhan yang ter0adi secara akut
yang mengenai Qfinal common path, motor end plate, dan otot yaitu pada otot,
sara=, neuromuscular junction, medu,a spina,is dan kornu anterior. sti,ah flaccid
menggambarkan ke,umpuhan QLower Motor NeuronL 2-MN3, mengindikasikan tidak
adanya tanda gangguan spastisitas seperti gangguan pada susunan sara= pusat traktus
motorik ,ainnya misa,nya hiperre=,eks, k,onus, atau respon ekstensor pada p,antar.
&e,umpuhan ini ditandai dengan karakteristik ge0a,a k,inis ke,emahan yang timbu,
dengan cepat, termasuk ke,emahan pada otot.otot pernapasan dan otot pene,an,
berkembang cepat men0adi berat da,am beberapa hari sampai minggu.
PENDEKATAN KLINIS ,a%a PASIEN A.P
Setiap kasus AAP ada,ah keadaan darurat k,inis dan membutuhkan penanganan
segera. Da,am setiap kasus, pen0e,asan rinci tentang ge0a,a k,inis harus dipero,eh.
;e0a,a tersebut termasuk ke,umpuhan, gangguan gaya ber0a,an, ke,emahan atau
gangguan koordinasi dari satu atau beberapa a,at gerak tubuh.
/erbagai macam ,esi yang dapat timbu, pada sususan lower motor neuron
berarti ,esi tersebut merusak motoneuron, akson, motor end plate, dan otot ske,eta,,
sehingga tidak terdapat gerakan apapun wa,aupun impu,s motorik disampaikan ke
motoneuron. &e,umpuhan tersebut disertai dengan tanda.tanda lower motor neuron
yaitu:
a. Hi,angnya gerakan @o,untar dan re=,ektorik, sehingga re=,eks tendon hi,ang dan
re=,eks pato,ogik tidak muncu,.
b. %onus otot hi,ang.
c. Musnahnya motoneuron beserta akson sehingga kesatuan motorik hi,ang dan
ter0adi atro=i otot.
%anda.tanda AAP harus die@a,uasi secara k,inis dengan pemeriksaan
neuro,ogis ,engkap, termasuk peni,aian kekuatan dan tonus otot, re=,eks tendon,
=ungsi sara= krania, dan =ungsi sensoris. Per,u diperhatikan adanya tanda.tanda
meningismus, gangguan sistem sara= pusat 2ata9ia3 atau sistem sara= otonom 2=ungsi
usus dan kandung kemih, s=ingter, dan re=,eks berkemih neurogenik3. Pemeriksaan
,aboratorium diper,ukan pemeriksaan ,a0u sedimentasi se, darah merah. Pemeriksaan
e,ektro=isio,ogi sangat penting da,am menentukan diagnosis dan prognosis penyakit
motorneuron.
Pemeriksaan pungsi ,umba, dan pemeriksaan cairan serebrospina,
diindikasikan untuk menyingkirkan diagnosis adanya in=eksi bakteri pada sistem
sara=. n=eksi bakteri ditun0ukkan dengan adanya neutro=i,, tingkat g,ukosa rendah,
dan kandungan protein yang tinggi. Pemeriksaan ku,tur bakteri akan mengidenti=ikasi
organisme spesi=ik. Pencitraan tu,ang be,akang, seperti radiogra=i, 7%.S7AN, atau
magnetic resonance imaging 2MR3 diindikasikan untuk menyingkirkan kompresi
tu,ang be,akang, mie,opati, atau neop,asma po,iradiku,opati spondi,osis. Pemeriksaan
e,ektrokardiogram dapat diindikasikan untuk mendiagnosis adanya gangguan
metabo,isme e,ektro,it, seperti ke,umpuhan periodik yang disebabkan o,eh keadaan
hipo@o,emia.
DIAGNOSIS BANDING A.P
Gam&a 3. Dia!n$"i" Ban%in! A.P ,a%a Lower Motor Neuron
3. Le"i ,a%a "el k$nu antei$
a. P$li$mieliti"
Po,iomie,itis atau po,io, berasa, dari bahasa yunani yaitu po,io 2abu.abu3
dan mie,in 2medu,a spina,is3. Po,iomie,itis akut ada,ah suatu penyakit sistemik
akut yang mengakibatkan kerusakan pada se, motorik di kornu anterior medu,a
spina,is, batang otak, dan dapat pu,a mengenai mesense=a,on, sereb,um, gang,ia
basa,is, dan korteks motorik serebri.
Po,io menyerang tanpa peringatan, merusak sistem sara= hingga
menimbu,kan ke,umpuhan permanen terutama pada kaki. Penderita po,io dapat
meningga, akibat ke,umpuhan 0uga menyerang otot.otot pernapasan. Sebagian
besar kasus po,iomie,itis merupakan in=eksi subk,inis atau asimtomatik. Dapat
0uga di0umpai po,iomie,itis aborti=, yaitu timbu, ge0a,a in=eksi sistemik ringan
berupa =,u dan gangguan gastroenteritis karena ter0adi @iremia.
Angka ke0adian po,io yang tercatat pada tahun 1!!$ mencapai 4.4#( di 4*
negara dimana ,ima pu,uh persen kasus ter0adi pada anak berusia ".( tahun.
Agen pembawa penyakit ini yaitu sebuah @irus yang dinamakan po,io@irus
2PB3, masuk ke tubuh me,a,ui mu,ut dan mengin=eksi sa,uran usus. Po,io@irus
ada,ah @irus RNA keci, yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menu,ar.
Birus masuk ke da,am tubuh me,a,ui makanan yang terin=eksi atau minuman
yang terkontaminasi =eses. Birus ini dapat memasuki a,iran darah dan menga,ir
ke sistem sara= pusat menyebabkan me,emahnya otot dan ke,umpuhan
2para,isis3. Birus akan menyerang sistem sara= dan ke,umpuhan dapat ter0adi
da,am hitungan 0am.
Mekanisme @irus po,io mengin=eksi sistem sara= pusat be,um diketahui
secara pasti. Ada tiga mekanisme yang diduga: pertama @irus po,io mengin=eksi
sistem sara= pusat me,a,ui transport a9on dengan arah yang ber,awanan dengan
sinya, sara= dimana sinya, sara= bergerak dari sara= pusat ke otot sementara @irus
dari otot ke sistem sara=. &emungkinan kedua yaitu @irus po,io menembus
sawar darah otak terpisah dari keberadaan reseptor se,u,er untuk @irus po,io.
Dan kemungkinan ketiga yaitu @irus po,io berpindah ke sistem sara= pusat
me,a,ui se, makro=ag. Hingga saat ini berbagai bukti i,miah ,ebih mendukung
hipotesis pertama.
%erdapat beberapa 0enis po,io, yaitu:
4. Po,io para,isis spina,
train po,io@irus ini menyerang sara= tu,ang be,akang, menghancurkan
se, tanduk anterior yang mengontro, pergerakan pada batang tubuh dan
otot tungkai. Sete,ah @irus po,io menyerang usus, @irus ini akan diserap
o,eh pembu,uh darah kapi,er pada dinding usus dan diangkut ke se,uruh
tubuh. Birus Po,io menyerang sara= tu,ang be,akang dan syara= motorik ..
yang mengontro, gerakan =isik. Pada periode ini,ah muncu, ge0a,a seperti
=,u. Pada penderita yang tidak memi,iki kekeba,an atau be,um di@aksinasi,
@irus ini biasanya akan menyerang se,uruh bagian batang sara= tu,ang
be,akang dan batang otak. n=eksi ini akan memengaruhi sistem sara=
pusat ,a,u menyebar sepan0ang serabut sara=. Seiring dengan berkembang
biaknya @irus da,am sistem sara= pusat, @irus akan menghancurkan sara=
motorik.
Sara= motorik tidak memi,iki kemampuan regenerasi dan otot yang
berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem
sara= pusat. &e,umpuhan pa,ing sering ditemukan ter0adi pada kaki.
&e,umpuhan ini timbu, da,am waktu sangat cepat, yaitu da,am beberapa
0am sampai $# 0am atau maksima, mencapai 4!.41 hari. &e,umpuhan pada
kaki menyebabkan tungkai men0adi ,emas, kondisi ini disebut acute
flaccid paralysis 2AAP3. n=eksi berat pada sistem sara= pusat dapat
menyebabkan ke,umpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks 2dada3
dan abdomen 2perut3, disebut !uadriplegia. Meskipun strain ini dapat
menyebabkan ke,umpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 1!!
penderita akan menga,ami ke,umpuhan.
1. Po,io non.para,isis
Po,io non para,isis ini me,iputi ge0a,a berupa nyeri kepa,a, ,eher,
punggung, dan tungkai. Se,ain itu pasien 0uga menge,uhkan demam, mua,,
muntah, nyeri abdomen, dan sensiti=. Pada po,io 0enis ini tidak ditemukan
adanya para,isis, namun otot penderita terasa ,embek 0ika disentuh.
". Po,io bu,bar
Po,io bu,bar disebabkan tidak adanya kekeba,an a,ami sehingga batang
otak penderita ikut terserang @irus po,io. /atang otak yang mengandung
berbagai sara= motorik yang mengatur pernapasan dan sara= krania,.
&e,umpuhan yang sering ter0adi ada,ah ke,umpuhan pada Nn. R yang
mengakibatkan gangguan mene,an dan Nn. R yang mengatur 0antung,
usus, paru.paru dan sara= yang mengatur pergerakan ,eher. Se,ain itu 0uga
ter0adi berbagai gangguan pergerakan bo,a mata, gangguan pada sara=
trigemina, yang berhubungan dengan pipi, ke,en0ar air mata dan otot
muka, gangguan pada sara= pendengaran, dan gangguan pada sara=
tambahan yang mengatur pergerakan pada ,eher.
Birus 0uga dapat menyerang otot pernapasan dan dapat mengakibatkan
kematian, dimana ,ima sampai sepu,uh persen penderita po,io bu,bar akan
meningga, akibat gangguan pada sara= krania, yang mengatur otot
pernapasan tersebut. %ingkat kematian karena po,io bu,bar antara 1(.*(K
tergantung usia penderita. Penderita po,io bu,bar bertahan hidup dengan
bantuan a,at pernapasan. Namun demikian, penderita yang sembuh dapat
memi,iki =ungsi tubuh yang mendekati norma, karena 0enis ini tidak
mengakibatkan para,isis yang permanen.
&. N$n ,$li$ ente$?iu"
Penyakit ,ain yang dapat menyebabkan AAP antara ,ain ada,ah acute
haemorrhagic conjuncti"itis 2AH73, dan aseptic meningitis. Birus ,ain yang
dapat menyebabkan AAP se,ain po,io yaitu 7o9sackie@irus A dan b, echoi@irus,
entero@irus *!, dan entero@irus *4.
7. P$lia%ikul$neu$,ati
a. Sin%$m Guillane0Bae (SGB)
S;/ ada,ah suatu po,ineuropati yang bersi=at ascending dan akut yang
sering ter0adi sete,ah 4 sampai " minggu sete,ah in=eksi akut. Menurut /osch,
S;/ merupakan suatu sindroma k,inis yang ditandai adanya para,isis =,asid
yang ter0adi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana
targetnya ada,ah sara= peri=er, radiks, dan ner@us krania,is. nsidensi sindroma
;ui,,ain./arre ber@ariasi antara !.) sampai 4.? kasus per 4!!.!!! orang
pertahun. Dtio,ogi masih be,um diketahui dengan pasti. n=eksi, @aksinasi,
pasca pembedahan, penyakit sistemik berupa keganasan, sistema ,upus
eritematosus, tiroiditis, dan kehami,an diduga memi,iki hubungan dengan
ke0adian Sindroma ;ui,,ane /arre. Dua pertiga penderita penyakit S;/
berhubungan dengan penyakit in=eksi atau ke0adian akut. nter@a, antara
penyakit yang mendahu,ui dengan awitan biasanya 4." minggu. n=eksi pada
sa,uran napas atas atau in=eksi gastrointestina, diduga memi,iki hubungan
pa,ing tinggi, dimana insidensinya mencapai ().#!K kasus.
Sindrom ;ui,,an /arre 2S;/3 merupakan suatu ke,ainan sistem sara=
akut dan di=us yang mengenai radiks spina,is dan sara= peri=er, dan terkadang
0uga mengenai sara= krania,is. Mani=estasi k,inis yang muncu, yaitu
ke,umpuhan lower motor neuron dari otot.otot ekstremitas, badan, dan
terkadang otot wa0ah. n=eksi yang menyerang pada S;/ dapat men0erat
radiks @entra,is, namun hanya radiks @entra,is yang berke,ompok sa0a yang
terkena, yang pa,ing sering ada,ah pada otot anggota gerak. Sehingga otot
anggota gerak tersebut menga,ami ke,umpuhan dengan tipe -MN.
Mani=estasi k,inis utama ada,ah ke,umpuhan otot ekstremitas dengan tipe
-MN. Pada sebagian besar penderita, ke,umpuhan dimu,ai dari kedua
ekstremitas bawah kemudian menyebar secara asendens ke badan, anggota
gerak, dan sara= krania,is. &e,umpuhan secara simetris ini diikuti hipore=,eks
dan are=,eksia, dan biasanya dera0at ke,umpuhan otot bagian proksima, ,ebih
berat dibandingkan dari otot.otot bagian dista,, namun bisa 0uga dengan dera0at
yang sama.
Mekanisme bagaimana berbagai penyebab tadi mengakibatkan ter0adinya
demie,inisasi akut be,um diketahui dengan pasti. /anyak ah,i memperkirakan
kerusakan sara= yang ter0adi akibat proses imuno,ogik. Ha, ini ditandai dengan
ditemukannya antibodi atau respon kekeba,an se,u,er terhadap agen in=eksius
sara= tepi. Se,ain itu 0uga ditemukan timbunan komp,eks antigen antibodi pada
pembu,uh darah sara= tepi yang menimbu,kan proses demie,inisasi sara= tepi.
;e0a,a k,inis S;/ yaitu timbu,nya suatu ke,umpuhan akut disertai
hi,angnya re=,eks tendon dan didahu,ui parestesi dua sampai tiga minggu
sete,ah menga,ami demam disertai disosiasi sitoa,bumin pada 7SS dan
gangguan sensorik dan motorik peri=er. ;angguan musku,oske,eta, yang
menon0o, ada,ah ke,emahan otot, akibat terhambatnya atau terhentinya
konduksi dari spinal cord ke neuromuscular junction. ;e0a,a ke,emahan
motorik yang timbu, pada S;/ bersi=at asendens, progresi=, ber,angsung cepat
da,am $ minggu, hipore=,eks, ber,angsung simetris dan ge0a,a gangguan
sensibi,itas yang muncu, bersi=at ringan.
Sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri, pengobatan biasanya
bersi=at simtomatik. %u0uan terapi ada,ah untuk mengurangi beratnya penyakit
dan mempercepat penyembuhan me,a,ui imunoterapi. Prognosis pasien
biasanya baik, ?(K dapat ter0adi penyembuhan tanpa ge0a,a sisa. Penderita
dengan usia "!.)! tahun memi,iki prognosis ,ebih baik. Namun demikian,
sebagian keci, penderita dapat meningga, dan memi,iki ge0a,a sisa.
&. Acute Motor Axonal Neuropathy (AMAN)
Acute Motor A#onal Neuropathy merupakan @arian dari Sindrom
;ui,,ain /are. &arakteristik dari penyakit ini ada,ah timbu,nya para,isis akut
dan hi,angnya re=,eks, namun tidak disertai hi,angnya kemampuan sensoris.
Sindrom ini ditandai dengan muncu,nya ke,umpuhan =,aksid progresi= yang
simetris dan hi,angnya re=,eks, 0uga seringka,i mengakibatkan gangguan
respirasi. &e,umpuhan yang muncu, ,uas dengan pemu,ihan yang ,ambat dan
seringka,i tidak ,engkap, ke,emahan wa0ah kedua sisi, keter,ibatan ,idah,
namun persepsi sensorik masih norma,. ;e0a,a awa, berupa ke,emahan kaki
dan ,eher yang su,it untuk =,eksi, berkembang dengan cepat da,am ) hari dan
mempengaruhi kesimetrisan kedua ,engan dan otot pernapasan.
A. Gan!!uan Neu$l$!i aki&at in/ek"i HI'+AIDS %an in/ek"i $,$tuni"tik
/erbagai macam gangguan dapat men0adi penyu,it pada timbu,nya
permasa,ahan Acute Flaccid Paralysis$ ;angguan tersebut dapat diakibatkan:
4. n=eksi HB dan ADS
1. n=eksi oportunistik, seperti in=eksi citomega,o@irus, herpes Cooster,
%o9op,asma, Mico%acterium tu%erculosis, atau si=i,is.
". De=isiensi @itamin /41 mengakibatkan timbu,nya ADS termina,
neuropatik.
7itomega,o@irus dapat mengakibatkan meningoencepha,itis, mye,itis, dan
citomega,o@irus.po,iradicu,omye,opati. 7itomega,o@irus.po,iradicu,omye,opati
merupakan suatu sindrom k,inis ,angka dan khas yang mengakibatkan
ke,emahan tungkai bawah, sering didahu,ui rasa sakit dan parasthesia di kaki
dan perineum, menghi,angnya re=,eks, retensi urin dan hi,angnya kontro,
s=ingter.
5. Miel$,ati akut
a. Acute transverse myelitis (Mieliti" Tan"?e"a Akut)
sti,ah mie,itis digunakan pada timbu,nya ,esi di medu,a spina,is akibat
peradangan dan akibat ,esi yang menyerupai peradangan dan disebabkan o,eh
proses pato,ogik yang menyerupai in=eksi. Peradangan dapat merusak atau
menghancurkan mie,in, substansi ,emak yang me,iputi iso,asi se, serabut sara=.
Ha, ini menyebabkan kerusakan sistem sara= yang mengganggu impu,s antara
sara=.sara= di sumsum tu,ang be,akang dan se,uruh tubuh.
Acute trans"erse mielitis disebabkan in=eksi @irus, reaksi imuno,ogik, atau
tidak cukupnya a,iran darah me,a,ui pembu,uh darah di sumsum tu,ang
be,akang. Mie,itis trans@ersa 0uga dapat timbu, akibat komp,ikasi si=i,is,
campak, dan beberapa @aksinasi termasuk cacar dan rabies serta idiopatik.
Sebagai penyebab AAP, acute trans"erse mielitis 0arang ditemui
dibandingkan Sindrom ;ui,,an /are. Setiap tahun di,aporkan ke0adian kurang
dari 4 kasus per 1 0uta penduduk. ;e0a,a yang timbu, pada awa,nya seperti
nyeri pada punggung bawah, ke,emahan ekstremitas bawah, AAP, distensi urin,
konstipasi, hipore=,eks, gangguan sensorik, nyeri dan parastesia. Nyeri
merupakan ge0a,a utama mie,itis trans@ersa. Paraparesis sering berkembang
men0adi parap,egia. Sete,ah 1." minggu akan muncu, hiperre=,eks dan
spastisitas. Sepertiga dari penderita akan pu,ih, sepertiga ,ainnya pu,ih
sebagian, dan sisanya tetap menga,ami kecacatan atau kematian.
Diagnosa Mie,itis trans@ersa akut harus dapat dibedakan dengan mie,opati
kompresi medu,a spina,is. -esi kompresi dapat dibedakan dari mie,itis karena
per0a,anan penyakitnya tidak akut, sering didahu,ui dengan nyeri segmenta,
sebe,um timbu,nya ,esi parenkim medu,a spina,is. Pasien yang datang dengan
onset ge0a,a da,am waktu 4! hari atau ter0adi progresi=itas de=isit neuro,ogik
diterapi dengan pemberian g,ukokortikoid atau A7%H. ;,ukokortikoid
diberikan da,am bentuk prednison ora, 4 mg8kg//. Penderita mendapatkan diet
rendah garam dan pemberian ranitidin 4(! mg. Pasien 0uga per,u dipasang
kateter karena adanya retensi urin dan untuk mencegah ter0adinya in=eksi
traktus urinarius di,akukan irigasi antiseptik dan pemberian antibiotik
pro=i,aksis. Per,u di,akukan a,ih birang tiap 1 0am untuk mencegah u,kus
dekubitus. Sete,ah masa akut ber,a,u, rehabi,itasi harus dimu,ai sedini mungkin
untuk mengurangi kontraktur dan mencegah tromboembo,i.
&. Miel$,ati akut aki&at k$m,e"i tulan! &elakan!
Mie,opati atau kerusakan medu,a spina,is dapat muncu, akibat pace
&ccupying Lession 2S6-3, abses epidura,, hematoma, atau akibat tumor.
&e,uhan yang muncu, berupa ke,emahan ekstremitas bawah, AAP, distensi urin,
konstipasi, hipore=,eks, gangguan sensorik dan parestesi. Pada pemeriksaan
cairan serebrospina, dapat ditemukan peningkatan protein.
8. Tauma
a. Tauma aki&at "untikan ,a%a $t$t !luteu"
Pemberian suntikan pada otot g,uteus masih banyak ditemukan pada
misa,nya pemberian @aksin di=teri.pertusis.tetanus dan penberian suntikan
obat.obatan secara intramusku,er. Padaha, pemberian suntikan ini memi,iki
risiko berupa trauma ,angsung atau neuritis postinjection$ 'ntuk mengurangi
risiko tersebut, 5H6 '(orld )ealth &rgani*ation+ merekomendasikan
pemberian @aksin dengan suntikan pada paha atas antero,atera, atau pada
,engan atas. %rauma neuritis harus dibedakan dengan pemberian @aksin
po,iomie,itis.
&. Spinal Cord Injury
pinal ,ord -njury atau cedera medu,a spina,is merupakan sa,ah satu
penyebab gangguan =ungsi sara= yang sering menimbu,kan kecacatan permanen
pada usia muda. nsidensi cedera medu,a spina,is ini mencapai 44,(.(",$ kasus
per 4!!.!!! penduduk per tahun, be,um termasuk penderita yang meningga,
pada saat ter0adi cedera akut.
7edera medu,a spina,is terutama disebabkan karena trauma. %rauma
tersebut dapat mengakibatkan cedera medu,a spina,is secara ,angsung, ataupun
menimbu,kan =raktur dan instabi,itas tu,ang be,akang sehingga timbu, cedera
secara tidak ,angsung. 7edera sekunder berupa iskemia muncu, yang
mengakibatkan pe,epasan eksitotoksin, terutama g,utamat, yang diikuti in=,uks
ka,sium dan pembentukan radika, bebas da,am se, neuron di medu,a spina,is
mengakibatkan nekrosis dan terputusnya akson pada segmen medu,a spina,is
yang terkena. Ddema yang ter0adi pada daerah iskemik akan memperparah
kerusakan se, neuron. /eberapa minggu sete,ah itu, pada daerah ,esi akan
terbentuk 0aringan parut yang terutama terdiri dari se, g,ia. Akson yang rusak
akan menga,ami pertumbuhan 'sprouting+ pada kedua u0ung yang terputus o,eh
0aringan parut tersebut. Akan tetapi ha, ini tidak mengakibatkan tersambungnya
kemba,i akson yang terputus, karena terha,ang o,eh 0aringan parut yang terdiri
dari se, g,ia. &ondisi demikian ini diduga sebagai penyebab ter0adinya
kecacatan permanen pada cedera medu,a spina,is.
Sebagian besar cedera medu,a spina,is traumatik ter0adi di daerah
ser@ika,. Akan tetapi yang pa,ing sering mengakibatkan cedera berat ada,ah
trauma di daerah toraka,. Ha, ini berkaitan dengan penampang me,intang
kana,is spina,is di daerah toraka, yang ,ebih sempit dibanding ser@ika,. 7edera
medu,a spina,is di segmen toraka, dapat mengakibatkan parap,egia, disertai
ke,emahan otot interkosta, yang dapat mengganggu kemampuan inspirasi dan
ekspirasi.
A. Gan!!uan ka%i$?a"kule %an k$m,lika"i $,ea"i
&erusakan sara= tu,ang be,akang dapat ter0adi pasca operasi akibat
timbu,nya iskemia karena gangguan pada arteri radiku,er di bawah toraks atau
,umba, setinggi @ertebra dan dapat menyebabkan parap,egia atau paraparesis
tota,. %er0epitnya aorta dan tekanan darah tinggi meningkatkan kemungkinan
ter0adinya ha, tersebut. Pemeriksaan k,inis memper,ihatkan adanya AAP, tidak
adanya re=,eks, hi,angnya sensoris dan hi,angnya re=,eks spingter dan kandung
kemih.
@. Neu$,ati Pei/e
Neuropati peri=er ada,ah isti,ah untuk kerusakan serabut sara= dari sistem
peri=er yaitu berupa kerusakan pada se,ubung mie,in atau kerusakan pada akson
serabut tersebut. Proses pato,ogik yang mendasari po,ineuropati ia,ah proses
pato,ogik mu,ti=aktoria, dan mu,tisistemik. Penyebabnya dapat berupa in=eksi,
intoksikasi, proses autoimuno,ogik, de=isiensi, herediter, penyakit atau trauma
pada sara= atau akibat penyakit sistemik seperti ke,ainan metabo,isme karbohidrat
dan protein. Neuropati dapat berhubungan dengan kombinasi berbagai ke,emahan,
perubahan =ungsi otonom, dan perubahan sensoris berupa hi,angnya sensasi nyeri
tergantung 0enis sara= mana yang terkena.

6. Penyakit Neu$mu"Aula 2unAti$n
Pengantaran impu,s motorik ke serabut otot ske,eta, sering terganggu di
sekitar sinaps sehingga timbu, ke,umpuhan -MN. Penyakit yang sering
menyerang yaitu Miastenia ;ra@is, se,ain itu 0uga berupa penyakit sindrom
miastenik dari -ambert Daton.
Miastenia gra@is ada,ah suatu ke,ainan autoimun sara= peri=er berupa
terbentuknya antibodi terhadap reseptor pascasinaps aseti,ko,in 2A7h3 nikotinik
pada neuromuscular junction. Akibat adanya antibodi tersebut, sehingga Ach tidak
dapat beker0a dan mengga,akkan serabut otot ske,eta,, sehingga muncu,
penurunan kekuatan motorik yang progresi=, dan ter0adi pemu,ihan pasca istirahat.
Adanya ke,ainan autoimun ini ditun0ukkan dengan tingginya titer antibodi anti.
;M4 glycoconjugate pada pasien Miastenia ;ra@is.
6tot.otot yang pa,ing sering menga,ami ke,emahan ada,ah otot oku,ar dan
otot pene,an. 6tot anggota gerak dan otot pernapasan sering terkena pada tahap
,an0ut miastenia gra@is. Miastenia gra@is memi,iki gambaran k,inis khas yaitu
ke,emahan dan ke,e,ahan otot terutama sete,ah berakti@itas. ;ambaran k,inis pada
tahap ringan biasanya tidak 0e,as, dapat hanya berupa ptosis. &e,emahan otot
timbu, saat dipro@okasi o,eh akti@itas beru,ang. Miastenia ;ra@is dibagi men0adi $
go,ongan, dan menentukan terapi serta prognosisnya:
a. ;o,ongan
Disebut 0uga miastenia oku,ar, dimana terdapat gangguan pada satu atau
beberapa otot oku,ar yang menyebabkan timbu,nya ptosis dan dip,opia,
biasanya si=atnya uni,atera,. /entuk ini ringan, namun sering resisten terhadap
pengobatan. ;e0a,a khas berupa timbu,nya dip,opia pada sore hari dan
menghi,ang pada pagi hari.
b. ;o,ongan
%imbu, ge0a,a per,ahan, awa,nya dari oku,ar, kemudian menyebar mengenai
muka, anggota badan, dan otot bu,bar. 6tot respirasi biasanya tidak terkena.
Da,am waktu dua tahun, go,ongan ini dapat berkembang men0adi Miastenia
;ra@is go,ongan .
c. ;o,ongan
Merupakan miastenia bentuk umum yang berat, dimu,ai dari otot oku,ar,
anggota badan, dan kemudian mengenai otot pernapasan. Pada kasus yang
memi,iki reaksi buruk terhadap terapi antiko,inesterase akan berkembang
men0adi krisis miastenia.
d. ;o,ongan B
;o,ongan ini disebut krisis miastenia atau miastenia gra@is kronis yang berat.
Merupakan ke,emahan otot menye,uruh disertai para,isis otot pernapasan, dan
termasuk keda,am kegawatdaruratan medis.
Diagnostik berdasarkan anamnesis dan tes k,inik sederhana untuk meni,ai
berkurangnya kekuatan otot sete,ah beberapa akti@itas. Pemeriksaan yang
di,akukan misa,nya memandang ob0ek di atas ,e@e, bo,a mata, dimana akan timbu,
ptosis dan miastenia oku,ar. Pemeriksaan ,aboratorium be,um mampu menun0ang
diagnosis, pemeriksaan radio,ogis berupa rontgen toraks untuk mendeteksi adanya
ke,ainan ke,en0ar timus. Pada miastenia yang ringan, sering tidak gambaran tegas
pada pemeriksaan DM;. Dasar pengobatan pada miastenia gra@is ada,ah dengan
menggunakan obat.obatan antiko,inesterase seperti neostigmin dan piridostigmin
untuk menghambat ko,inesterase yang menghancurkan aseti,ko,in. 6bat.obatan
ini memi,iki akti@itas muskarinik dan nikotinik. +uga diper,ukan pemberian
kortikosteroid. Pemberian kedua 0enis obat.obatan ini dimu,ai dengan dosis
rendah dan kemudian ditingkatkan per,ahan.
&e,emahan -MN berupa sindrom -ambert.Daton yang menyerupai
Miastenia ;ra@is disebabkan gangguan pada membran presinaps sehingga tidak
dapat me,epaskan aseti,ko,in ke ce,ah sinaps. Penyebab gangguan membran
presinaps tersebut ada,ah suatu Cat akibat proses keganasan, terutama keganasan
di paru.paru.
=. Gan!!uan ,a%a $t$t
-esi di otot dapat berupa kerusakan struktura, pada serabut otot atau se,nya,
disebabkan in=eksi, intoksikasi, atau degenerasi herediter. Penyakit otot tersebut
dapat berupa distro=ia musku,orum, miopati, dan miositis. Distro=ia musku,orum
disebabkan =aktor pato,ogik kromosoma,, yaitu terkait kromosom R. Miopati
disebabkan penyakit otot yang tidak bersi=at herediter dan bukan merupakan
akibat penyakit in=eksi.
n=,amasi miopati idiopatik 2po,imiositis3 yaitu penyakit otot yang
disebabkan in=eksi, menimbu,kan ke,uhan yang bersi=at subakut, progresi= da,am
waktu berminggu.minggu, bu,an, bahkan tahun. Ha, ini berbeda dengan ke,ainan
yang misa,nya disebabkan Sindrom ;ui,,en /are yang ber,angsung progresi=
da,am waktu singkat. Po,imiositis merupakan penyakit a,ergik hasi, proses Qcell
mediated immune. Penyakit ini dapat timbu, sebagai po,imiositis murni atau
sebagai suatu dermatomiositis. Dari segi usia, po,imiositis merupakan penyakit
dewasa muda, terutama ditemukan pada wanita usia 1! H $! tahun. Po,imiositis
dapat ditemukan pada usia diatas (! tahun dan biasanya bersamaan dengan
karsinoma.
Po,imiositis terdiri dari Po,imiositis idiopatik dan penyakit yang me,engkapi
proses neop,asma ganas. Po,imiositis idiopatik biasanya menyerang usia muda
dan dewasa muda, ke,emahan muncu, pada semua otot.otot tubuh, penderita
tampak ,emas, eritema yang khas pada pa,pebra superior, yang dapat me,uas
hingga ke periorbita,, hidung bibir, dan ,utut. Pada tahap yang ,ebih ,an0ut dapat
timbu, perdarahan di traktus digesti@us, ke,emahan otot pengunyah dan pene,an,
dan perburukan keadaan umum. Sedangkan pada po,imiositis yang menyertai
keganasan biasanya menyerang usia tua dan keganasan berupa keganasan pada
paru.
Penegakan diagnosis berdasarkan pada per0a,anan penyakit, ke,ainan
e,ektromiogra=i 2DM;3, peningkatan serum creatinin.kinase, dan biopsi otot.
DM; dan kadar a,do,ase berguna untuk membedakan dengan distro=ia. Pada
po,imiositis tidak ditemukan =aktor herediter, onset pada usia tua, progresi=itas
penyakit untuk memburuk ber,angsung ,ebih cepat, timbu, potensia, =ibri,asi yang
0e,as pada DM;, dan pada biopsi otot didapati gambaran degenerasi dan
regenerasi disamping in=i,trasi ,im=osit.
PENATALAKSANAAN
Penata,aksanaan pada umumnya ada,ah terapi terhadap penyebab ke,umpuhan.
6,eh karena itu, penegakan diagnosis AAP sangat penting untuk menentukan
penanganan yang tepat dan cepat.
PROGNOSIS
Prognosis AAP berdasarkan masing.masing penyebab dan penanganan.
Penanganan yang baik akan memberikan prognosis yang baik.
MBELITIS TRANS'ERSA
DE.INISI
Mie,itis %rans@ersa,is 2M%3 ada,ah suatu proses in=,amasi akut yang mengenai suatu area
=oka, di medu,a spina,is dengan karakteristik k,inis adanya perkembangan baik akut atau sub
akut dari tanda dan ge0a,a dis=ungsi neuro,ogis pada sara= motorik, sensorik dan otonom dan
traktus sara= di medu,a spina,is
1
. ;angguan pada medu,,a spina,is ini biasanya me,ibatkan
traktus spinota,amikus, traktus piramida,is, ko,umna posterior, dan =uniku,us anterior.
ETIOLOGI
M% merupakan gabungan dari beberapa =aktor. Namun, pada beberapa kasus, sindroma k,inis
M% merupakan hasi, dari rusaknya 0aringan sara= yang disebabkan o,eh agen in=eksius atau
o,eh sistem imun, ataupun keduanya. Pada beberapa kasus ,ainnya, M% disebabkan o,eh
in=eksi mikroba ,angsung pada SSP. "!.)!K pasien M% di,aporkan menderita in=eksi da,am
".# minggu sebe,umnya dan bukti sero,ogis in=eksi akut o,eh rube,,a, campak, in=eksi
mononuc,eosis, in=,uenCa, entero@irus, mikop,asma atau hepatitis A, /, dan 7.
PATOGENESIS
Mie,itis trans@ersa,is akut post.@aksinasi
D@a,uasi otopsi dari medu,,a spina,is menun0ukkan hi,angnya akson yang berat dengan
demie,inisasi ringan dan in=i,trasi se, mononuc,ear, terutama ,im=osit % pada ner"e roots dan
gang,ion spina,is. Pada medu,,a spina,is terdapat in=i,trasi se, ,im=osit di peri@asku,ar dan
parenkim di grey matter terutama pada anterior horns. /eberapa studi menyimpu,kan
@aksinasi dapat menginduksi proses autoimun yang berkembang men0adi M%.
M%A Parain=eksi
Sebanyak "!.)!K kasus idiopatik mye,itis trans@ersa,is, terdapat adanya ke,uhan
respirasi, gastrointestina,, atau penyakit sistemik sebe,umnya. &ata Sparain=eksiF te,ah
digunakan untuk in0uri neuro,ogis yang diakibatkan o,eh in=eksi mikroba ,angsung dan in0uri
yang diakibatkan o,eh in=eksi, in=eksi mikroba ,angsung dengan kerusakan yang dimediasi
o,eh imun, atau in=eksi yang asimptomatik dan diikuti respon sistemik yang menginduksi
kerusakan sara=. /eberapa @irus herpes te,ah dikaitkan dengan mye,itis, dan mungkin
men0adi penyebab in=eksi ,angsung terhadap se, sara= di medu,,a spina,is. Agen ,ainnya,
seperti -isteria monocytogenes dibawa ke da,am akson ke sara= di medu,,a spina,is. Dengan
menggunakan beberapa cara, suatu agen dapat mencapai akses ke ,okasi yang kaya system
imun, menghindari system imun yang berada pada organ ,ainnya. Mekanisme tersebut dapat
men0e,askan in=,amasi yang terbatas pada suatu =ocus area di medu,,a spina,is yang dapat
di,ihat pada pasien M%.
Mimikri mo,eku,er
Mimikri mo,eku,er sebagai mekanisme untuk men0e,askan in=,amasi sistem sara= sengat
bagus diimp,ementasikan pada kasus ;/S. n=eksi 7ampi,obakter 0e0uni dibuktikan men0adi
penyebab yang penting yang mendahu,ui ter0adinya ;/S. +aringan sara= manusia
mengandung beberapa subtipe ganglioside moieties seperti ;M4, ;M1, dan ;M4b di da,am
dinding se,nya. &omponen khas gang,iosid manusia, asam sia,ik, 0uga ditemukan pada
permukaan antigen 7. 0e0uni da,am se,ubung ,uar ,ipopo,isakarida. Antibody yang bereaksi
dengan gang,iosid 7. 0e0uni ditemukan da,am serum pasien ;/S, dan te,ah dibuktikan
berikatan dengan sara= peri=er, mengikat komp,emen, dan merusak transmisi sara=. Mimikri
mo,eku,er pada M%A 0uga dapat ter0adi akibat pembentukan autoantibody sebagai respon
terhadap in=eksi yang ter0adi sebe,umnya.
Microbia, superantigen.mediated in=,ammation
Hubungan ,ain antara riwayat in=eksi sebe,umnya dengan ter0adinya M%A yaitu dengan
akti@asi ,im=osit =u,minan o,eh superantigen mikroba. Superantigen merupakan peptide
mikroba yang mempunyai kapasitas unik untuk menstimu,asi sistem imun, dan berkontribusi
terhadap penyakit autoimun yang ber@ariasi. Superantigen yang te,ah dite,iti yaitu
enterotoksin Sta=i,okokus A sampai , toksin.4 sindrom syok toksik, dan eksotoksin piogen
Streptokokus. Superantigen mengakti@asi ,im=osit % dengan 0a,ur yang unik dibandingkan
dengan antigen kon@ensiona,. %er,ebih ,agi, tidak seperti antigen kon@ensiona,, superantigen
dapat mengakti@asi ,im=osit % tanpa adanya mo,eku, ko.stimu,an. Dengan adanya
ssperbedaan ini, superantigen dapat mengakti@asi antara 1.1!K ,im=osit yang bersirku,asi
dibandingkan dengan antigen kon@ensiona,. Se,ain itu, superantigen sering menyebabkan
ekspansi yang diikuti dengan de,esi k,on ,im=osit % yang menyebabkan terbentuknya
S,ubangF pada ,im=osit % se,ama beberapa saat sete,ah akti@asi.
Stimu,asi se0um,ah besar ,im=osit dapat mencetuskan penyakit autoimun dengan
mengakti@asi k,on se, % autoreakti=. Pada manusia, banyak ,aporan ekspansi go,ongan
selected .% pada pasien dengan penyakit autoimun, yang menun0ukkan adanya paparan
superantigen sebe,umnya. Se, % autoreakti= yang diakti@asi o,eh superantigen memasuki
0aringan dan tertahan di da,am 0aringan dengan paparan beru,ang dengan autoantigen. Di
sistem sara= pusat, superantigen yang diiso,asi dari Sta=i,okokus menginduksi para,isis pada
tikus eksperimen. Pada manusia, pasien dengan ense=a,omye,itis diseminata akut dan
mie,opati nekrotikan ditemukan memi,iki superantigen piogen Streptokokus yang
menginduksi akti@asi se, % yang me,awan protein dasar mye,in.
Abnorma,itas Humora,
Sa,ah satu proses di atas dapat menyebabkan abnorma,itas =ungsi sistem humora,,
dengan berkurangnya kemampuan untuk membedakan Sse,=F dan Snon.se,F. Pembentukan
antibodi yang abnorma, dapat mengakti@asi komponen ,ainnya dari sistem imun atau menarik
e,emen.e,emen se,u,er tambahan ke medu,,a spina,is. Antibody yang bersirku,asi dapat
membentuk komp,eks imun dan terdeposit di suatu area di medu,,a spina,is.
MANI.ESTASI KLINIS
Mie,itis trans@ersa,is dapat timbu, berdiri sendiri atau bersama.sama dengan penyakit
,ain. Mie,itis trans@ersa,is dikatakan akut bi,a tanda dan ge0a,a berkembang da,am hitungan
0am sampai beberapa hari, sedangkan sub akut ge0a,a k,inis berkembang ,ebih dari 4H1
minggu. Simptom mye,itis trans@ersa,is berkembang cepat dari beberapa 0am sampai
beberapa minggu. Sekitar $(K pasien menga,ami perburukan secara maksima, da,am 1$ 0am.
Diagnostik pada penderita ini ditandai dengan karakteristik secara k,inis berkembangnya
tanda dan ge0a,a dari dis=ungsi neuro,ogi pada sara= motorik, sensoris dan otonom dan traktus
sara= di medu,a spina,is baik akut maupun subakut. n=,amasi di da,am medu,a spina,is
memutus 0aras.0aras ini dan menyebabkan hadirnya simptom umum dari mye,itis
trans@ersa,is.
&e,emahan digambarkan sebagai paraparesis yang ber,angsung progresi= cepat, dimu,ai
dari kaki dan sebagai tambahan dapat 0uga diikuti keter,ibatan tangan. &e,emahan mungkin
yang pertama dicatat dengan adanya tanda gambaran keter,ibatan traktus piramida, yang
ber,angsung per,ahan.,ahan pada minggu kedua sete,ah 6S sakit.
&eter,ibatan ,e@e, sensoris dapat ditemukan hampir pada semua kasus. Nyeri dapat
timbu, pada punggung, ekstremitas atau perut. Parastesia merupakan tanda awa, yang pa,ing
umum mye,itis trans@ersa,is pada orang dewasa dan tidak pada anak.anak. Sensasi berkurang
di bawah ,e@e, keter,ibatan medu,a spina,is pada sebagian besar pasien, begitu pu,a nyeri dan
suhu.
Simptom otonom ber@ariasi terdiri dari peningkatan urinary urgency, inkontinesia urin
dan a,@i 2kesu,itan atau tak dapat buang air3, pengosongan yang tidak sempurna atau
konstipasi perut. +uga sering didapatkan sebagai akibat keter,ibatan sistem sara= sensoris dan
otonom adanya dis=ungsi seksua,. -ebih dari #!K pasien mendapatkan tanda k,inis pada
tingkat yang pa,ing parah da,am 4! hari sesudah onset dari simptom, wa,aupun perburukan
=ungsi neuro,ogis ber@ariasi dan ber,angsung progresi=, biasanya ber,angsung da,am $.14
hari.
DIAGNOSIS
&riteria diagnostik untuk Mie,itis %rans@ersa,is Akut diopatik dapat di,ihat pada tabe,
Diagnosis M%A harus memenuhi semua kriteria ink,usi dan tidak ada satupun kriteria
eksk,usi yang terpenuhi. Diagnosis M%A yang berhubungan dengan penyakit ,ain harus
memenuhi semua kriteria ink,usi dan pasien 0uga memi,iki mani=estasi k,inis dari penyakit
yang dicantumkan di kriteria eks,usi.
Kiteia Dia!n$"tik Mieliti" Tan"?e"ali"
Inclusion criteria
1) Development of sensory, motor or autonomic dysfunction
attributable to the spinal cord
2) Bilateral signs or symptoms (although not necessarily symmetric)
) !learly"de#ned sensory level
$) %&clusion of e&tra"a&ial compressive etiology by neuroimaging
('(I or myelography) !* of spine not ade+uate)
,) In-ammation .ithin the spinal cord demonstrated by !/0
pleocytosis or elevated Ig1 inde& or gadolinium enhancement. If
none of the in-ammatory 2riteria is met at symptom onset, repeat
'(I and 34 evaluation bet.een 2 and 5 days after symptom onset
meets 2riteria
6) 4rogression to nadir bet.een $ h and 21 days after the onset of
symptoms (if patient a.a2ens .ith symptoms, symptoms must
become more pronounced from point of a.a2ening)
%&clusion criteria
1) 7istory of previous radiation to the spine .ithin the past 18 years
2) !lear arterial distribution clinical de#cit consistent .ith thrombosis
of the anterior spinal artery
) 9bnormal -o. voids on the surface of the spinal cord consistent
.ith 9:'
$) /erological or clinical evidence of connective tissue disease
(sarcoidosis, Behcet;s disease, /<ogren;s syndrome, /3%, mi&ed
connective tissue disorder, etc.)
a
,) !=/ manifestations of syphilis, 3yme disease, 7I:, 7*3:"1,
mycoplasma, other viral infection (e.g. 7/:"1, 7/:"2, :>:, %B:,
!':, 77:"6, enteroviruses)
a
(a) Brain '(I abnormalities suggestive of '/
a
(b) 7istory of clinically apparent optic neuritis
a
(Dikutip dari: %rans@erse Mie,itis 7onsortium 5orking ;roup. Proposed diagnostik kriteria and noso,ogy o=
acute trans@erse mye,itis. Neuro,ogy 1!!1T (?: $??.(
PEMERIKSAAN PENUN2ANG
MR
D@a,uasi awa, untuk pasien mye,opati harus dapat menentukan apakah ada penyebab
structura, 2HNP, =raktur @ertebra pato,ogis, metastasis tumor, atau spondi,o,istesis3 atau
tidak. dea,nya, MR dengan kontras gado,inium harus di,akukan da,am beberapa 0am
sete,ah presentasi.
7%.mye,ogra=i
+ika MR tidak dapat di,akukan da,am waktu cepat untuk meni,ai ke,ainan struktura,, 7%.
mye,ogra=i dapat men0adi a,ternati@e se,an0utnya, tetapi pemeriksaan ini tidak dapat
meni,ai medu,,a spina,is.
Punksi -umba,
+ika tidak terdapat penyebab structura,, punksi ,umba, merupakan pemeriksaan yang
harus di,akukan untuk membedakan mye,opati in=,amasi ataupun non.in=,amasi.
Pemeriksaan rutin 7SA 2hitung se,, 0enis, protein, dan g,ukosa3 dan sito,ogi 7SA harus
diperiksa.
&u,tur 7SA, P7R, titer antibodi
Mani=estasi k,inis seperti demam, meningismus, rash, in=eksi sistemik konkuren
2pneumonia atau diare3, status immunokompromise 2ADS atau penggunaan obat.obat
immunosuppresan3, in=eksi genita, beru,ang, sensasi terbakar radiku,er dengan atau tanpa
@esike, sugesti= untuk radiku,itis Coster, atau adenopati sugesti= untuk etio,ogi in=eksi dari
M%A. Pada kasus seperti ini, ku,tur bakteri dan @irus dari 7SA, P7R, dan pemeriksaan
titer antibody harus di,akukan.
PENATALAKSANAAN
mmunoterapi inisia,
%u0uan terapi se,ama =ase akut mye,itis ada,ah untuk menghambat progresi@itas dan
menginisiasi reso,usi ,esi spina, yang terin=,amasi sehingga dapat mempercepat perbaikan
secara k,inis. K$tik$"te$i% merupakan terapi ,ini pertama. Sekitar (!.*!K pasien
menga,ami perbaikan parsia, atau komp,it. Regimen intra@ena dosis tinggi 24!!! mg
meti,predniso,on setiap hari, biasanya se,ama ".( hari3 diberikan kepada pasien. Regimen
ora, dapat digunakan pada kasus pasien mye,itis episode ringan yang tidak per,u dirawat inap.
D=ek yang tidak diinginkan pada terapi kortikosteroid yaitu ge0a,a gastrointestina,, insomnia,
nyeri kepa,a, kecemasan, hipertensi, manic, hiperg,ikemia, dan gangguan e,ektro,it.
%erapi dengan plasma e#change berman=aat pada pasien yang tidak respon dengan
pemberian kortikosteroid. Hipotensi, gangguan e,ektro,it, koagu,opati, trombositopenia,
thrombosis yang berhubungan dengan pemasangan kateter, dan in=eksi merupakan
komp,ikasi dari tindakan ini.
Pla"ma,hae"i" berguna pada pasien yang masih memi,iki sisa =ungsi sensorimotor saat
pertama ka,i serangan, tetapi pada pasien yang kehi,angan =ungsi sensorimotor menga,ami
perbaikan hanya ketika diterapi dengan sik,o=os=amid dan p,asmapharesis. Pada pasien
demie,inisasi, imunomodu,ator ,ong.acting atau terapi imunosupressan menun0ukkan
pengurangan risiko serangan beru,ang.
&e,emahan 6tot dan &omp,ikasi mobi,isasi
Pemberian he,ain low-moleculer weigth sebagai pro=i,aksis untuk thrombosis @ena
da,am dian0urkan untuk pasien dengan imobi,isasi. Perubahan posisi yang sering ketika
duduk atau saat tidur dapat membantu mempertahankan integritas ku,it dan memberikan rasa
nyaman kepada pasien. &o,aborasi dengan =isioterapis harus dipertimbangkan sehingga
neurorehabi,itasi mu,tidisip,in dapat dimu,ai secepatnya. ustained/release potassium/
channel %locker dan $.aminopyridine ora, menun0ukkan hasi, yang baik dengan
meningkatkan kecepatan pasien ber0a,an pada pasien dengan mu,tip,e sk,erosis, mungkin
dengan memperpan0ang durasi dari potensia, aksi. 5a,aupun demikian, studi tentang e=ek
agen ini pada pasien mye,itis trans@ersa,is be,um dite,iti secara khusus.
Abnorma,itas %onus
Mye,itis yang berat menyebabkan hipotonia pada =ase akut 2spinal shock3, tetapi
biasanya diikuti dengan peningkatan resistensi terhadap pergerakan 2spastisitas tonus3,
bersama dengan spasme otot in@o,unter 2spastisitas =asik3. Spastisitas merupakan respon
adapti=, tetapi 0ika ber,ebihan, nyeri atau intrusi@e, memer,ukan terapi dengan /i"i$tea,i atau
obat.obatan. Pene,itian controlled trials mene,iti bahwa bac,o=en, tiCanidine, dan
benCodiaCepin sebagai terapi untuk pasien dengan spastisitas akibat gangguan otak dan korda
spina,is.
PROGNOSIS
Pemu,ihan harus dimu,ai da,am enam bu,an, dan kebanyakan pasien menun0ukkan
pemu,ihan =ungsi neuro,oginya da,am # minggu. Pemu,ihan mungkin ter0adi cepat se,ama "H
) minggu sete,ah onset dan dapat ber,an0ut wa,aupun dapat ber,angsung dengan ,ebih ,ambat
sampai 1 tahun. Pada penderita ini kema0uan pengobatan tampak pada 1 minggu terapi.
GUILLAIN0BARRE SBNDROME
DE.INISI
Sindroma gui,,ain.barre ada,ah sindroma k,inis yang disebabkan o,eh proses autoimun
yang mengakibatkan demie,inisasi po,ineuropati akut yang bersi=at para,isis asenden yang
mengenai sara= peri=er, radiks sara= serta ner@us krania,is yang sering ter0adi 4 . " minggu
sete,ah in=eksi akut.
ETIOLOGI
Dtio,ogi ;/S sampai saat ini masih be,um dapat diketahui dengan pasti dan masih
men0adi bahan perdebatan. %eori yang dianut sekarang ia,ah suatu ke,ainan imunobio,ogik,
baik secara primary immune response maupun immune mediated process. Pada umumnya
sindrom ini sering didahu,ui o,eh beberapa keadaan8penyakit dan mungkin ada
hubungannya dengan ter0adinya ;/S, antara ,ain: in=eksi, @aksinasi, pembedahan,
penyakit sistematik 2keganasan, systemic ,upus erythematosus, tiroiditis, penyakit
Addison3, dan kehami,an atau da,am masa ni=as.
;/S sering seka,i berhubungan dengan in=eksi akut non spesi=ik. nsidensi kasus ;/S
yang berkaitan dengan in=eksi ini sekitar antara ()K . #!K, yaitu 4 sampai $ minggu
sebe,um ge0a,a neuro,ogi timbu, seperti in=eksi sa,uran perna=asan atas atau in=eksi
gastrointestina,.
PER2ALANAN PENBAKIT
Per0a,anan penyakit ini terdiri dari $ =ase :
4. Aase prodorma,
Aase sebe,um ge0a,a k,inis muncu,, ber,angsung se,ama kurang ,ebih 4 H 1# hari dan
rata.rata ? hari
1. Aase progresi=
Aase de=isit neuro,ogis mu,ai muncu,, ber,angsung se,ama beberapa hari hingga
mencapai $ minggu, 0arang me,ebihi # minggu. &e,umpuhan yang bertambah berat
hingga maksima,. +ika perburukan me,ebihi # minggu disebut dengan 7hronic
n=,ammatory Demye,inating Po,yradicu,oneuropathy 27PD3. Pada =ase ini akan
timbu, nyeri, ke,emahan progresi= dan gangguan sensorikT dera0at keparahan ge0a,a
ber@ariasi tergantung seberapa berat serangan pada penderita. %erapi secepatnya akan
mempersingkat transisi menu0u =ase penyembuhan, dan mengurangi resiko kerusakan
=isik yang permanen. %erapi ber=okus pada pengurangan nyeri serta ge0a,a.
". Aase P,ateu
&e,umpuhan te,ah mencapai batas yang maksima, dan menetap. Merupakan =ase yang
singkat, 1 hari hingga ,ebih dari " minggu, 0arang me,ebihi * minggu. Pada pasien
biasanya didapati nyeri hebat akibat sara= yang meradang serta kekakuan otot dan
sendiT namun nyeri ini akan hi,ang begitu proses penyembuhan dimu,ai.
$. Aase Penyembuhan
Aase perbaikan ke,umpuhan motorik da,am beberapa bu,an. Da,am =ase ini Sistem
imun berhenti memproduksi antibodi yang menghancurkan mye,in, dan ge0a,a
berangsur.angsur menghi,ang, penyembuhan sara= mu,ai ter0adi. &adang masih
didapati nyeri, yang berasa, dari se,.se, sara= yang beregenerasi. -ama =ase ini 0uga
ber@ariasi, dan dapat muncu, re,aps.
PATO.ISIOLOGI
Penyakit ini didahu,ui o,eh in=eksi pernapasan ringan atau in=eksi gastro.intestina,,
pembedahan, imunisasi, Penyakit hodgkin atau ,im=oma ,ain dan ,upus eritematosus.
n=eksi yang pa,ing sering ter0adi ada,ah in=eksi ,ampylo%acter jejuni dan 7MB. Akibat
yang ditimbu,kan dari in=eksi atau proses in=,amasi tersebut menyebabkan ter0adinya
perubahan se, da,am sistem sara= sehingga sistem imun mengena,i se, tersebut sebagai se,
asing 2mo,eku,ar mimikri3. Sebe,um respon imunitas se,u,er ter0adi pada sara= tepi
antigen harus dikena,kan pada ,im=osit % 27D$3 me,a,ui makro=ag. Makro=ag yang te,ah
mem=agosit antigen akan memproses antigen tersebut o,eh antigen presenting ce,, 2AP73.
&emudian antigen tersebut akan dikena,i o,eh ,im=osit %. Sete,ah itu ,im=osit % men0adi
tersensitisasi karena akti@asi marker dan pe,epasan substansi inter,ekuin 2-13, AN.U serta
%NA.V. Sete,ah itu, ,im=osit % yang te,ah tersensitisasi dan makro=ag akan menyerang se,
schwann dan se,ubung mie,in 2merusak protein mie,in P!, P4, PMP113, ha, ini dapat
ter0adi karena pada se,ubung mie,in terdapat gang,iosid ;M4 yang menyerupai dinding
,ipopo,isakarida dari bakteri ,ampylo%acter pylori sehingga ,im=osit % men0adi sa,ah
target. Se,ain itu, ,im=osit % 0uga menginduksi ,im=osit / untuk menghasi,kan antibodi
yang menyerang bagian tertentu dari se,ubung mie,in dan pada akhirnya akan
menimbu,kan kerusakan pada se,ubung mie,in. Akibatnya ada,ah cedera pada mie,in dari
ringan hingga berat yang mengganggu konduksi impu,s 2impu,s me,ambat atau
menghi,ang3 da,am sara= peri=er yang terserang. Hi,angnya atau rusaknya se,ubung mie,in
yang menye,imuti akson disebut dengan demie,inisasi yang dapat mengakibatkan
ter0adinya =,aksid para,isis.
;/S dapat dibedakan berbagai 0enis tergantung dari kerusakan yang ter0adi. /i,a se,ubung
mye,in yang menye,ubungi akson rusak atau hancur , transmisi sinya, sara= yang
me,a,uinya akan terganggu atau me,ambat, sehingga timbu, sensasi abnorma, ataupun
ke,emahan. ni ada,ah tipe demye,inasiT dan prosesnya sendiri dinamai demye,inasi
primer.
Akson merupakan bagian dari se, sara= 4, yang terentang menu0u se, sara= 1. Se,ubung
mye,in berbentuk bungkus, yang me,apisi sekitar akson da,am beberapa ,apis.
Pada tipe aksona,, akson sara= itu sendiri akan rusak da,am proses demye,inasi sekunderT
ha, ini ter0adi pada pasien dengan =ase in=,amasi yang berat. Apabi,a akson ini putus,
sinya, sara= akan dib,ok, dan tidak dapat ditransmisikan ,ebih ,an0ut, sehingga timbu,
ke,emahan dan para,isis pada area tubuh yang dikontro, o,eh sara= tersebut. %ipe ini ter0adi
pa,ing sering sete,ah ge0a,a diare, dan memi,iki prognosis yang kurang baik, karena
regenerasi akson membutuhkan waktu yang pan0ang dibandingkan se,ubung mye,in, yang
sembuh ,ebih cepat.
%ipe campuran merusak baik akson dan mye,in. Para,isis 0angka pan0ang pada penderita
diduga akibat kerusakan permanen baik pada akson serta se,ubung sara=. Sara=.sara=
peri=er dan sara= spina, merupakan ,okasi utama demye,inasi, namun, sara=.sara= krania,is
dapat 0uga ikut ter,ibat.
Perubahan pato,ogi mengikuti po,a yang tetap : in=i,tarsi ,im=osit ter0adi da,am ruang
peri@asku,ar yang berdekatan dengan sara= tersebut dan men0adi =okus degenerasi mie,in.
Se, kornu anterior medu,,a spina,is dan nuk,eus motorik sara= krania,is 0uga dapat terkena
sebagai per,uasan in=,amasi secara proksima, dari akson sara= peri=er
Demie,inisasi akson sara= peri=er menyebabkan timbu,nya ge0a,a positi= dan negati=.
;e0a,a positi= ada,ah nyeri dan paraestesia yang berasa, dari akti@itas impu,s abnorma,
da,am serat sara= sensoris. ;e0a,a negati= ada,ah ke,emahan atau para,isis otot, hi,angnya
re=,eks tendon akibat dari akson motorik dan menurunnya sensasi akibat dari kerusakan
serabut sara= sensorik. Sistem sara= otonom 0uga dapat terkena dan menimbu,kan ge0a,a
sepertiT hipotensi postura,, sinus takikardia dan tidak ada kemampuan untuk berkeringat.
/i,a sara= krania, ter,ibat, para,isis akan menyerang otot =acia,, oku,ar dan oro=aringea,.
SUBTIPE GBS
Acute n=,amatory Demye,inating Po,yneuropathi 2ADP3
Merupakan bentuk yang pa,ing sering ditemukan dan sering di sinonimkan dengan
;/S. ADP pa,ing sering disebabkan o,eh in=eksi bakteri dan @irus. Disebabkan o,eh
respon autoimun yang menyerang se, schwann. Pada umumnya ge0a,a akan membaik
dengan remye,inisasi.
Acute Motor A9ona, Neuropathy 2AMAN3
Merupakan gangguan motorik murni yang memi,iki pre@a,ensi tinggi pada anak.anak.
AMAN pada umumnya ditandai dengan ke,emahan simetris da,am waktu yang cepat
dan ber,an0ut pada kegaga,an napas. Ha, ini disebabkan o,eh karena respon autoimun
yang menyerang aksop,asma sara= peri=er. Hampir *!.*(K dari pasien seropositi= untuk
7ampy,obacter. Pasien biasanya memi,iki titer antibodi yang tinggi untuk ;ang,iosida
2yaituT ;M4, ;D4a, ;D4b3.
Acute Motor.Sensory A9ona, Neuropathy 2AMSAN3
Penyakit akut yang berbeda dengan AMAN, pada AMSAN sara= dan radiks sensorik
0uga terkena. AMSAN sering ter0adi pada orang dewasa. AMSAN sering muncu,
dengan ge0a,a berupa dis=ungsi motorik dan sensorik yang berat. Atro=i otot merupakan
karakterisitik dari AMSAN dan pemu,ihan AMSAN ,ebih buruk dibanding AMAN dan
sering tidak sempurna.
Mi,,er.Aisher Syndrome 2MAS3
Merupakan @arian ;/S yang pa,ing 0arang ter0adi dan bermani=estasi sebagai para,isis
desendens, ber,awanan dengan ;/S yang biasanya ter0adi. MAS merupakan sindroma
k,inik yang memi,iki trias k,asik berupaT ata9ia, are=,e9ia, optha,mop,egia.
6ptha,mop,egi akut merupakan mani=estasi k,inik yang utama, pasien mungkin 0uga
menga,ami ke,emahan ekstremitas yang ringan, ptosis, =acia, pa,sy serta bu,bar pa,sy.
Anti.;M4b antibodi yang menon0o, di MAS, dan memi,iki spesi=isitas yang re,ati=
tinggi dan sensiti@itas untuk penyakit ini. konsentrasi padat dari gang,ioside ;M4b
ditemukan da,am ner@us ocu,omotorius, trok,earis, dan abducens, yang dapat
men0e,askan hubungan antara anti.;M4b antibodi dan ophtha,mop,egia. Proses
penyembuhan pada umumnya ter0adi se,ama 4 H " bu,an.
GE2ALA PENBAKIT
&e,emahan 2para,isis3
Mani=estasi k,inis utama ada,ah ke,emahan otot.otot ekstremitas tipe ,ower motor
neuron Pada sebagian besar penderita ke,emahan dimu,ai dari kedua ekstremitas bawah
kemudian menyebar secara asenderen ke badan, anggota gerak atas dan sara= krania,is.
&adang.kadang 0uga bisa keempat anggota gerak dikenai secara serentak, kemudian
menyebar ke badan dan sara= krania,is. &e,umpuhan otot.otot ini simetris dan diikuti
o,eh hipore=,eksia atau are=,eksia. /iasanya dera0at ke,umpuhan otot.otot bagian
proksima, ,ebih berat dari bagian dista,, tapi dapat 0uga sama beratnya, atau bagian
dista, ,ebih berat dari bagian proksima,. Ha, yang sama 0uga ter0adi, bi,a proses
kerusakan se,aput mye,in ter0adi pada tingkat akar sara= thoraca,, karena akan ter0adi
ke,emahan otot.otot perna=asan yakni: otot intercosta,. /ahkan bi,a menyerang tingkat
cer@ica,, dia=ragma menga,ami gangguan 0uga, akibatnya bahkan semakin rumit, o,eh
karena ekspansi dada berkurang. Ha, ini berakibat berkurangnya kapasitas @ita, paru
yang beru0ung pada kegaga,an napas, kemampuan batukpun menurun, sehingga
kemampuan untuk membersihkan sa,uran perna=asan men0adi berkurang. Ha, tersebut
disebabkan ter0adinya kerusakan akson motorik.
;angguan sensibi,itas 2Parestesia dan Nyeri3
Parestesia biasanya ,ebih 0e,as pada bagian dista, ekstremitas, bagian wa0ah 0uga bisa
dikenai dengan distribusi sirkum.ora,. De=isit sensoris ob0ekti= biasanya minima, dan
sering dengan distribusi seperti po,a kaus kaki dan sarung tangan. Sensibi,itas
ekstrosepti= ,ebih sering dikena, dari pada sensibi,itas propriosepti=. Rasa nyeri otot
sering ditemui seperti rasa nyeri sete,ah me,akukan suatu akti=itas =isik. Rasa nyeri
sering timbu, pada daerah pinggang bawah dan bokong, namun dapat 0uga ter0adi di
daerah paha dan pundak. Parastesia ter0adi karena akti@itas impu,s abnorma, dari sara=
sensoris yang rusak atau ter0adi Scross.ta,kF ,istrik antara akson yang rusak.
;angguan sara= krania,is
Sara= krania,is yang pa,ing sering dikena, ada,ah N.B. &e,umpuhan otot.otot muka
sering dimu,ai pada satu sisi 2asimetris3 tapi kemudian segera men0adi bi,atera,,
sehingga bisa ditemukan berat antara kedua sisi. Semua sara= krania,is bisa dikenai
kecua,i N. dan N.B. Dip,opia bisa ter0adi akibat terkenanya N., N.B, dan N.B
/i,a N.R, N.R, dan N.R terkena akan menyebabkan gangguan berupa sukar mene,an,
dis=onia dan pada kasus yang berat menyebabkan kegaga,an perna=asan karena para,isis
n. ,aringeus.
;angguan =ungsi otonom
;angguan =ungsi otonom di0umpai pada 1( K penderita ;/S dan mencakup sara=
simpatis dan parasimpatis. Apabi,a kerusakan se,aput mye,in mencapai tu,ang be,akang
tingkat thoraca, 2%4.-13, maka akan ter0adi 0uga gangguan sara= otonom simpatik dan
apabi,a gangguan se,aput mye,in mencapai ner@us @agus 2N.R3 akan ter0adi gangguan
parasimpatik, ha, ini karena sara= tepi otonom berakar dari akar sara= yang ke,uar dari
antara tu,ang be,akang thoraca, dan ner@us @agus. ;angguan tersebut berupa sinus
takikardi atau ,ebih 0arang sinus bradikardi, muka 0adi merah 2=acia, =,ushing3,
hipertensi atau hipotensi yang ber=,uktuasi, hi,angnya keringat atau episodic pro=use
diaphoresis. Retensi urin atau inkontinensia urin 0arang di0umpai. ;angguan otonom ini
0arang yang menetap ,ebih dari satu atau dua minggu.
PEMERIKSAAN .ISIK (KHAS)
Pemeriksaan re=,e9 tendon hipore=,eks atau are=,eks. &e,umpuhan otot ter0adi
secara simetris. &e,umpuhan ter0adi karena kerusakan sara= tepi.
/anyak ah,i membuat kesimpu,an bahwa kerusakan sara= yang ter0adi pada sindroma
ini ada,ah me,a,ui mekanisme imun,ogi. /ukti.bukti bahwa imunopatogenesa
merupakan mekanisme yang menimbu,kan 0e0as sara= tepi pada sindroma ini ada,ah:
. didapatkannya antibodi atau adanya respon kekeba,an se,u,er 2ce,i mediated
immunity3 terhadap agen in=eksious pada sara= tepi.
. adanya autoantibodi terhadap sistem sara= tepi
. didapatkannya penimbunan komp,eks antigen antibodi dari peredaran pada
pembu,uh darah sara= tepi yang menimbu,kan proses demye,inisasi sara= tepi.
Proses demye,inisasi sara= tepi pada ;/S dipengaruhi o,eh respon imunitas se,u,er
dan imunitas humora, yang dipicu o,eh berbagai peristiwa sebe,umnya, yang pa,ing
sering ada,ah in=eksi @irus.
Pemeriksaan sara= sensorik dan motorik parastesi yang ,ebih 0e,as pada bagian
dista, ekstremitas. Muka 0uga bisa dikenai dengan distribusi sirkumora,. De=icit
sensoris ob0ekti= biasanya minima, dan sering dengan distribusi seperti 0lo"e/
tocking Phenomena.
Pemeriksaan masing.masing =ungsi sara= krania,is, biasanya ditemukan: ke,umpuhan
otot.otot muka akibat kerusakan N.B, dip,opia akibat kerusakan N. , B, dan B ,
gangguan mene,an akibat kerusakan N.R, dis=oni, kegaga,an perna=asan karena
para,isis ner@us ,aringeus.
Pemeriksaan tekanan darah: hipertensi atau hipotensi yang ber=,uktuasi.
Pemeriksaan mata: papi,edem, penyebabnya be,um diketahui dengan pasti. Diduga
karena peninggian kadar protein da,am cairan otot yang menyebabkan penyumbatan
@i,i arachoida,es sehingga absorbs cairan otak berkurang.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
;ambaran ,aboratorium yang pa,ing menon0o, ada,ah peningkatan kadar protein di da,am
cairan otak yang mencapai !,( mgK 2 4!! . 4!!! mg8d,3 tanpa diikuti peningkatan 0um,ah
se, 2p,eiositosis3 da,am cairan otak, keadaan ini disebut dengan disosiasi sito.a,bumin.
Peninggian kadar protein da,am otak ini dimu,ai pada minggu ke 4 H 1 dari onset penyakit
dan mencapai puncaknya sete,ah " H ) minggu. +um,ah se, mononuk,ear 2,eukosi3 E 4!
se,8mm
"
. Protein ,ikuor yang norma, tidak menyingkirkan adanya ;/S, sebab pada 4! K
kasus protein tetap norma,. Pada darah tepi, didapati ,eukositosis po,imor=onuk,ear sedang
dengan pergeseran ke bentuk yang imatur, ,im=osit cenderung rendah se,ama =ase awa, dan
=ase akti= penyakit. Pada =ase ,an0ut, dapat ter0adi ,im=ositosisT eosino=i,ia 0arang ditemui.
-a0u endap darah dapat meningkat sedikit atau norma,, sementara anemia bukan,ah sa,ah
satu ge0a,a.mmunog,obu,in serum dapat meningkat.
PEMERIKSAAN PENUN2ANG
D&;
. ;e,ombang % yang mendatar atau terba,ik
. Peninggian komp,eks MRS
. De@iasi sumbu ke kiri
. Penurunan segmen S%
. Meman0angnya inter@a, M%
. &e,ainan ini dapat ter0adi pada keadaan tekanan darah norma, dan tidak ada
hubungannya dengan dera0at ke,umpuhan.
&ecepatan Hantar Sara= 2&HS3
Mani=estasi e,ektro=isio,ogis yang khas dari ;/S ter0adi akibat demye,inasi sara=,
antara ,ain pro,ongasi masa ,aten motorik dista, 2menandai b,ok konduksi dista,3 dan
pro,ongasi atau absennya respon ge,ombang A 2tanda keter,ibatan bagian proksima,
sara=3,

b,ok hantar sara= motorik, serta berkurangnya &HS.

Pada ?!K kasus ;/S yang
te,ah terdiagnosis, &HS kurang dari )!K norma,.
DM;
menun0ukkan berkurangnya rekruitmen motor unit Dapat pu,a di0umpai degenerasi
aksona, dengan potensia, =ibri,asi 1.$ minggu sete,ah onset ge0a,a, sehingga ampi,itudo
7MAP dan SNAP kurang dari norma,. Dera0at hi,angnya aksona, ini te,ah terbukti
berhubungan dengan tingkat morta,itas yang tinggi serta disabi,itas 0angka pan0ang
pada pasien ;/S, akibat =ase penyembuhan yang ,ambat dan tidak sempurna. Sekitar
4!K penderita menun0ukkan penyembuhan yang tidak sempurna, dengan periode
penyembuhan yang ,ebih pan0ang 2,ebih dari " minggu3 serta berkurangnya &HS dan
dener@asi DM;.
Pemeriksaan pato,ogi anatomi
umumnya didapati po,a dan bentuk yang re,ati= konsistenT yakni adanya infiltrat
limfositik mononuklear peri"askuler serta demyelinasi multifokal. Pada =ase ,an0ut,
in=i,trasi se,.se, radang dan demye,inasi ini akan muncu, bersama dengan demye,inasi
segmenta, dan degenerasi wa,,erian da,am berbagai dera0at Sara= peri=er dapat terkena
pada semua tingkat, mu,ai dari akar hingga u0ung sara= motorik intramusku,er,
meskipun ,esi yang terberat bi,a ter0adi pada "entral root, sara= spina, proksima,, dan
sara= krania,.

n=i,trat se,.se, radang 2,im=osit dan se, mononuc,ear ,ainnya3 0uga
didapati pada pembu,uh ,im=e, hati, ,impa, 0antung, dan organ ,ainnya.
KRITERIA DIAGNOSTIK
&riteria diagnosa yang umum dipakai ada,ah criteria dari Nationa, nstitute o=
Neuro,ogica, and 7ommunicati@e Disorder and Stroke 2NN7DS3, yaitu:
4. 7iri.ciri yang per,u untuk diagnosis:
%er0adinya ke,emahan yang progresi=
Hipore=,eksi
1. 7iri.ciri yang secara kuat menyokong diagnosis S;/:
a. 7iri.ciri k,inis:
Progresi=itas: ge0a,a ke,emahan motorik ber,angsung cepat, maksima, da,am $
minggu, (!K mencapai puncak da,am 1 minggu, #!K da,am " minggu, dan
?!K da,am $ minggu.
Re,ati= simetris
;e0a,a gangguan sensibi,itas ringan
;e0a,a sara= krania, W (!K ter0adi parese N B dan sering bi,atera,. Sara= otak
,ain dapat terkena khususnya yang mempersara=i ,idah dan otot.otot mene,an,
kadang E (K kasus neuropati dimu,ai dari otot ekstraoku,er atau sara= otak
,ain.
Pemu,ihan: dimu,ai 1.$ minggu sete,ah progresi=itas berhenti, dapat
meman0ang sampai beberapa bu,an.
Dis=ungsi otonom. %akikardi dan aritmia, hipotensi postura,, hipertensi dan
ge0a,a @asomotor.
%idak ada demam saat onset ge0a,a neuro,ogis
b. 7iri.ciri ke,ainan cairan serebrospina, yang kuat menyokong diagnosa:
Protein 7SS. Meningkat setekah ge0a,a 4 minggu atau ter0adi peningkatan pada
-P seria,.
+um,ah se, 7SS E 4! MN8mm"
Barian:
- %idak ada peningkatan protein 7SS sete,ah 4 minggu ge0a,a
- +um,ah se, 7SS: 44.(! MN8mm"
c. ;ambaran e,ektrodiagnostik yang mendukung diagnosa:
Per,ambatan konduksi sara= bahkan b,ok pada #!K kasus. /iasanya kecepatan
hantar kurang )!K dari norma,
PENATALAKSANAAN
Pada sebagian besar penderita dapat sembuh dengan sendirinya. Pengobatan secara umum
bersi=at suporti=. Se,ain pengobatan secara umum, ada 0uga pengobatan yang bersi=at
spesi=ik yang bertu0uan untuk mengurangi beratnya penyakit dan mempercepat
penyembuhan me,a,ui sistem imunitas. Se,ain terapi yang te,ah tercantum diatas,
rehabi,itasi medik 0uga diper,ukan untuk mengemba,ikan keadaan dan =ungsi tubuh pasien
seperti sebe,um sakit. %erapi yang di,akukan secara dini sete,ah timbu,nya onset akan
mempengaruhi prognosis 0angka pan0ang. Pasien yang te,ah terdiagnosa ;/S harus
dirawat dirumah sakit untuk pemantauan secara ketat sampai penyakit mencapai =ase
p,ateu.
%erapi Suporti=
Penanganan terapeutik awa, bersi=at suporti= yang ter=okus pada dukungan @enti,asi,
tekanan darah, =ungsi 0antung, nutrisi dan pencegahan in=eksi.
Pada beberapa ,iteratur dikatakan, bahwa dapat di,akukan pemeriksaan =orced @ita,
capasity 2AB73, karena pemeriksaan ini 0uga dianggap dapat menuntun penyusunan
terapi. +ika AB7 kurang dari 1! m-8kg, pasien direkomendasikan untuk dirawat di 7',
dan bi,a AB7 E 4( m-8kg, pasien dian0urkan untuk diintubasi. -iteratur ,ain
mengatakan bahwa apabi,a AB7 E 4# m-8kg atau saturasi oksigen kurang dari E *!
mmHg maka per,u dipertimbangkan tindakan trakeotomi pada pasien yang te,ah
menga,ami kegaga,an napas da,am waktu yang ,ama dan terutama pada pasien yang
te,ah menggukan @enti,asi mekanik ,ebih dari 1 minggu.
Pemantaun tekanan darah dan =ungsi 0antung penting untuk meni,ai keadaan umum
yang dapat mengancam 0iwa. Pemberian obat anti.hipertensi pada pasien dengan sistem
sara= otonom yang tidak stabi, harus hati.hati karena perubahan hemodinamik yang
berhubungan dengan dis=ungsi otonom biasanya hanya sementara.
Pemberian nutrisi secara entera, atau parentera, diper,ukan untuk memenuhi giCi pada
pasien yang menggunakan @enti,asi mekanik atau pada pasien tanpa bantuan @enti,asi
mekanik tetapi menga,ami dis=agia yang berat.
Pencegahan komp,ikasi akibat immobi,itas 0uga diper,ukan. Heparin berat mo,eku,
rendah dan thromboguard sering digunakan untuk pencegahan terhadap deep @ein
thrombosis 2DB%3 dan embo,i pu,mona,. Sering merubah posisi tubuh berguna untuk
mencegah ter0adinya kontraktur sendi dan u,kus dekubitus
Penggunaan ana,gesia untuk mengurangi rasa nyeri mungkin diper,ukan, yaitu
penggunaan ANS atau acetamino=en. %erapi moda,itas seperti %DNS 2%ranscutaneous
D,ectrica, Ner@e stimu,ation3 dapat digunakan untuk mengatasi mya,gia.
%erapi Spesi=ik
Pengobatan medikamentosa pada saat ini terutama ditu0ukan pada imunomodu,asi.
Menurut petun0uk guide,ine dari American Academy o= Neuro,ogy 2AAN3, maka
pengobatan ;/S yang dimu,ai secara dini da,am waktu 1 H $ minggu sete,ah ge0a,a
pertama timbu,, dapat mempercepat waktu penyembuhan. Hanya p,asma=eresis 2p,asma
e9change therapy3 dan imunog,obu,in intra@ena 2Bg *s3 yang terbukti e=ekti=. &edua
moda,itas pengobatan ini te,ah terbukti dapat memperpendek waktu penyembuhan
sampai (! K. D=ekti@itas ke 1 regimen pengobatan itu hampir sama dan komparabe,.
P,asma=eresis secara historis dan case contro, studies terbukti menurunkan beratnya
penyakit dan ge0a,a.ge0a,anya dan memperpendek durasi ;/S, namun e=eknya
biasanya tidak segera dan tidak dramatis. P,asma=eresis berguna untuk menge,uarkan
autoantibodi, komp,eks imun serta konstituen yang bersi=at sitotoksik. P,asma=eresis
sebaiknya diberikan secepat mungkin pada penderita ;/S yang tidak dapat ber0a,an
tanpa bantuan. P,asma yang akan diganti da,am $ H ( ka,i p,asma=eresis yang di,akukan
da,am 0angka waktu * H 4! hari se,uruhnya ada,ah kira.kira 1!! . 1(! cc8kgbb. Harus
dipakai suatu a,at dengan penga,iran yang terus.menerus 2continuous =,ow machine3,
dan cairan pengganti p,asma yang dipakai ada,ah a,bumin (K. p,asma=eresis di,akukan
di @ena peri=er dan bisa 0uga di,akukan didaerah subk,a@ia. &omp,ikasi yang bisa
timbu, ada,ah instabi,itas otonom, hiperka,semia dan perdarahan karena =aktor
pembekuan ikut dihi,angkan.
munog,obu,in intra@ena 2B; *s3 digunakan untuk memperbaiki aspek k,inis dan
imuno,ogis dari ;/S dan mengurangi produksi autoantibodi dan meningkatkan
pe,arutan dan penyingkiran komp,eks imun. Bg menetra,isir antibodi mie,in yang
bersirku,asi me,a,ui antibodi anti idiotipik dan men. down.regu,ate sitokinin pro.
in=,amatoir termasuk inter=eron gamma 2AN.
U3. Se,ain itu 0uga memb,ok kaskade komp,emen dan mempromosikan ter0adinya
remie,inisasi. Dosis dewasa ada,ah !,$ g8kg8hari se,ama ( hari atau cara ,ain dengan
pemberian 1g8kg Bg yang diberikan seka,igus sebagai dosis tungga,. pemberian
dengan pompa in=us 2in=usion pump3 dan bi,a per,u diu,ang sete,ah $ minggu.
&ontraindikasi ada,ah hipersensiti@itas terhadap regimen ini dan de=isiensi gA dan
antibodi anti gD 8 g;. Sebaiknya tidak diberikan pada wanita hami,. pemberian Bg
dapat meninggikan @iskositas serum dan ada kemungkinan ter0adinya ke0adian
tromboembo,ik, dan in=us tersebut 0uga meninggikan risiko ter0adinya serangan migren,
dan bisa ter0adi aseptik meningitis 24!K3, urtikaria, pruritus atau petechiae yang bisa
ter0adi 1.( hari post.in=us sampai "! hari. +uga ada peningkatan risiko ter0adinya
nekrosis rena, tubu,er pada manu,a, dan pada penderita diabetes, 0uga bi,a ada penyakit
gin0a, sebe,umnya.
Rehabi,itasi Medik
Program rehabi,itasi medik bertu0uan untuk mengurangi de=isit =ungsiona, neuro,ogis
dan mengurangi disabi,itas yang ditimbu,kan o,eh ;/S.
Pada =ase awa, ;/S pasien mungkin tidak dapat sepenuhnya berpartipasi da,am
=isioterapi akti=, o,eh sebab itu di,akukan =isioterapi pasi= berupa R6M e9ercise 2Range
o= Motion3 yang berguna untuk mencegah ter0adinya pemendekan serabut otot dan
kontraktur sendi. Se,ain itu, pergantian posisi tubuh 0uga diper,ukan untuk mencegah
ter0adinya u,kus dekubitus. Aisioterapi akti= yang berguna untuk me,atih kekuatan otot
secara akti= di,akukan secara per,ahan H ,ahan. Se,ama me,akukan =isioterapi,
ketidakstabi,an hemodinamik dan intensitas ,atihan harus diperhatikan karena ,atihan
yang ber,ebihan dapat meningkatkan ke,emahan otot.
%erapi bicara bertu0uan untuk me,atih berbicara dan meningkatkan kemampuan
mengunyah pada pasien yang menga,ami ke,emahan oro=aringea, yang berat yang
ditandai dengan disarthria dan disphagia.
=isioterapi pasi= pada sistem respirasi hanya bisa di,akukan dengan bantuan @enti,ator
atau manua, hyperin=,ation. Dengan terpenuhinya @o,ume sesuai dengan kapasitas @ita,
paru, maka pertukaran gas da,am a,@eo,i meningkat dan mampu memenuhi kebutuhan
@enti,asi. Dengan demikian bi,a kekuatan otot intercosta, sudah kemba,i membaik,
rongga dada sudah siap kemba,i mengembang. 6,eh karena tekanan positi= yang
diberikan ,ewat @enti,ator atau manua, hyperin=,ation bisa memberikan e=ek samping,
maka ,atihan akti= harus segera diberikan. -atihan akti= berupa ,atihan na=as me,a,ui
dada dan perut serta ,atihan batuk yang berguna untuk menge,uarkan sekresi yang
menumpuk da,am paru dan sa,uran na=as. Apabi,a pasien be,um mampu batuk, da,am
menge,uarkan sekresi dapat dibantu dengan @enti,ator atau manua, hyperin=,ation yang
diatur dengan teknik tertentu, di mana pan0ang ekspirasi diperpendek, sehingga
kecepatan udara yang ke,uar pada waktu ekspirasi bisa meningkat. Dengan demikian
sekresi sa,uran na=as bisa dike,uarkan.
Prob,em sensasi pada pasien S;/ yang muncu, ada,ah rasa terbakar, kesemutan, rasa
teba, atau nyeri. %idak banyak yang bisa di,akukan untuk mengurangi ketidaknyamanan
akibat rasa teba,, rasa terbakar dan rasa kesemutan. Secara teori rasa nyeri bisa
dikurangi dengan pemberian %DNS 2%ranscutaneus D,ectrica, Ner@e Stimu,ation3.
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Prognosis ;/S su,it untuk diprediksi karena terdapat @ariasi outcome yang sangat ,uas.
/eberapa =aktor yang dapat menun0ukkan prognosis yang buruk ada,ah usia ,an0ut, tingkat
keparahan ;/S pada awa, penyakit, b,ok konduksi pada pemeriksaan &HS dan penurunan
@ita, capacity ,ebih dari 1!K.Sistem skoring prognostik 2%he Drasmus ;/S 6utcome
Score 2D;6S3 kini digunakan untuk meni,ai prognosis. Skor ini terdiri dari ;/S disabi,ity
score saat 1 minggu sete,ah masuk RS, ada atau tidak nya ke0adian diare seb,umnya, dan
usia saat onset, untuk menentukan kecenderungan untuk dapat ber0a,an tanpa bantuan )
bu,an sete,ah ;/S. 'ntuk menghitung D;6S, satu poin diberikan untuk tiap ;/S
disabi,ity score 2yaitu 4 sampai (3. Poin yang ditambahkan ke ;/S dissabi,ity score
ada,ah : 4 poin untuk usia di atas )! tahun, !.( poin untuk usia $4.)! tahun dan tidak ada
poin untuk usia $! tahun atau kurang. Satu poin ditambahkan 0ika ada riwayat diare. +ika
ni,ai D;6S sama dengan ", data menun0ukkan bahwa terdapat E(K kemungikanan tidak
ber0a,an tanpa bantuan saat ) bu,an, 0ika D;6S berni,ai $, kemungkinannya X *KT 0ika
ni,ai D;6S ( kemungkinannya X 1(KT 0ika ni,ai D;6S ) kemungkinannya X ((K dan
0ika ni,ai D;6S * kemungkinan untuk tidak ber0a,an tanpa bantuan sete,ah ) bu,an ada,ah
X #(K.
DA.TAR PUSTAKA
4. /i,,er +. 1!!1. Acute Motor A#onal Paralysis, in: Practica, Neuro,ogy, Second
Ddition. -ippincott 5i,,iams and 5i,kins: Pg ")4.
1. Dewanto, ;eorge, dkk. 1!!?. 1iagnosis dan 2atalaksana Penyakit araf. +akarta:
D;7.
". +apardi, skandar. 1!!1. indroma 0uillain 3arre$ %hesis. Aaku,tas &edokteran
'ni@ersitas Sumatera 'tara.
$. Mar0ono M dan Sidharta P. 1!!). Neurologi 4linis 1asar. +akarta : Dian Rakyat.
(. Mar9, ArthurT +onathan D. ;,ass and Ro,and 5. Sutter. 1ifferential 1iagnosis of
Acute Flaccid Paralysis and -ts 5ole in Poliomyelitis ur"eillance$ A@ai,ab,e at:
http.epire@.o9=ord0ourna,s.org8content8118181?#.=u,,.pd=
). Perhimpunan Dokter Spesia,is Sara= ndonesia. 1!!(. 3uku Ajar Neurologi 4linis.
:ogyakarta : ;ad0ah Mada 'ni@ersity Press.
*. Arohman DM, 5ingerchuk DM. 1!4!. 2rans"erse Myelitis. %he New Dng,and +ourna,
o= Medicine 1!4!T")":()$.*1. YDiakses 1! No@ember 1!44Z
#. &err, D, 1!!4. ,urrent 2herapy in Neurologic 1isease6 2rans"erse Myelitis. )
th
ed.
YDiakses 1! No@ember 1!44Z
?. Sidharta, Priguna. 1!!$. Neurologi 4linis 1alam Praktek 7mum. +akarta: Dian
Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai