Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kopi lebih banyak dimanfaatkan sebagai minuman penyegar baik di
negara-negara pengekspor maupun pengimportir diseluruh dunia. kopi diminum
disetiap saat, tempat dan pada acara-acara tertentu (seperti coffe break, kendurian
dan lain sebagainya) oleh masyarakat pedesaan dan perkotaan, dengan kata lain
minuman kopi merupakan minuman masyarakat pada umumnya. Lebih dari 4
triliun cangkir kopi diminum setiap tahunnya (Kompas, 2001).
Caffein merupakan salah satu komponen dari kopi yang terbukti
meningkatkan tekanan darah seseorang dengan cara meningkatkan tahanan
pembuluh darah tepi dan meningkatkan cardiac output yaitu melalui stimulasi
simpatis (Mahmud, 2001). Oleh karena itu, kebiasaan minum kopi secara teratur
tidak secara otomatis menyebabkan peningkatan tekanan darah mengingat jumlah
caffein yang terdapat di dalam kopi sangat berpengaruh terhadap besarnya tingkat
peningkatan tekanan darah tersebut (Uiterwall, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu
periode. Hal ini terjadi bila arteriole konstriksi yang dapat membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan
kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010). Hipertensi merupakan
penyebab yang paling sering dari gagal jantung pada masyarakat dan merupakan
2

faktor risiko utama terjadi aterosklerosis serta merupakan faktor risiko utama
untuk terjadinya perdarahan otak yang merupakan salah satu penyebab kematian
di seluruh dunia (Underwood, 1999).
Penderita hipertensi sangat heterogen dan diderita oleh orang banyak yang
datang dari berbagai sub-kelompok berisiko di dalam masyarakat khususnya pada
laki-laki. Jenis kelamin berpengaruh terhadap kadar hormon yang dimiliki
seseorang. Estrogen yang dominan dimiliki oleh perempuan diketahui sebagai
faktor protektif atau perlindungan pembuluh darah, sehingga penyakit jantung dan
pembuluh darah termasuk hipertensi lebih banyak ditemukan pada laki-laki yang
kadar estrogennya lebih rendah daripada perempuan. Hipertensi dipengaruhi oleh
faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen (tidak dapat diganti), seperti usia,
jenis kelamin dan genetik, maupun yang bersifat eksogen (dapat diubah), seperti
kelebihan berat badan, konsumsi garam, rokok dan kopi (Hananta, 2011).
Pada tahun 2005, badan kesehatan dunia (WHO) menunjukkan data bahwa
di seluruh dunia, sekitar 1,4 milyar orang atau 39,6% penghuni bumi mengidap
hipertensi, jumlah ini terus meningkat sejak tahun 2000 dimana jumlah penderita
hipertensi yang ditemukan sebanyak 972 juta orang atau 26,4% dengan jumlah
penderita terbanyak adalah laki-laki yaitu sebesar 76,6% (Arieska, 2005). Di
Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat hipertensi dan terdapat
450.000 kasus penyakit hipertensi dari kasus hipertensi tersebut diketahui bahwa
337.500 kasus (75%) merupakan usia produktif (15-50 tahun) yang didominasi
oleh laki-laki, sisanya 112.500 kasus (25%) tidak terdiagnosis dan baru sebagian
yang tercakup dalam program penanggulangan penyakit hipertensi sesuai dengan
rekomendasi WHO (Depkes RI, 2008).
3

Menurut profil kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
2007, 10 (Sepuluh) Penyakit Terbanyak Berdasarkan Data STP Berbasis
Puskesmas Sentinel Tahun 2006, kasus hipertensidi aceh mencapai 3.441 kasus
(Profil Kesehatan NAD 2007). Aceh merupakan salah satu provinsi yang
memiliki tingkat prevalensi hipertensi dengan prevalensi hipertensi pada
penduduk umur > 18 Tahun tertinggi adalah 46,1%. (RISKESDAS, 2007).
Khusus Kabupaten Nagan Raya terdapat 313 kasus. Untuk distribusi regional
maka prevalensi hipertensi khususnya di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)
berkisar antara 19,5 46,1 % (rata-rata 30,2 %) (RISKESDAS, 2007).
Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Darul Makmut
kabupaten Nagan raya, dari 5 responden laki-laki dan 5 responden perempuan
yang menderita hipertensi yang tertinggi adalah karena faktor merokok sebesar
26%, faktor usia 40 tahun sebesar 23%, faktor kebiasaan konsumsi kopi sebesar
21%, faktor kebiasaan konsumsi garam sebesar 18%, faktor genetik sebesar 9%
dan faktor obesitas/kegemukan sebesar 3%. Jadi, dari studi pendahuluan diatas
faktor resiko hipertensi pada laki-laki yang terbanyak adalah faktor merokok, usia
40 tahun dan kebiasaan konsumsi kopi serta konsumsi garam dan pada
perempuan yang terbanyak adalah faktor konsumsi kopi, usia 40 tahun karena
konsumsi garam. Dari karakteristik penduduk wilayah Darul Makmut memang
cenderung mendukung terjadinya hipertensi yaitu kebiasaan merokok, usia yang
sudah lanjut, kebiasaan minum kopi dan konsumsi garam yang berlebih.
Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan
secara linear dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Oleh
sebab itu, penyakit hipertensi harus dicegah dan diobati. Banyak faktor yang dapat
4

memicu timbulnya hipertensi khususnya pada laki-laki yaitu usia,
herediter/keturunan, obesitas/kegemukan, asupan garam yang tinggi, merokok,
dan kegemaran minum kopi. Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan
pertambahan usia, dan laki-laki memiliki risiko hipertensi lebih tinggi untuk
menderita hipertensi lebih awal. Meningkatnya kelompok usia ( 40 tahun)
meningkat pula prevalensi hipertensi. Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat
genetik. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Beberapa studi menunjukkan bahwa
seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan
hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi. Obesitas
juga dapat meningkatkan kejadian hipertensi. Hal ini disebabkan lemak dapat
menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah. Jika asupan garam antara 7-15 gram perhari prevalensi hipertensi
meningkat menjadi 15-20%. Pada kalangan penduduk umur 2565 tahun dengan
jenis kelamin laki-laki mempunyai kebiasaan merokok cukup tinggi yaitu 54,5%.
Seseorang menghisap rokok lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih
rentan terhadap hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Kopi adalah
bahan minuman yang banyak mengandung kafein. Kopi juga berakibat buruk pada
jantung. Kafein dapat menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Kebiasaan minum kopi
didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75200 mg kafein, sehingga
minum kopi lebih dari empat cangkir sehari dapat meningkatkan tekanan darah
5

sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg (Sutedjo,
2006).
Hubungan antara konsumsi kopi dan peningkatan tekanan darah telah
diketahui sejak 60 tahun yang lalu. Suatu meta-analisis percobaan klinis dengan
durasi median 56 minggu menunjukkan hubungan yang persisten antara konsumsi
kopi dengan peningkatan tekanan darah. Odds ratio hipertensi yang dihubungkan
dengan konsumsi kopi 5 cangkir atau lebih perhari adalah sebesar 1,6 (95% CI:
1,06-2,40) (Michael dkk : 2002). Orang yang tidak memilih minum kopi memiliki
risiko hipertensi yang lebih rendah dibandingkan mereka yang mengonsumsi 0-3
cangkir perhari (odds ratio (OR): 0.54; 95% CI: 0.31, 0.92). Wanita yang
mengonsumsi > 6 cangkir perhari memiliki risiko lebih rendah dibandingkan
wanita yang mengonsumsi > 0-3 cangkir kopi perhari. Subjek yang berumur 39
tahun memiliki tekanan darah sistolik 0,35 mmHg per cangkir perhari lebih
rendah dan 0,11 mmHg tekanan darah diastolik lebih rendah dibandingkan yang
berumur <39 tahun meskipun perbedaan dalan tekanan darah diastolik tidak
signifikan secara statistik. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah risiko
hipertensi lebih rendah pada mereka yang tidak mengonsumsi kopi sama sekali
dibandingkan mereka yang mengonsumsi kopi dalam jumlah sedikit. Relasi yang
berbentuk U terbalik antara asupan kopi dan risiko hipertensi ditemukan pada
wanita (Uiterwaal, dkk, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Ernita (2011) dengan judul hubungan
kebiasaan minum kopi terhadap kejadian hipertensi pada laki-laki di kota
Lhokseumawe Provinsi Nanggro Aceh Darussalam Prevalensi penduduk dalam
mengkonsumsi kafein diatas prevalensi nasional sebesar 45,6%. Kafein
6

menyebabkan, sebagian orang dapat meningkatnya tekanan darah. Adanya budaya
minum kopi pada kaum laki-laki di Aceh dan risiko hipertensi yang mungkin
ditimbulkannya, serta adanya hubungan kontroversi antara minum kopi dan
hipertensi menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian Tujuan
Penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan minum kopi terhadap
kejadian hipertensi di Kota Lhokseumawe Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan rancangan kasus
kontrol (case-control study), dengan total sampel 140 responden (jumlah kasus
sebanyak 70 orang dan control sebanyak 70 orang) yang telah dilakukan maching
pada umur. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, menggunakan
table distribusi frekuensi dan persentase, analisis bivariat dengan meggunakan
Chisquare analisis multivariat dengan menggunakan regresilogistik. Hasil
Penelitian : terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan minum kopi
dengan kejadian hipertensi dengan OR 3.4 dan CI (1,2-9,4). Subyek yang tidak
merokok dan kebiasaan minum kopi mencegah terhadap hipertensi . Kesimpulan
dari penelitian tersebut adalah Kebiasaan minum kopi berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada laki-laki di Kota Lhokseumawe.
Hipertensi pada masyarakat dan komplikasinya dapat dicegah yaitu
dengan gaya hidup sehat dan mengendalikan faktor risiko. Masyarakat dapat
melakukan tindakan seperti modifikasi hidup secara efektif, melakukan langkah
penurunan berat badan yang berlebih, mengurangi asupan natrium terutama pada
garam, menghentikan atau mengurangi kebiasaan merokok dan minum kopi bagi
penderita yang mengkonsumsi rokok dan kopi, mengurangi asupan lemak jenuh
dan kolesterol dalam makanan serta menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga
7

minimal dua kali seminggu terutama bagi yang mempunyai berat badan yang
berlebih. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Gambaran Perilaku Mengkonsumsi Kopi Pada Penderita
Hipertensi di Puskesmas Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.

B. Rumusan Masalah
Tingkat bahaya hipertensi yang semakin tahun semakin meninggi, diikuti
juga dengan pola konsumsi kopi dimasyarakat yang tinggi sebagai pencetus
penyakit hipertensi. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana perilaku
mengkonsumsi kopi pada penderita hipertensi di Puskesmas Darul Makmur
Kabupaten Nagan Raya.

C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah perilaku mengkonsumsi kopi pada penderita hipertensi di
Puskesmas Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya?
2. Bagaimanakah frekuensi mengkonsumsi kopi penderita hipertensi di
Puskesmas Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya?
3. Bagaimanakah perilaku mengkonsumsi beberapa jenis kopi pada
penderita hipertensi di Puskesmas Darul Makmur Kabupaten Nagan
Raya?
4. Bagaimanakah perilaku mengkonsumsi kopi terhadap kekentalan
kopi?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
8

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perilaku
mengkonsumsi kopi penderita hipertensi di Puskesmas Darul Makmur
Kabupaten Nagan Raya
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi karakteristik contoh yang meliputi umur, jenis
kelamin, status sosial ekonomi, berat badan, tinggi badan, dan
status gizi secara antropomeri;
2. Mengidentifikasi tekanan darah contoh serta riwayat penyakit
keluarga dan contoh yang terkait dengan tekanan darah;
3. Mengidentifikasi pola konsumsi kopi contoh yang meliputi jenis,
frekuensi, waktu serta lamanya mengkonsumsi kopi.
4. Menganalisis hubungan konsumsi kopi (frekuensi minum kopi)
dengan kejadian hipertensi.
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Puskesmas
Diharapkan dapat berguna untuk menambah informasi kepada pihak
Puskesmas dalam memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
perilaku konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi.

2. Untuk Peneliti
Sebagi sarana penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama
mengikuti penelitian.
3. Untuk Akademik
9

Sebagai bahan referensi dari perpustakaan tentang pengetahuan bidang
mengenai perilaku konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai