Anda di halaman 1dari 4

TP modul 6

1. kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) atau high performance liquid chromatography (HPLC).
KCKT merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia yang menggunakan teknologi
kolom sistem pompa tekanan tinggi dan detektor yang sensitif sehingga dapat memisahkan
senyawa kimia dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Detektor yang dipergunakan
adalah diode array, yang merupakan modifikasi dari detektor ultraviolet, yang lebih sensitif
dan spesifik dengan dua panjang gelombang yang telah ditentukan. Detektor ini digunakan
untuk mendeteksi sampel pada daerah spektrum ultraviolet sampai cahaya tampak (visible).
Pembacaan dan pengukuran dilakukan oleh monokromator yang menggunakan lampu
tungsten atau deuterium.
(Yessy Anastasia, TEKNIK ANALISIS RESIDU GOLONGAN TETRASIKLIN DALAM DAGING AYAM
SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI, 2011) literature dr artikel

(Behrman, Ilmu Kesehatan Anak(Jakarta : EGC, 2000), hlm, 859.)

2. tidak semua makhluk hidup dapat dijadikan antibiotik, karena
antibiotik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Harus efektif pada konsentrasi rendah.
Harus dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh satu atau lebih jenis
mikroorganisme.
Tidak boleh memiliki efek samping bersifat toksik yang signifikan.
Harus efektif melawan patogen.
Harus dapat disimpan dalam jangka waktu lama tanpa kehilangan
aktivitasnya.
Harus dapat dieliminasi dari tubuh secara sempurna setelah pemberian
dihentikan.
Harus bersifat sangat stabil agar dapat diisolasi dan diproses dalam
dosis yang sesuai, sehingga segera dapat diserap tubuh.
Gazali Solahuddin. Foto; Iman/nakita
http://groups.yahoo.com/neo/groups/Bayi-Kita/conversations/topics/9186



3. Waktu generasi Atau Pembelahan Bakteri

Waktu generasi adalah waktu yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk meningkatkan
jumlah sel menjadi dua kali lipat jumlah semula. Kurva pertumbuhan mikroorganisme terdiri
atas empat fase yaitu fase penyesuaian (lag phase), fase eksponensial atau fase logaritmik,
fase stasioner dan fase kematian. Pada fase eksponensial terjadi peningkatan jumlah sel dan
digunakan untuk untuk menentukan waktu generasi.

Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan jumlah atau total massa
sel yang melebihi inokulum asalnya. Telah dijelaskan pada bahasan sebelumnya, bahwa
sistem reproduksi bakteri adalah dengan cara pembelahan biner melintang, satu sel
membelah diri menjadi 2 sel anakan yang identik dan terpisah. Selang waktu yang
dibutuhkan bagi sel untuk membelah diri menjadi dua kali lipat disebut sebagai waktu
generasi. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20
menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari.

Bila bakteri diinokulasikan ke dalam medium baru, pembiakan bakteri tidak segera terjadi
tetapi ada periode penyesuaian pada lingkungan yang dikenal dengan pertumbuhan.
Kemudian akan memperbanyak diri (replikasi) dengan laju yang konstan, sehingga akan
diperoleh kurva pertumbuhan.

Kurva pertumbuhan dikenal beberapa fase pertumbuhan bakteri.

Fase lamban
Fase lamban merupakan periode awal dan merupakan fase penyesuaian diri (adaptasi),
sehingga tidak ada pertambahan jumlah sel bahkan kadang-kadang jumlah sel menurun

Fase cepat
Fase cepat merupakan periode pembiakan yang cepat. Pada periode ini dapat teramati ciri-
ciri sel yang aktif. Waktu generasi pada setiap bakteri dapat ditentukan pada fase cepat ini.
Pada fase tersebut dapat terlihat beberapa sel mulai membelah, yang lainnya setengah
membelah, dan yang lainnya lagi selesai membelah.


Fase statis
Pada fase statis pembiakan mulai berkurang dan beberapa sel mati. Apabila laju pembiakan
sama dengan laju kematian, maka secara keseluruhan jumlah sel tetap konstan. Hal ini dapat
disebabkan karena berkurangnya nutrien ataupun terbentuknya produk metabolisme yang
cenderung menumpuk mungkin menjadi racun bagi bakteri yang bersangkutan.


Fase kematian
Fase kematian bakteri merupakan fase dimana proses pembiakan telah berhenti. Sel-selnya
sudah mati, yang kemudian akan diikuti dengan proses lisis. Apabila laju kematian
melampaui laju pembiakan, maka jumlah sel sebenarnya menurun.
Pertumbuhan bakteri pada umumnya ditandai dengan empat fase yang khas, yakni periode
awal yang tampaknya tanpa pertumbuhan (fase lamban atau lag phase) diikuti leh suatu
periode pertumbuhan yang cepat (fase log), kemudian mendatar (fase statis atau stationary
phase), dan akhirnya diikuti oleh suau penurunan polpulasi sel-sel hidup (fase kematian atau
penurunan). Di antara setiap fase ini ada suatu periode peralihan yang menunjukkan
lamanya waktu sebelum semua sel memasuki fase yang baru. Ciri-ciri tambahan ang
berkaitan dengan keempat fase pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Fase Pertumbuhan Ciri
Lamban (lag) Tidak ada pertambahan populasi
Sel mengalami perubahan dalam komposisi kimiawi dan bertambah ukurannya
Substansi intraseluluer bertambah.

Logaritma (eksponensial)
Sel membelah dengan laju yang konstan
Massa menjadi dua kali lipat dengan laju sama

Aktifitas metabolic konstan
Keadaan pertumbuhan seimbang
Statis Penumpukan produk beracun dan kehabisan nutrient Beberapa sel mati
sedangkan yang lain tumbuh dan membelahJumlah sel hidup menjadi tetap
Penurunan atau kematian Sel menjadi mati lebih cepat daripada terbentuknya sel-
sel baru.
Laju kematian mengalami percepatan menjadi eksponensial
Bergantung pada spesiesnya, semua sel mati dalam waktu beberapa hari atau beberapa
bulan.
http://www.sawitchem.com/post/25/kurva-dan-fase-pertumbuhan-bakteri-dari-hidup-
sampai-mati.html


4. Bacillus licheniformis merupakan bakteri yang biasa ditemukan di dalam tanah. Hal ini
ditemukan pada bulu burung, terutama dada dan punggung bulu, dan paling sering pada
burung darat yang tinggal (seperti burung pipit) dan spesies air (seperti bebek).

Ini adalah gram positif, bakteri mesofilik. Its suhu pertumbuhan optimal adalah sekitar 30
C, meskipun bisa bertahan pada temperatur yang lebih tinggi. Suhu optimal untuk sekresi
enzim adalah 37 C. Hal ini dapat eksis dalam bentuk spora untuk melawan lingkungan yang
keras, atau dalam keadaan vegetatif ketika kondisi yang baik.

Para ilmuwan sedang mengeksplorasi kemampuannya untuk mendegradasi bulu untuk
keperluan pertanian. Bulu mengandung jumlah tinggi protein non-dicerna, namun para
peneliti berharap bahwa, melalui fermentasi dengan B. licheniformis, mereka dapat
menggunakan bulu limbah untuk menghasilkan murah dan bergizi tepung bulu untuk pakan
ternak.

Penelitian ekologi juga dilakukan melihat interaksi antara warna bulu dan B. licheniformis
aktivitas, dan konsekuensinya. Bakteri pendegradasi bulu mungkin telah memainkan peran
penting dalam evolusi molting, dan pola warna bulu
http://en.wikipedia.org/wiki/Bacillus_licheniformis

5. Sejarah penemuan antibiotik
Pencarian antibiotik dimulai pada akhir tahun 1800-an ketika teori tentang asal usul penyakit
yang menyebutkan bahwa bakteri dan mikroorganisme lain sebagai penyebab penyakit
diterima oleh masyarakat luas. Pada tahun 1877, Louis Pasteur menemukan kenyataan
bahwa bakteri antraks yang dapat menyebabkan penyakit antraks dan berakibat pada
kegagalan pernapasan, dapat dikurangi patogenisitasnya pada hewan uji setelah hewan uji
tersebut diinjeksi dengan bakteri yang di isolasi dari tanah. Pada tahun 1887, Rudolf
Emmerich menunjukkan bahwa penyakit kolera yangmerupakan penyakit infeksi intestinal
dapat dicegah pada hewan uji yang sebelumnya diinfeksi dengan bakteri Streptococcus.
(Sylvia T.Pratiwi, 2008 : 150)

Pada tahun 1888, ilmuwan Jerman E. de Freudenreich mengisolasi produk dari bakteri yang
memiliki kemampuan antibiotik. Freudenreich menemukan bahwa pigmen biru yang
dikeluarkan kultur bakteri Bacillus pyocyaneus dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain
pada kultur sel. Percobaan yang dilakukan bahwa pyocyanase, yang merupakan produk yang
diisolasi dari
Bacillus pyocyaneus, dapat membunuhberbagai bakteri patogen. Selanjutnya secara klinis
pyocyanase, terbukti toksik dan tidak setabil sehingga antibiotik alami ini tidak dapat
dikembangkan sebagai obat yangefektif. (Sylvia T.Pratiwi, 2008 : 150)

Pada awal 1920, ilmuan inggris Alxander Flaming menemukan enzim lisozim pada air mata
manusia. Enzim tersebut dapat melisis sel bakteri. Enzim pada air matamanusia ini
merupakan contoh agen antimikroba yang pertama kali ditemukan padamanusia. Seperti
pyocyanase, lisozim juga terbukti dapat membunuh sel bakteri.Penemuan Flaming terjadi
secara tidak sengaja pada 1928, saat ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus, yang ia
tumbuhkan dengan metode streak (gores silang) padamedia Agar dicawan Petri mengalami
lisis disekitar pertumbuhan koloni kapang kontaminan. Ia menemukan bahwa koloni kapang
tersebut merupakan Penisilium sp. (Sylvia T.Pratiwi, 2008 : 150)

Penemuan Flaming ini sebenarnya merupakan penemuan ulang. Pada tahun1896, seorang
mahasiswa kedokteran Perancis bernama Ernest Duchesne merupakan orang yang pertama
kali menemukan sifat antibiotik dari kapang Penicillium, namun ia gagal melaporkan
hubungan antara kapang dan substansi yang dihasilkannya, yang ternyata memiliki sifat
antibakteri. Penemuan Penicilium ini akhirnya dilupakan hingga Flaming menemukannya
kembali.
(Sylvia T.Pratiwi, 2008 : 150)
Flaming menemukan bahwa Penicillium memproduksi substansi yang berdifusi melalui
media Agar pada cawan Petri yang melisis sel bakteri yang ada disekitarnya.Substansi
tersebut dinamakan penisilin sesuai dengan nama kapang penghasilnya.Penisilin diketahui
dapat membunuh bakteri Staphylococcus Aureus. (Sylvia T.Pratiwi,2008 : 150)
http://www.scribd.com/doc/51287742/MIKRO-TERAPAN

Klasifikasi antibiotic
Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri (Craig., 1998). Berdasarkan sifatnya
antibiotik dibagi menjadi dua; antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik
yang bersifat destruktif terhadap bakteri dan antibiotik yang bersifat bakteriostatik,
yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri
(Van Saene., 2005).
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibagi menjadi 5 kelompok yaitu:
pengganggu metabolisme sel mikroba (sulfonamid, trimetoprin, asam p-aminosalisilat
(PAS), dan Sulfon.), penghambat sintesis dinding mikroba (penisilin, sefalosporin,
basitrasin, vankomisin, dan sikloserin), pengganggu permeabilitas membran sel
mikroba (polimiksin, golongan polien serta berbagai antimikroba kemoterapeutik)
penghambat sintesis protein sel mikroba (golongan aminoglikosid, makrolid,
linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol), penghambat sintesis atau merusak asam
nukleat sel mikroba (rifampisin, dan golongan kuinolon) (Jawetz et.al. 2005).

Anda mungkin juga menyukai