Seekor Kucing Persia warna putih, berumur 3 bulan, berat badan 4 kg.
Gejala klinis Kucing
mengalami vomit sejak 2 hari terakhir, anoreksia dan dehidrasi, lemas, mukosa mata dan mulut terlihat pucat. Hasil pemeriksaan darah adalah sebagai berikut: Indikator Hasil Hematologi Hemoglobin 6 g/dl ( hipo ) Leukosit 3 x 10 3 /l ( hipo ) Eritrosit 3 x 10 6 / l ( hipo ) Hematokrit/PCV 25 % ( hipo ) MCV 45 fl ( normal ) MCH 25 pg ( hiper ) MCHC 20 % ( hipo ) Neutrofil 55 % ( normal ) Limfosit 30 % ( normal ) Monosit 7 % ( hiper ) Eosinofil 8 % ( normal ) Basofil 0 LED 55 mm/jam Kimia Darah AST 40 IU/L ( normal ) ALT 85 IU/L ( hiper ) Kreatinin 3 mg/dl (hiper) BUN 45 mg/dl (hiper) Glukosa 185 mg/dl (hiper) Fibrinogen 8 g/dl (hiper) Albumin 4,5 g/dl (hiper) TPP 6 g/dl (normal)
Instruksi: - Analisa perubahan masing-masing komponen darah diatas, beserta kemungkinan penyebabnya ! - Jelaskan analisa penyebab kasus diatas berdasarkan perubahan gambaran darah yang ada! - Menurut Saudara apa diagnose tentative dari kasus diatas? Analisa perubahan : 1. Hemoglobin : hipo ( rendah ) Berdasarkan dari data, kadar hemoglobin rendah seiring dengan kadar eritrosit yang dibawah rata rata dan MCHC yang menunjukan konsentrasi normal rendah 2. leukosit : hipo jumlah leukosit dalam darah nampak dibawah dari jumlah yang seharusnya, akan tetapi kurang bisa menginterpretasikan, karena monosit justru mengalami peningkatan. Leukopenia disebabkan oleh : - degenerasi : disebabkan oleh keadaan yang dapat merusak sumsum tulang sehingga sumsum tulang tidak dapat membuat sel darah lagi - depresi : dimana sumsum tulang tidak dapat membuat sel sel yang normal sehingga didalam darah perifer terlihat penurunan jumlah neutrofil. - Destruksi : terjadi kerusakan elemenpembentuk darah yang disebabkan oleh agen fisik dan kimia. 3. Eritosit : hipo - Jumlah sel darah berkurang - Produksi eritropoitinnya rendah karenan adanyya gangguan pada ginjal sedangkan eritropoitin dibentuk di sel intertisial peritubular ginjal 4. PCV : hipo PCV menunjukan jumlah total eritrosit dalam darah, sehingga jumlah total eritrost dalam darah turun. 5. MCV : normal MCV merupakan ukuran atau volume rata-rata eritrosit, sehingga menunjukan ukuran eritrosit dalam keadaan normal. 6. MCH : Hipo - MCH adalah jumlah rata-rata hemoglobin dalam eritrosit. Menunjukan jumlah rata rata hemoglobin dalam eritrosit menurun. - Eritrosit yang lebih besar (makrositik) cenderung memiliki MCH yang lebih tinggi. Sebaliknya, pada eritrosit yang lebih kecil (mikrositik) akan memiliki nilai MCH yang lebih rendah. 7. MCHC : Normal MCHC adalah perhitungan rata-rata konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit. MCHC Normal menunjukan rata rata konsentrasi hb didalam eritrosit jumlahnya sesuai dengan kondisi normal. MCHC menurun (hipokromia) dijumpai pada kondisi di mana hemoglobin abnormal diencerkan di dalam eritrosit, seperti pada anemia dan kekurangan zat besi dalam talasemia. Peningkatan MCHC (hiperkromia) terdapat pada kondisi di mana hemoglobin abnormal terkonsentrasi di dalam eritrosit, seperti pada pasien luka bakar dan sferositosis bawan. 8. Neutrofil : Normal Neutrofil merupakan pertahanan efektif terhadap mikrob terutama bakteri. Neutrofil normal menunjukan tidak adanya infeksi oleh bakteri 9. Limfosit : Normal Limfosit memiliki fungsi utama sebagai agen fagosit yang bersifat terbatas serta berhubungan dengan pembentukan antibodi humeral dan seluler. Jumlah Limfosit normal menunjukan tidak adanya partikel yang akan difagosit. 10. Mosnosit : Hiper Salah satu fungsi dari monosit adalah membuang sel sel yang rusak dan mati. Sehingga apabila jumalah monosit meningkat dari jumlah normal maka kemungkinan terjadi kerusakan sel atau kematian sel pada salah satu organ dalam tubuh. 11. Eosinofil : Normal Eosinofil berperan dalam hipersensitifitas. Fungsi dari eosinofil terutama pada proses penetralan protein asing terutama terhadap reaksi antigen dan antibodi. eosinofil normal sehingga menunjukan tidak terjadi alergi 12. Basofil: Normal Jarang ditemukan dalam darah kebanyakn hewan secara normal. Keberadaan basofil menunjukan adanya peradangan pada jaringan. 13. LED : hiper LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sehingga pada kasus ini berdasarkan diagnosa untuk yang lainya menunjukan bahwa terjadi inflamasi. 14. AST : Normal Karakteristik AST : - Enzim ini terdapat lebih banyak di jantung daripada di hati - Lokasi di hepatosit terletak di mitochondria - Peningkatan sangat tinggi pada infark miokardium - Kadarnya meningkat secara bermakna pada neoplasma primer atau sekunder - Peningkatan sangat tinggi pada infark miokardium AST normal menunjukan tidak adanya kemungkinan gangguan jantung dan beberapa gangguan seperti yang disebutkan diatas 15. ALT: Hiper - Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada penyakit hepatoseluler, sirosis aktif, obstruksi bilier dan hepatitis. - Banyak obat dapat meningkatkan kadar ALT. - Nilai peningkatan yang signifi kan adalah dua kali lipat dari nilai normal. - Nilai juga meningkat pada keadaan: obesitas, preeklamsi berat, acute lymphoblastic leukemia (ALL) 16. Kreatinin : Hiper - Kreatinin dihasilkan selama kontraksi otot skeletal melalui pemecahan kreatinin fosfat. Kreatinin diekskresi oleh ginjal dan konsentrasinya dalam darah sebagai indikator fungsi ginjal. Pada kondisi fungsi ginjal normal, kreatinin dalam darah ada dalam jumlah konstan. Nilainya akan meningkat pada penurunan fungsi ginjal. - Konsentrasi kreatinin serum meningkat pada gangguan fungsi ginjal baik karena gangguan fungsi ginjal disebabkan oleh nefritis, penyumbatan saluran urin, penyakit otot atau dehidrasi akut 17. BUN : Hiper - Kadar BUN merupakan indikator sensitif untuk penyakit ginjal, kadarnya dipengaruhi oleh aliran darah ke ginjal dan fungsi tubular dan glomerular - Kadar BUN meningkat bila terdapat trauma glomerulus,kerusakan tubulr dan aliran darah ke ginjal buruk. - Kemungkinan pada kasus ini terdapat trauma pada ginjal ditandai dengan peningkatan BUN
18. TPP dan fibrinogen : Rasio perbandingan antara TPP dengan fibrinogen dapat dijadikan ukuran untuk menilai apakah kucing mengalami keradanggan atau dehidrasi. Berdasarkan hasil rasio TPP dan fibrinogen kurang dari 10 : 1 yang mengindikasikan terjadinya keradangan ditandai dengan peningkatan fibrinogen secara absolut. 19. Albumin : nilai albumin menunjukkan status cairan dalam tubuh. Berdasarkan hasil lab yang didapat terjadi peningkatan nilai dari albumin dalam darah namun jumlahnya tidak signifikan yaitu sebesar 0,4 g/dl dari nilai normalnya yang mengidentifikasi adanya gangguan fungsi ginjal kronis.
2. 3. Diagnosa tentative berdasarkan pemeriksaan kimia darah dan pemeriksaan darah adalah terjadi injury pada ginjal dengan gejala utama Anemia normositik hypocromic. Anemia normositik normokromik dilihat berdasarkan nilai mcv dan mchc yang normal atau normal rendah.