Anda di halaman 1dari 6

DESRIZAL A.

A
240210120064 - TIPA2 - KELOMPOK 12
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Praktikum kali ini mengenai pengujian sanitasi pekerja. Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang
mengontaminasi bagian tubuh tertentu.

5.1 Uji Kebersihan Tangan
Salah satu penyebab kontaminasi pada pengolahan pangan adalah tangan
pekerja yang mengandung mikroorganisme. Mikroorganisme pada tangan pekerja
dapat berasal dari udara, benda-benda di lingkungannya, atau flora normal pada
kulit manusia.
Pengujian kebersihan tangan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar terdapat mikroorganisme pada tangan pekerja dan pengaruh antiseptik pada
pencucian tangan terhadap jumlah mikroorganisme yang ada.
Pengujian dilakukan dengan cara menempelkan tangan kanan dan tangan
kiri praktikan selama 4 detik pada media agar PCA. Selanjutnya media diinkubasi
selama 3 hari pada suhu 30
o
C. Untuk menguji daya antiseptik pencuci tangan
maka pengujian dilakukan terhadap tangan yang tidak dicuci, dicuci dengan air,
dicuci dengan Yuri hand soap, dicuci dengan Lifebuoy Color Changing, dicuci
dengan Antis hand sanitizer, dan dicuci dengan alkohol 70 %.

Tabel 1. Tabel Hasil Pengamatan Uji Kebersihan Tangan
Kelompok
/Pembersih
Jumlah
Koloni
PCA kanan
Unit
Koloni
Gambar
Jumlah
Koloni
PCA kiri
Unit
Koloni
Gambar
7
Yuri Hand
Soap
6 26,21

11 48,06

8
Tidak
Dicuci
2 9,79 - 6 12,36




9
Lifebuoy
color
changing
8 33,67 - 5 25,48
DESRIZAL A.A
240210120064 - TIPA2 - KELOMPOK 12
Kelompok
/Pembersih
Jumlah
Koloni
PCA kanan
Unit
Koloni
Gambar
Jumlah
Koloni
PCA kiri
Unit
Koloni
Gambar
10
Air
9 45,86

5 25,48

11
Antis
5 25,47 - 5 25,47

12
Alkohol
70%
1 4,368

1 4,368

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014)

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tangan yang jumlah koloninya
paling sedikit adalah tangan yang dicuci dengan alkohol 70% diikuti oleh tangan
yang tidak dicuci. Sedangkan yang paling banyak jumlah koloninya adalah yang
dicuci dengan air. Penggunaan antiseptik pencuci tangan dinilai tidak
menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap berkurangnya mikroorganisme
pada tangan.
Kemungkinan air yang digunakan untuk mencuci tangan mengandung
banyak kontaminan seperti bakteri koliform.
Aktivitas alkohol sebagai antimikroba adalah dengan cara mendenaturasi
protein bakteri sehingga mengganggu proses metabolisme sel bakteri yang
menyebabkan kematian sel bakteri. Alkohol efektif membunuh bakteri Gram
positif, bakteri Gram negatif, dan juga jamur (Larson 1995).

5.2 Uji Kontaminasi dari Rambut
Rambut juga menjadi salah satu sumber kontaminan pada pengolahan
pangan. Kontaminan bisa bersumber dari ketombe pada rambut, debu pada
rambut, dan lain sebagainya. Pengujian dilakukan untuk mengetahui
mikroorganisme pada rambut serta ada tidaknya perbedaan antara rambut
berketombe dan yang tidak dan pengaruh keramas terhadap mikroorganisme pada
rambut.
DESRIZAL A.A
240210120064 - TIPA2 - KELOMPOK 12
Pengujian dilakukan dengan meletakan sehelai rambut pada media NA dan
PDA lalu diinkubasi selama 3 hari pada suhu 30
o
C. Sampel rambut yang
digunakan adalah rambut normal setelah keramas, rambut berketombe tidak
keramas, rambut berkerudung setelah keramas, rambut berkerudung normal tidak
keramas, dan rambut berkerudung berketombe.

Tabel 1. Tabel Hasil Pengamatan Uji Kontaminasi Rambut
Kel
/Rambut
Jumlah
Koloni
NA
Unit
Koloni
Gambar
Jumlah
Koloni
PDA
Unit
Koloni
Gambar
7
Keramas
13 20,43

Kokus(-)
Kapang:3
Khamir:4
30,58

Kokus (-
)
8
Tidak
Keramas
13 20,43 Basil(-)
Kapang:28
Khamir:2
146,84
9
Berketombe
3 12,63 Basil(-)
Kapang:17
Khamir:2
79,97
10
Berkerudung,
keramas
15 76,43
Basil(-)

Khamir:3 15,29

11
Berkerudung,
tidak keramas
6 30,57

Kokus(-)
Kapang:3 15,29

12
Berkerudung,
berketombe
3 13,11

Basil(-)
Khamir:26 113,58

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)

Hasil pengamatan pada media NA menunjukkan bahwa sampel rambut
yang berketombe baik yang berkerudung dan yang tidak jumlah koloni bakterinya
paling sedikit yaitu 3 koloni. Sedangkan bakteri yang paling banyak terdapat pada
sampel rambut yang berkerudung dan keramas yaitu 15 koloni. Hasil pengamatan
DESRIZAL A.A
240210120064 - TIPA2 - KELOMPOK 12
dibawah mikroskop menunjukkan bahwa bakteri ada yang berbentuk basil dan
kokus, keduanya merupakan Gram negatif.
Hasil pengamatan pada media PDA menunjukkan bahwa sampel rambut
yang koloni jamurnya paling banyak ada pada yang tidak berkeramas. Sedangkan
yang paling sedikit terdapat pada rambut normal yang berkerudung baik yang
keramas dan yang tidak.
Jamur atau kapang yang selama ini diduga menjadi penyebab ketombe
adalah Pityrosporum ovale. Pityrosporum ovale adalah jamur lipolitik yang
merupakan flora normal kulit. Morfologi adalah Pitysporum ovale adalah
berbentuk oval seperti botol (Mackie, 1997).
Pityrosporum ovale sebenarnya merupakan mikroflora normal pada kulit
kepala bersama dengan Propionibacterium acnes aerob dan bakteri kokus aerob.
Ketiga mikroflora ini ditemukan juga pada kulit kepala berketombe hanya
proporsinya lebih banyak. (Leyden, 1982)


















DESRIZAL A.A
240210120064 - TIPA2 - KELOMPOK 12
VI. KESIMPULAN

Alkohol merupakan antiseptik yang paling efektif untuk mereduksi jumlah
mikroorganisme pada tangan.
Air yang digunakan untuk mencuci tangan kemungkinan banyak
mengandung mikroorganisme.
Antiseptik pencuci tangan selain alkohol tidak efektif dalam mereduksi
jumlah mikroorganisme.
Sampel rambut yang berketombe baik yang berkerudung dan yang tidak
jumlah koloni bakterinya paling sedikit.
Sedangkan bakteri yang paling banyak terdapat pada sampel rambut yang
berkerudung dan keramas.
Hasil pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan bahwa bakteri ada
yang berbentuk basil dan kokus, keduanya merupakan Gram negatif.
Sampel rambut yang koloni jamurnya paling banyak ada pada yang tidak
berkeramas dan yang paling sedikit terdapat pada rambut normal yang
berkerudung baik yang keramas dan yang tidak.
Diperkirakan bahwa jamur yang diamati adalah Pityrosporum ovale dan
bakteri yang diamati adalah Propionibacterium acnes aerob dan bakteri
kokus aerob.












DESRIZAL A.A
240210120064 - TIPA2 - KELOMPOK 12
DAFTAR PUSTAKA

Larson, Elaine. 1995. APIC Guideline for Hand Washing and Antiseptic in Health
Care Settings. APIC Guideline Committee, Infect Control and
Epidemiology, InC.

Leyden J.J., K.J. McGinley, A.M. Klingman. 1982. Dandruff : Pathogenesis
Treatment. Grune and Stratton. New York

Mackie, RM. 1997. Clinical Dermatology 4th Edition. Oxford University Press.
New York.

Anda mungkin juga menyukai