Anda di halaman 1dari 14

ISLAM DAN ALAM SEMESTA

A. ALAM SEMESTA
1. Pengertian Alam Semesta
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini
selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan mrnjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut
universe yang artinya seluruhnya, yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta.
Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah
menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia,
dan geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala
sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system
yang unik dan misterius. Alam syahadah atau alam materi sering juga disebut dengan alam fisik
karene alam syahadah merupakan alam yang dapat dicapai oleh indera manusia baik dengan
menggunakan alat atau tidak, berbeda dengan alam ghoib yang tidak dapat tercapai oleh indera.
Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos) dan alam zarrah
(mikrokosmos). Dan dapat pula dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani Al Quran
menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab yang disusun oleh satu wujud yang arif,
yang setiap baris dan katanya merupakan tanda kearifan penulisnya.

2. Penciptaan Alam Semesta
a. Menurut Teori Big Bang
Alam semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Tidak seorangpun tahu
kenapa, mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk. Akan tetapi, dari beberapa
penelitian yang memakan waktu yang lama, bermunculanlah berbagai teori penciptaan alam
semesta. Pada abad ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini
mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini
telah ada sejak dahulu kala dan tidak berubah (statis). Teori ini muncul dari kalangan materialis
yang tidak percaya tentang penciptaan.

Kemudian, pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu
teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Pada teori ini,
dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang.
Teori Big Bang merupakan kebalikan dari teori alam semesta yang tetap. Teori Big bang
menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan ini
mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta. Banyak orang yang menganut
paham materialis yang tidak percaya dan menyanggah teori ini.

Akan tetapi, tidak lama setelah teori ini muncul, banyak bukti -bukti yang ditemukan
membenarkan teori ini seperti ditemukannya sisa-sisa gema radiasi dentuman dari ledakan
tersebut. Sungguh menakjubkan karena sisa-sisa gema dentuman tersebut masih ada meskipun
proses-proses pendinginan dari dentuman besar tersebut telah berlangsung selama 15 miliar
tahun. Sisa-sisa radiasi gema tersebut dapat ditemukan pada suhu 5 kelvin. Kemudian teori Big
Bang pun diterima oleh berbagai kalangan di seluruh dunia.

b. Menurut Al Quran
Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al Anbiya
ayat 30.
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan
dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?

Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi dahulunya merupakan satu kesatuan
yang padu.

Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya
dan kepada bumi, Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa. Keduanya menjawab, Kami datang dengan suka hati
Maka Dia menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya` ( Fushshilat 11-12)
Surat ini menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang
dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama
penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-
bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al Araf ayat 54, alam semesta ini
diciptakan selama 6 masa.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menu-
runkan air dari langit.
Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah
matinya.. (QS`An Nahl ; 65). Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ? Padahal waktu itu
belum ada awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air.
Maka satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari Arasynya Allah.
Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di
bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.( QS Al- Muminun ; 18 )
Perhatikan kalimat lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi , ini menerangkan bahwa air
bukanlah pemukim asli bumi tetapi pendatang (alien).
.Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam (
QS Tha Ha ; 53)
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air (QS An Nur ; 45).
Ketiga ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke
bumi, maka sebelum Allah ciptakan hewan , tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah
tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang
menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan, baik burung
maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.
Misteri berikutnya adalah dikatakan dalam Al Quran bahwa langit dan bumi dulunya adalah
suatu yang padu. Jadi bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
kami pisahkan antara keduanya. ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
Selanjutnya Allah swt katakan menciptakan langit dari asap (lihat kembali surat Al Fushilat
ayat 11). Bumi, sebelum Allah swt hidupkan dengan menurunkan air dari langit, pada mulanya
adalah sebuah bola api yang sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui hal tersebut. Tetapi
tanpa perlu pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung lumpur dan lahar yang
sangat panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas, seperti sebatang besi yang membara
misalnya, apabila disiram air akan menyebabkan munculnya asap dan uap air. Demikian juga
dengan bola panas bumi pada waktu air diturunkan maka dia mengeluarkan asap dan uap air.
Apa bedanya asap dengan uap air ? Asap bersifat adhesive (mengikat) sedangkan uap bersifat
kohesip (tidak mengikat). Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt ciptakan menjadi langit
yang tujuh lapis. Kemudian dalam tempurung langit yang pertama Allah ciptakan bintang-
bintang. Darimana Allah swt ciptakan bintang-bintang. Wallahu alam, tidak ada penjelasan
dalam Al Quran. Allah swt Kuasa menciptakan segala sesuatunya dari yang tiada menjadi ada.

3. Karakteristik Integral Alam Semesta
a. Terbatas, segala sesuatu yang dapat tertangkap oleh indera, ruang dan waktunya terbatas.
b. Berubah, segala sesuatu berubah tidak tahan lama, segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh
indera, keadaannya tidak akan berhenti, kalau tidak berkembang, ya rusak.
c. Ditentukan.
d. Bergantung.
e. Relative.

4. Tujuan Penciptaan Alam
Pada hakekatnya segala sesuatu yang tercipta, benda hidup maupun mati, nyata ataupun
tidak, semuanya adalah milik Allah semata yang pada akhirnya semuanya akan kembali kepada-
Nya. Baik secara suka atau terpaksa, segala alam yang ada itu menjadi tunduk dan patuh pada
hukum dan ketetapan Allah.
Hanya karena sifat kasih dan saying dari Allah maka manusia yangi ciptakan adalah diberi
tugas sebagai kholifah di bumi ini bertugas untuk megelola, membudayakan, memanfaatkan dan
melestarikan alam. Tugas tersebut diberikan kepada manusia karena Allah menciptakn manusia
sebagai makhluk yang terbaik, seperti yang disebutkan dalam surat At Tiin ayat 4. Manusia di
dalam kehidupannya di dunia dibekali oleh Allah dengan potensi dasar. Potensi dasar itu dapat
nampak dan dilihat dalam jiwa, raga, tubuh, dan ruh.
Dari potensi dasar manusia yang berupa akal yang bias melahirkan daya berfikir dan daya
nalar, akhirnya manusia dapat menundukkan, menguasai, dan memanfaatkan alam. Dengan
akal itu pula manusia dapat mengamati, meneliti, menganalisis gejala-gejala alam yang timbul,
dan menguasai rahasia-rahasianya. Sehingga pada puncak penelitian dan penemuannya itu,
akan wujud dan keagungan Allah sebagai penciptanya.
Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan
dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan.
Tujuan alam diciptakan juga bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan
tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya
alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih
mendekatkan diri pada Allah.


B. MEKANISME ALAM (SUNNATULLAH)

Mekanisme alam atau sunnatullah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah
demi keteraturan, keserasian, dan keharmonisan alam jagat raya ini serta kesejahteraan
manusia yang hidup di dunia ini. Atau dengan kata lain, sunnatullah dapat diartikan sebagai
hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya ini atau biasa disebut sebagai hukum alam.
Hukum-hukum Allah diantaranya ada hukum yang berkaitan dengan alam raya dan ada pula
hukum yang berkaitan dengan manusia. Kalau hukum Allah yang berlaku bagi manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, disebut sunnatullah, kalau hukum yang berlaku antara manusia
dengan alam disebut dengan takdir.

Ada tiga sifat utama sunnatullah yang diterangkan dalam Al Quran, yaitu
1.Exact (pasti) dalam surat Al Furqan : 2, At Tholaq : 3,
2.Immutable, dalam surat Al Israa : 77, Al Anam : 115,
3.Objective, dalam surat Al Anbiya : 105.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah, maka segala sesuatu
yang ada di alam ini Allah yang mengatur semuanya dan Allah juga yang berkehendak untuk
menetapkan semua yang ada di alam semesta ini. Sunnah/ketetapan Allah antara lain sebagai
berikut :
1. Selalu ada dua kondisi saling ekstrim (surga-neraka, baik-buruk, benar-salah)
2. Segala sesuatu diciptakan saling berpasangan, saling cocok atupun saling bertolakan
3. Selalu terjadi pergantian dan perubahan dari suatu kondisi yang saling berbeda
4. Perubahan, penciptaan, maupun penghancuran selalu melewati suatu proses
5. Alam diciptakn dengan keteraturan
6. Alam diciptakan dalam keadaan seimbang
7. Alam diciptakan terus berkembang
8. Setiap terjadi kerusakn di alam manusia, Allah mengutus seseorang untuk memberi peringatan
atau memperbaiki kerusakan tersebut.
Pada intinya, Allah menciptakan alm semesta beserta isinya dilengkapi dengan hukum-
hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka alam akan hancur. Itulah
hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi sebagai Sang Pencipta,
Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.




C. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM SEMESTA
1. Hubungan Historis
Asal usul manusia dikaitkan dengan keberadaan alam semesta ini dilandaskan pada adanya
persamaan bentuk morfologis dan fisiologis (dan alas an yang bersifat ideologis). Pada abad ke
19 muncul suatu pemahaman asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata. Penciptaan
manusia pada awal kehidupan dari Ramapithecus-oseopithecus-Australopithecus-
Pitecanthropus Erectus-Neandertal-Homo Sapien yang kini dikenal sebagai manusia modern
seperti sekarang ini. Dari evolusi awal terciptanya manusia yang rumit inilah ada hubungan
historis/sejarah antara manusia dan alam semesta.
Kerumitan yang ada pada persoalan asal usul manusia hamper sama dengan kerumitan asal
usul alam semesta. Apalagi jika dihubungkan bahwa evolusi manusia dahulu sampai sekarang
sesungguhnya menyangkut perubahan gejala-gejala jagat raya/alam meliputi tingkah laku,
unsure, atom, dan elemen. Dari hal itulah terdapat hubungan historis antara manusia dan alam
semesta.

2. Hubungan Fungsional
Proses penciptaan manusia adalah integral dari alam semesta. Dalam sisitem kosmos,
manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki
keunggulan dalam system kesadaran, maka alam semesta menjadi obyek yang penting dalam
kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan pengetahuan terhadap alam dan teknologi yang
diterapkannya, menempatkan alam semesta dalam posisi sebagai sumber kehidupan yang tidak
terbatas bagi manusia. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin teraasa
hubungan antara fungsi manusia dan fungsi alam.
Salah satu teori yang menunjukkan hubungan antara manusia dengan alam adalah teori
anthroposentris yang menyebutkan bahwa manusia menjadi pusat alam. Maksudnya semua
yang ada di alam adalah untuk manusia, seperti firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 29
yang artinya : Dan Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.
Menurut pandangan Islam, manusia ditempatkan sebagai rahmat bagi alam. Seperti
disebutkan dalm Q.S. Al Anbiya ayat 107 yang artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu
melainkan sebagai rahmat seluruh alam.
Pada intinya, alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan segala sesuatu yang
manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya. Alam
diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan yang
dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan mengetahui
tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.

D. KESIMPULAN
1. Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain
Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri
manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius dan
dapat dicapai oleh indera manusia yang merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak
dan perhatian Allah.
2. Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar.
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta.
3. Al Quran menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang
dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama
penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-
bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al Araf ayat 54, alam semesta ini
diciptakan selama 6 masa.
4. Karakteristik integral alam ada 5, yaitu terbatas, berubah, tergantung, ditentukan, dan relative.
5. Tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi
adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan
juga bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk
dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan
hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada
Allah.
6. Mekanisme Alam (Sunnatullah) adalah ketentuan-ketentuan Allah sebagai hukum yang
mengatur alam semesta ini beserta isinya. Allah menciptakan alm semesta beserta isinya
dilengkapi dengan hukum-hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka
alam akan hancur. Itulah hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi
sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.
7. Hubungan histories manusia dan alam semesta adalah terletak pada kerumitan proses
permulaan keduanya ada di dunia ini. Alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan
segala sesuatu yang manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga
kelestariannya. Alam diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan
pengetahuan yang dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan
mengetahui tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.



DAFTAR PUSTAKA

DEPAG RI. 2000. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : PT
Bulan Bintang.
DEPAG RI. 2001. Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Direktorat
Perguruan Tinggi Agama Islam, DEPAG.
Endratno, Hemin. 2005. Diklat Ajar Studi Islam 3.









Penciptaan Alam Semesta Menurut al-Quran
Rabu, 2013 September 18 15:44

Tweet itDigg itGoogle


Para ilmuwan sejak dulu senantiasa ingin mengetahui jenis partikel yang membentuk matahari,
bulan, bintang-bintang dan bumi. Metode alamiah yang terlintas di pikiran mereka adalah
berusaha untuk menyingkap bagian-bagian materi yang membentuk alam semesta. Mereka
percaya bahwa dengan memisahkan unsur-unsur pembentuk sesuatu, pada akhirnya dapat
diketahui sebuah partikel yang menjadi unsur pertama pembentuk sesuatu tersebut.

Oleh karena itu, kita menyaksikan bahwa para ilmuwan kuno menganggap air, udara, api dan
tanah sebagai unsur pertama terbentuknya alam semesta dan beberapa yang lain berbicara
tentang keberadaan sebuah unsur yang penuh teka-teki dan mereka menyebutnya sebagai
rahasia penciptaan alam. Unsur yang penuh teka-teki itu sekarang dikenal sebagai atom dan
kemudian para ilmuwan menyingkapnya melalui eksperimen di laboratorium-laboratorium riset.
Atom tersusun dari inti atom dan itu dikenal sebagai partikel pertama penciptaan.

Kitab suci al-Quran dalam sejumlah ayatnya, menyinggung fenomena-fenomena yang menyita
pikiran dan menakjubkan seperti penciptaan. Proses penciptaan alam semesta dan dunia serta
tahapan-tahapannya, dapat ditemukan secara acak di berbagai ayat al-Quran. Di ayat-ayat itu,
kadang asap (Dukhan) atau air disebutkan sebagai partikel dasar terbentuknya langit dan bumi.
Abdul Ghani Khatib dalam sebuah bukunya menulis, "Tuhan pertama kali menciptakan air dan
bersamanya ia ciptakan unsur-unsur lain. Kemudian ia hembuskan suhu yang sangat panas
sehingga keluar uap darinya... uap itu seperti asap, tebal dan pekat. Kemudian Tuhan mengubah
asap itu menjadi padat dan menjadikannya bentuk yang berbeda."

Berkenaan dengan penciptaan alam semesta, Imam Muhammad al-Baqir as mengatakan,
"Semua yang ada adalah air dan Arsh Tuhan berada di atasnya, kemudian Tuhan menciptakan
sebuah ledakan di air dan setelah itu, ia memadamkan bara dan lidahnya dan kemudian muncul
asap yang menjadi materi terbentuknya langit." (Tafsir Nur al-Tsaqalain, jil 4, hal 540)

Al-Quran dalam surat Fussilat ayat 11, menyinggung masalah penciptaan langit dari asap dan
berfirman, "Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka
hati".

Seorang mufassir besar Islam, Ayatullah Makarim Shirazi ketika menafsirkan ayat 11 surat
Fussilat, menulis, "Kalimat (langit itu masih merupakan asap) menunjukkan bahwa penciptaan
langit dimulai dari tumpukan dan gumpalan asap yang sangat besar dan ini sepenuhnya sesuai
dengan riset terbaru tentang dimulainya penciptaan. Sekarang, kebanyakan bintang juga dalam
bentuk tumpukan gas dan asap yang padat." (Tafsir Nemune, jil 20, hal 228)

Beberapa mufassir dengan memperhatikan ayat 27-32 surat an-Nazi'at, meyakini bahwa langit
diciptakan sebelum bumi dan setelah itu barulah muncul air, tumbuh-tumbuhan dan gunung-
gunung. Tahapan tersebut sesuai dengan penegasan sains modern." Dalam surat an-Nazi'at
ayat 27-32 disebutkan, "Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah
membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan
malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu
dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-
tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh."

Seorang fisikawan Rusia, George Gamow juga menganggap asap sebagai partikel pertama
terbentuknya bintang-bintang dan mengatakan, "Sebuah argumentasi astronomi mengantarkan
kita pada realita ini bahwa bintang-bintang langit yang tak terhitung jumlahnya memiliki awal dan
semua mereka muncul dari asap yang sangat panas."

Menurut lahiriyah ayat-ayat al-Quran dapat disimpulkan bahwa langit dan bumi muncul setelah
sebuah fase yang disebut asap oleh al-Quran. Dan sebelum asap, ada sebuah fase lain di mana
air terkadang memainkan peran penting di dalamnya. Beberapa pakar tafsir menerjemahkan
kata "Ma'" terkait penciptaan alam dengan air. Tapi, beberapa yang lain menganggapnya
sebagai benda cair dan panas, di mana berbagai jenis gas yang panas dan pekat keluar dari
benda itu. Kemudian gas tersebut menjadi padat dan beku dan begitulah munculnya bumi,
bintang-bintang dan planet-planet.

Ulasan ini paling tidak sejalan dengan Teori Ledakan Besar (Bing Bang Theory). Akan tetapi,
mengingat ada beragam teori tentang penciptaan alam semesta dan sampai sekarang belum
satu pun terbukti dengan pasti, maka hipotesa-hipotesa tersebut tidak bisa disandarkan pada al-
Quran.

Teori Ledakan Besar mengungkapkan bahwa alam semesta termasuk bumi dan isinya itu
terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini menyatakan adanya "awal atau permulaan" pada
alam semesta, yang disebabkan oleh Big Bang. Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam
semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus
hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta
bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu
terjadinya Big Bang tersebut.

Salah satu bukti yang menunjukkan alam semesta berasal dari sebuah ledakan besar adalah
terdapatnya kandungan Hidrogen dan Helium yang tersebar di seluruh jagat raya. Jika alam
semesta tidak memiliki awal, seharusnya Hidrogen telah menghilang dari alam semesta ini
diakibatkan perubahan atom Hidrogen menjadi atom Helium. Ini bukti yang ditemukan dari
penelitian yang panjang. Akhirnya, para ilmuwan di dunia mengakui kebenaran bahwa alam
semesta lahir dari sebuah ledakan besar yang tentu saja diciptakan keberadaannya. Namun, jika
kita ingin melihat jauh sebelum Big Bang, apa yang harus kita lalukan? Apa yang terjadi sebelum
Big Bang? Kekuatan apa yang telah menciptakan itu semua?

Al-Quran dalam berbagai ayatnya, tidak hanya menyinggung partikel-partikel yang membentuk
kehidupan dan penciptaan, tapi juga menjelaskan bagaimana alam semesta itu terbentuk dan
masanya. Pada ayat 9-12 surat Fussilat, al-Quran memaparkan secara global tentang enam
tahapan dari tahap-tahap penciptaan alam semesta. Dua tahap untuk penciptaan langit, dua
tahap untuk penciptaan bumi dan dua tahap untuk penciptaan apa yang ada di antara langit dan
bumi. Namun, ayat-ayat tersebut tidak menyinggung proses detail dan waktu yang dibutuhkan
untuk setiap tahap.

Ayat-ayat tersebut berbunyi, "Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat)
demikian itu adalah Rabb semesta alam". Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang
kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,
lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka
Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami
memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui."

Mengenai enam tahapan penciptaan tersebut, Ayatullah Makarim Shirazi menjelaskan, "Tahap
pertama adalah tahap di mana alam semesta berbentuk gumpalan asap. Tahap kedua adalah
fase di mana tumpukan-tumpukan besar dari gumpalan asap tersebut mulai terpisah dan
berputar pada poros inti gumpalan. Pada tahap ketiga, tata surya termasuk matahari dan bumi,
mulai terbentuk dan pada tahap keempat, bumi mulai dingin dan siap menyambut kehidupan.
Pada tahap kelima, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan mulai tumbuh di bumi. Dan pada tahap
keenam, hewan dan manusia mulai tampak di bumi." (Tafsir Nemune, jil 6, hal 202)(IRIB
Indonesia)



























SITI NURJANAH *) ; ISLAM DAN ALAM SEMESTA
2 Juli 2013, Administrator
Manusia dan alam sekitarnya sebagai makhluk Tuhan secara keseluruhan merupakan penyebab utama
terjadinya berbagai macam perubahan sistem kehidupan tetapi semenjak dahulu kala, kecuali manusia, makhluk
hidup yang lain itu menjadi penyebab timbulnya perubahan secara alami yang bercirikan keajegan,
keseimbangan dan keselarasan. Sedangkan manusia mempunyai potensi dan kemampuan untuk merubahnya
secara berbeda karena perkembangan ilmu dan teknologi yang dikuasai khususnya, serta perkembangan
kebudayaan pada umumnya. (Moh. Soerjani, et.all. 1987:12)

Manusia dalam Al-Qur'an menurut Dirk Bakker adalah ciptaan dan Tuhan adalah penciptanya (Dirk Bakker,
1965:12), manusia adalah makhluk istimewa karena dapat mengikuti tuntunan akal dalam hal-hal yang
diketahui tuntunan iman dalam hal-hal yang tidak diketahuinya. (Bint. Al-Syayuthi, 1966:35)

Mengenai penciptaan alam semesta, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an, surat Ali Imran; 190-191,
memberikan informasi tentang penciptaan, struktur, dan perkembangan (evolusi) alam semesta adalah salah
satu hal untuk mengingat kekuasaan Allah. Sehingga ada 4 karakter dalam diri seorang muslim yang berpikir
(ulil albab):
1. Mereka yang senantiasa mengingat Allah sambil berdiri, duduk, maupun berbaring (dalam segala
aktivitasnya);
2. Dan selalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (tak henti menelaah fenomena alam);
3. (bila dijumpainya suatu kekaguman mereka berkata:) "Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan semua ini
sia-sia. Maha Suci Engkau.";
4. (dan dengan kesadaran bahwa pengembaraan intelektualnya mungkin sesat, mereka senantiasa
memohon kepada Allah:) "Dan jauhkanlah kami dari siksa neraka".
Kemudian alam semesta bermula juga diterangkan dalam Al-Qur'an dengan menggambarkan tentang penegasan
kepada orang kafir yang tetap tidak mau beriman bahwa antara langut dan bumi adalah suatu yang padu, lalu
Allah memisahkan antara keduanya. Dan dari air Allah menjadikan segala sesuatu yang hidup (Al-Qur'an, Surat
Al-Anbiya' : 30). Al-Quran menyatakan alam semesta datang dari satu sumber materi dan energi, dan kemudian
Allah mengembangkannya. Islam mengakui konsep singulariti alam semesta (teori Big Bang).

Al-Qur'an secara jelas menyebutkan bahwa alam semesta ini mengembang. Alam semesta ini dinamik dengan
segala konsekuensinya. Konsep alam semesta mengembang adalah salah satu konsep fundamental dalam
Kosmologi Modern. Pengembangan alam semesta dibuktikan oleh Allah dengan tanda-tanda kekuasaanNya yaitu
dengan menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan
Dia mengumpulkan semuanya apabila dikehendakiNya.(Al-Qur'an, Surat Al-Syura : 29) Banyaknya planet di alam
semesta ini memungkinkan bahwa kehidupan bisa terjadi tidak hanya di bumi kita. Ayat di tersebut secara
eksplisit menjelaskan bahwa adanya makhluk di langit (di luar bumi) yang berdiam.

Alam semesta ini memang masih lama untuk berakhir menurut prediksi manusia yang memiliki keterbatasan
kemampuan memahami qudrah dan iradah Allah, karena masih mengembang. Tapi, bumi dan tata surya kita
bisa saja lebih hancur jauh lebih dahulu daripada Alam Semesta. Namun Allah mempertegas bahwa pasti akan
terjadi akhir alam semesta yang juga dibicarakan dalam Al-Qur'an, dengan mengetengahkan betapa dahsyatnya
ketika alam semesta berakhir yang lazim disebut dengan kiamat. Peristiwa tersebut mengindikasikan bahwa
langit dan bumi kembali menjadi satu. Demikian juga Al-Qur'an bercerita tentang matahari membengkak sampai
menjadi merah dengan temperatur yang luar biasa panasnya. Saking panasnya sehingga semua air yang ada di
bumi menggelegak dan menguap. Inilah salah satu proses evolusi bintang, dan matahari kita adalah seperti
bintang biasa yang pasti akan mengalami proses mati (Al-Qur'an, Surat Al-Qiyamah : 8-9)

Menurut Ian Richard Netton dalam buku Mulyadhi Kartanegara, bahwa Kosmologi sesuai dengan namanya,
adalah ilmu yang menyelidiki dan mempelajari kosmos (alam semesta) yana biasanya didefinisikan sebagai
segala sesuatu selain Tuhan Yang Maha Esa. Berbeda dengan kosmologi modern/barat, kosmologi dalam Islam
berbicara bukan hanya satu tatanan kosmos yaitu tatanan fisik tetapi juga meliputi tatanan dunia lain yang non
fisik. Penelitian kosmologi biasanya diarahkan pada teori penciptaan alam semesta. Pertanyaan bagaimana alam
semesta yang beraneka ragam ini berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, padahal ada diktum filosofis yang
menyatakan bahwa dari yang satu hanya akan lahir satu juga, adalah pernyataan fundamental dalam kosmologi
yang telah mengisi benak para filosof muslim. Penelitian ini telah melahirkan berbagai teori penciptaan,
khususnya teori emanasi (faydh) dan telah diabadikan dalam berbagai karya filosof mereka. (Mulyadhi
Kartanegara, 2006:158-159)

Secara mendasar, kaum muslimin dibimbing oleh ajaran-ajaran Wahyu. Kepercayaan pada kesatuan seluruh
fenomena seperti yang ditunjukkan dalam Al-Qur'an, bersama dengan klasifikasi sains seperti filosofis,
mendorong penelitian kosmologis yang secara keseluruhan, mencerminkan luasnya pendekatan. Pada satu sisi
terdapat spekulasi metafisika dan mistis yang melampaui benda-benda yang dapat diungkap melalui pengamatan
langsung atau pengujian rasional murni. Di sisi lain terdapat pengamatan astronomi langsung dan analisis
tentang fenomena yang diamati. Hakikat Fisika adalah ayat-ayat Allah (sunatullah, fenomena alam) yang dapat
dimengerti oleh Sains. Sementara sains itu sendiri adalah ilmu pengetahuan dasar yang diperoleh dari logika dan
pendekatan ilmiah.

Hubungan antara Fisika dan Sains tidak perlu lagi dipertanyakan. Yang menarik adalah hubungan Sains dengan
Teologi: Kosmologi Islam menjadi contoh yang sangat bagus untuk menggambarkan hubungan harmonis
diantara mereka berdua: bagaimana sains membantu memahami Al-Quran, dan bagaimana Al-Quran menjadi
literatur utama sains.

Dalam menggali kosmologi Islam mistik, seseorang harus terbiasa dengan kejadian-kejadian dan keadaan-
keadaan eksistensi yang sering dikemukakan dalam istilah-istilah abstrak seperti wujud murni, hakiki, dan
realitas absolut dan tak terbatas semuanya dengan makna khusus esoteris, dan berdimensi jauh di luar apa yang
dipahami oleh orang Barat saat ini dengan ruang, waktu, dan materi. Apa yang terlihat umum pada sebagian
besar kosmologi dari masa pramodern adalah kepedulian filosofis yang bersifat sentral terhadap pendefinisian
letak manusia, yamg sama-sama dipahami sebagai mikrokosmos, di dalam alam semesta yang serba
mencakup, atau makrokosmos. Lebih jauh lagi, kosmologi pada intinya memasukkan sebab spiritual dan tujuan
utama.( Seyyed Hossein Nasr, 1978:75)

Al-Qur'an melukiskan alam sebagai makhluk yang pada intinya merupakan ciptaan Tuhan yang menyelubungi
dan sekaligus menyingkap keagungan Tuhan. Bentuk-bentuk alam merupakan manifestasi kekuasannya, tak
terbilang kayanya yang menyembunyikan berbagai qudrah ilahiyah, tetapi pada saat yang sama juga
menyibakkan kualitas-kualitas " (qudrah) itu bagi mereka yang mata hatinya belum dibutakan oleh kesombongan
dan jiwa yang penuh nafsu (al-nafs-al-amarah).
Sesungguhnya Al-Qur?an menempati posisi yang amat sentral dalam pandangan hidup seorang muslim namun
demikian pedoman hidup yang termuat dalam Al-Qur'an hanyalah akan dapat dimengerti dan dipedomani jika
ada upaya untuk berpikir betapa pentingnya komunikasi antara Al-Qur'an dan akal secara terus-menerus.
Dengan adanya komunikasi itu maka Al-Qur'an sebagai pedoman hidup dapat dimengerti dan dihayati serta
dapat dijadikan pedoman dalam menghadapi berbagai persoalan hidup manusia. Komunikasi itu berarti adanya
hubungan akal dan Al-Qur'an secara fungsional, bukan struktural. Al-Qur'an berfungsi sebagai pedoman dan akal
sebagai sarana untuk memahaminya.

Membicarakan manusia sebagai ciptaan, mau tidak mau akan berhadapan dengan realitas lain yaitu yang
menciptakan manusia. Dalam bahasan agama pada umumnya pencipta itu disebut Tuhan. Oleh karena itu dalam
filsafat juga dikenal adanya filsafat antropologi yang bercorak teologis, yaitu pembahasan manusia yang
didasarkan kepada kitab suci. Membicarakan manusia sebagai ciptaan, mau tidak mau akan berhadapan dengan
realitas lain yaitu yang menciptakan manusia.

Penyelidikan terhadap manusia dan alam sekitarnya yang merupakan ruang lingkup lingkungan hidup sebagai
ciptaan akan memandangnya dari sudut pandangan penciptaannya yaitu Tuhan dan manusia serta alam
sekitarnya sebagai ciptaan. Manusia sebagai khalifah mempunyai kedudukan yang teramat istimewa, baik
potensinya maupun kedudukannya di alam semesta dari makhluk lainnya.

Memahami hubungan Tuhan, manusia, dan alam seperti dijelaskan Ismail Razi al-Faruqi (1982:12-14) tidak
terlepas dari doktrin tauhid yang memiliki tiga prinsip, pertama, dualitas yang menjelaskan bahwa realitas hanya
terdiri dari dua jenis, Khaliq dan makhluq. Khaliq yaitu Allah sebagai pecipta, penguasa, dan pemelihara alam
jagat raya ini. Sedangkan makhluk adalah yang diciptakan. Manusia sebagai bagian dari mahluknya, tidak
mungkin akan menjadi pencipta yang dapat menguasai makhluk lainnya secara absolut, ia harus tunduk pada
ketentuan khaliq. Kedua, ideasional yang mempunyai pengertian bahwa meskipun terjadi pemisahan antara
khaliq dan makhluq namun hanya bersifat ontologism. Di antara keduanya ada hubungan ideasional yang
memungkinkan manusia dapat memahaminya, bukan dalam pengertian materi, tetapi hasil ciptaanNya yang di
dalamnya terdapat ketentuan ketentuan yang aksiomatis berupa hukum alam (sunnatullah). Ketiga, teologi yang
berarti bahwa pemahaman manusia yang ada dalam kerangka relasi-relasi ideasional bukan bersifat psotifistik
atau metaerialistik, tetapi bersifat teologis yaitu mempunyai tujuan, melayani penciptanya, dan melakukan hal itu
berdasarkan rancangan yang jelas.

Di abad ke-20 unsur- unsur ini sama sekali telah menghilang dari pencarian ilmiah. Namun di abad Pertengahan
atau Islam 'klasik' seperti pada masyarakat yang di dominasi iman sebelum dan sesudahnya, konsep spiritual dan
metafisika memberikan rangsangan dan titik tolak untuk spekulasi yang tidak berseberangan dengan eksperimen
praktis dan karenanya bukan tidak relevan dengan upaya ilmiah.

Tenaga pembimbing dari Wahyu, dengan pandangan transendennya terhadap seluruh ciptaan, tidak
menghalangi kosmolog muslim dalam mengembangkan sejumlah sistem yang berbeda untuk menjelaskan sifat
dan karya alam semesta. Secara khusus, mereka berpusat terutama pada apa yang akhirnya dikenalkan sebagai
mekanika benda-benda angkasa. Dalam hal ini mereka sangat dipengaruhi oleh Al-Majisti (himpunan besar),
naskah astronomi yang sangat berpengaruh karya orang mesir-Helenis abad kedua Ptomeleus. Karya ini
sebagian didasarkan pada kosmos Aritoteles yang berpusat pada bumi, dan konsep matematis dari pergerakan
planet dalam sfera mendominasi pandangan astronom Muslim selama berabad-abad.

Penelitian kosmologi lainnya diarahkan pada entiles-entiles immaterial yang memancar dari Tuhan, dan telah
menjadi perantara antara Tuhan dan alam fisik (materil). Dari sinilah muncul kajian-kajian terhadap berbagai
jenis entiles metafisik yang immaterial yang disebut akal-akal ('uqul) yang dalam bahasa agama disebut
malaikat. Dari sini muncullah cabang ilmu metafisik khusus yang disebut angelology. Disini dapat dilihat misalnya
menemukan hirarki para malaikat atau akal dalam teori emanasi mereka. Sesuai dengan perkembangan ilmiah
yang berlaku pada saat itu, maka terdapat sepuluh akal-akal samawi, dari akal 1-10, dan dari akal 10, yang
biasa disebut akal aktif (malaikat jibril), muncullah alam fisik, termasuk bumi yang dihuni ini. Diselidiki juga disini
bagaimana proses formasi alam fisik ini dari akal aktif ini, dalam kaitannya dengan alam fisik adalah pemberian
bentuk (wahib al-shuwar),yang tugasnya adalah memberi bentuk pada alam fisik yang pada saat itu masih
berupa potensi materi. Dan kombinasi antara bentuk dan materi inilah yang bertanggung jawab atas formasi
alam fisik.

Dalam satu pengertian alam mengambil bagian dalam wahyu Al-Qur'an yang berbicara kepada bentuk-bentuk
alam sebagaimana kepada manusia. Dan dalam ayat-ayat tertentu lainnya, Tuhan menjadikan anggota-anggota
non manusia dari ciptaannya. Al-Qur'an tidak menarik garis pemisah yang jelas baik antara yang natural dan
yang supranatural, maupun antara dunia manusia dan dunia alam ?.

Akhirnya, konsep-konsep astronomi yang lebih spesifik tentang kosmos pun berkembang. Kaum Muslimin
berupaya untuk menyatukan model ptolemeus tentang kosmos dengan persamaan matematika yang
menggambarkan kosmos sesuai dengan apa yang mereka akhirnya pahami sebagai posisi dan pergerakan aktual
dari benda-benda langit. Perubahan teori sistem planet ini merupakan salah satu keberhasilan ilmiah muslim
dalam astronomi. Suatu bagian vital lain dari warisan Timur dan klasik yang siap digunakan yang oleh Kaum
Muslimin diutamakan dan segera ditingkatkan secara signifikan: matematika, alat bahasa fundamental dari
penelitian ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai