Terapi cairan adalah salah satu terapi yang sangat menentukan keberhasilan penanganan pasien kritis. Terapi cairan dibutuhkan saat tubuh tidak dapat memasukkan elektrolit dan zat-zat makanan secara oral, misalnya pada keadaan pasien harus puasa lama, pembedahan saluran cerna, perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksi berat, mual muntah terus menerus, dan sebagainya. Selain itu, terapi cairan berguna sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin juga menjaga keseimbangan asam-basa. 1,2
Tujuan terapi cairan antara lain sebagai pengganti cairan yang hilang, mencukupi kebutuhan cairan per hari, mengatasi syok, mengoreksi dehidrasi, dan mengatasi kelainan akibat terapi lain. 1
A. Cairan Kristaloid Merupakan larutan dengan air yang terdiri dari molekul- molekul kecil yang dapat menembus membrane kapiler dengan mudah.Biasanya volume pemberian lebih besar, onset lebih cepat, durasinya singkat, efek samping lebih sedikit dan harga lebih murah. Hanya 25% dari jumlah pemberian awal yang tetap berada di intravaskuler, sehingga penggunaannya membutuhkan volume 3-4 kali dari volume plasma yang hilang. Cairan kristaloid bersifat mudah keluar dari intravaskuler, terutama pada kasus terjadi peningkatan resistensi kapiler seperti pada sepsis. Pada kondisi tersebut, penting dipikirkan penggantian cairan yang memiliki molekul lebih besar, yaitu jenis koloid. 3
Ada beberapa macam cairan kristaloid, antara lain:
1. Normal Saline -Komposisi: Na dan Cl. -Kemasan 100, 250, 500 dan 1000 ml. -Indikasi: Resusitasi, Diare, Luka bakar, Gagal ginjal akut. -Kontraindikasi: hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer, dan edema paru. -Adverse Reaction: edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru), penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium. 2. Ringer Laktat (RL) -Komposisi: Na, K, Ca,Cl, dan Basa. -Kemasan: 500 dan 1000 ml. -Keunggulan: komposisi elektrolit dan konsentrasinya sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler tubuh. Natrium merupakan kation utama di plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. -Indikasi: dehidrasi, syok hipovolemik. -Kontraindikasi: hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat -Adverse reaction: edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya pada paru-paru. -Peringatan dan perhatian pada: asidosis laktat, edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function dan pre- eklampsia. 3. Dekstrosa -Komposisi: Glukosa 50gr/l(5%), 100gr/l(10%), 200gr/l(20%) . -Kemasan: 100, 250, dan 500 ml. -Indikasi: sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin <25mg/100ml). -Kontraindikasi: Hiperglikemia. -Adverse reaction: iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis. 4. Ringer Asetat (RA) -Larutan RA berbeda dengan RL, dimana laktat pada RL terutama dimetabolisme di hati, sementara asetat pada RA dimetabolisme di otot. -Metabolisme asetat lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat, sehingga lebih bermanfaat pada terapi dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat massif yang sering terjadi pada diare. -Indikasi: resusitasi untuk pasien dengan gangguan hati, ibu eklampsia atau pre-eklampsia (untuk mencegah asidosis laktat pada neonatus). -Pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena itu dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan terjadinya edema otak. B. Cairan Koloid Merupakan larutan yang terdiri dari molekul- molekul besar yang sulit menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya panjang, efek samping lebih banyak, dan lebih mahal. 3
Ada beberapa macam cairan koloid, antara lain: 1. Albumin -Komposisi: Protein 69-kDa yang dimurnikan dari plasma manusia (contoh: Albumin 5%). -Produk: Plasbumin 20, Plasbumin 25. -Merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena volume yang dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil. -Indikasi: syok hipovolemia, hipoalbuminemia, hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akit, pancreatitis, selulitis luas, luka bakar, ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome), Spontaneus Bacterial Peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis. -Kontraindikasi: Gagal jantung, Anemia Berat. 2. HES (Hydroxyetyl Starches) -Komposisi: 2 tipe polimer glukosa (amilosa dan amilopektin). -Contoh:HAES Steril, Expafusin. -Indikasi: pada resusitasi post trauma (HES dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler). -Kontraindikasi: Cardiopulmonary bypass (dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi karena HES berefek antikoagulan pada dosis >20ml/kg), Sepsis (karena dapat meningkatkan Acute Renal Failure.) -Adverse reaction: HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endothelial jika digunakan dalam jangka lama sehingga menimbulkan pruritus. 3. Dextran -Komposisi: Polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc mesenteroides yang ditumbuhkan pada media sukrosa. -Contoh: Hibiron, Isotic Tearin, Tears Naturale II, Plasmafusin. -Indikasi: trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia cerebral, dan penyakit vaskuler perifer. -Mempunyai efek antitrombus dengan cara menurunkan viskositas darah dan menghambat agregasi platelet. -Kontraindikasi: pasien dengan tanda-tanda kerusakan homeostatik (trombositopenia, hipofibrinogenemia), tanda- tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau anuria yang parah. -Adverse reaction: syok anafilaksis, gagal ginjal. Pada dosis tinggi, dapat menimbulkan efek perdarahan yang signifikan. 4. Gelatin -Komposisi: Hidrolisis kolagen bovine. -Contoh: Haemacel, Gelofusine, Mannitol. -Indikasi: penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan. -Kontraindikasi: Haemacel tersusun dari sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari pada keadaan hiperkalsemia. -Adverse reaction: reaksi anafilaksis (resiko lebih tinggi dibandingkan starches) Terdapat tiga periode yang dialami oleh pasien apabila mengalami tindakan pembedahan, yaitu: 1
Terapi cairan prabedah -Tujuannya: a. Untuk mengganti puasa: berikan cairan pemeliharaan. b. Untuk koreksi defisit puasa atau dehidrasi: berikan cairan kristaloid. c. Perdarahan akut: berikan kristaloid + koloid atau transfuse darah. -Pedoman koreksinya: Hitung kebutuhan cairan perhari (perjam) 4ml/kgBB/jam untuk berat badan 10 kg pertama 2ml/kgBB/jam untuk berat badan 10 kg kedua 1ml/kgBB/jam untuk sisa berat badan -Hitung defisit puasa (lama puasa) Dewasa: 6-8 jam 6-8 maintenance Anak: 4-6 jam 4-6 maintenance Bayi: 2 jam 2 maintenance -Pada jam pertama setelah setelah infuse terpasang, berikan 50% defisit + cairan pemeliharaan/jam -Pada jam kedua, berikan 25% defisit + cairan pemeliharaan perjam -Pada jam ketiga, berikan 25% defisit cairan + cairan pemeliharaan perjam
Terapi cairan selama pembedahan -Tujuannya: a. Fasilitas vena terbuka b. Koreksi kehilangan cairan melalui luka operasi c. Mengganti perdarahan d. Mengganti cairan yang hilang melalui organ ekskresi -Pedoman koreksinya: Mengikuti pedoman terapi cairan prabedah Berikan tambahan cairan sesuai jumlah perdarahan + koreksi cairan sesuai dengan perhitungan cairan yang hilang berdasarkan jenis operasi yang dilakukan, yaitu: operasi besar (6- 8ml/kgBB/jam), operasi sedang (4-6ml/kgBB/jam), dan operasi kecil (2-4ml/kgBB/jam). Koreksi perdarahan selama operasi: Dewasa -perdarahan >20% dari perkiraan volume darah: transfusi darah -perdarahan <20% dari perkiraan volume darah: berikan kristaloid 2-3x jumlah perdarahan atau koloid yg jumlahnya sama dengan perkiraan jumlah perdarahan atau campuran kristaloid+koloid.
Bayi dan anak -perdarahan >10% dari perkiraan volume darah: transfuse darah. -perdarahan <10% dari perkiraan volume darah: berikan kristaloid 2-3x jumlah perdarahan atau koloid yg jumlahnya sama dengan perkiraan jumlah perdarahan atau campuran kristaloid+koloid.
Jumlah perdarahan selama operasi dihitung berdasarkan: -Jumlah darah yang tertampung dalam botol penampung. -Tambahan berat kasa yang digunakan (1gram=1ml darah). -Ditambah dengan faktor koreksi sebesar 25%x jumlah yang terukur + terhitung (jumlah darah yang tercecer dan melekat pada kain penutup lapangan operasi).
3. Terapi cairan pasca bedah -Tujuannya: a. Fasilitas vena terbuka b. Pemberian cairan pemeliharaan c. Nutrisi parenteral d. Koreksi terhadap kelainan akibat terapi yang lain
-Prinsip terapi cairan pasca bedah adalah: Dewasa Pasien yang boleh makan/minum pasca bedah: berikan cairan pemeliharaan sebagai jalur vena terbuka. Pasien puasa pasca bedah: Diperkirakan puasa <3 hari: berikan cairan nutrisi dasar yang mengandung air + elektrolit + karbohidrat + asam amino esensial Diperkirakan puasa >3 hari: berikan cairan nutrisi yang mengandung air + elektrolit + karbohidrat dosis dinaikkan + asam amino dan pada hari kelima ditambahkan dengan emulsi lemak Keadaan tertentu: misalnya pada status nutrisi pra bedah yang buruk, segera diberikan nutrisi parenteral total. -Pasien puasa pasca bedah: Diperkirakan puasa <3 hari: berikan cairan nutrisi dasar yang mengandung air + elektrolit + karbohidrat + asam amino esensial Diperkirakan puasa >3 hari: berikan cairan nutrisi yang mengandung air + elektrolit + karbohidrat dosis dinaikkan + asam amino dan pada hari kelima ditambahkan dengan emulsi lemak Keadaan tertentu: misalnya pada status nutrisi pra bedah yang buruk, segera diberikan nutrisi parenteral total.
Bayi dan Anak Prinsipnya sama, hanya komposisinya sedikit berbeda. Keadaan tertentu Misalnya pada penderita syok atau anemia, penatalaksanaannya disesuaikan dengan etiologinya.
Telah disepakati bahwa pemberian terapi cairan dilakukan melalui jalur vena, baik vena perifer maupun vena sentral.
Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekita daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah kubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam atau di kepala. Bayi baru lahir dapat digunakan vena umbilikalis. 1,2
Penggunaan jarum pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus lebih lama dari tiga hari, sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang ditusukkan pada vena femoralis, vena kubiti, vena subklavia, vena jugularis eksterna atau interna yang ujungnya sedekat mungkin dengan atrium kanan atau di vena cava inferior atau superior. 2
Gangguan keseimbangan cairan Pada umumnya akan terjadi kelebihan cairan sehingga bisa menimbulkan payah jantung dan udem baik di otak, paru dan jaringan lainnya. Hal ini terjadi karena pemantauannya tidak adekuat. 1
Gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa Hal ini terjadi apabila pilihan cairan tidak tepat. 1
Komplikasi akibat kanulasi Terutama pada kanulasi vena sentral. Bisa terjadi hematom, emboli udara, pneumo-hidro-hematotoraks, dan reflex vagal. 1
Infeksi Infeksi lokal pada jalur vena yang dilalui sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Kemungkinan bisa terjadi sepsis bila keadaan asepsis kurang diperhatikan, terutama pada kanulasi vena sentral yang digunakan untuk memasukkan obat suntik berulang. 1
1. Mangku G, Tjokorda G.2010. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. PT Indeks: Jakarta 2. Alif S, Kartini A, Ruswan D. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi. FKUI: Jakarta 3. Manajemen Dasar Cairan [computer program].