OBAT PSIKOTROPIK PERBEDAAN OBAT PSIKOTROPIK DAN NARKOTIK Obat psikotropik: obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku, digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.
Narkotik: obat yang bekerja secara selektif pada SSP dan mempunyai efek utama terhadap penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, dan mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, digunakan untuk analgesik, antitusif, antispasmodik dan premedikasi anastesi dalam praktek kedokteran.
Menurut undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, yang tergolong Narkotika: Opioid, Kokain, Ganja. Sedangkan secara medik, yang tergolong narkotika hanya golongan Opiod (misalnya: morfin, petidin, kodein, papaverine). Di dalam PPDGJ-III terdapat kategori diagnosis F10- F19 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif
Yang termasuk zat psikoaktif: alkohol, opioida kanabinoida, sedativa atau hipnotika, kokain, stimulansia, halusinogenika, tembakau, pelarut yang mudah menguap, dan zat psikoaktif lainnya.
Jadi obat psikotropik dan narkotik tsb diatas termasuk salah satu zat psikoaktif.
RESIKO PENYALAHGUNAAN OBAT PSIKOTROPIK Intoksikasi Akut (tanpa atau dengan komplikasi) Penggunaan yang merugikan Sindrom Ketergantungan Keadaan Putus Zat Gangguan Psikotik Sindrom Amnesik EFEK PRIMER DAN EFEK SEKUNDER Efek klinis terhadap target syndrome disebut Efek Primer, sedangkan efek sampingnya disebut Efek Sekunder.
Efek primer dan sekunder bersama-sama digunakan untuk tujuan terapi, disesuaikan dengan gejala-gejala yang muncul yang menjadi sasaran terapi. Efek sekunder biasanya timbul lebih dahulu kemudian baru efek primernya. PRINSIP TITRASI DOSIS Pengaturan dosis biasanya mulai dengan: Dosis awal (dosis anjuran) Dinaikkan secara cepat sampai mencapai dosis efektif (dosis yang mulai berefek supresi gejala sasaran) Dinaikkan secara gradual sampai mencapai dosis optimal (dosis yang mampu mengendalikan gejala sasaran) Dan dipertahankan untuk jangka waktu tertentu sambil disertakan terapi yang lain (non medikamentosa). PRINSIP TITRASI DOSIS Diturunkan secara gradual sampai mencapai dosis pemeliharaan: dosis terkecil yang masih mampu mencegah kambuhnya gejala.
Bila sampai jangka waktu tertentu dinilai sudah cukup mantap hasil terapinya, dosis dapat diturunkan secara gradual sampai berhenti pemberian obat (tapering off).
PRINSIP TITRASI DOSIS Fase: Terapi symptomatic (acute case): Upward titration. Dosis awal yang kecil ditingkatkan sampai mencapai dosis efektif, kemudian dinaikkan sampai dengan dosis optimal. Terapi disease modifying (chronic case): Downward titration. Dosis optimal dipertahankan, kemudian diturunkan sampai dengan dosis pemeliharaan, dan selanjutnya tapering off. ASAS MANFAAT DAN RESIKO Penggunaan obat psikotropik yang rasional gejala sasaran dapat diredam memberi peluang untuk integrasi bio-psiko-sosial (dengan terapi psikososial) pemulihan dari keadaan sakit. Penggunaan obat psikotropik tidak rasional ketergantungan obat desintegrasi bio-psiko-sosial hendaya/disabilitas/cacat yang makin lama makin berat. PENGGOLONGAN OBAT PSIKOTROPIK 1. OBAT ANTI-PSIKOSIS Penggolongan: I. Obat Anti-Psikosis Tipikal Phenothiazine - rantai Aliphatic : Chlorpromazine - rantai Piperazine : Perphenazine Trifluoperazine Fluphenazine
INDIKASI PENGGUNAAN Gejala sasaran: Sindrom Psikosis
Sindrom Psikosis dapat terjadi pada: Sindrom Psikosis Fungsional : Skizofrenia, Psikosis Paranoid, Psikosis Afektif, Psikosis Reaktif Singkat, dll. Sindrom Psikosis Organik : Sindrom Delirium, Dementia, Intoksikasi Alkohol, dll. MEKANISME KERJA Obat anti psikosis tipikal: memblokade Dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di Otak, khususnya di sistem limbik dan ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala positif. Obat anti-psikosis atipikal: berafinitas terhadap Dopamine D2 Receptors juga terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors sehingga efektif juga untuk gejala negatif. EFEK SAMPING i. Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, dll). ii. Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik: mulut kering, kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, dll). iii. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, sindrom parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas). iv. Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (Jaundice), hematologik (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang. PENGATURAN DOSIS Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan: Onset efek primer (efek klinis) sekitar 2-4 minggu Onset efek sekunder (efek samping) sekitar 2-6 jam Dosis pagi & malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien. 2. OBAT ANTI-DEPRESI Obat Anti-depresi Trisiklik e.g. Amitriptyline, Imipramine, Chlomipramine, Tianeptine. Obat Anti-depresi Tetrasiklik e.g. Maprotiline, Mianserin, Amoxapine. Obat Anti-depresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) e.g. Sertaline, Paroxetine, Fluoxetine Obat Anti-depresi Atypical e.g. Trazodone, Mirtazapine, Venflaxine. INDIKASI PENGGUNAAN Gejala sasaran: Sindrom Depresi
MEKANISME KERJA - Menghambat re-uptake aminergic neurotransmitter - Menghambat penghancuran oleh enzim Monoamine Oxidase
Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin. EFEK SAMPING Sedasi Efek Antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, dll). Efek Anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi). Efek Neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia).
PENGATURAN DOSIS Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan: Onset primer : sekitar 2-4 minggu Onset sekunder : sekitar 12-24 jam Waktu paruh : 12-48 jam pemberian 1-2x/hari 3. OBAT ANTI-ANXIETAS Benzodiazepine e.g. Diazepam, Chlordiazepoxide, Lorazepam, Clobazam, Bromazepam, Alprazolam. Non-Benzodiazepine e.g. Sulpiride, Buspirone, Hydroxyzine. INDIKASI PENGGUNAAN Gejala sasaran: Sindrom Anxietas
Sindrom Anxietas dapat terjadi pada: Sindrom Anxietas Psikis: Gangguan Anxietas Umum, Gangguan Panik, Gangguan Fobik, dll. Sindrom Anxietas Organik: Hyperthyroid, dll. Sindrom Anxietas Situasional: Gangguan Penyesuaian+Anxietas, Gangguan Cemas Perpisahan Sindrom Anxietas Penyerta: Gg. Jiwa + Anxiety, e.g. Skizofrenia, Gg. Paranoid, dll. MEKANISME KERJA Obat Anti-anxietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya (benzodiazepine receptors) akan meng-reinforce the inhibitory action of GABA-ergic neuron, sehingga hiperaktivitas tersebut diatas mereda. EFEK SAMPING 1. Sedasi 2. Relaksasi Otot (rasa lemas, cepat lelah, dll). PENGATURAN DOSIS Mulai dengan dosis awal naikkan dosis setiap 3-5 hari sampai mencapai dosis optimal dipertahankan 2-3 minggu 1/8 x setiap 2-4 minggu dosis minimal yang masih efektif bila kambuh dinaikkan lagi dan bila efektif pertahankan 4-8 minggu tapering off 4. OBAT ANTI INSOMNIA Benzodiazepine : Nitrazepam, Flurazepam, Estazolam Non Benzodiazepine : Zolpidem
INDIKASI PENGGUNAAN Gejala Sasaran: Sindrom Insomnia
Sindrom Insomnia dapat dibagi dalam 3 tipe menurut lamanya: Transient Insomnia, hanya berlangsung 2-3 hari. Shortterm Insomnia, berlangsung sampai dengan 3 minggu. Longterm Insomnia, berlangsung dalam periode waktu yang lebih lama dan biasanya disebabkan oleh kondisi medik dan psikiatrik tertentu. MEKANISME KERJA Proses Tidur: suatu siklus yang terdiri dari: i. Stadium Jaga (wake, gelombang beta) ii. Stadium 1 (gelombang alfa, theta) iii. Stadium 2 (gelombang delta 20%) iv. Stadium 3 (gelombang delta 20-50%) v. Stadium 4 (gelombang delta >50%) vi. Stadium REM (Rapid Eye Movement) Satu siklus berlangsung sekitar 90 menit, sehingga terjadi sekitar 4-5 siklus tidur yang teratur pada tidur yang normal. Pada keadaan: - Tidur ringan (stadium 1 dan 2) - Tidur dalam (stadium 3 dan 4 (Non REM Sleep) - Tidur dangkal (stadium REM (terjadi mimpi) EFEK SAMPING Supresi SSP pada saat tidur. Hati-hati pada pasien dengen insufisiensi penapasan, uremia, gangguan fungsi hati, oleh karena keadaan tersebut terjadi penurunan fungsi SSP dan dapat memudahkan timbulnya coma. Pada pasien usia lanjut dapat terjadi oversedation sehingga resiko jatuh dan trauma menjadi besar, yang sering terjadi: hip fracture. Penggunaan lama obat anti-insomnia gol. Benzodiazepine dapat terjadi disinhibiting effect yang menyebabkan rage reaction perilaku penyerang dan ganas. PENGATURAN DOSIS Pemberian tunggal dosis anjuran 15-30 sebelum pergi tidur Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat. 5. OBAT ANTI-OBSESIF KOMPULSIF Obat Anti-obsesif kompulsif Trisiklik e.g. Clompiramine Obat Anti-obsesif kompulsif SSRI e.g. Sertraline, Paroxetine, Fluoxamine, Citalopram MEKANISME KERJA Mekanisme kerja obat anti-obsesif kompulsif adalah sebagai serotonin reuptake blockers (menghambat re-uptake neurotransmitter serotonin), sehingga hipersensitivitas tersebut berkurang. EFEK SAMPING i. Efek anti-histaminergik (sedasi, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll). ii. Efek anti kolinergik iii. Efek anti-adrenergik alfa iv. Efek neurotoksis PENGATURAN DOSIS Mulai dengan dosis rendah untuk penyesuaian efek samping namun dosis ini umumnya lebih tinggi dari dosis sebagai anti depresi, dinaikkan secara bertahap sampai tercapai dosis efektif yang mampu mengendalikan sindrom obsesif kompulsifnya. Dosis pemeliharaan umumnya agak tinggi meskipun sifatnya individual, sambil dilakukakam terapi perilaku/psikoterapi lain. Sebelum dihentikan, pengurangan dosis harus secara tapering off agar tidak terjadi kekambuhan. TERIMAKASIH