Anda di halaman 1dari 2

Santai ajah, gimana MOS di smakbo, seru ga? Oh ya, kenalin, gua....., ini......, ini......

seseorang dari
empat remaja itu memperkenalkan dirinya dan kedua temannya yang duduk di sebelah kiri dan
kanannya. Mereka juga sepertinya sedang memesan sesuatu, entah itu nasi goreng atau mie goreng.
Teman yang berada di sebelah kirinya sedikit berbadan gemuk berkulit coklat dan yang di
sebelah kanannya terlihat begitu sibuk dengan telepon genggam yang sedang dimainkannya.
Ya begitu kak, seru plus capek, tapi udah biasa kak capek begitu di SMP jawab Randy spontan.
Tak beberapa menit setelah Randy menjawab, tiba-tiba seseorang anak remaja yang gemuk
bertanya pada Randy Pasti lo disuruh nunduk kan? Gua yakin pasti lo capek gitu terus, leher lo
pegal-pegal
Randy mulai merasa bingung. Dia tidak yakin apa yang harus dia katakan. Dia takut jika dia
menjawab kesannya dia tidak suka akan MOS yang diadakan oleh sekolahnya tersebut.
Satu detik... dua detik... tiga detik... keraguan terus menyelimuti pikiran Randy untuk
menjawab. Namun, tak bebrapa lama akhirnya Randy menjawab iya kak, disuruh nunduk terus.
Kalau dibilang capek memang capek banget ka, soalnya hampir tiap saat disuruh nunduk begitu
jawab Randy seakan semua keraguan yang terlintas dipikirannya hilang seketika.
Kalau gua jadi lo, gua males disuruh nunduk begitu. Baut apa begitu, lo kelihatan bodoh kalau mau
disuruh-suruh hal yang engga jelas gitu. Gua ajah keluar dari smakbo gara-gara gua males ikut MOS
yang caranya kaya gitu, tapi sekarang gua biasa ajah, gua engga nyesel cerita yang terlihat
menyakinkan itu membuat bola mata Randy membesar. Dia bingung harus berkata apa selanjutnya,
dia tidak mengerti akan semua yang dibicarakan oleh sekumpulan anak remaja itu yang baru saja
ditemuinya.
Oh begitu kak jawab Randy yang singkat sedikit terlihat bahwa Randy tidak terlampau
memperdulikan apa yang anak remaja itu katakan kepadanya.
10 menit berlalu hanya dengan mengobrol dengan beberapa remaja yang mungkin lebih tua
dari Randy. Tepat selang waktu beberapa menit, seorang remaja yang berada di sebalah kanan
Kak...... yang sibuk dengan telepon genggamnya berkata pelan
Lo di smakbo nanti bakal belajar sambil tidur. Belum pernah kan lo disaat lo tidur saat itulah lo
belajar? Tapi bukan belajar di dalam mimpi. Gimana, bingung ga lo?
Randy tertawa dan mencoba memikirkan jawaban dari pernyataan konyol itu.
Iya kak, di SMP udah biasa tidur larut malam begitu ngerjain tugas Randy tak hentinya tersenyum
karena masih memikirkan hal lucu itu.
Oh ya, lo kenal ga orang ini? tanya seorang remaja berna....... tadi dengan menunjuk
seseorang yang daritadi membisu tepat berada di sebelah kanan Kak..... . Dengan polosnya, Randy
menggelengkan kepala dan berusah mengingat muka orang itu namun dia yakin bahwa dia benar-
benar tidak mengenal orang itu.
Wah, berarti lo enggaa akan lulus MOS kalo lo belum kenal teman-teman seangkatan lo. Kenalin
nih, dia namanya Bara, dia kelas 10 juga sama kaya lo jelas Kak..... . Randy baru menyadariinya saat
dia melihat rambut orang itu yang sama-sama botak seperti dirinya, dan Randy berkenalan dengan
orang itu sambil berjabat tangan. Orang itupun membalas jabatan tangan yang diberikan Randy
kepadanya sambil tersenyum dan menyebutkan namanya.
gimana panitia MOS smakbo, galak ga? cakap Kak...
Ya begitu kak, lumayan galak
Kalo galak lo ajak ribut ajah, berani kan? Gua ajah pas kelas 10 begitu, habis gua malas disuruh
nunduk terus udah kaya kambing ajah gua
Terlintas seketika dalam pikiran Randy bahwa apa yang dikatakan Kak..... memang ada benarnya
juga. Kata kambing merupakan pilihan kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan dirinya dan
teman-temannya jika Randy mengingat kembali akan MOS pada hari itu.
Kambing..... kayanya iya juga ya. Untung gua agak gantengan gini walaupun botak, jadi dibilang
mirip kaya kambing, engga mau deh gua hati dan pikiran Randy seakan menyatu berbicara kata
seperti itu
Jawab Randy seketika Iya kak, berani deh. Nanti saya ajak ribut kak panitia MOSnya
Randy merangkai kata-kata yang membuat dirinya percaya diri untuk mengatakan hal itu, tanpa
keraguan dan bimbang sedikitpun, dia mempertegas kembali perkataannya dengan mengepalkan
tangan kanannya seakan ingin bergulat dengan seseorang saat itu juga.
Ini Bu uangnya, makasih ya Bu Karena nasi goreng pesanannya sudah siap, Randy lengsung
membayarnya dan berpamit kepada beberapa remaja asing yang ditemuinya di tempat nasi goreng
tersebut.
Hanya dengan 5 menit Randy dengan lahap menghabiskan nasi goreng yang dibelinya dan segera
melanjutkan tugas laporan ceritanya mengenai pengalaman MOS hari kedua untuk dikumpulkan
keesokannya pada MOS hari ketiga.
..... panitia MOSnya seru walaupun sedikit galak, saya beruntung karena saya tidak dipanggil maju
lalu dimarahi seperti teman-teman lainnya Randy mengakhiri laporan sekitar pukul 12 tangeh
malam. Sebelum ia tidur, ia mengcek ulang barang-barang bawaan MOS untuk hari esok. Setelah
semunya telah lengkap, Randy segera mematikan lampu kamar kosannya dan bergegas tidur.
Langit masih terlihat gelap, jarum jam yang masih berada di angka 5 sudah membangunkan
Randy dari diturnya. Randy langsung menuju kamar mandi dan siap-siap untuk mengikuti MOS pada
hari ketiga. Semua barang bawaan MOSnya dimasukkan dalam tas dan ia segera berangkat menuju
sekolah. Langkah demi langkah mengantarnya menuju sekolah dengan mata masih mengantuk.
Seragam hitam putih pun rapih dikenakannya dengan dasi yang mengelilingi bagian lehernya.
Tak terasa, matahari sudah hampir terbenam, MOS pada hari ketiga pun hampir berakhir.
Tiba-tiba seorang panitia MOS menghampiri Randy dan bertanya Masih ingat muka gua ga?
Spontan Randy kaget, lalu dengan gemetarnya dia tidak. Randy sangat yakin bahwa dia tidak pernah
kenal bahkan bertemupun Randy tidak pernah. Tak beberapa lama temannya berteriak yang
membuat ruang eksekusi menjadi lebih menegang Ah, lama lo Sap, sini gua yang tanganin
Hentakan langkah panitia yang menakutkan itu terdengar jelas ditelinga Randy. Suara kerasnya yang
seakan membentak mulai bertanya kepada Randy Lo udah lupa kejadian yang di tempat nasi
goreng? Katanya lo mau ajak ribut panmos biar greget. Ayo sekarang ributnya, kita udah siap nih
diajakin ribut sama lo
...... lebih dari yang tak kan pernah terbayang olehku begitulah akhir dari penutupan tugas
laporan pengalaman MOS hari ketiga yang sangat menurut Randy sangat berkesean. Cacian serta
hentakan seakan terrekam di ingatan Randy. Semua perkataan yang sempat ia ucapkan di tempat
nasi goreng bersama 3 remaja asing menjadi senjata yang membawanya menjadi bahan bullyan
panitia MOS pada hari ketiga. Nama Bara terus menghantui pikirannya. Berkenalan dengan panitia
MOS di tempat umum tanpa Randy tahu bahwa itu adalah panitia MOS merupakan hal gila ditambah
dengan mengingat perkataannya bahwa ia akan mengajak ribut panitia MOS. Dia menyadari bahwa
ketiga remaja itu telah menjebaknya dengan memperkenalkan Randy pada teman sesama kelas
10nya yang ternyata merupakan panitia MOS, sehingga setiap perkataan Randy merupakan hal yang
ditunggu mereka untuk menjadi alasan Randy dibully nantinya. Tak ada hal yang menakutkan bagi
Randy saat itu selain berada di ruang eksekusi dikelilingi panitia MOS dengan perasaan tegang dan
keringat mengalir disekujur tubuh. Pengalaman berkesan itu seakan tak pernah terkikis sedikitpun
tiap bagiannya. Randy begitu ingat akan hal bodoh yang dia lakukan di nasi goreng malam itu.
Sungguh pengalaman yang tak terlupakan bagi Randy.

Anda mungkin juga menyukai