Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU UKUR TANAH

PENGUKLURAN SUDUT














NAMA KELOMPOK : I NYOMAN DIANTARA PIKA 13.11.1001.7311. 280
: ANDI FAJARLIANSYAH 12.11.1001.7311.093
: RAJIB CAHYADI 13.11.1001.7311. 288
: ANDI HASBIYANSAH 13.11.1001.7311. 314







BAB 1
PENDAHULUAN

Seperti yang diketahui bahwa sejak zaman dahulu manusia telah mengenalilmu
ukur tanah, baik itu dengan nama satu jengkal, satu depah, satu tombak, satulangkah,
satu kaki, dan lain-l ain. Untuk itu apabil a manusia bepergian biasanyamereka
menghitung dengan berpatokan melalui matahari yaitu terbitnya matahari dan
tenggelamnya matahari.

Perkembangan ilmu pengukuran tanah berasal dari bangsa Romawi,
yangditandai dengan pekerjaan konstruksi diseluruh wilayah kekasisaran.
Selanjutnyailmu ini dilestarikan oleh bangsa Arab yang disebut ilmu geometris praktis.
Padaabad ke- 13, Von Pi so dal am kar yanya yang ber j udul Pat r i ci a
Geomet r i a menguraikan cara-cara pengukuran tanah, yang kemudian dilanjutkan
oleh Liber Quadratorium mengenai pembagian kuadra. Dar i segi per al at annya,
ast r ol ab adal ah i nst r umen at au pet unj uk yangdi pakai pada masa i t u.
Al at i ni ber bent uk l i ngkar an l ogam dengan penunj uk berputar
dipusatnya, yang dipegang oleh cincin diatasnya dan batang silang (crosss t a f f ) .
P a n J a n g b a t a n g s i l a n g m e n y e b a b k a n j a r a k n y a b i s a d i k u r
d e n g a n perbandingan sudut.

Sejalan dengan perkembangan zaman dan perkembangan dunia
konstruksi,maka ilmu ukur tanah mengalami perkembangan pula hingga
ditemukannya alatyang disebut waterpass dan theodolit, yang sangat
membantu manusia sampaisekarang. Il mu ukur tanah bisa juga kita gunakan
diberbagai bidang misalnya bidang pertanian, perikanan, kehutanan dan
pertambangan, cara pengambilan datadan pengolahannya sama dengan di bidang
teknik sipil.



BAB II
PENGERTIAAN ILMU UKUR TANAH

Definisi Ilmu Ukur Tanah (Surveying)
Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari
sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuranpengukuran
guna mendapatkan peta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titik-titik detail alam
maupun buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) maupun posisi vertikal nya (z)
yang diferensikan terhadap permukaan air laut rata-rata.
Agar titik-titik di permukaan bumi yang tidak teratur bentuknya dapat di
pindahkan ke atas bidang datar maka di perlukan bidang perantara antara lain :
bidang Ellipsoid, bidang bultan dan bidang datar (untuk luas wilayah 55 km).
Dalam pengertian yang lebih umum pengukuruan tanah dapat dianggap sebagai
disiplin yang meliputi semua metode untuk menghimpun dan melalukan proses
informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis. Dengan perkembangan
teknologi saat ini metoda terestris konvensional telah dilengkapi dengan metode
pemetaan udara dan satelit yang berkembang melalui program-program
pertanahan dan ruang angkasa.

Secara umum tugas surveyor adalah sebagai berikut:

a) . Analisa penelitian dan pengambilan keputusan. Pemilihan metode pengukuran,
peralatan, pengikatan titik-titik sudut dsb.
b). Pekerjaan lapangan atau pengumpulan data, yakni melaksanakan pengukuran
dan pencatatan data di lapangan.
c). Menghitung atau pemprosesan data, yakni hitungan berdasrkan data yang
dicatat untuk menentukan letak, luas dan volume.
d). Pemetaan atau penyajian data. Menggambarkan hasil ukuran dan
perhitungan untuk menghasilkan peta, gambar rencana tanah dan peta laut,
menggambarkan darat dalam bentuk numeris atau hasil komputer.
e). Pemancangan. Pemancangan tugu dan patok ukur untuk menentukan batas-batas
pedoman dalam pekerjaan konstruksi.

Arti Pentingnya Pengkuran Tanah
Pengukuran tanah sangat diperlukan dalam kehidupan modern, terutama oleh manusia
karena hasil-haslnya diakai untuk :
(i). memetakan bumi (daratan dan perairan),
(ii). menyiapkan peta navigasi perhubungan darat, laut dan udara;
(iii). memetakan batas-batas pemilikan tanah baik perorangan maupun
perusahaandan tanah negara ,
(iv). merupakan bank data yang meliputi informasi tata guna lahan dan sumber daya
alam untuk pengelolaan lingkungan hidup,
(v). menentukan fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnit bumi
serta ,
(vi). mempersiapkan peta bulan , planet dan benda angkasa lainnya.

Dibidang teknik sipil maupun pertambangan sangat memerlukan data yang akurat
untuk pembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi, lapangan udara, pehubungan
cepat, sistem penyediaan air bersih pengkaplingan tanah perkotaan, jalur pipa,
penambangan, terowongan. Semua itu diperlukan pengukuran tanah yang
hasilnya beruapa peta untuk perencanaan.
Agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan maka pengkuran harus dilakukan
secara benar, tepat dan akurat. Hal ini perlu sekali diketahui baik oleh surveyor
maupun para insinyur.

Sejarah Pengukuran Tanah
a. Zaman Mesir Kuno ( 140 SM) : Sesostris melakukan pekerjaan pemetaan
tanah untuk keperluan perpajakan atau yang saat ini dikenal dengan kadaster.

b. Zaman Yunani Kuno . Sejarah mencatat bahwa Erastotenes (220 SM adalah
orang pertama yang mecoba menghitung dimensi bumi. Dia menghitung sudut
meredian Syene dan Alexandria di Mesir dengan mengkur bayangan pada
matahari. Diperleh keliling bumi 25000 mil (13,5) mil lebih panjang
dari pengkuran modern . Pada (120 SM) Berkembang ilmu geometri metode
pengukuran sebidang lapangan (Dioptra)

c. Perkembangan penting yakni pada jaman Romawi dimana pemikiran praktis
untuk memciptakan peralatan yang teliti dimulai dengan bantuan teknologi
sederhana. Kemampuan Romawi ditujukkan dengan hasil rekayasa di bidang
konstruksi di seluruh kekaisaran misalnya. Peralatan yang berembang
misalnya gromma, libella (sipat datar), dan crobates merupakan nivo untuk
medatarkan sudut.

d. Peradaban Yuniani dan Romawai selama berabad abad dilestarikan oleh
orang Arab dalam bidang geometri praktis. Baru pada abad ke 13 dan 14
Ilmu Ukur Tanah maju pesat banyak penulis diantaranya Von Piso menulis
Praktica Geometria (Ilmu Ukura Tanah) dan Liber Quadratorum ( pembagian
kudran) dsb.

e. Abad 18 dan 19 seni pengukuan tanah maju lebih pesat oleh karena
kebutuhan peta-peta semakin dirasakan terutama Inggris dan Perancis
mengembangkan pengukuran geodesi dengan triangulasi teliti. The US Coast
and Geodetic Survey , Amerika Serikat melaksanakan pengukuran hidrografi
dan menetapkan titik-titik ontrol nasional.

f. Seteleh perang dunia I dan ke II pengukuran tanah berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi modern baik dalam pengumpulan data
maupun penglohannnya. Peralatan konvesional degantikan dengan peralatan
automatis dan elektronik begitu juga dalam pengolahan dan peyajiannya
telah berkembang metode komputerisasi.


Pengukuran Tanah Datar (Plane Surveying)
Pengukuran geodetis dilakukan dengan memperhatikan kelengkungan bumi dan
dvelksi vertikal dengan refernsi bumi sebagai speroid dan koordinat dihitung
dalam 3 dimensi. Metode teristris pengukuran geodetis telah digantikan dengan
Dopler dan saat ini telah berkembang GPS (Global Positioning System) dengan
ketelitian dan resolusi yang tinggi.
Ilmu ukur tanah membatasi pengkuran dalam bidang datar pada luasan dan jarak
tertentu. Pengukuran-pengukuran khsusus meliputi antara lain :

a. Pengukuran titik kontrol, memetapkan jaringan kontrol horizontal dan vertical sebagai
acuan.

b. Pengukuran totpografi, mementukan lokasi alam dan budaya manusia serta elevasi
yang dipakai dalam pembuatan peta.

c. Pengukuran kadastral : pengukuran tertutup untuk mementapkan batas kepemilikan
tanah.

d. Pengukuran hidrografik, menentukan garis pantai dan kedalaman laut, danau sungai
dan bendungan.

e. Pengukuran jalur lintas dilaksanakan untuk merencanakan, merancang
dan membangun jalan raya, jalur pipa dan proyek jaringan tersier, skunder dan
primer.

f. Pengukuran kosnuksi dilaksanakan sementara konstruksi berjalan, mengendalikan
evaluasi, kedudukan horizontal dan konfigurasi.

g. Pengukuran rancang bangun (as built surveys) menentukan lokasi dan perencanaan
pekerjaan rekayasa yang tepat, memberikan pembuktian
dan pencatatan poisi termasuk perubahan desain dsb.

h. Pengukuran tambang yakni untuk pedoman penggalian terowongan dan
overburden





















BAB III

Pengukuran Sudut dalam Ilmu Ukur Tanah

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk berbagai keperluan seperti
pemetaan dan penentuan posisi relatif pada daerah yang relatif sempit sehingga unsur
kelengkungan permukaan buminya dapat diabaikan (Basuki, S, 2006). Proses
pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara terestrial dan ektra
terestrial. Pemetaan terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan
menggunakan alat yang berpangkal di tanah. Pemetaan ekstra terestris adalah
pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan alat yang tidak berpangkal di tanah
tapi dilakukan dengan wahana seperti pesawat terbang, pesawat ulang alik atau satelit.
Menurut Wongsotjitro, (1980) arti melakukan pengukuran yaitu menentukan unsur-
unsur (Jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah dalam jumlah yang cukup,
sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala tertentu.

Sesuai dengan perkembangan teknologi, teknik-teknik dalam mengukur tanahpun
berkembang. Peralatan untuk mengukur tanah juga semakin berkembang. Mulai dari
peralatan manual menjadi peralatan elektris sehingga pengukuran menjadi lebih cepat,
tepat dan mudah. Bantuan komputer dalam perhitungan juga memudahkan manusia
mendapatkan hasil yang cukup akurat.

Ilmu ukur tanah memiliki tiga unsur yang harus diukur di lapangan, yaitu: jarak antara
dua titik, beda tinggi dan sudut arah. Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan
alat ukur sederhana sering disebut pula dengan istilah pengukuran secara langsung
karena hasilnya dapat diketahui sesaat setelah selesai pengukuran. Sebagai contoh
alat tersebut adalah pita ukur, baak ukur, yalon dan abney level. Selain alat ukur
sederhana terdapat alat lain yang digunakan untuk pengukuran dilapangan yang
dikenal dengan tacheometer. Tacheometer merupakan alat pengukuran cepat yang
dilengkapi oleh peralatan optis, misalnya lensa sehingga dapat melakukan pengukuran
secara optis. Sebagai contoh adalah compass survey, waterpass dan theodolit.
Penggunaan dan perlakuan seorang surveyor terhadap alat merupakan hal yang
penting dan harus diperhatikan. Penggunaan alat yang tidak tepat dapat
mengakibatkan hasil pengukuran yang salah. Cara perawatannya pun harus
diperhatikan agar alat ukur tanah tidak rusak. Alat ukur tanah merupakan alat-alat yang
harganya cukup mahal.

Pengukuran merupakan pengamatan terhadap suatu besaran yang dilakukan dengan
menggunakan peralatan dalam suatu lokasi dengan beberapa keterbatasan tertentu
(Basuki, S, 2006). Menurut (Wongsotjitro, 1980) arti melakukan pengukuran suatu
daerah ialah menentukan unsur-unsur (jarak dan sudut) titik yang ada di suatu daerah
dalam jumlah yang cukup, sehingga daerah tersebut dapat digambar dengan skala
tertentu. Pengukuran dengan alat sederhana dapat untuk mengukur, jarak, beda tinggi,
dan sudut. Pengukuran ini dapat dibedakan menjadi pengukuran langsung dan tidak
langsung. Pengukuran langsung adalah pengukuran dengan langsung mendapatkan
nilai pengukuran. Pengukuran tidak langsung yaitu pengukuran yang tidak langsung
didapat hasilnya tetapi harus melalui proses perhitungan terlebih dahulu.

Pengukuran jarak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan seperti
pita ukur, pita baja, dan pegas ukur. Pengukuran dengan alat-alat ini biasanya
digunakan untuk mengukur daerah yang tidak begitu luas. Terbatasnya skala alat ukur
seperti pita ukur menjadikan alat ini digunakan untuk pengukuran langsung di daerah
yang luas. Pengukuran tidak langsung dapat menggunakan peralatan seperti theodolith
dan waterpass.


Secara umum metode pengukuran untuk perhitungan, pengolahan dan koreksi data
dibagi menjadi:


1. Pengukuran pada alat ukur sederhana

Pengukuran jarak dengan alat ukur sederhana dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu pelurusan dan pengukuran jaraknya secara langsung. Pelurusan atau
pembanjaran dilakukan dengan membentangkan pita ukur. Hal ini dilakukan karena
jarak yang diukur melebihi pita ukur serta karena permukaan tanah tidak mendatar
sehingga perlu dilakukan pemenggalan jarak agar di setiap pemenggalan dapat
dilakukan pengukuran.

Metode ini juga digunakan untuk mengetahui sudut kemiringan suatu lereng. Sudut
kemiringan ini dapat digunakan untuk mengetahui nilai beda tinggi suatu lereng. Alat
yang biasa digunakan untuk mengukur sudut yaitu abney level dan hagameter.
Selain menggunakan sudut kemiringan, beda tinggi dapat diketahui dengan alat ukur
yang dipasang mendatar atau dengan mengukur panjang miringnya sudut yang
terbentuk terhadap lereng.

2. Pengukuran dengan waterpass

Alat waterpass dapat digunakan untuk mengetahui jarak, sudut horizontal dan beda
tinggi. Alat ini kurang cocok untuk pengukuran daerah terjal. Halitu dikarenakan
waterpass tidak dapat mengukur sudut vertikal.

3. Pengukuran dengan theodolith Alat theodolith ini digunakan untuk mengukur jarak,
beda tinggi, sudut vertikal dan juga sudut horizontal. Alat ini cocok digunakan untuk
mengukur daerah dengan lereng landai maupun terjal.

Pengukuran Sudut
1. A. Pengukuran Sudut
Sudut adalah daerah yang dibatasi oleh dua sinar (garis lurus).
Contoh :

Tanda menyatakan besarnya sudut yang dimaksud.
1. Membandingkan Besar Dua Sudut
Langkah-langkah membandingkan besar dua sudut
1. Gambarkan dua sudut yang berbeda berikut ini pada kertas kosong.

2. Potonglah kedua gambar sudut tersebut.
3. Himpitkan kedua sudut tersebut dengan salah satu garis saling menempel.
Perhatikan gambar berikut ini.

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa sudut B lebih besar dari sudut A.
2. Mengukur Besar Sudut
1. Mengukur besar sudut dengan satuan tidak baku
Pengukuran sudut dengan satuan tak baku dapat dilakukan dengan terlebih dahulu
menentukan sudut satuan. Apakah yang dimaksud sudut satuan? Bagaimana
bentuknya?

Satu bagian lingkaran diatas disebut sebagai sudut satuan.

2. Mengukur besar sudut dengan satuan baku
Untuk mengukur sudut yang baku, digunakan busur derajat.

Besar sudut dituliskan dengan satuan derajat ( )
Cara mengukur sudut dengan busur derajat

Besar sudut A adalah 60
3. Sudut siku-siku dan sudut lurus
Besar sudut satu putaran adalah 360
o
. Sudut dalam lingkaran adalah sudut satu
putaran. Contohnya adalah jarum jam yang berputar dari angka 12 kembali ke angka 12
menempuh sudut satu putaran atau 360. Setelah mengenal sudut satu putaran, mari
kita selidiki sudut-sudut lain yang merupakan bagian dari lingkaran.

Sudut setengah putaran (180) disebut sudut lurus.
Sudut seperempat putaran (90) disebut sudut siku-siku.



DAFTAR PUTAKA
http://learnmine.blogspot.com/2013/04/ilmu-ukur-tanah.html#axzz2xnnkjflB
http://erikadwic.blogspot.com/2014/01/pengukuran-dalam-ilmu-ukur-tanah.html
Mustaqiem, Burhan, Ary Astuti. 2008. Ayo belajar matematika 4 : untuk SD dan MI
kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai