Anda di halaman 1dari 11

Edisi Khusus No.

1, Agustus 2011
ISSN 1412-565X
16
7
PE PEN NG GU UK KURA URAN N T TIN INGK GKA AT T K KETE ETER RB BACAA ACAAN N W WACAN ACANA A
DA DAL LA AM M L LK KS S M MA ATA TA P PEL ELA AJ JAR ARAN AN B BA AH HAS ASA A I IND NDO ON NE ESI SIA A K KEL ELA AS S 46 46 S SD D
DA DAN N K KETE ETER RP PA AH HA AM MI IANNY ANNYA A
O Ole leh h: : Nur Nurl la ail ili i
ABSTRAK
Teks wacana yang selayaknya dibaca oleh anak-anak adalah yang terukur tingkat keterbacaannya.
Terukurnya tingkat keterbacaan sangat penting dalam upaya memahamkan siswa akan isi teks
wacana. Untuk itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengukur dan
mengujicobakan teks-teks wacana pada siswa sebelum teks wacana tersebut dimuat dalam LKS.
Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat keterbacaan wacana dalam LKS mata pelajaran
ahasa !ndonesia. "etode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripti# kualitati#
dan kuantitati#. $ata kualitati# penelitian diperoleh dari LKS yang diambil sebagai sampel dan
data kuantitati# diperoleh dari hasil tes klos dan pemahaman pada siswa. %asil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat keterbacaan sebelas teks wacana yang terdapat dalam LKS mata
pelajaran ahasa !ndonesia kelas &'( S$ berdasarkan #ormula )ry belum ada teks yang sesuai
dengan masing-masing kelas. %asil uji tes klos memperlihatkan hasil bahwa empat teks wacana
berada pada kategori sedang dan tujuh teks wacana berada pada kategori sukar. Selanjutnya, hasil
tes pemahaman siswa menunjukkan hasil rata-rata skor (* untuk kelas &, (+,,, untuk kelas -, dan
(+,,, untuk kelas (. erdasarkan hasil tersebut dilakukanlah perbaikan terhadap teks wacana dan
hasilnya menunjukkan bahwa adanya peningkatan keterbacaan teks wacana. %asil uji #ormula )ry
menunjukkan bahwa semua teks wacana telah sesuai untuk masing-masing kelas. %asil uji tes
klos memperlihatkan hasil bahwa satu teks wacana berada pada kategori mudah dan sepuluh teks
wacana lainnya berada pada kategori sedang. %asil tes pemahaman juga memperlihatkan hasil
bahwa untuk masing-masing kelas mengalami peningkatan rata-rata skor, yaitu (.,,, untuk kelas
&, untuk kelas - rata-rata skornya .&,(., dan /0,** untuk kelas (. 1ekomendasi berdasarkan hasil
penelitian ini adalah sangat perlu memperhatikan tingkat keterbacaan wacana sebagai salah satu
isi dalam LKS sehingga wacana-wacana yang terdapat dalam LKS sesuai untuk masing-masing
tingkat pembaca. Untuk itu, upaya melihat2mengukur tingkat keterbacaan wacana selayaknya
dilakukan, baik oleh penulis maupun pengguna LKS.
Kata kunc3 wacana keterbacaan
PENDAHULUAN
Pemerintah telah mengatur hal yang berkaitan dengan penggunaan buku teks dan buku
penunjang atau pengayaan. Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan "enteri Pendidikan
4asional 4o. ++20**-, Pasal 0 5yat 607 yang di dalamnya dikatakan bahwa 8Selain buku teks
pelajaran sebagaimana dimaksud pada 5yat 6+7, guru menggunakan buku panduan pendidik dan
dapat menggunakan buku pengayaan, dan buku re#erensi dalam proses pembelajaran8. %al itu
berarti bahwa guru dapat memilih buku-buku pengayaan dan re#erensi untuk menunjang kegiatan
pembelajarannya, termasuk penggunaan LKS dari penerbit.
LKS mata pelajaran ahasa !ndonesia di dalamnya termuat materi kebahasaan dan materi
kesastraan yang disajikan secara terpadu. Kedua materi tersebut masing-masing diuraikan oleh
penulis LKS melalui beberapa teks wacana. Uraian materi melalui teks wacana dilakukan untuk
memudahkan pemahaman siswa terhadap konsep materi yang akan diajarkan. Untuk itu,
ISSN 1412-565X
16
8
Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011
penyusunan wacana perlu diperhatikan oleh penulis LKS supaya maksud yang ingin dicapai dapat
terwujud.
Teks wacana yang baik adalah teks wacana yang terbaca oleh pembaca. Keterbacaan sebuah
wacana dapat dipengaruhi oleh susunan kalimat dan kata-kata sulit. 5ji 60**/7 menyebutkan
bahwa tingkat keterbacaan sebuah teks disebabkan oleh susunan kalimat, kepadatan kata dalam
kalimat, dan kata-kata sulit yang terdapat dalam wacana tersebut. 9adi, aspek kebahasaan sangat
menunjang keterbacaan sebuah wacana.
Tingkat keterbacaan sebuah wacana akan memberi dampak pada tingkat kemampuan
membaca dan pemahaman terhadap bacaan. :ainwrigh 60**.3&+7 mengatakan bahwa kecepatan
membaca jelas mengacu pada kecepatan memahami bacaan jika pemahaman agak
membingungkan akan mengacu pada kualitas pemahaman bacaan secara keseluruhannya.
Kebingungan memahami bacaan dapat disebabkan oleh susunan kalimat yang tidak tepat atau pun
pemilihan diksi yang tidak tepat atau ketidaksesuaian tingkat keterbacaan dengan usia pembaca.
Tampubolon 60**/30+,7 menyebutkan bahwa readai!it" ialah sesuai tidaknya suatu bacaan bagi
pembaca tertentu dilihat dari segi kesulitan struktur bacaan dari bacaan.
Tingkat keterbacaan wacana dapat diperoleh dari hasil uji berdasarkan #ormula keterbacaan
dan dapat pula dapat diperoleh dari hasil tes keterbacaan terhadap sejumlah pembaca dalam
bentuk tes kemampuan memahami bacaan. Tes itu menguji apa yang disebutkan oleh ernhardt
6dalam Kusmana, 0**/7 sebagai ;enam #aktor heuristik dalam pemahaman isi bacaan;. Tiga #aktor
berkaitan dengan teks 6te#t dri$en7, yaitu pengenalan kata, proses dekoding #onem-gra#em, dan
pengenalan sintaksis kalimat. Tiga #aktor lain berhubungan dengan pengetahuan pembaca
6kno%!edge dri$en7, yaitu intrate#tua! &er'e&tion, meta'ognition, dan &rior kno%!edge. Si#at
ketiga #aktor terakhir itu tersembunyi 6tersirat7.
%asil studi keterbacaan yang dilakukan oleh tim pusat perbukuan tahun 0**,-0**&
menyimpulkan bahwa ciri-ciri penting dari suatu buku teks pelajaran untuk sekolah dasar yang
memiliki keterbacaan tinggi dapat dilihat dari penggunaan aspek wacana, paragra#, kalimat,
pilihan kata, dan pertanyaan atau latihan-latihan dalam buku teks pelajaran 6Kusmana, 0**/7.
erdasarkan hasil penelitian seperti yang telah disebutkan di atas, penelitian terhadap
wacana dalam LKS mata pelajaran ahasa !ndonesia kelas &'( S$ belum ada yang melakukan.
Padahal, untuk tingkat S$ tingkat keterbacaan tersebut sangat perlu dilihat2diukur. Peneliti
mem#okuskan penelitian pada tingkat keterbacaan wacana dalam LKS mata pelajaran ahasa
!ndonesia kelas &'( S$. Penelitian ini berusaha mendeskripsiksan dan menganalisis aspek
kebahasaan, serta kekoherensian, dan kekohesian wacana dalam LKS mata pelajaran ahasa
!ndonesia kelas &'( S$.
LANDASAN TEORETIS
Landasan teoretis ini mengupas bagian teori yang menjadi #ondasi dalam penelitian ini. %al
ini diperlukan supaya hasil penelitian benar-benar memiliki dasar pijakan.
ISSN 1412-565X
16
9
Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011
!" Wacana #$%a&a I# LKS 'an Un#u()Un#u(n*a
Setiap LKS di dalamnya tentu terdapat wacana-wacana yang mesti dibaca oleh siswa karena
wacana-wacana tersebut mengandung in#ormasi, baik perintah maupun pemberitahuan. !n#ormasi
itulah yang menuntun pembacanya untuk melakukan sesuatu atau mendapatkan sesuatu. Untuk
itu, wacana sebagai isi LKS harus dipahami secara lebih mendalam.
!stilah wacana digunakan tidak hanya untuk percakapan atau obrolan, tetapi juga untuk
pembicaraan di muka umum, tulisan, serta upaya-upaya #ormal seperti laporan ilmiah dan
sandiwara atau lakon. :acana mencakup keempat tujuan penggunaan bahasa, yaitu 6+7 ekspresi
diri sendiri< 607 eksposisi< 6,7 sastra< 6&7 Persuasi 6Landsteen dalam Tarigan, +==,30,7
>arlson 6dalam Tarigan +==,30&7 menyebutkan bahwa wacana tidak hanya terdiri atas
untaian ujaran atau kalimat yang secara gramatikal yang teratur rapi, sedangkan Stubbs 6dalam
Tarigan, +==,30-7 menyatakan bahwa wacana adalah organisasi bahasa di atas klausa< dengan
kata lain suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau
kepaduan itu sendiri harus muncul dari cara pengutaraan wacana itu. Selanjutnya, Kridalaksana
6+=/&3 0*/7 menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang realisasinya dalam
bentuk karangan utuh dapat berupa paragra#, kalimat atau kata yang membawa amanat lengkap.
ermacam de#inisi wacana dapat ditemukan dalam medan atau suasana tertentu. 4amun,
setiap pernyataan tentang wacana memiliki satu kesamaan yang berprinsip, yaitu suatu perihal
yang disampaikan secara utuh. Upaya penyampaian secara utuh dapat melalui berbagai bentuk, di
antaranya dapat melalui tulisan atau pun lisan yang dirangkai dalam bentuk kata, kalimat, atau
pun paragra#. erdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa wacana adalah
serangkaian kata atau kalimat yang membentuk suatu satuan bahasa yang utuh sehingga memuat
in#ormasi yang lengkap.
Selanjutnya, untuk jenis wacana Tarigan 6+==,3 -+7 mengklasi#ikasikan wacana dengan
berbagai cara, antara lain3 6+7 berdasarkan tertulis tidaknya wacana 6wacana lisan dan tulisan7< 607
berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan wacana 6wacana langsung dan tidak
langsung7< 6,7 berdasarkan cara penuturan wacana 6wacana pembeberan dan penuturan7< 6&7
berdasarkan bentuknya 6wacana prosa, puisi, dan drama7.
Secara umum peneliti membedakan wacana atas dua macam, yaitu wacana tulis dan wacana
lisan. !ni sejalan dengan pendapat $jajasudarma dan Tarigan bahwa secara realita atau secara
tertulis tidaknya wacana dibedakan atas dua jenis. Peneliti menyebut secara umum karena
substansi dari jenis-jenis wacana yang lain juga terangkum dalam dua pernyataan umum tersebut,
yaitu tertulis dan lisan. :acana tulis adalah wacana yang disampaikan melalui tulisan, sedangkan
wacana lisan adalah wacana yang disampaikan melalui lisan. $alam pembahasan ini, peneliti
menekankan pada wacana tulis karena kajian yang dikaji pada penelitian ini adalah wacana tulis.
Sebagai pemberi in#ormasi yang utuh sebuah wacana pastinya tersusun atas berbagai unsur
yang dapat menjadikan wacana itu utuh dan mudah dipahami. Unsur terkecil dari sebuah wacana
adalah adanya kata. Selain itu, unsur-unsur yang lain juga ada seperti kalimat, paragra#, kohesi
dan koherensi.
ISSN 1412-565X
17
0
Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011
+" K$t$(%acaan 'an K$t$(,a-a.an Wacana
Sebuah wacana yang baik adalah yang terbaca dan terpahami oleh pembaca. Pembaca
terbagi dalam berbagai le?el bergantung pada kemampuan membacanya. Pada hakikatnya
membaca adalah proses berpikir. Thorndike 6dalam @unus, 0*+*7 menyebutkan bahwa reading as
thinking and reading as reasoning. 5rtinya, ketika seseorang sedang membaca pada hakikatnya ia
sedang berpikir dan bernalar.
$alam proses membaca terdapat dua komponen utama yang bekerja secara dominan, yakni
6a7 kerja mata untuk melihat lambang-lambang gra#is, dan 6b7 kerja otak untuk memahami dan
memaknai lambang-lambang gra#is tadi menjadi sebuah in#ormasi yang utuh dan lengkap.
Kemampuan #isik berupa kemampuan mata melihat lambang, yang disebut kemampuan visual,
sedangkan kemampuan psikis yang melibatkan kemampuan berpikir dan bernalar, yang disebut
kemampuan kognisi /"ulyati, 0**,0"
Penentuan jenis teks wacana sesuai dengan pembacanya merupakan hal yang tidak mudah.
Untuk itu, dibutuhkan adanya pengetahuan bagi penulis wacana untuk menyelaraskan kosakata
ketika menyususn wacana sehingga sesuai dengan tara# perkembangan bahasa anak. $engan
demikian, unsur-unsur ketidaktepatan pemilihan kosakata dapat dihindari. Penggunaan kalimat
yang terlalu panjang pun dapat terkurangi.
:acana yang diharapkan dalam setiap tulisan adalah wacana yang terbaca oleh pembaca.
Keterbacaan wacana memberikan hasil yang baik bagi pembaca karena pembaca mendapatkan
sebuah bacaan yang dapat dibaca dan dipahaminya. 1usyana 6dalam :ahab, 0*+*7 menjelaskan
bahwa keterbacaan dapat dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu menyangkut pemahaman, kecepatan
membaca, dan minat. )aktor penyebab kepahaman, kemudahan, dan kemenarikan isi secara
umum terdiri atas bahasa dan rupa. Perpaduan kedua #aktor tersebut menentukan tingkat
keterbacaan. Suryadi 60**.7 menyebutkan bahwa #aktor bahasa menyangkut pilihan kata, bangun
kalimat, susunan paragra#, dan unsur tata bahasa yang lain.
Pada pembahasan ini, peneliti memilih #ormula )ry untuk mengukur keterbacaan wacana
dalam LKS. Pemilihan #ormula )ry karena #ormula ini sering dan banyak digunakan. Penentuan
tingkat keterbacaan wacana menurut #ormula ini adalah dengan pertimbangan panjang pendeknya
kata dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh banyaknya jumlah suku kata pembentuk
kalimat. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Uteredowo 60**.7 bahwa jumlah kata untuk
siswa kelas +'( S$ seperti terlihat pada tabel 0.0 berikut.
Tabel 0.+
9umlah Kosakata dalam Teks :acana untuk Kelas +'( S$
Kelas 9umlah kata
+ 0- ' .-
0 .- ' +0-
, +0- ' +.-
& +.- ' 00-
- 00- ' 0.-
( 0.- ' ,0-
ISSN 1412-565X
17
1
Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011
/!0 12(.u3a Fry /G(a4k Fry0
Ara#ik keterbacaan yang diperkenalkan Ed%ard (r" ini merupakan #ormula menentukan
tingkat wacana yang mempertimbangkan panjang pendeknya kata dan tingkat kesulitan kata yang
ditandai oleh jumlah 6banyak-sedikitnya7 suku kata yang membentuk setiap kalimat. Pengukuran
dengan )ry mengikuti prosedur seperti yang disebutkan oleh Subyantoro 6dalam %idayati,
0**-30&7 yaitu dengan 6a7 menghitung jumlah kalimat dalam +** kata dengan skor satu digit
dibelakang koma, 6b7 menghitung jumlah suku kata dari +** kata, 6c7 mengalikan hasil
perhitungan suku kata dengan angka *,(, 6d7 untuk teks pendek 6jumlah katanya kurang dari
seratus kata harus diperbanyak jumlah kalimat dan suku kata dengan angka-angka yang ada dalam
da#tar kon?ersi, 6e7 mencocokkan rumus jumlah kalimat dan jumlah suku kata per seratus tersebut
dalam gra#ik, 6g7 menetapkan tingkat keterbacaan teks.
Tingkat keterbacaan berdasarkan gra#ik )ry bersi#at perkiraan. Penyimpangan mungkin
terjadi baik ke atas maupun ke bawah 6-+ atau B+7. Untuk membaca gra#ik dapat dilakukan
dengan melihat kolom tegak lurus menunjukkan jumlah suku kata per seratus kata dan baris
mendatar menunjukkan jumlah kalimat per seratus kata.
Grafik
Fry
Aambar +3 Ara#ik )ry 65khmad dan @eti dalam Sulistyorini, 0**(3 0/7
/+0 Tes Klos
)es k!os digunakan untuk mengukur kemampuan membaca. Teknik tes klos ialah prosedur
peraturan yang dapat digunakan dalam peringkat pembahasan isi serta struktur yang dikemukakan
dalam kalimat, makna, dan keterbacaan. Teknik ini dapat digunakan sebagai alat pengukur tingkat
keterbacaan teks bacaan2wacana. $engan sistem pengukuran itu kita dapat menyeleksi wacana-
ISSN 1412-565X
17
2
Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011
wacana agar diperoleh wacana yang benar-benar sangkil 6$amaianti, +==+7. Tes ini juga dapat
diigunakan sebagai sumber in#ormasi mengenai kemampuan pemahaman bacaan seseorang.
Strategi tes klos dilakukan dengan pelesapan2penghapusan kata pada sebuah teks wacana,
yaitu dengan3
+7 melihat dari jumlah kata ke-n 6dipilih pada jarak yang tetap, ?ariasi penghapusan, mulai
dari tiap kata ke-- s.d. kata ke-+* 6)arr dan 1ossser, +=.=7
07 melihat dari pemilihan kata secara selekti# atau secara random, 9ohn 6+=..7 menghapus
setiap kata si#at yang ke-+*, 1hodes 6+=.07 menghilangkan kata kerja yang ke-+*.
Penghapusan secara random dilakukan tanpa melihat hubungan kontekstual atau jenis kata
tertentu 69ongsma, +=/*7.
Setelah proses penerapan teknik klos dilakukan, proses selanjutnya adalah penilaian teknik
klos. Penilaian teknik klos dilakukan dengan melihat hasil persentase. 1ankin dan >ulhane 6dalam
$amaianti, +==+7 menetapkan bahwa sebuah teks wacana dikatakan mudah apabila persentase
skor tes mencapai C (*D, teks wacana dikatakan sedang apabila persentase skor tes antara &+D'
(*D, dan teks wacana dikatakan sukar apabila skor tesnya E &*D.
+"! K$t$(,a-a.an Wacana
Setiap in#ormasi yang disampaikan baik secara lisan maupun tulisan dituntut adanya
pemahaman sehingga in#ormasi tersebut berman#aat. Kemampuan memahami wacana bukan
hanya sekadar kemampuan mengambil dan memetik makna bacaan dari materi cetak, melainkan
juga menyusun konteks yang tersedia guna membentuk makna pernyataan tersebut,
mengimplisitkan tentang peran, skemata, dalam proses membaca, latar belakang pengetahuan, dan
pengalaman pembaca akan memberi warna terhadap kualitas pemahaman bacaan. "enurut Smit
6dalam :ahab, 0*+*3,.7 pemahaman bacaan mengandung proses menghubungkan bahan tertulis
dengan apa yang telah diketahui dan ingin diketahui pembaca.
Pemahaman adalah suatu proses mental sebagai perwujudan dari akti?itas kognisi yang
tidak bisa dilihat. Produk dari pemahaman adalah perilaku yang dihasilkan setelah proses
pemahaman terjadi 6"ulyati dalam :ahab, 0*+*3 ,/7. Perlu diketahui bahwa pemahaman akan
ada apabila pembaca memiliki sarana pemahaman, seperti mengenal bacaan2wacana, memahami
kata-kata, kalimat, dan mampu menghubungkan ide-ide yang terdapat dalam bacaan dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya.
"oeliono F $ardjowidjojo 6dalam $jajasudarma 60**(3 0.7 menyebutkan bahwa wacana
dibentuk oleh berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik,
serta peristiwa, bentuk amanat, kode, dan saluran.
Kepahaman terhadap teks wacana dapat diukur dari kemampuan ranah kogniti#. 1anah
kogniti# berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni
ISSN 1412-565X
17
3
Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011
pengetahuan2ingatan, pemahaman 6kogniti# tingkat rendah7, aplikasi, analisis, sintesis, dan
e?aluasi 6termasuk kogniti# tingkat tinggi7.
METODOLOGI PENELITIAN
"etode penelitian ini adalah metode dekripti# kualitati# dan kuantitati#. $ata yang didapat
dari dokumen akan dianalisis dan dideskripsikan secara kualitati#. Penelitian tingkat keterbacaan
wacana dalam LKS mata pelajaran ahasa !ndonesia kelas &'( S$ dilakukan melalui , sudut
pandang yang berbeda. Pertama, analisis aspek kebahasaan yang meliputi 6pilihan kata, kebakuan
kata, kee#ekti#an kalimat, dan penerapan G@$7. Kedua, analisis wacana dari aspek kekoherensian
dan kekohesiannya. Ketiga, penggolongan wacana dan penggolongan siswa yang diperoleh
melalui tes klos dan pilihan ganda.
HASIL PENELITIAN
%asil penelitian yang didapat adalah mencakup hasil pengujian data awal dan hasil pengujian
data kedua. "elalui hasil uji data awal dan kedua tersebut didapati jawaban untuk setiap rumusan
masalah yang telah ditetapkan, yaitu 6+7 pro#il wacana berdasarkana aspek kebahasaan, 607 pro#il
wacana berdasarkan aspek koherensi dan kohesi, 6,7 tingkat kesesuaian keterbacaan teks wacana,
6&7 tingkat kepahaman siswa terhadap teks wacana, 6-7 hasil perbaikan teks wacana, 6(7
perbandingan tingkat keterbacaan setelah perbaikan, dan 6.7 perbandingan tingkat kepahaman
siswa setelah teks diperbaiki. $ata awal ini diuji keterbacaannya dengan menggunakan #ormula
)ry dan tes klos, sedangkan pengujian tingkat keterpahamiannya menggunakan tes pilihan
berganda. %asil uji pertama menunjukkan bahwa pro#il wacana berdasarkan aspek kebahasaan
termasuk kategori aik. Tingkat kesesuaian teks menunjukkan bahwa belum ada satu teks pun
yang cocok untuk masing-masing kelas. Tingkat kepahaman siswa termasuk kategori 'uku&. %asil
perbaikan memperlihatkan adanya perbedaan hasil. Perbandingan tingkat keterbacaan dan
kepahaman setelah teks diperbaiki dapat dilihat dari hasil uji kedua pada table di bawah ini.
Tabel
Perbandingan %TPA T:5K&'T:5K( dan %TPA T:%PK&'
T:%PK(
4o. Kelas :acana U)+ U)0 UTK+ UTK0 1UPA+ 1UPA0
+.
!H
Koperasi
Sekolah
( kalimat,
+.+ suku
kata 6-2(7
.,.
kalimat,
+(0,(
suku kata
6,2&7
,/,,,D
6Sukar7
&-,,,D
6sedang7
(* (.,,,
0.
%alilintar dan
Petir
++,.-
Kalimat,
+&.,(
suku kata
6+207
.,-/
kalimat,
+-+,/
suku kata
6,2&7
&&,&&D
6sedang7
-0,/D
6sedang7
,.
5ir 9uga %idup +*,/-
kalimat,
+,*,/
suku kata
.,/
kalimat,
+-(,(
suku kata
&+,,,D
6sedang7
&-,(D
6sedang7
ISSN 1412-565X
17
4
Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011
4o. Kelas :acana U)+ U)0 UTK+ UTK0 1UPA+ 1UPA0
602,7 6,2&7
&.
H
9adwal
Penerbangan
dari andara
5hmad @ani
Semarang
&,/
kalimat,
+,,,0
suku kata
6(2.7
(,0
kalimat,
+,= suku
kata 6-2(7
,(,++D
6sukar7
(&D
6mudah7
(+,,, .&,(.
-.
Kanker Paru
5nak
(,,
kalimat,
+,/ suku
kata 6-2(7
(,,
kalimat,
+-= suku
kata 6-2(7
&+,=(D
6sedang7
&&D
6sedang7
(. 5kibat
Penebangan
Pohon, 0.+**
"ata 5ir
"engering
.,/,
kalimat,
+&*,&
suku kata
6,2&7
(,-
kalimat,
+,(,/
suku kata
=-2(7
00,0-D
6sukar7
&-,/(D
6sedang7
.. .- Persen 5sap
1okok
$itampung
Perokok Pasi#
&,-
kalimat,
+,=,-
suku kata
6.2/7
(,+/
kalimat,
+&.,(
suku kata
6-2(7
&*D
6sukar7
&+,(D
6sedang7
/. H! "asyarakat
,adui
"enitipkan
%utan
-,0
kalimat,
+-,,(
suku kata
6(2.7
(
kalimat,
+&& suku
kata 6-2(7
&/,,,D
6sedang7
--,&(D
6sedang7
(+,,, /0,**
=. "ari, %ijaukan
LingkunganI
&,--
kalimat,
+--,&
suku kata
6.2/7
(,,.
kalimat,
+-, suku
kata 6-2(7
&*D
6sukar7
-,,,,D
6sedang7
+*. )lu abi Perlu
$iwaspadai
/,&/
kalimat,
+,/,(
suku kata
602,7
(,0
kalimat,
+0=,(
suku kata
6-2(7
,.,(&D
6sukar7
-+,0D
6sedang7
++. Tragedi om3
"U juga
Kecewa atal
ke 9akarta
-,.-
kalimat,
+,&,-
suku kata
6(2.7
-,0/
kalimat,
+0=,(
suku kata
6(2.7
0(,((D
6sukar7
-*,+&D
6sedang7
K$t$(an&an
U)+ J Uji )ry Pertama
U)0 J Uji )ry Kedua
UTK+ J Uji Tes Klos Pertama
UTK0 J Uji Tes Klos Kedua
1UPA+ J 1ata-rata Uji Pilihan Aanda
Pertama 1UPA0 J 1ata-rata Uji Pilihan
Aanda Kedua
T$.uan
%asil penelitian dan hasil analisis data bahwa ada satu teks wacana yang menunjukkan tidak
adanya perbedaan rerata hasil uji setelah teks wacana diperbaiki. Teks wacana tersebut adalah teks
wacana untuk kelas & yang judulnya KKoperasi Sekolah8. Se&u!uh teks lainnya menunjukkan
adanya perbedaan rerata hasil uji setelah teks wacana diperbaiki. Tidak terdapatnya perbedaan
ISSN 1412-565X
17
5
Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011
rerata hasil uji untuk teks wacana KKoperasi Sekolah8 setelah diperbaiki adalah karena
keterbatasan peneliti dalam memperbaiki teks. Untuk itu, sangat diperlukan kehati-hatian dan
ketelitian dalam menulis sebuah teks wacana supaya dapat terbaca oleh anak-anak sesuai
tingkatan kelas anak.
erdasarkan hasil yang didapat dari analisis terhadap see!as teks wacana dengan satu teks
yang tidak memiliki perbedaan rerata, sedangkan se&u!uh teks wacana lainnya memiliki
perbedaan rerata dapatlah disebutkan untuk teks wacana tersebut bahwa tes klos dapat sejalan
dengan tes pemahaman. 5rtinya, ketika tes klos berhasil menunjukkan perbedaan tingkat
keterbacaan, tes pemahaman 6pilihan ganda7 juga menunjukkan perbedaan rerata. egitu pula
sebaliknya, ketika tes klos tidak menunjukkan adanya perbedaan rerata, tes pemahaman 6tes
pilihan ganda7 juga menunjukkan hal yang sama.
%asil uji )ry pada teks wacana awal memperlihatkan bahwa kesebelas teks wacana yang
terdapat dalam LKS e!um sesuai untuk masing-masing kelas. %asil tes klos dan pilihan ganda
juga masih pada kategori 'uku&. 4amun, setelah teks wacana diperbaiki hasil uji )ry
menunjukkan kesebelas teks wacana telah sesuai untuk masing-masing kelas. %asil tes klos serta
pilihan ganda pun menunjukkan adanya perbedaan. Uji )ry dapat digunakan untuk memprediksi
kesesuaian teks wacana untuk masing-masing kelas.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
$ari hasil penelitian dan analisis terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut.
6+7 Pro#il keterbacaan wacana dalam LKS mata pelajaran ahasa !ndonesia dilihat dari aspek
pilihan kata, kata baku, kee#ekti#an kalimat, dan penerapan G@$ memperlihatkan bahwa
pro#il teks wacana dalam LKS mata pelajaran ahasa !ndonesia berada pada kategori aik
dengan angka persentase sebesar .-,0/D.
607 Pro#il keterbacaan wacana dalam LKS mata pelajaran ahasa !ndonesia dilihat dari
koherensi teks wacana tersebut koheren dan dari segi kohesi teks wacana tersebut telah te&at.
6,7 Tingkat kesesuaian keterbacaan wacana dalam LKS mata pelajaran ahasa !ndonesia kelas
&'( S$ memperlihatkan hasil bahwa kesebelas teks wacana belum sesuai untuk masing-
masing kelas.
6&7 Tingkat kepahaman siswa terhadap teks wacana dalam LKS mata pelajaran ahasa !ndonesia
memperlihatkan hasil bahwa siswa 'uku& paham, tetapi belum termasuk kategori tinggi.
6-7 Perbaikan yang dilakukan terhadap teks wacana dalam LKS mata pelajaran ahasa !ndonesia
kelas &'( S$ memberikan hasil yang lebih baik.
6(7 Perbandingan tingkat keterbacaan setelah dilakukan perbaikan memperlihatkan hasil adanya
peningkatan secara berturut-turut seperti berikut. teks wacana kelas empat sebelum perbaikan
persentasenya 6,/,,,D, &&,&&D, dan &+,,,D7 setelah perbaikan 6&-,,,D, -0,0/D, dan
&-,(D7. Teks wacana kelas lima sebelum perbaikan 6,(,++D, &+,=(D, 00,0-D, dan &*D7
setelah perbaikan 6(&D, &&D, &-,/(D, dan &+,=(D7. Teks wacana kelas enam sebelum
ISSN 1412-565X
17
6
Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011
perbaikan 6&/,,,D, &*D, ,.,(&D, dan 0(,((D7 setelah perbaikan 6--,&(D, -,,,,D, -+,0D,
dan -*,+&D.
6.7 Perbandingan tingkat pemahaman siswa setelah dilakukan perbaikan memperlihatkan adanya
peningkatan rata-rata skor secara berturut-turut seperti berikut. Kelas empat (*,** E (.,,,,
kelas lima (+,,, E .&,(., dan kelas enam (+,,, E /0,**.
erdasarkan tujuh pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kesebelas teks wacana
tersebut dapat dipergunakan untuk siswa sesuai dengan penentuan kelas pada LKS setelah
diperbaiki beberapa aspek. Penentuan kesesuaian teks dengan le?el keterbacaan pada masing-
masing kelas dapat dilakukan melalui uji )ry.
Rekomendasi
!nilah beberapa rekomendasi yang diusulkan berdasarkan hasil penelitian.
6+7 LKS sebagai media belajar anak selayaknya dapat diman#aatkan oleh guru dengan sebaik
mungkin sehingga anak-anak bersemangat dalam belajar. Salah satu upaya peman#aatan
dengan baik adalah dengan memilih LKS yang teks-teks wacana di dalamnya memiliki
kesesuaian dengan jenjang tingkatan kelas anak.
607 :acana yang di dalamnya mengandung in#ormasi penting yang dapat diserap oleh anak-
anak melalui kegiatan membaca sangat perlu mendapat dukungan dari pendidik untuk
melihat kesesuaian teks wacana pada jenjang tingkatan kelas anak. Upaya yang termasuk
penting dilakukan oleh guru supaya anak-anak mendapatkan teks wacana yang berman#aat
bagi mereka adalah melakukan upaya uji coba teks-teks wacana dalam LKS pada anak
sebelum LKS digunakan.
6,7 5nak-anak dapat belajar dari berbagai media, termasuk media buatan guru sendiri sehingga
guru tidak perlu merasa tidak nyaman ketika mengembangkan usaha peman#aatan media
buatan sendiri. Salah satu media buatan guru adalah menyusun LKS. LKS yang disusun
oleh seorang guru akan lebih mudah dipahami oleh anak-anak karena guru isi LKS dapat
disesuaikan dengan tingkatan kelas anak dan tingkat perkembangan bahasa anak. Auru
dapat menyusun teks wacana dalam LKS buatannya dengan bahasa-bahasa sederhana dan
tema-tema yang dikaitkan langsung dengan kehidupan anak.
6&7 Setiap manusia tentu berharap kemampuan menulisnya dapat meningkat dan berkembang.
Setiap penulis juga akan berusaha melihat setiap sisi kehidupan yang dapat diangkat
menjadi tulisan dengan bahasa sederhana untuk berbagai karyanya. Salah satu karya yang
sering digunakan di dunia pendidikan adalah LKS. %asil LKS tersebut selayaknya benar-
benar terukur tingkat keterbacaannya untuk itu LKS yang diterbitkan oleh penerbit dapat
diujicobakan tingkat keterbacaan oleh penulis sebelum LKS diterbitkan.
DA1TAR PUSTAKA
5ji, 4. 60**/7. *e+ak ,anusia. LMnlineN. Tersedia3 h ttp 322 K i#tiy a . lo g s po t.> o m2 0 * * / 2
*.2keterbacaan- readability.html L/ Mktober 0*+*N
ISSN 1412-565X
17
7
Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011
$amaianti, H. S. 6+==+7. )eknik K!os seagai A!at -kur da!am ,enentukan Kesangki!an .a'ana
/ahasa Indonesia. Skripsi pada )PS !K!P andung3 tidak diterbitkan.
$jajasudarma, T. ). 60**(7. .a'ana 0emahaman dan 1uungan Antarunsur. andung3 1e#ika
5ditama.
)arr, 1. F 1oser, 4. 6+=.=7. )ea'hing A 2hi!d to 3ead. 4ew @ork3 %arcourt race 9o?ano?ich.
%idayati, 4. 60**-7. Ana!isis /uku /io!ogi S,A Ke!as X Semester I /erdasarkan Kuriku!um 2004
"ang /an"ak 4igunakan di S,A Negeri Kau&aten /anteng. Semarang3 U44GS P1GSS.
9ongsma, G. 5. 6+=/*7. 2!ose Instru'tion 3esear'h3 5 Second Look. $elware3 !15.
Kridalaksana, %. 6+=/&7. Kamus 5inguistik. 9akarta3 PT Aramedia.
Kusmana, S. 60**/7. K e te r a ' a a n / u k u ) ek s 0e !a+a r a n . 9urnal. LMnlineN.
Tersedia3htt p 322 s u h e rlic e n tre .blo g s pot. c o m 20** / 2+* 2b a h a s a -indon e s ia -d a la m -k a jia n.h tml L+,
$esember 0*+*N.
"ulyati, @. 60**,7. Ke'e&atan E6ekti6 ,ema'a7 A&a, ,enga&a, dan /agaimana LMnlineN.
Tersedia< h ttp 322 #il e .upi .e du2 $ ire kto ri2 )PS29U1PG4$. %S. $54 S5ST15
!4$M4GS!52+=(**/*=+=/(*+0 @GT! "UL@5T!2KG>GP5T54 G)GKT!) "G"5>5
""5S 0**,.pd#, L/ Mktober0*+*N
Peraturan "enteri Pendidikan 4asional 4o. ++20**- tentang /uku )eks 0e!a+aran, Pasal 0 5yat
6+7 dan 5yat 6+7.
Suryadi, 5. 60**.7. KTingkat Keterbacaan :acana Sains dengan Teknik Klos8. *urna!
Sosiotekno!ogi. +*, 6(7, +=(-+==. LMnlineN. Tersedia3 h ttp 322 www .#s rd. i tb. a c .i d 2w p -
c ont e nt2u p lo a d s 20**.2+ +2 P a k 5 m a s .pd# L+( $esember 0*+*N.
Tampubolon. 60**/7. Kemam&uan ,ema'a7 )eknik ,ema'a E6ekti6 dan E6isien. andung3
5ngkasa.
Tarigan, %. A. 6+==,7. 0enga+aran .a'ana. andung3 5ngkasa.
Utorodewo, ). 4. 60**.7. )in+auan /uku )eks 0e!a+aran /ahasa Indonesia. 9urnal LMnlineN.
Tersedia3 h ttp 322 johnh e r#.w ordpr e ss .c o m 20**.2* 0 2* (2ti n ja u an -buku -te ks-p e laj a ran -b a h a sa -
indon e s ia 2 L+* Mktober 0*+*N
:ahab, 9. 60*+*7. 0eningkatan Kemam&uan ,ema'a 0emahaman )eks /a'aan ,e!a!ui
In$estigasi Ke!om&ok 68rou& In$estigation7. Tesis "agister pada SPs UP! andung3 tidak
diterbitkan.
:ainwright, A. 60**.7. S&eed 3eading /etter 3e'a!!ing. 9akarta3 PT. Aramedia.
@usu# L. 4. S. 60**=7. 0siko!ogi 0erkemangan Anak dan 3ema+a. andung3 PT 1emaja
1osdakarya
BIODATA SINGKAT
Penulis adalah "ahasiswa S0 P1MA15" Studi Pendidikan $asar Sekolah Pascasarjana
Uni?ersitas Pendidikan !ndonesia andung

Anda mungkin juga menyukai