Anda di halaman 1dari 7

KOLINTANG

Kolintang adalah alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang
diletakkan mendatar. Alat musik ini dimainkan dengan diiringi oleh gong
tergantung yang lebih besar dan drum. Kolintang merupakan bagian dari
budaya gong Asia Tenggara, yang telah dimainkan selama berabad-abad
di Kepulauan MelayuTimur -
Filipina, Indonesia Timur, Malaysia Timur, Brunei, danTimor.
Alat musik ini berkembang dari tradisi pemberian isyarat sederhana
menjadi bentuk seperti sekarang. Kegunaannya bergantung pada
peradaban yang menggunakannya. Dengan pengaruh
dari Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Barat, Kulintang merupakan tradisi
gong yang terus berkembang.
Alat musik ini dibuat dari kayu lokal yang ringan namun kuat
seperti telur, bandaran, wenang, kakinik kayu cempaka, dan yang
mempunyai konstruksi fiber paralel. Kolintang merupakan alat musik khas
dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu
yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat
mencapai nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran,
wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup
padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis
sejajar).
Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi)
dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk
mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan
ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama
"KOLINTANG untuk alat yang digunakan bermain.
Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu
yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk
di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya
waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-
kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan
penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di
Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang
ikut dibawa oleh rombongannya. Adapun pemakaian kolintang erat
hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti
dalam upacara-upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para
leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama kristen di Minahasa,
eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama
sekali selama 100th. Sesudah Perang Dunia II, barulah kolintang muncul
kembali yang dipelopori oleh Nelwan Katuuk (seorang yang menyusun
nada kolintang menurut susunan nada musik universal). Pada mulanya
hanya terdiri dari satu Melody dengan susunan nada diatonis, dengan jarak
nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat "string" seperti gitar,
ukulele dan stringbas. Tahun 1954 kolintang sudah dibuat 2 oktaf
(masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah mencapai 3 oktaf dengan nada
1 kruis, naturel, dan 1 mol. Dasar nada masih terbatas pada tiga kunci
(Naturel, 1 mol, dan 1 kruis) dengan jarak nada 4 oktaf dari F s./d. C. Dan
pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas alat,
perluasan jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara),
maupun penampilan. Saat ini Kolintang yang dibuat sudah mencapai 6
(enam) oktaf dengan chromatisch penuh.

MUSIK BAMBU

Musik BAMBU Minahasa di mulai dari musik suling penthatonis lima
lobang yang menjadi salahsatu alat musikdari Musik Maoling terdiri dari
Kolintang gong ,tambur dan gong besar .Suling bambu kemukinan datang
dari Ternate bersama Kolintang gong (momongan) melalui perdagangan
beras Minahasa sejak Jaman Portugis di Minahasa sampai jaman V.O.C.
Belanda 1560 1870 . Suling bambu lima nada terlihat pada gambar
skestsa buku Ethnographische Miszelen Celebes . A.B. Meyer ,O.Richter
,Dresden ,1902 .
Tahun 1844 Zending Belanda berusaha menghapus alat musik gong
di Minahasa dan menggantikannya dengan musik suling. Ketika
Gubernemen Belanda minta guru guru Zending mengajar di sekolah
Gubernemen, maka para guru Zending mengajarkan lagu gerejani dengan
solmisasi musik suling oktaf .
Musik suling anak anak sekolah dengan tiga suara di lihat oleh N.
Graafland di Kawangkoan korps musik HINDIA BELANDA mengiringi
pemberangkatan serdadu Minahasa ke perang Jawa,tahun 1829 yang
memakai alat musik tiup dan tambur di pelabuan manado (Wenang ).
korps musik kerajaan Belanda ini juga yang mengiringi tarian katreli oleh
para milisi orang Manado- Minahasa di Manado tahun 1885 (J. Hickson
1889 :345) .Tahun 1930-an korps musik Marching Band kerajaan
Belanda di Manado bernama IRENE BRIGADE BLAAS INSTRUMENT .
Musik bambu berbentuk orkes kemungkinan munjul pertama kali sekitar
tahun 1880an terdiri dari sederetan peniup suling , tambur besar kecil
,Korno (Hoorn) , Piston dari bambu ,Bombardon (bas) dari bambu ,
pontuang dan gong , hingga di sebut Musik bambu Foto musik bambu
.Tondano tahun 1917 terlihat selain sederetan peniup suling ,ada TAMBUR
dan GENDERANG buatan Eroupah serta KLARINET dan TROMPET buatan
Eropah juga ada gong dan pontuang . Musik Suling Bambu sudah berubah
menjadi musik ;orkes yang alat musik nya bukan hanya suling ,dan sudah
menggunakan alat musik buatan eropa .
Untuk membuat tiruan alat musik eropah ,Tuba (piston) dan bas dari
bahan logam seng aluminiumdi perlukan keahlian Tukang Blek yang
umumnya orang Cina. Seorang Tukang Blek dari Amurang Minahasa
Selatan bernama KEK BENG tahun 1932 berhasil membuat tiruan alat
musik Eropah TUBA dan BOMBARDON (bas) dari bahan Seng aluminium
yang di gunting gunting kemudian di alas pakai timah . Dengan demikian
ORKES SULING BAMBU dengan TUBA (Piston) dan BAS dari bahan Bambu
ditahun 1932 berubah menjadi MUSIK BAMBU SENG .
Sampai tahun 1957 sebelum pergolakan permesta , seluruh musik bambu
di Minahasa sudah berbentuk musik bamboo Seng seperti orkes musik
bambu Garuda (Buyungon) , Banteng (Rumoong bawah) , Nasional
(Kawangkoan bawah ) , Uluna (Tondano) ,Orion (Kakaskasen Tomohon)
dan yang lainnya . Kemudian Arie Kristen juga di Amurang mencoba
membuat musik tiup memakai alat getar meniru alat musik Klarinet buatan
Eropah yang mulai umum di gunakan oleh kelompok musik bambu mulai
tahun 1960 an . Dengan demikian lahir lagi periode baru dalam orkes
Musik bambu Minahasa menjadi MUSIK BAMBU ,SENG ,KLARINET
dimana hanya suling dan korno yang terbuat dari bambu .Karena alat
musik dari seng aluminium cepat berlombang terkena air liur manusia
yang mengandung garam , lalu di cari lembaran kuningan mulai tahun 1970
- an , karena mudah di bentuk alat tiup bas dan Tuba mengalami perubahan
menjadi Tuba Celo dan Tuba benyo , ditambah lagi dengan alat musik
tiup yang di beri nama Saxophone ,Oterton dan Trombon , mengikuti nama
nama alat musik tiup orkestra eropah.
Karena bahan kuningan cepat menjadi buram terkena keringat
manusia , maka di cari bahan logam lain supaya alat musik tiup nampak
selalu bercahaya tanpa selaulu harus di gosokdan di bersihkan . Pilihan
lembaran logam itu adalah besi putih steinles steel warna perak berkilau ,
lebih kuat dari kuningan tapi agaksulit di bentuk. Cara memainkan alat
musik bambu sama dengan memainkan alat musik Marching Band korps
musik angkatan bersenjata dan kepolisian .Oleh karna itu pada parade
angkatan bersenjata Republik Indonesia yang umumnya terdiri dari para
Laskar rakyat tahun 1945 di lapangan IKADA Jakarta ,ketika angkatan
bersenjata R.I.belum punya korps musik ,di gunakan Orkes Musik bambu
pemadam kebakaran cideng Jakarta yang terdiri dari para putra Kawanua
Secara tradisi diMinahasa, semua kelompok orkes Musik bamboo memiliki
Vandelyang bertuliskan indentitas nama kelompok musik bambu dan asal
desa atau kampung wilayah kecapatan.
Musik bambu juga sudah menjadi musik bergengsi yang
dapat menaikan statussosialpihak yang mengundang , seperti
penjemputan Tamu agung, acara perkawinan , dan acara acara yang di
selenggarakan oleh pihak pemerintah daerah. Satu kelompok musik bambu
beranggotakan sekitar 30 (tiga pulu) orang, memainkan alatmusik tiup
(Aero[hone) dan alat musik getar (mambranophone) seperti Tambur,
Drum ,Simbal, agar dapat menghasilkan suara gegap gempita
memeriahkan suasana atau mengiring dansa acara pesta.

Anda mungkin juga menyukai