Anda di halaman 1dari 5

Lulusan SMA/MA/SMK dan sederajat semua jurusan tahun 2012, 2013, dan 2014.

Sehat jasmani & rohani dan bebas narkoba, serta tidak buta warna pada prodi D3 Teknik
Kimia dan D3 Teknik Elektro.


3.5 JUMLAH MAHASISWA DAN SISTEM REKRUTMEN
Pertambahan jumlah mahasiswa tiap tahunnya memang tak bisa dikatakan signifikan. Namun
dampak yang dihasilkan cukup berpengaruh pada kegiatan pembelajaran. Jumlah mahasiswa
yang besar nyatanya tak sebanding dengan fasilitas dan jumlah dosen yang tersedia. Sehingga
sering kali pembelajaran tidak bisa berlangsung maksimal.

Pertama, masalah muncul dari fasilitas yang tersedia. Pertambahan jumlah mahasiswa mestinya
juga diimbangi dengan pertambahan jumlah fasilitas. Utamanya pada sektor ruang kelas. Namun,
kenyataannya tidak demikian, jumlah ruangan yang ada tidak sebanding dengan jumlah
mahasiswanya.

Akibat yang terjadi, jumlah mahasiswa dalam satu kelas terlalu banyak. Idealnya, dalam satu
kelas hanya terdapat sekitar 30 mahasiswa. Namun, di beberapa jurusan dalam satu kelas
terdapat sekitar 40 hingga 50 mahasiswa. Dengan jumlah tersebut, tentunya akan membuat
pembelajaran tidak bisa berlangsung kondusif.

Pembantu Rektor II, Ir Muhammad Faqih MSA PhD secara langsung mengakui hal itu.
Menurutnya, kampus ITS yang memang didesain untuk 10 ribu mahasiswa saat ini sudah dihuni
oleh 18 ribu mahasiswa. Akibatnya, beberapa kekurangan juga masih sering terlihat di sana sini.

Untuk sementara, solusi yang diterapkan ITS yakni dengan menambah jam kerja tiap dosen.
Karena itu, masih sering terlihat di beberapa jurusan kuliah jam kuliah berlangsung hingga
malam hari. Cara lain yaitu dengan memaksimalkan ruangan-ruangan kosong yang saat itu tidak
digunakan untuk pembelajaran.

Sebenarnya, ITS juga tak henti-hentinya mengusahakan untuk menambah beberapa gedung
sebagai tempat pembelajaran dan penelitian. Contoh, pembangunan gedung 11 lantai di dekat
Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) yang akan digunakan sebagai gedung research center. Pun
yang terlihat di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Gedung 11 lantai
itu juga sudah dalam pembangunan.
Untuk system rekrutmen its mempunya cara tersendiri yaitu:
1. SNMPTN: Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
2. SBMPTN: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
3. PKM: Program Kemitraan dan Mandiri
Selain melalui 3 (tiga) jalur penerimaan tersebut di atas, ITS juga menyelenggarakan seleksi
masuk calon mahasiswa baru Program Studi Desain Produk Industri melalui seleksi tersendiri
oleh ITS dalam Ujian Masuk Desain Produk Industri (UMDESAIN).
JALUR SNMPTN
Pada jalur SNMPTN, semua program studi di ITS hanya menerima pendaftar dari
SMA/MA/SMK sejenis jurusan EKSAKTA atau IPA. Jalur SNMPTN adalah pola seleksi
tanpa ujian tulis, dimana seleksi akan dilakukan berdasarkan nilai rapor yang telah
diisikan dalam PDSS (Pangkalan Data Sekolah dan Siswa). Biaya seleksi untuk jalur
SNMPTN ditanggung oleh Pemerintah. Kuota penerimaan mahasiswa baru melalui Jalur
SNMPTN minimal sebesar 50 persen.
JALUR SBMPTN
Jalur SBMPTN adalah pola seleksi yang menggunakan ujian tulis dan atau ketrampilan.
Jalur SBMPTN diperuntukkan bagi lulusan SMA/MA/SMK sejenis yang berasal dari
seluruh Indonesia serta lulus tahun 2012, 2013, dan 2014. Jalur SBMPTN dibuka untuk
semua program studi yang diselenggarakan oleh ITS, kecuali Program Studi Desain
Produk Industri. Pada jalur SBMPTN, ITS dapat menerima calon mahasiswa baru dari
program NON EKSAKTA untuk Program Studi Manajemen Bisnis, Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota, Program Studi Sistem Informasi, dan Program Studi
Desain Interior, namun pada saat mengikuti ujian tulis SBMPTN harus mengikuti
kelompok ujian EKSAKTA. Kuota penerimaan mahasiswa baru melalui Jalur SBMPTN
minimal sebesar 30 persen.
JALUR PKM
Penerimaan mahasiswa baru ITS jalur PKM menggunakan skor hasil ujian SBMPTN.
Berkenaan dengan hal tersebut, calon peserta PKM wajib mengikuti ujian masuk melalui
SBMPTN dan atau ujian masuk Desain Produk Industri (UMDESAIN) bagi yang
memilih Program Studi Desain Produk Industri. Kuota penerimaan mahasiswa baru
melalui Jalur PKM maksimal sebesar 20 persen.





















SEJARAH SINGKAT INSTITUT TEKNOLOGI
SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Pada tahun 1957 PII Cabang Jawa Timur mengadakan lustrum pertama dan gagasan mendirikan
lembaga pendidikan tinggi kembali dilontarkan. Sebagai hasilnya, dr. Angka Nitisastro, seorang
dokter umum, bersama dengan insinyur-insinyur PII cabang Jawa Timur memutuskan untuk
mewujudkan berdirinya sebuah Yayasan Perguruan Tinggi Teknik.
Beberapa alasan pokok pendirian yayasan tersebut antara lain:
Lahan Indonesia yang luas dan memiliki kekayaan hasil alam yang melimpah dan belum
dimanfaatkan
Kebutuhan akan tenaga insinyur sekitar 7000 untuk melaksanakan program-program
pembangunan dan industri di dalam negeri.
Melihat perbandingan dengan jumlah insinyur di negara maju dan berkembang lainnya
yang jauh perbedaannya.
17 Agustus 1957. Yayasan Perguruan Tinggi Teknik (YPTT) secara resmi berdiri dan diketuai
oleh dr. Angka Nitisastro. Yayasan tersebut dibentuk sebagai wadah untuk memikirkan tindakan-
tindakan lebih lanjut dan memperbincangkan sedalam-dalamnya segala konsekuensi yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam rangka membulatkan tekad mendirikan sebuah
Perguruan Tinggi Teknik di kota Surabaya.
10 Nopember 1957. Yayasan mendirikan Perguruan Tinggi Teknik 10 Nopember Surabaya
yang diresmikan oleh Presiden Soekarno. Perguruan Tinggi Teknik 10 Nopember Surabaya
hanya memiliki dua jurusan yaitu, Jurusan Teknik Sipil dan Jurusan Teknik Mesin.
Setelah beberapa tahun melalui usaha-usaha yang dirintis oleh tokoh-tokoh dari YPTT,
Perguruan Tinggi Teknik 10 Nopember diubah statusnya menjadi Perguruan Tinggi Negeri
dengan nama: Institut Teknologi Sepuluh Nopember di Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya yang semula memiliki 2 (dua) jurusan yaitu Teknik Sipil dan Teknik Mesin
berubah menjadi lima yaitu: Teknik Sipil, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Perkapalan,
dan Teknik Kimia.
PERKEMBANGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER SURABAYA
1961. Jurusan-jurusan kemudian berubah menjadi fakultas. Kemudian dengan peraturan
pemerintah No. 9 tahun 1961 (ditetapkan kemudian pada tanggal 23 Maret 1961) ditetapkan
bahwa Dies Natalis Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang pertama adalah tanggal 10
Nopember 1960.
1965. Berdasarkan SK Menteri No. 72 tahun 1965, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya (ITS) membuka dua fakultas baru, yaitu, Fakultas Teknik Arsitektur dan Fakultas Ilmu
Pasti dan Ilmu Alam. Dengan demikian sejak saat itu, ITS mempunyai tujuh fakultas yang
tersebar di beberapa tempat, yaitu: Jl. Simpang Dukuh 11, Jl. Ketabang Kali 2F, Jl. Baliwerti
119-121, Jl. Basuki Rahmat 84 sebagai kantor pusat ITS.
Guna mengantisipasi perkembangn lebih lanjut , dan menyatukan tempat-tempat kuliah yang
terpisah tersebut, maka para tokoh YPTT, bersama dengan Bupati Surabaya pada saat itu Raden
Soekarso (1958-1968) mencari lokasi baru untuk pembangunan Kampus ITS di daerah Sukolilo -
Keputih Surabaya dengan luas lahan 172 ha.
1972. Fakultas Teknik Sipil pindah ke Jl.Manyar 8, sehingga ITS semakin terpencar.
1973. Penyusunan rencana induk pengembangan jangka panjang (20 tahun) sebagai pedoman
pengembangan ITS selanjutnya. Rencana Induk Pengembangan ITS menarik perhatian Asian
Development Bank (ADB) yang kemudian menawarkan dana pinjaman sebesar US $ 25 juta
untuk pengembangan empat fakultas, yaitu, Fakultas Teknik Sipil, Fakultas Teknik Mesin,
Fakultas Teknik Elektro, dan Fakultas Teknik Kimia.
1975. Fakultas Teknik Arsitektur pindah ke kampus baru di Jl. Cokroaminoto 12A Surabaya.
Kantor pusat ITS pindah ke alamat yang sama.
1977. Dana dari ADB tersebut sebagian digunakan untuk membangun kampus ITS Sukolilo bagi
empat fakultas tersebut di atas. Pada tahun 1981 pembangunan gedung di kampus Sukolilo
sebagian sudah selesai. Pembangunan kampus Sukolilo tahap I dapat diselesaikan dan
diresmikan penggunaannya pada tanggal 27 Maret 1982.

Anda mungkin juga menyukai