maks
= 8.2 x 0.14732 + 21 x 0.04494 +
3.47619 x 0.31338 +1.875 x 0.49436
= 4.16810
Karena matrix berordo 4 (yakni terdiri dari 4
faktor) , nilai indek konsistensi yang diperoleh:
Apabila C.I bernilai nol, berarti matrik
konsisten. batas ketidakkonsistensi yang
ditetapkan Saaty, diukur dengan
menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yakni
perbandingan indek konsistensi dengan nilai
pembangkit random (RI) yang ditabelkan
dalam tabel 2.6. Nilai ini bergantung pada
ordo matrik n. Dengan demikian, Rasio
konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Indeks Acak atau Random Index (RI) adalah
Indeks Konsistensi dari matriks resiprokal
yang ditentukan secara acak. Pada Tabel 2.6
dapat dilihat rata-rata RI untuk berbagai
ukuran matriks.
Tabel 6. Rata-Rata RI Untuk Berbagai Ukuran
Matriks
Ukuran Matriks Rata-rata RI
1 0,0
2 0,0
3 0,58
4 0,9
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
Sumber: Saaty, (1993)
Sebagai contoh, melanjutkan nilai-nilai dari
responden yang tertera dalam tabel 2.6, nilai :
Bila matrik bernilai CR lebih kecil dari 10%,
ketidakkonsistenan pendapat masih dianggap
dapat diterima. Perhitungan diatas dilanjutkan
untuk level 3, sehingga diperoleh nilai
eigenvektor utama dan C.R. pada setiap level
dapat diperoleh. Bobot komposit
dipergunakan untuk menetapkan bobot dan
konsistensi keseluruhan. Rata-rata geometri
digunakan untuk merata-rata hasil akhir dari
beberapa responden. Program Expert Choice
(2000) merupakan perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk membantu
perhitungan dengan metoda Analytic
Hierarchy Process (AHP).
Langkah-Langkah Proses Hirarki Analitik
Langkah-langkah Proses Hirarki Analitik
adalah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan masalah dan spesifikasi
penyelesaian yang diinginkan.
2. Membentuk hirarki dari sudut pandang
manajerial keseluruhan.
3. Membentuk matriks perbandingan
berpasangan dari kontribusi relevan suatu
level elemen hirarki terhadap level elemen
hirarki di atasnya.
4. Mendapatkan penilaian yang diperlukan
untuk melengkapi matriks di langkah 3.
5. Dengan mengumpulkan data
perbandingan berpasangan, didapat
prioritas dan konsistensi diuji.
75 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 26 NOMOR 2 JUNI 2013
6. Lakukan langkah 3, 4, dan 5 untuk setiap
level dan pengelompokkan dalam hirarki.
7. Menggunakan komposisi hirarki (sintesis)
untuk membobotkan vektor prioritas
keseluruhan untuk elemen terbawah pada
hirarki.
8. Mengevaluasi konsistensi untuk
keseluruhan hirarki.
Kelemahan Proses Hirarki Analitik
Proses Hirarki Analitik mempunyai beberapa
kelemahan sebagai berikut :
1. Ambiguitas pada prosedur penanyaan
dan penggunaan skala rasio.
2. Ketidakpastian tidak diperhitungkan ketika
memetakan persepsi ke dalam bentuk
numerik.
3. Subyektivitas dan preferensi pengambil
keputusan masih merupakan pengaruh
besar pada keputusan akhir.
4. Proses AHP yang sederhana menjebak
orang menjadi pengguna yang dangkal,
maksudnya AHP langsung digunakan
tanpa mengkaji premis yang dituntut telah
memuaskan atau belum.
Tujuh Pilar AHP
Dalam konsep proses hirarki analitik, terdapat
tujuh pilar utama yang mempengaruhi
pertimbangan dalam melakukan penelitian
(Saaty, 1999), yaitu :
1. Skala rasio
Rasio adalah perbandingan dua nilai (a/b)
dimana nilai a dan b bersamaan jenis
(satuan). Skala rasio adalah sekumpulan
rasio yang konsisten dalam suatu
transformasi yang sama (multiplikasi
dengan konstanta positif). Sekumpulan
nilai (dalam satuan yang sama) dapat
distandardisasi dengan melakukan
normalisasi sehingga satuan tidak
diperlukan lagi dan obyek-obyek tersebut
dapat dengan lebih mudah dibedakan satu
sama yang lainnya.
2. Perbandingan berpasangan
Perbandingan berpasangan dilakukan
untuk memberikan bobot relatif antar
kriteria dan/atau alternatif, sehingga akan
didapatkan prioritas dari kriteria dan/atau
alternatif tersebut. Ada tiga pendekatan
untuk mengurutkan alternatif atau kriteria
yaitu relatif, absolut, dan patok duga
(benchmarking). Pendekatan digunakan
untuk kriteria-kriteria umum yang kritikal.
Pendekatan absolut digunakan pada level
bawah dari hirarki dimana biasanya
terdapat keterangan detail yang dapat
dikuantifikasikan dari masing-masing
kriteria. Pada pendekatan patok duga,
alternatif-alternatif dibandingkan dengan
alternatif referensi yang sudah diketahui,
kemudian alternatif-alternatif itu diurutkan
sesuai dengan hasil perbandingannya.
3. Kondisi-kondisi untuk sensitivitas dari
vektor eigen
Sensitivitas vektor eigen terhadap
perubahan kriteria membatasi jumlah
elemen pada setiap set perbandingan. Hal
ini membutuhkan homogenitas dari
elemen-elemen yang bersangkutan.
Perubahan haruslah dengan cara memilih
elemen yang kecil sebagai suatu unit dan
menanyakan berapa pengaruhnya
terhadap elemen yang lebih besar.
4. Homogenitas dan klusterisasi
Klusterisasi dipakai apabila perbedaan
antar elemen lebih dari satu derajat, guna
melebarkan skala fundamental secara
perlahan, yang pada akhirnya
memperbesar skala dari 1 sampai 9
sampai tak terhingga. Hal ini terutama
berlaku pada pengukuran relatif.
5. Sintesis
Sintesis diaplikasikan pada skala rasio
guna menciptakan suatu skala
unidimensional untuk merepresentasikan
keluaran menyeluruh, dengan
menggunakan pembobotan tambahan.
6. Mempertahankan dan membalikkan urutan
Pembobotan dan urutan pada hirarki
dipengaruhi dengan adanya penambahan
atau perubahan kriteria atau alternatif.
Seringkali terjadi fenomena pembalikkan
urutan (rank reversal) terutama pada
pengukuran relatif. Pembalikan urutan
adalah bersifat intrinsik pada pengambilan
keputusan sedemikian halnya dengan
kondisi mempertahankan urutan.
7. Pertimbangan kelompok
Pertimbangan kelompok haruslah
diintegrasikan secara hati-hati dan
matematis. Dengan AHP, dimungkinkan
untuk mempertimbangkan pengalaman,
pengetahuan dan kekuatan yang dimiliki
individu yang terlibat.
Expert Choise
Expert Choice adalah sebuah aplikasi yang
khusus digunakan sebagai alat bantu
implementasi model-model dalam Decission
Support System (DSS) atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Sistem Penunjang
Keputusan (SPK) dalam sebuah perusahaan
ataupun untuk keperluan akademik. Beberapa
kemudahan terdapat dalam Expert Choise
JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 26 NOMOR 2 JUNI 2013 76
dibandingkan dengan software-software
sejenis, kemudahan-kemudahan tersebut
antara lain:
Fasilitas Graphical User Interface (GUI)
yang mudah digunakan. Sehingga cocok
digunakan baik bagi kalangan perusahaan
ataupun bagi kalangan akademik yang
baru saja mempelajari tentang seluk belum
Sistem Penunjang Keputusan
Banyak fitur-fitur yang menyediakan
pemodelan Decission Support System
secara baik, tanpa perlu melakukan
instalasi atau setting ulang parameter-
parameter yang terlalu banyak.
Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk
menentukan keputusan-keputusan yang sulit
untuk dipecahkan ataupun diputuskan oleh
para pengambil keputusan. Software ini
memiliki tingkat ke akuratan yang tinggi untuk
metode Proses Hirarki Anatilik (AHP),
bilamana didukung dengan data-data yang
konsisten.
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data yang dimaksud melalui
beberapa tahapan, yaitu; pengindetifikasian,
penetapan perspektif kriteria utama
konsumen yang didasari atas kebutuhan
konsumen, dan kemudian data didapatkan
dari hasil wawancara dengan pihak
manajemen. Informasi yang didapat tentu saja
menjadi dasar penelitian yang kemudian akan
dibuat kuisioner dan diolah menggunakan
perangkat lunak. Setelahnya dilakukanlah
penetapan perpektif subkriteria yang didasari
atas observasi penelitian yang dilakukan di
daerah konsumen berada.
Dari pengumpulan data yang diterangkan di
atas selanjutnya pembuatan kuisioner ini
dilakukan, disebarkan yang kemudian dapat
diketahui hasil dari kuisioner yang di tujukan
kepada konsumen yang telah ditetapkan. Dari
jawaban konsumen tersebut dapat diketahui
konsistensi jawaban atas pilihannya, namun
untuk mengetahuinya diperlukan
penyeleksian awal terhadap hasil dari
jawaban kuisioner konsumen, sehingga
jawaban kuisioner yang dengan dibaca dan
dilihat saja sudah tidak konsisten maka
jawaban tersebut tidak dapat digunakan untuk
pengolahan data selanjutnya. Tetapi bagi
hasil jawaban kuisioner yang dikoreksi
konsisten atau masuk daerah ketidak-
kosistenan maka selanjutnya dapat diolah
menggunakan perangkat lunak Expert Choise
2000. Berdasakan fakta dilapangan tersebut
maka didapatkan dari jumlah keseluruhan
responden yang dimintai pendapatnya tidak
kesemuanya konsisten. Konsistensi ini diukur
melalui angka ketidak-konsistenan jawaban
yang tertera pada Expert Choise 2000 yang
berkisar tidak lebih dari 10% (0.1), hal ini
didasarkan pada literatur AHP (Saaty,1993).
Selain data-data yang telah ada, data lain
yang kemudian disuguhkan dalam penelitian
ini adalah data mengenai hasil dari
pengolahan data kuisioner dengan Expert
Choise 2000. Data ini digunakan untuk
mengolah keseluruhan responden yang
dimintai pendapatnya melalui kuisioner
tersebut.
Setelahnya dilakukan perhitungan analisis
rasio dengan tujuan untuk mendapatkan rasio
inkonsistensi pada hirarki pemilihan
bimbingan belajar, barulah kemudian rasio
inkonsistensi pada hirarki keputusan ini
didapatkan konsistensi keputusannya. Saat
pengumpulan data pada perangkat lunak
sudah didapatkan, maka proses dari
pembobotan berpasangan pada masing-
masing kriteria ataupun antar subkriteria bisa
diselesaikan.
Bila mana perhitungan dalam proses
pengolahan tadi tidak terdapat masalah dalam
konsistensinya maka kita bisa mengetahui
hasil akhir dari penelitian ini, yaitu berupa
pembobotan keseluruhan kriteria utama
maupun subkriteria berpasangan serta kriteria
mana saja yang paling diminati konsumen
dalam mempertimbangkan pemilihan
bimbingan belajar, dari nilai pembobotan
inkonsistensinya sehingga mempunyai tingkat
kepercayan yang tinggi terhadap hasil
penelitian ini.
Data Primer
Dari data primer yang didapatkan melalui
kuisioner dan wawancara pada selama satu
periode ( 12 Bulan) dengan responden yang
dituju adalah responden yang ikut bimbingan
belajar khususnya siwa yang membutuhkan
sarana pendidikan. Dari hasil survey
didapatkan rincian contoh penyebaran
kuisioner mengenai pelayanan yang diberikan
oleh produsen kepada konsumen dalam hal
ini pemakai jasa sarana pendidikan. Pada
penelitian pemilihan sarana pendidikan ini
dibedakan menjadi tiga kriteria dasar pilihan,
yaitu kualitas, harga dan lokasi. Sedangkan
hal-hal yang mendasarinya adalah
keingintahuan kami sebagai pihak manajerial,
77 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 26 NOMOR 2 JUNI 2013
tentang seberapa efektif dan efisienkah
bilamana perspektif kriteria mengenai harga
dan lokasi dipisahkan dari perspektif kualitas
yang sebenarnya. Sehingga kami dapat
mengetahui seberapa jauhkah peluang
mereka (konsumen) dapat memilih sarana
dan fasilitas pendidikan khususnya
pendidikan non forma; berdasarkan oleh tiga
perspektif kriteria yang telah dijelaskan di atas
tadi.
Sedangkan subkriteria pada kriteria kualitas
yang dipilih oleh pihak manajemen adalah
berdasarkan empat kategori, yaitu : kategori
pertama adalah fasilitas, yang dengan ini
masalah ketersediaan kelas, ketersediaan
modul, Problem Set dan yang lain-lain akan
terjawab. Kategori subkriteria kedua adalah
alumni, yang dengannya Brand Image dari
lembaga pendidikan akan naik karena mereka
telah merasakan pelayanannya, yang ketiga
adalah metode pembelajaran dengan ini
peserta didik akan lebih mengerti dan
memahami ilmu yang diterima oleh mereka.
Sedangkan yang terakhir, kategori subkriteria
ke empat pilihan kami adalah staff pengajar,
ini merupakan salah satu faktor yang diminati
oleh peserta didik (siswa) yang karenanya
kedekatan dan emosional dalam pencapaian
karakter siswa dapat dibangun dengan mudah
sehingga mendukung program-program dari
visi serta misi dari pihak manajemen..
Pada perspektif kriteria harga terdapat tiga
kategori subkriteria yang kami pilih, yaitu :
Kategori subkriteria pertama adalah diskon
yang kompetitif, yang dengannya ketertarikan
konsumen kepada bimbing belajar semakin
besar. Selanjutnya subkriteria kedua
merupakan paket-paket program yang
ditawarkan sehingga dengan produk ini
menjadi unggulan dari penyelenggaran
pendidikan non formal di masa mendatang.
Subkriteria terakhir adalah kemudahan dalam
pembayaran, menjadi salah satu faktor yang
diinginkan oleh konsumen ketika sedang
mengalami kesulitan keuangan sehingga
membutuhkan sedikit kesenggangan dalam
melakukan pembayaran tersebut.
Subkriteria terakhir yang terdapat dalam
perspektif kriteria lokasi dibagi menjadi tiga
saja sesuai kebutuhan dari pihak pengelola
yaitu kategori subkriteria suasana yang
tercipta, yang dengannya kondisi kegiatan
pembelajaran di dalam ruangan maupun di
luar ruangan bisa berjalan kondusif sehingga
membuat mereka (peserta didik/siswa)
nyaman. Sedangkan kategori subkriteria yang
kedua adalah sarana transportasi, yang
dengannya memudahkan siswa dalam
mencapai tempat bimbingan belajar yang di
tuju baik dari rumah ataupun dari sekolah,
kategori ini pula yang seringkali jadi
pertimbangan konsumen. Kategori subkriteria
yang terakhir adalah lahan parkir,
ketersediaan lahan parkir ini seringkali juga
menjadi kendala tersendiri, karena letak
perkantoran yang satu dengan yang
sangatlah berdekatan dan berhadapan
langsung dengan jalan raya sehingga lahan
parkirnya menjadi minim dan menjadikannya
salah satu prioritas kami dalam
memasukkannya menjadi subkriteria dari
kriteria lokasi. berikut ini dalah bagan yang
disajikan dalam gambar hirarki pemilihan
bimbingan belajar yaitu sebgai berikut :
Gambar 2. Model Hirarki Penentuan Bobot
Kepentingan Kriteria dan Subkriteria
Berikut ini adalah lembar kuisioner yang
disebarkan :
Level 0 merupakan tujuan yang akan dicapai
melalui proses hirarki ini. Tujuan tersebut
terdiri dari satu elemen, yaitu menentukan
prioritas masing-masing sasaran kriteria
dalam analisa pemilihan bimbel. Kemudian
level 0 dijabarkan ke dalam level 1 yang
merupakan kriteria-kriteria utama yang
mempengaruhi tujuan hirarki. Dalam hal ini,
kriteria utama tersebut adalah ketiga
perspektif pemilihan bimbel, yaitu kriteria
kualitas, harga serta lokasi. Level 1 kemudian
dijabarkan ke dalam level 2, sebagai sub
kriteria dalam model hirarki. Sub kriteria
tersebut merupakan sasaran-sasaran dari
kriteria yang ada dalam setiap perspektif
pemilihan bimbel. Berikut ini adalah contoh
penyebaraan kuisioner yang telah dilakukan :
Untuk pertanyaan dibawah ini mohon beri
tanda O pada angka yang anda pilih
JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 26 NOMOR 2 JUNI 2013 78
berdasarkan pada kriteria-kriteria yang
menurut anda lebih penting. Adapun range
nilai yang terletak diantara 1 9 dimana nilai
9 merupakan nilai yang paling penting.
Nilai/
Tingkat
Definisi
1 Kedua Elemen sangat penting
3 Satu Elemen sedikit lebih penting
daripada elemen yag lain
5 Satu Elemen sesungguhnya
lebih penting daripada elemen
yag lain
7 Satu Elemen jelas lebih penting
daripada elemen yag lain
9 Satu Elemen mutlak lebih
penting daripada elemen yag lain
2, 4, 6, 8 nilai tengah diantara dua
penilaian yang berdampingan
Contoh Pengisian :
Diantara kriteria di bawah ini, mana yang
menurut anda lebih diutamakan dalam
memilih jenis kendaraan untuk pergi ke
kantor:
Selamat memilih dan terima kasih atas
partisipasinya :
Daftar Pertanyaan :
1. Diantara kriteria di bawah ini, mana yang
menurut anda lebih diutamakan dalam
memilih jenis kualitas pelayanan
bimbingan belajar :
2. Dalam hal faktor subkriteria di bawah ini,
mana yang menurut anda lebih
diutamakan dalam memilih jenis kualitas
bimbingan belajar :
3. Dalam hal faktor harga, pertimbangan
apakah dari sub kriteria di bawah ini yang
akan anda pilih :
4. Dalam hal faktor lokasi di bawah
ini,pertimbangan apakah dari sub kriteria di
bawah ini yang akan anda pilih :
Keterangan :
Fasilitas : Perangkat yang mendukung
lancarnya semua proses
pembelajaran.
Alumni : Lulusan bimbingan belajar
yang telah sukses dan
berhasil dengan berkat
bantuannya.
Metode : Perangkat proses
pembelajaran dalam
mengembangkan metode
belajar atau inovasi
terbarukan sehingga
membuat mereka paham dan
menyenangkan.
Staf Pengajar : Background atau lulusan
tenaga pengajar (mentor) yang
bimbingan belajar tersebut
telah sediakan seperti UI,
UGM, ITB, ITS, dan PTN/ PTS
lainnya.
Diskon : Keberanian pihak perusahaan
(bimbel) mengambil langkah
potongan harga bagi siswa
lama dan siswa baru untuk
strategi marketing.
Paket : Pilihan program-program yang
ditawarkan oleh pihak
perusahaan (bimbel) misalnya
paket regular, paket special,
dan paket special plus.
Kemudahan : Kemudahan dalam hal
pembayaran angsuran
investasi pendidikan siswa
yang bersangkutan.
Suasana : Terciptanya suasana belajar
yang kondusif, aman, nyaman
dan menyenangkan.
Sarana Transportasi : Akses transportasi
yang mudah untuk mencapai
tempat tujuan.
Paket
Kemudahan
Paket
Transportasi
79 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 26 NOMOR 2 JUNI 2013
Data Sekunder
Dalam pengambilan data sekuder dibawah ini
difokuskan pada literatur dunia pendidikan
dalam hal ini bimbingan belajar. Sehingga
data sekunder ini dapat mendukung hipotesa
penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Informasi mengenai kondisi perkembangan
dunia pendidikan khususnya bimbingan
belajar berupa data yang didapatkan dari
media massa ataupun dari badan pemerintah
yang berkompeten dibidangnya. Untuk
melengkapinya penulis berupaya dengan
memakai data tambahan yaitu dengan melihat
sumber informasi yang dibutuhkan berupa
buku, lewat website atau situs internet.
Sumber Daya Manusia
Untuk meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan karyawan, manajemen
menyelenggarakan pelatihan baik yang
berasal dari internal maupun eksternal
perusahaan. Beberapa pelatihan yang telah
ditetapkan selama satu tahun diantaranya
pelatihan supervisi tenaga kerja untuk
meningkatkan kemampuan di level praktis,
pelatihan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan,
Santun), pelatihan komunikatif, pelatihan
hypno terapy yang berguna untuk
meningkatkan efisiensi, semangat kerja
dengan kondisi tempat kerja yang nyaman
dan bersih, serta meningkatkan keterampilan
atau kepahaman karyawan mengenai
program-program dan produk perusahaan.
Jenis-jenis pelatihan lainnya yang juga
diberikan pada karyawan baik yang bersifat
umum maupun teknis untuk meningkatkan
tingkat produktifitas kerja karyawan.
Dalam hal peningkatan kualitas sarana
kegiatan belajar-mengajar untuk karyawan,
telah memperbaharui serta menambah
fasilitas ruang pelatihan karyawan selain itu
untuk meningkatkan komunikasi antar
karyawan maka manajemen juga senantiasa
memperbaharui sistem informasi dalam
bimbingan belajar.
Bukan sebuah kearifan local lagi bilamana
seingkali kita bisa pulang lebih lama atau
bahkan bisa lebih cepat daripada itu. Oleh
sebab itu evaluasi kinerja menjadi penting,
selama kearifaan tadi dikomunikasikan
dengan pihak atasan dan tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap etos kerja
mungkin bagi sebagian orang menjadi tidak
masalah.
Identifikasi Analisa Bimbingan Belajar
Agar dapat mengetahui dan mengidentifikasi
strategi yang dimiliki oleh BBI Salemba
melalui penelitian ini, maka langkah-langkah
yang akan dilakukan adalah :
- Mengetahui literature AHP
- Menganalisa kuisioner menggunakan AHP
dengan program Expert Choise (2000)
Lingkungan Bimbingan Belajar
Secara umum terdapat 2 (dua) faktor yang
secara individu dan bersama-sama saling
berpengaruh terhadap dinamika
perkembangan bimbingan belajar, yaitu :
1. Pelanggan (Customer)
Selama ini pelanggan utama produk dari
pengelola penyelenggara pendidikan,
adalah siswa siswi dari beberapa sekolah
formal yang membutuhkan pengkayakan
materi pmebelajaran yang memegang
market share khusus. Adanya
kecenderungan dari pelanggan untuk
memperoleh kualitas produk dan layanan
konsumen akan membuat pihak
pengelola, harus selalu menjaga
hubungan yang baik dengan pelanggan.
2. Pemasok (Supplier)
Perusahaan masih mempunyai tingkat
ketergantungan yang tinggi kepada
pemasok, terutama ketergantungan tools
dan teknologi yang dimiliki pemasok.
Selama ini pilihan pemasok masih
kurang banyak sehingga lebih
menguntungkan jika menjalin kerjasama
yang harmonis dengan pemasok. Posisi
pemasok sendiri ialah pihak pengelola
yang merupakan pusat dari
penyelenggaranan pendidikan non
formal.
KESIMPULAN
1. Kesatuan (Unity) Proses Hirarki Analitik
memberikan model yang tunggal, mudah
dimengerti, fleksibel untuk masalah yang
luas dan tidak terstruktur.
2. Kompleksitas (Complexity) Proses Hirarki
Analitik mengintegrasikan pendekatan
deduktif dan sistem dalam memecahkan
masalah kompleks.
3. Ketergantungan (Interdependence)
Proses Hirarki Analitik berhubungan
dengan interdependence dari elemen-
elemen sistem dan tidak berdasarkan
berpikir linear.
4. Penyusunan Hirarki (Hierarchic
Structuring) Proses Hirarki Analitik
JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 26 NOMOR 2 JUNI 2013 80
merefleksikan kecenderungan natural
pikiran untuk menyusun elemen-elemen
sistem ke dalam level yang berbeda dan
mengelompokkan elemen-elemen yang
sama pada setiap level.
5. Pengukuran (Measurement) Proses
Hirarki Analitik memberikan skala untuk
mengukur satuan yang tidak dapat diukur
(intangibles) dan metode untuk
menentukan prioritas.
6. Konsistensi (Consistency) Proses Hirarki
Analitik menghitung konsistensi logis dari
penilaian yang digunakan dalam
menentukan prioritas.
7. Sintesis (Synthesis) Proses Hirarki
Analitik memberikan estimasi
keseluruhan dari lebih dipilihnya setiap
alternatif.
8. Timbalbalik (Tradeoffs) Proses Hirarki
Analitik ikut mempertimbangkan prioritas
relatif dalam suatu sistem dan membuat
orang mampu memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan mereka.
9. Penilaian dan Konsensus (Judgment and
Consensus) Proses Hirarki Analitik tidak
berdasarkan konsensus tetapi
mensintesis representasi hasil dari
penilaian yang bermacam-macam.
10. Pengulangan Proses (Process
Repetition) Proses Hirarki Analitik
membuat orang mampu untuk
menyempurnakan definisi mereka
terhadap masalah dan meningkatkan
penilaian dan pemahaman mereka
melalui repetisi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alonso, J. A., dan Lamata, M. T., 2006,
Consistency In The Analytic Hierarchy
Process: A New Approach, International
Journal of Uncertainty, no 4, volume 14,
hal. 445-459.
2. Anton, H. dan Rorres, C., 2004, Aljabar
Linear Elementer versi aplikasi, Edisi
Kedelapan, Jakarta : Erlangga.
3. Chen, P., Peter Chu dan Michelle Lin,
2002, On Vargass proof of Consistency
Test For 3x3 Comparison Matrices AHP,
Journal of the Operations Research, no.
3, vol. 45, hal 233-242 Forman, Ernest H
dan Mary Ann Selly, 2001.
4. Decision by Objectives Genest, C dan
Louis P R., 1994, A Statistical Look at
Saatys.
5. Method of Estimaing Pairwise
Preferences Expressed on a Ratio Scale,
Journal of Mathematical Psychology, vol.
38, hal 477-496.
6. Gole, A. W. dan Kusrini, 2007, Sistem
Pendukung Keputusan Penentuan
Prestasi Pegawai Nakertrans Sumba
Barat Di Waikabubak, Seminar Nasional
Aplikasi Teknologi Informasi,
Yoggyakarta.
7. Iryanto, 2004, Perbandingan
Berpasangan Dalam Proses Analitik
Hirarki, no. 2, Volume 5, hal. 9-13.
8. Joesoef, J. R., 2002, Analytic Hierarchy
Process (AHP) dan Penentuan Produk,
Kinerja Jurnal Bisnis dan Ekonomi,
Volume 6, hal. 30-38. ik Industri, no. 1,
vol. 2, hal. 1-12.
9. Saaty, Thomas L., 1990, An Exposition
Of The AHP In Reply To The Paper
Remarks On The Analytic Hierarchy
Process, Management Science, no. 3,
Vol. 36, hal 259-268.
10. Saaty, Thomas L., 2008, Decision
making with the analytic hierarchy
process, International Journal of Services
Sciences, Volume 1, hal. 83-97.
11. Saaty, Thomas L., 1994, How to Make a
Decision : The Analytic Hierarchy
Process, Institute for Operations
Research and the Management Science,
no. 6, vol. 24, hal 19-43. III, hal. 77-87.
Zeshui, XU, 2004.
12. A Practical Method For Improving
Consistency of Judgment Matrix In The
AHP, Journal of System Science and
Complexity, no. 2, vol. 17, hal 169-175.