Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

PIEP GIZI



RANCANGAN PROGRAM
SUPLEMENTASI TABLET FE IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANTARA TAMALANREA
TAHUN 2010






Disusun Oleh;

NURUL AFIAH
K 211 08 303
KELOMPOK 4
ILMU GIZI B






PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2011

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Penelitian Chi, dkk menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70%
untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia. Kematian
ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia.
Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu.

Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu
hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain.
Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar
40,1% (SKRT 2001). Lautan J dkk (2001) melaporkan dari 31 orang wanita hamil
pada trimester II didapati 23 (74%) menderita anemia, dan 13 (42%) menderita
kekurangan besi. Angka prevalensi anemia pada bumil menurut SKRT 2001
adalah 27,1%. Diproyeksikan angka ini menjadi 20% pada tahun 2015. Asumsi
penurunan hanya sekitar 30% sampai dengan 2015.
Pada wilayah kerja puskesmas Antara, kecamatan tamalanrea ada 297
orang bumil yang mendapatkan pelayanan program suplementasi tablet FE yang
tersebar di kelurahan tamalanrea indah dan tamalanrea jaya.. Program ini
dilakukan selama priode tahun 2010 yaitu dengan pemberian suplemen besi
sebanyak 90 tablet selama 13 minggu.

B. Analisis Masalah
Analisis masalah menjawab 9 pertanyaan kerangka analisis masalah yang
menjadi latarbelakang di rancangnya program ini. Anemia defesiensi besi menjadi
sebuah masalah yang penting untuk di atasi akan terpaparkan dalam jawaban dari
pertanyaan berikut;
1) Apa Masalah gizi yang terjad?
Masalah gizi yang terjadi adalah anemia defesiensi besi pada bumil

2) Bagaimana masalah gizi tersebut didefenisikan?
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat
besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis
tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-
mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin
menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC)
meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang
lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Anemia defesiensi besi
merupakan anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Hal ini
disebabkan oleh kurang masuknya unsure besi dan makanan, karena
gangguan resorpsi, ganguan penggunaan atau karena terlampaui
banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan
besi bertambah dalam kehamilan terutama pada trimester terakhir.

3) Apa saja karakteristik mereka yang mengalami masalah gizi tersebut?
Karakteristik penderita anemia defesiensi besi pada wanita hamil
diantaranya adalah Memiliki rambut yang rapuh dan halus serta kuku
tipis,rata, dan mudah patah. Lidah tampak pucat, licin dan mengkilat,
berwarna merah daging, stomatitis angularis, pecah-pecah disertai
kemerahan dan nyeri sudut mulut. Adapun Ciri-ciri anemia defisiensi besi
melalui pemeriksaan secara klinis yakni;
mikrositosis
hipokromasia
anemia ringan tidak selalu menimbulkan ciri khas bahkan banyak
yang bersifat normositer dan normokrom
kadar besi serum rendah
daya ikat besi serum meningkat
protoporfirin meningkat
tidak ditemukan hemosiderin dalam sumsum tulang.


4) Berapa Luas dan besar masalah Gizi tersebut?
Luas wilayah kerja Puskesmas Antara sekitar 1,216 Ha, dimana ibu
hamil dengan resiko anemia defesiensi besi tersebar pada pembagian
wilayah puskesmas yang terdiri dari 2 kelurahan yakni kelurahan
tamalanrea indah dan tamalanrea jaya dengan mencakup 19 RW/RT.
Besar masalah Anemia defesiensi besi pada bumil yakni sekitar 70%
dari wanita hamil yang memeriksakan kandungannya pada trisemester
pertama mengalami anemia. Sehingga dalam kurun waktu satu tahun
sebanyak 297 ibu hamil dari total keseluruhan 505 orang ibu hamil
diwilayah kerja puskesmas Antara atau sekitar 58% mendapatkan
suplementasi tablet Fe.

5) Nilai sosial yang berhubungan dengan masalah gizi
Nilai sosial yang berhubungan dengan Anemia defesiensi besi di wilayah
kerja puskesmas Antara sebagai berikut:
Masih banyak masyarakat di wilayah kerja puskesmas Antara yang
memiliki pekerjaan tidak tetap dan penghasilan yang rendah sehingga
tidak memungkinkan mereka menerapkan pola hidup sehat yang baik
bagi wanita hamil.
Masih kentalnya budaya dan kepercayaan yang dianut oleh
masyyarakat setempat seperti mitos larangan terhadap makanan
tertentu bagi wanita hamil.

6) Berapa luas Kesadaran Masyarakat dan tokoh Masyarakat terhadap
masalah gizi tersebut?
Kesadaran Masyarakat mengenai masalah Anemia defesiensi besi
tergolong rendah. Hal ini di tandai dengan rendahnya partisipasi
masyarakat kalangan ekonomi rendah terhadap akses kesehatan terutama
yang terkait dengan partisipasi wanita hamil untuk memeriksakan
kandungan maupun mendapat konseling tentang kehamilannya di
puskesmas Antara. Tokoh masyrakat pun kurang mmemberikan sosialisasi
pada wanita hamil mengenai kesehatannya padahal tokoh masyarakat
dianggap memegang peranan penting dalam menumbuhkan kesadaran
berpartisipasi di program kesehatan yang dirancang oleh puskesmas
Antara.

7) Siapa yang menyatakan Masalah Gizi ini merupakan masalah Gizi
Masyarakat?
Yang menyatakan masalah ini adalah masalah masyarakat adalah
pemerintah berdasarkan data riskesdas 2007 dimana dinyatakaan secara
nasional prevalensi anemia sebesar 14,8% (menurut acuan SK Menkes)
dan 11,9% (menurut acuan Riskesdas). Terdapat 20 provinsi yang
mempunyai prevalensi anemia lebih besar dari prevalensi nasional salah
satunya adalah provinsi Sulawesi selatan. Akan tetapi, yang seharusnya
harus menyadari bahwa masalah ini adalah masalah kesehatan masyarakat
adalah masyarakatnya sendiri sehingga ada kemauan untuk menyelesaikan
masalah ini dengan melibatkan sarana dan prasarana yang telah disiapkan.

8) Apa Penyebab masalah Gizi tersebut terjadi?
Penyebab masalah anemia defesiensi besi padaa bumil di wilayah kerja
puskesmas Antara adalah:
Sebab langsung
Kurang asupan makanan yang mengandung zat besi
Kejadian anemia juga sangat tinggi (93%) pada kelompok usia tertentu
yang asupan lauknya kurang dibandingkan dengan yang asupan lauknya
cukup (15%), dari nilai odds ratio terlihat bahwa risiko terkena anemia
pada individu yang kurang asupan lauknya untuk menderita anemia
adalah 77 kali lebih besar dibandingkan yang asupan lauknya cukup.
Mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi
Walaupun dapat mengkonsumsi zat besi bersumber nabati, namun
apabila dikonsumsi bersama-sama dengan teh maka penyerapan zat
besinya akan terhambat, sehingga individu tersebut tetap rentan terhadap
kejadian anemia. Hubungan antara kebiasaan minum teh dengan kejadian
anemia, terlihat bahwa proporsi kejadian anemia lebih tinggi pada
kelompok usia tertentu yang selalu minum teh setiap hari (83%)
dibandingkan dengan kelompok usia yang hanya kadang-kadang atau
tidak pernah minum teh (kejadian anemianya hanya 15% dan 11%),
Pada kondisi kecukupan lauk dan pauk yang sama, maka individu
yang minum teh tiap hari berisiko untuk menderita anemia 20 kali
dibandingkan yang tidak setiap hari minum the (nilai-p 0,000).
Sedangkan pada individu yang kadang-kadang atau tidak pernah minum
teh kejadian anemianya tidak berbeda bermakna (nilai-p 0,585). Karena
teh mengandung tanin yang dapat mengikat mineral (termasuk zat besi)
dan pada sebagian the (terutama teh hitam) senyawa polifenol yang
berperan sebagai antioksidan ternyata telah mengalami oksidasi,
sehingga dapat mengikat mineral seperti Fe, Zn, dan Ca sehingga
penyerapan zat besi berkurang.
Infeksi penyakit
Anemia juga dapat terjadi pada penderita penyakit menahun seperti
kanker, infeksi menahun, encok jenis artritis rematoid, penyakit ginjal,
dan gangguan hati.
Sebab tidak langsung
Ketahanan pangan dan distribusi makanan yang tidak merata ke seluruh
daerah
Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga sangat tergantung dari
cukup tidaknya pangan dikonsumsi oleh setiap anggota rumah tangga
untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat. Untuk itu diperlukan survei
konsumsi rumah tangga yang mencatat jumlah (kualitas dan kuantitas)
yang dikonsumsi setiap hari oleh anggota keluarga. Indonesia belum
pernah secara nasional melakukan survei konsumsi tingkat rumah tangga
dan mencatat jumlah yang dimakan untuk setiap individu. Secara
nasional Indonesia pernah melakukan survei konsumsi tahun 1995-1998
untuk mengetahui tingkat defisit tingkat rumah tangga terhadap energi
dan protein. Rata-rata konsumsi energi dan protein bervariasi antar
provinsi dan kabupaten. Dari survei konsumsi ini dikaji juga persen
rumah tangga yang defisit energi mapun protein. Disimpulkan bahwa
dari tahun 1995-1998, persentasi rumah tangga dengan defisit energi
bekisar antara 45 52% ; dan rumah tangga defisit protein berkisar
antara 25 35%
Jika dikaji perbedaan antara Kota dan Desa, analisis Kor Susenas
2003 menunjukkan pengeluaran untuk konsumsi di Kota lebih baik
dibanding Desa, dan rumah tangga di Kota lebih banyak mengeluarkan
uang untuk makanan jadi dibanding rumah tangga di Desa. Hal ini terkait
dengan ketidak merataannya distribusi bahan pangan ke desa-desa
sehingga. Kemampuan atau daya beli makanan masyarakat desa jauh
lebih kecil dibandingkan masyarakat perkotaan.
Sebab mendasar
Pendidikan wanita rendah
Ekonomi rendah
Lokasi geografis (daerah endemis malaria)

9) Adakah Faktor Etnik dan Gender?
Pada masalah Anemia defesiensi besi bumil, masih terdapat faktor yang
berhubungan dengan etnik dan gender. Kebiasaan, mitos ataupun
kepercayaan / adat istiadat masyarakat tertentu yang tidak benar dalam
mengkonsumsi makanan tertentu kebiasaan seperti ini justru menghambat
wanita hamil untuk memperoleh nutrisi secara optimal. Selain itu,
Kesempatan untuk bekerja pada wanita secara tidak langsung akan membuat
wanita hamil ini memiliki aktifitas yang tinggi selama masa kehamilannya.
Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kadar Hb darah yang ada pada wanita
hamil tersebut.



BAB II
PEMBAHASAN
Kerangka Konseptual Masalah
Adaptasi Bagan UNICEF, WHO thn 1999




penyebab langsung



penyebab tidak langsung



akar masalah



Hipotesis Program
Resiko BBLR Anemia defesiensi besi pada bumil
Anemia defesiensi besi pada bumil kurang asupan Fe selama hamil
kurang asupan Fe selama hamil - pendapatan keluarga kurang
- tingkat pengetahuan rendah
- letak geografis setempat
ANEMIA DEFESIENSI BESI
Kurang asupan makanan
yang mengandung zat besi

Ketahanan pangan dan distribusi makanan yang tidak
merata ke seluruh daerah

Letak Geografis
(daerah endemic
Malaria)
Pendidikan rendah
Ekonomi
Mengkonsumsi makanan
penghambat penyerapan
zat besi

Infeksi penyakit

Kelompok Sasaran Prioritas
Ibu hamil
Hierarki Pernyataan
- Jika kita dapat mengatasi penyebab-penyebab kurangnya asupan Fe
selama masa kehamilan wanita
- Jika kita dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas menjadi lebih
baik
- Jika kita dapat mendeteksi anemia defesiensi besi sedini mungkin
Maka:
- Angka kejadian Anemia Defesiensi Besi pada bumil akan menurun
- Resiko terjadinya BBLR juga menurun

Analisis Program Puskesmas Antara
Puskesmas Antara memiliki program untuk mengatasi anemia defesiensi
besi dengan sasaran program seluruh ibu hamil di wilayah kerja puskesmas
Antara. Program ini berupa suplementasi tablet Fe pada ibu hamil, frekwensi
pemberian suplemen besi sebanyak 90 tablet selama 13 minggu pada 297 ibu
hamil yang datang memeriksakan kehamilannya selama tahun 2010 yang tersebar
di wilayah kerja puskesmas Antara. Adapun tujuan program ini adalah mencegah
meningkatnya angka kejadian anemia defesiensi besi pada ibu hamil sekaligus
menurunkan prevalensinya.

Rancangan Program Baru
Program suplementasi tablet Fe pada bumil
Tujuan Program
Tujuan Akhir Outcome
Menurunkan angka kejadian (prevalensi) Anemia defesiensi besi pada ibu
hamil dan angka kejadian resiko BBLR di wilayah kerja puskesmas Antara
tamalanrea serendah mungkin pada 31 Desember 2011



Tujuan Menengah Outcome
Meningkatkan asupan zat gizi Fe 75% wanita hamil yang berpartisipasi
melakukan pemeriksaan kehamilan di puskesmas Antara.

Tujuan Proses
Melingkupi pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kadar Fe
dalam darah terhadap semua wanita hamil di wilayah kerja
puskesmas Antara.
Mengikutkan semua wanita hamil pada program pendidikan gizi 6
minggu dalam 6 bulan pertama program yang didokumentasikan
pada daftar hadir mingguan
Membuka kelas ibu untuk semua ibu hamil yang memeriksakan
diri di puskesmas selama masa kehamilan yang didokumentasikan
pada daftar hadir mingguan
Memberikan nasihat gizi secara rinci ke semua wanita hamil yang
memiliki masalah defesiensi besi dalam 1 minggu sejak diketahui
masalahnya sebagaimana dicatat dalam catatan kasus.

Elemen-Elemen Program
Elemen-elemen program suplementasi tablet Fe bumil terdiri atas:
a. Input
1. Tipe klien yang akan dijadikan sebagai peserta klien yang
memperoleh manfaat program berdasarkan hipotesis program
berdasarkan:
Demografi yakni adalah seluruh wanita hamil di wilayah kerja
puskesmas yakni sebanyak 505 orang yang tersebar di 2
kelurahan yaitu kelurahan Tamalanrea indah dan Tamalanrea
jaya
Karasteristik yakni seluruh wanita hamil dengan usia
kandungan yang memasuki trisemester I sampai III di wilayah
kerja puskesmas Antara tamalanrea
2. Tipe Staf pekerja yang akan melakukan perekrutan dan yang
dipekerjakan dalam program Suplementasi Tablet Fe bumil adalah:
Petugas kesehatan dan petugas gizi yang memiliki kompetensi di
bidangnya.
3. Sumber Daya
Sumber Daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program ini
adalah:
Fasilitas :
- Fasilitas utama berupa puskesmas dan perangkat kerjanya
- Alat pengukuran kadar Hb darah
- Buku Administrasi dan Pencatatan
- Fasilitas konseling dan bimbingan untuk ibu hamil (meja
dan Kursi)
- 90 Tablet Fe untuk satu orang bumil
SDM :
Petugas kesehatan dalam hal ini dokter untuk pemeriksaan
Anemia defesiensi besi dan petugas gizi untuk memberikan
konseling.

b. Throughput
1. Jenis pelayanan : Pelayanan Kesehatan Masyarakat Berkala
2. Metode Pelayanan: Metode Pelayanan yang di gunakan adalah
metode konseling dan pemberian suplemen besi sebanyak 90 tablet
selama 13 minggu.

c. Output
Output yang di harapkan berupa:
Cakupan pemberian tablet Fe ppada semua ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Antara Tamalanrea, bulan januari-desember 2011
mencapai target 95 %.


d. Outcome
Outcome yang diharapkan untuk dicapai dalam program ini adalah
Angka kejadian anemia defesiensi besi bumil akan menurun sampai
menacapai 0% atau menjadi tidak ditemukan masalah di wilayah kerja
Puskesmas Antara Tamalanrea.

Penghitungan unit pelayanan
Tipe Unit
1. Unit Waktu
Waktu pemberian tablet Fe untuk satu orang ibu hamil adalah 13
minggu atau 91 hari.
Waktu yang dibutuhkan untuk seorang petugas untuk memeriksa
kadar Hb darah ibu hamil dalam melakukan program ini adalah 5
menit untuk satu kali pemeriksaan.
Jadi waktu yang di butuhkan petugas dalam satu bulan untuk
sekali pemeriksaan:
5 menit x 30 hari = 150 menit (2,5 jam)
Dan dalam satu tahun untuk sekali pemeriksaan:
2,5 jam x 12 bulan = 30 jam
2. Unit Material
Jumlah material yang dibutuhkan untuk satu kali penyelenggaraan
program ini adalah:
- Unit puskesmas dan perangkat kerjanya : 1 unit
- Sarana dan Prasarana administrasi : 1 unit
- Tablet Fe : 90 tablet per bumil
- Alat pengukuran Hb : Sebanyak yang di
butuhkan selama
program berjalan.



3. Unit Output
Seorang ibu hamil membutuhkan 3-4 kali pemeriksaan kehamilan
selama 1 tahun, selama pemeriksaan dilakukan pemeriksaan kadar
Hb dan terus dilakukan pemantauan selama kehamilan untuk dicatat
dalam buku pencatatan KIA.
4. Unit Outcome
Estimasi bumil yang mengikuti Program ini adalah:
Persentase Outcome = 80 % x jumlah Bumil
= 80 % x 505 orang
= 404 orang
404 bumil tersebar di 2 kelurahan yang menjadi wilayah kerja
Puskesmas Antara yakni kelurahan Tamalanrea indah dan
tamalanrea jaya.

Anda mungkin juga menyukai