Anda di halaman 1dari 7

LTM MPK AGAMA ISLAM

Penyebab Konflik Antar Agama









Oleh :
Astari Wulandari (1306370064)
Teknik Industri

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2014
Penyebab Konflik Antar Agama

Pengertian Konflik Antar Agama
Indonesia merupakan negara dengan beraneka macam ras, suku, dan
agama. Untuk masalah agama, terdapat 5 agama yang diakui di Indonesia, yaitu
Agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, dan Buddha.
Seharusnya, perbedaan agama di Indonesia tersebut tidak menjadi masalah bagi
keutuhan dan kesatuan negara karena Indonesia menganut Bhinneka Tunggal Ika
yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Namun kenyataannya, masih saja
terjadi konflik-konflik antar umat beragama yang terjadi di Indonesia, bahkan tak
jarang pula konflik terjadi antar umat dengan agama yang sama.
Konflik merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang
memiliki tujuan saling bertentangan. Apabila konflik itu menyangkut masalah
keagamaan yakni pertentangan yang menggunakan simbol, identitas, dan ideologi
keagamaan, maka konflik tersebut dinamakan konflik keagamaan. Sebenarnya,
agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk
persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun di sisi
lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini
adalah sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat. Dan hal ini telah
terjadi di beberapa tempat di Indonesia.
Konflik antar umat beragama umumnya tidak murni disebabkan oleh
faktor agama melainkan faktor ekonomi, politik dan sosial yang kemudian
diagamakan. Ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial antar umat
beragama, yaitu:

A. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan
masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi
penyebab dari benturan itu.
Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran
agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian
atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat
(subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama
sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut
patokan itu. Karena pendirian inilah, maka dapat menimbulkan konflik di mana
suatu golongan yang merasa agamanya benar berusaha untuk menyerang agama
lain. Hal ini terjadi akibat kurangnya toleransi dalam beragama. Kurangnya
toleransi ini biasanya terdapat pada suatu golongan yang menganut paham radikal.

B. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar
jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan
perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan
antar kelompok dalam masyarakat.
Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di
Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama
Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam
konflik fisik yang sering terjadi merugikan ketentraman dan keamanan.
Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo,
Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk
setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat.
Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang
yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya
perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.

C. Kurang Efektifnya Pelaksanaan Regulasi
Dalam tatanan beragama, khususnya agama yang majemuk di Indonesia,
diperlukan regulasi atau peraturan dalam mengatur hubungan antar umat
beragama. Akibat kurang efektifnya pelaksanaan peraturan antar umat beragama,
di Indonesia sering terjadi konflik, seperti contohnya konflik dalam pembangunan
gereja. Karena tidak ada aturan yang jelas mengenai pembangunan rumah ibadah,
maka hal tersebut berujung menjadi masalah. Selain itu, kurangnya pemahaman
sebagai aparatur negara atau kurangnya kesadaran sebagai tokoh agama juga bisa
menjadi faktor timbulnya konflik.

D. Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam
masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan
minoritas golongan agama. Di Indonesia, Islam merupakan agama yang
mayoritas. Terkadang, terdapat suatu golongan Islam yang bersifat radikal
sehingga merasa berkuasa. Golongan tersebut akhirnya bersikap semena-mena
terhadap agama lain, seperti aksi pembakaran rumah ibahadah agama lain. Hal ini
tentu mengakibatkan perpecahan antar umat beragama. Agama yang bersifat
minoritas di Indonesia pun terkadang juga tidak mau terpuruk dan memiliki misi
untuk memperbanyak umatnya. Hal ini memicu terjadinya konflik antar umat
beragama.

Contoh Konflik Antar Agama di Indonesia
Sebelum dan setelah berdirinya negara modern Indonesia, masyarakat
majemuk Indonesia tidak pernah kosong dari peristiwa-peristiwa konflik, baik
konflik kekuasaan, konflik antar kelompok kepentingan, dan kelompok identitas
etnis keagamaan. Pada konteks kekinian, masyarakat Indonesia yang hidup dalam
atmosfer demokrasi mulai tahun 1998, konflik kekerasan yang menyebabkan
kematian ratusan ribu orang, hancurnya kekayaan fisik, dan masa depan anak-
anak yang berlumuran darah.
Salah satu konflik yang sering terjadi di Tanah Air sejak 1998 adalah
konflik Poso, Sulawesi Tengah. Korban tewas, korban luka, dan kerugian materil
yang tidak sedikit menjadi akibat yang mengikuti peristiwa tersebut. Poso
merupakan daerah yang heterogen. Dalam rentang waktu yang lama masyarakat
Poso yang berbeda etnis dan agama hidup dalam keharmonisan. Akan tetapi,
mulai 1998 keharmonisan yang ada seolah lenyap dan berganti dengan
merebaknya konflik horizontal yang disertai dengan tindak kekerasan. Hal ini
tentu terjadi karena masyarakatnya tidak mau menghargai perbedaan tersebut dan
terlarut oleh ego nya masing-masing.

Cara Mengatasi Konflik Antar Agama
Indonesia merupakan negara dengan berbagai suku, budaya, dan agama.
Pluralisme tersebut merupakan Sunnatullah ataupun hukum alam yang tidak bisa
diingkari oleh siapapun juga. Hal ini mengandung hikmah dan tujuan-tujuan
tertentu yang berkaitan dengan kepentingan hidup dan kehidupan ummat manusia.
Hikmah dan tujuan-tujuan pluiralisme tersebut dapat dilihat dari ajaran-ajaran
agama Islam yang termuat dalam Al-Quran, antara lain adalah sebagai berikut,
pertama, sebagai simbol atau tanda kebesaran Tuhan (Q.S. Ar. Rum : 20); kedua
sebagai sarana berinteraksi dan berkomunikasi antara sesama ummat manusia
(Q.S. Al-Hujurat : 13); ketiga sebagai ujian dan sarana manusia dalam berlomba
menuju kebaikan dan perenstasi (Q.S. Al-Maidah : 48); keempat sebagai motivasi
beriman dan beramal sholeh (Q.S. Al-Baqarah : 60).
Demikianlah Tuhan menciptakan sesuatu yang sangat berharga bagi
ummat manusia. Hanya saja memang harus diakui bahwa banyak di antara ummat
manusia yang salah dalam memahami pesan-pesan Tuhan, artinya tidak dapat
menangkap arti yang sesungguhnya dari ciptaan dan perintah-perintah-Nya. Kita
sering mengira bahwa sesuatu ajaran adalah perintah Tuhan padahal
sesungguhnya bukan, sebaliknya kita sering mengira bahwa suatu ajaran bukanlah
perintah Tuhan padahal sesungguhnya ajaran tersebut adalah perintah Tuhan.
Pluralisme adalah merupakan salah satu ajaran Tuhan yang sangat
berguna dan bermanfaat bagi ummat manusia dalam rangka untuk mencapai
kehidupan yang damai di muka bumi. Hanya saja, prinsip-prinsip pluralisme itu
sering tercemari oleh perilaku-perilaku radikalisme, eksklusivisme, intoleransi
dan bahkan fundamentalisme. Hal ini dapat diatasi manakala kita bisa menjadikan
iman dan taqwa berfungsi dalam kehidupan yang nyata dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Bila iman dan taqwa itu telah berfungsi dalam
kehidupan individual kita masing-masing dan agama telah berfungsi dalam
kehidupan masyarakat , berbangsa dan bernegara, maka dapat kita pastikan bahwa
sesungguhnya perilaku-perilaku radikalisme, ekseklusivisme, intoleransi dan
fundamentalisme, akan terhindar dari diri ummat beragama dan kita akan
menjalani hidup yang demokratis yang penuh dengan kebersamaan dan
persaudaraan.
Untuk menghindari konflik keagamaan sehingga terciptanya suasana
damai dan rukun, ada beberapa hal yang perlu dilakukan : 1. Menonjolkan
persamaan, 2. Melibatkan pemeluk agama lain dalam kegiatan sosial, 3. Menjauhi
sikap egoisme, 4. Pembinaan individu, 5. Saling membantu.
DAFTAR PUSTAKA

Irno, Ali. Makalah Konflik Agama dan Perubahan Sosial. Diperoleh 14 Mei 2014,
dari http://kumpulanmakalah-kedokteran-
psikologi.blogspot.com/2013/05/makalah-konflik-agama-dan-
perubahan.html
Efriani, Rida (2013, 23 Mei). Ini Dia Penyebab Konflik Antar Umat Beragama.
Diperoleh 14 Mei 2014, dari http://jambi.tribunnews.com/2013/05/23/ini-
dia-penyebab-konflik-antar-umat-beragama
Kemenag (2012, 14 Mei). Faktor Penyebab Konflik Umat Beragama. Diperoleh
14 Mei 2014, dari
http://kalsel.kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=91302
Sabda, Alkitab. Sebab Timbulnya Konflik Masyarakat Beragama. Diperoleh 14
Mei 2014, darihttp://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=956&res=jpz
Supardi, Ahmad. Pluralisme dan Menyoal Potensi Konflik Umat Beragama.
Diperoleh 14 Mei 2014,
darihttp://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=317

Anda mungkin juga menyukai