Anda di halaman 1dari 1

Beberapa sel di tubuh kita, memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk

berproliferasi, misalnya sel-sel yang membentuk jaringan kulit dan sumsum tulang
cenderung memiliki kemampuan berproliferasi setiap harinya dibandingkan dengan sel-
sel saraf dan sel jantung yang cenderung hanya memiliki sedikit kemampuan untuk
berproliferasi (Syafriadi, 2008)
Perbedaan proliferasi ini disebabkan oleh pengaturan pada tingkatan molekuler. Pada
tingkatan molekuler, pengaturan siklus sel digerakkan oleh sinyal kimiawi yang
merupakan sekumpulan molekul yang beroperasi secara siklik dalam sel yang memicu
maupun mengkoordinasi kejadian-kejadian penting dalam siklus sel. Sistem
pengontrolan dalam siklus sel ini berlangsung dengan sendirinya dan digerakkan oleh
jam terpasang. Siklus sel ini diatur pada checkpoint-checkpoint tertentu oleh
pengontrolan internal. Checkpoint dalam siklus sel merupakan titik pengontrolan yang
kritis, di mana sinyal berhenti dan sinyal terus dapat mengatur siklus. Banyak sinyal
yang tercatat pada checkpoint berasal dari mekanisme pengawasan seluler, yang
melaporkan apakah proses seluler krusial hingga ke tempat itu telah diselesaikan secara
benar, dan dengan demikian apakah siklus sel itu harus dilanjutkan atau tidak.
Namun apabila terjadi suatu gangguan pada tingkat molekuler ini, maka akan terjadi
kekacauan siklus sel. Kekacauan itu berupa sel yang menghentikan atau melanjutkan
pembelahan sembarang titik dalam siklusnya, bukan pada checkpoint normal saja. (.....?).
Gangguan yang dimaksud di atas, berawal ketika sel tunggal dalam jaringan
mengalami sebuah transformasi. Transformasi itu, dapat terjadi pada gen pengatur
proliferasi (gen Ki-67) dan gen penghenti proliferasi (p53, krev-1/rap1 A atau Gas-1).
Ada pun etiologi yang dapat menyebabkan transformasi tersebut adalah radiasi, bahan-
bahan kimia, virus, panas, hormon, dan lain-lain yang akhirnya timbul suatu keadaan
yang abnormal, di mana sel yang hendak berproliferasi telah kehilangan kendali akibat
kerusakan gen pengatur dan penghenti proliferasi. Akibatnya, sel tersebut akan terus-
menerus melakukan proliferasi tanpa diimbangi oleh proses apoptosis. Peristiwa inilah
yang dikenal sebagai patogenesis tumor. Jika tumor tersebut pertumbuhannya lambat dan
terlokalisir, maka disebut sebagai tumor jinak.

Anda mungkin juga menyukai