Nama : Tn. U Umur : 28 tahun Jenis kelamin : Laki - laki Status : Menikah Pendidikan terahir : SD Alamat : Kp langkob - Salawu Tanggal masuk : 2 September 2012 No. CM. : 01.52.77.37
II. SUBYEKTIF
ANAMNESIS (alloanamnesa 5 September 2012)
1. Keluhan utama Penurunan Kesadaran sejak 4 hari SMRS 2. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke RSUD dr. Slamet, Garut pada tanggal 2 September 2012 dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS. Menurut keluarga, sejak 4 hari yang lalu pasien terlihat lebih banyak tidur dibandingkan biasanya, pasien juga kadang bila diajak komunikasi sering tidak nyambung, makin hari dirasakan kondisi pasien semakin memburuk, pasien sudah tidak dapat diajak komunikasi dan tidak ada kontak sama sekali, sehingga oleh keluarga pasien dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Sebelumnya menurut 2
keluarga, pasien sering mengeluh sakit kepala sejak 1 bulan SMRS. Sakit kepala dirasakan seperti ditusuk-tusuk, di seluruh kepala dan dirasakan sepanjang hari. Bila sakit kepala muncul pasien tidak pernah minum obat untuk meredakan sakit kepalanya, Sakit kepala tidak disertai dengan mual dan muntah yang menyemprot, terbangun malam hari karena sakit kepala disangkal. pasien juga pernah berobat ke dokter umum dan diberikan obat sakit kepala namun tidak ada perubahan, keluhan pandangan dobel disangkal, nafsu makan menurun dan terdapat penurunan berat badan 3 kg. Riwayat kejang disangkal, kelemahan sesisi badan disangkal, baal sesisi badan disangkal, gangguan BAB dan BAK disangkal, tersedak saat makan dan minum (-), riwayat batuk-batuk lama (+), demam (+), keluar cairan dari telinga (-), sakit kuning (-), riwayat kontak dengan penderita TBC disangkal, sakit kuning (-), transfusi darah (-), pemakaian IVDU (-), promiskuitas / seks bebas (-). Menurut keluarga, pasien pernah menjalani pengobatan TBC selama 6 bulan di rumah sakit dan sudah selesai pengobatannya 5 bulan yang lalu. Pasien juga memiliki banyak tato di tangan dan badannya. Pasien telah mengalami perawatan di RS selama 4 hari dan pasien masih belum mengalami perubahan dan masih dalam keadaan penurunan kesadaran. Dalam perawatan pasien tidak bisa diajak komunikasi dan ditemukan lemah anggota gerak sebelah kanan, tidak ditemukan mulut mencong, bicara rero tidak diketahui karena pasien tidak sadar tetapi sebelumnya pasien tidak ada bicara rero dan pasien tidak mengompol, . Kemudian pasien dibawa pulang atas permintaan keluarga.
3. Riwayat penyakit dahulu Riwayat pengobatan paru selama 6 bulan diakui Riwayat Hipertensi disangkal Riwayat Diabetes mellitus disangkal Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat stroke sebelumnya disangkal Riwayat trauma sebelumnya disangkal 3
4. Riwayat penyakit keluarga Di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit dengan gejala yang sama seperti pasien.
5. Riwayat sosial ekonomi dan pribadi Pasien berasal dari keluarga yang kurang mampu, pasien bekerja sebagai pengrajin kulit dan sudah menikah
III. OBJEKTIF(5 September 2012)
1. Status Presens Keadaan umum : Sakit Berat Kesadaran : Sopor GCS : 8 (E2M4V2) Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi :168 x/menit Respirasi : 36x/menit Suhu : 37,3 Heart rate : 168 x/menit Kepala : Dalam batas normal Leher : Dalam batas normal
2. Status Interna Paru Inspeksi : Simetris hemitoraks kanan-kiri saat statis dan dinamis Palpasi :Simetris hemitorak kanan-kiri pada fremitus taktil dan fremitus vocal sulit dinilai Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
4
Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Palpasi : Ictus cordis tidak teraba Perkusi : Batas jantung kanan : ICS Vlinea parasternal dextra Batas jantung atas : ICS II linea parasternal sinistra Batas jantung kiri : ICS Vlinea midclavicula sinistra Auskultasi : BJ I II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen Inspeksi : Permukaan datar Auskultasi : Bising usus (+) normal Perkusi : Timpani pada keempat quadran abdomen Palpasi : NT/NL : -/-. Hepar, lien, ginjal tidak teraba.
3. Status Psikis Cara berfikir : tidak dapat dinilai Perasaan hati : tidak dapat dinilai Tingkah laku : tidak dapat dinilai Ingatan : tidak dapat dinilai Kecerdasan : tidak dapat dinilai
4. Status Neurologis
A. Kepala Bentuk : normocephalus Nyeri tekan : tidak dapat dinilai Simetris : (+) Pulsasi : (-) 5
B. Leher Sikap : dalam batas normal Pergerakan : dalam batas normal Kaku kuduk : (+)
C. Nervus kranialis N. I (olfaktorius) Subyektif : tidak dilakukan Dengan bahan : tidak dilakukan
N. I I (optikus) Tajam penglihatan : tidak dapat di nilai Lapang penglihatan : tidak dapat di nilai Melihat warna& fundus okuli : tidak dapat di nilai
N. I I I (oculomotor) Sela mata : ptosis (-), lagoftalmus (-) Pergerakan bulbus : tidak dapat di nilai Strabismus : (-) Nistagmus : (-) Eksopftalmus : (-) Pupil Besarnya : 3 mm Bentuknya : simetris, bulat isokor Refleks cahaya : (+/+) Refleks konsensual : tidak dilakukan Refleks konvergensi : tidak dilakukan Melihat kembar : tidak dapat dinilai
N. I V (trochlearis) Pergerakan mata (bawah-dalam) : tidak dapat di nilai 6
Sikap bulbus : simetris Melihat kembar : tidak dapat di nilai
N. V (trigeminus) Membuka mulut : tidak dapat di nilai Menguyah : tidak dapat di nilai Mengigit : tidak dapat di nilai Reflek kornea : Positif Sensibilitas muka : tidak dapat di nilai
N.VI (abducens) Pergerakan mata (ke lateral) : tidak dapat di nilai Sikap bulbus : simetris Melihat kembar : tidak dapat di nilai
N.VI I (fascialis) Mengerutkan dahi : tidak dapat di nilai Menutup mata : tidak dapat di nilai Memperlihatkan gigi : tidak dapat di nilai Bersiul : tidak dapat di nilai Perasaan lidah 2/3 bagian depan lidah : tidak dapat dilakukan
N.VI I I ( vestibulo cochlear) Detik arloji : tidak dapat di nilai Suara berbisik : tidak dapat di nilai Tes Weber : tidak dilakukan Tes Rinne : tidak dilakukan Tes Swabach : tidak dilakukan
7
N.I X (glosofaringeus) Perasaan lidah (1/3 bagian belakang) : tidak dapat dilakukan Sensibilitas faring : tidak dapat dilakukan
N.X (vagus) Arkus faring : tidak ada kelainan Uvula : tidak deviasi Berbicara : tidak dapat dinilai Menelan : tidak dapat di nilai
N.XI (asesorius) Menengok : tidak dapat dinilai Mengangkat bahu : tidak dapat dinilai
N.XI I (hipoglosus) Pergerakan lidah : tidak dapat di nilai Lidah : tidak dapat di nilai Atrofi : tidak dapat di nilai
D. Fungsi luhur Tidak dapat dinilai
E. Badan dan anggota gerak
1. Badan Respirasi : torakoabdominal Bentuk kolumna vetebralis : dalam batas normal Pergerakan kolumna vetebralis : dalam batas normal Refleks kulit perut atas : tidak dilakukan 8
Refleks kulit perut tengah : tidak dilakukan Refleks kulit perut bawah : tidak dilakukan
2. Anggota gerak atas Motorik : -/- Pergerakan : -/- Kekuatan : kesan hemiparesis dextra Tonus : normal Atropi : (-)
Refleks fisiologis Bisep : (+/+) Trisep : (+/+)
Refleks patologis Hoffman-Trommer : negatif
Sensibilitas Taktil : sulit dinilai Nyeri : rangsang nyeri positif Suhu : sulit dinilai Diskriminasi dua titik : sulit dinilai Lokalis : sulit dinilai Getar : sulit dinilai
3. Anggota gerak bawah Motorik : -/- Pergerakan : -/- Kekuatan : Kesan hemiparesis dextra Tonus : normal Atropi : (-) 9
Sensibilitas Taktil : sulit dinilai Nyeri : rangsang nyeri positif Suhu : sulit dinilai Diskriminasi 2 titik : tidak dilakukan Lokalis : tidak dilakukan Getar : tidak dilakukan
Refleks patologis Babinsky : (+/-) Chaddock : (-/-) Openhaeim : (-/-) Gordon : (-/-) Schaefer : (-/-) Mendel Bechtrew : tidak dilakukan Rosolimo : tidak dilakukan Klonus paha : (-/-) Klonus kaki : (-/-) Tes Laseque : (+) Tes Kernig : (+) Test brudzinsky I/II/III : (+) Patrick : tidak dilakukan Kontra patrick : tidak dilakukan
10
F. Koordinasi, gait dan keseimbangan Cara berjalan : tidak dilakukan Test Romberg : tidak dilakukan Disdiadokokinesis : tidak dilakukan Ataksia : tidak dilakukan Rebound phenomen : tidak dilakukan
G. Gerakan gerakan abnormal Tremor : (-) Athetosis : (-) Mioklonik : (-) Khorea : (-)
H. Fungsi vegetatif Miksi : terpasang cateter Defekasi : retensi dan inkontinensia (-)
IV. Ringkasan
Subyektif o Penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS. o Keluhan disertai sakit kepala hebat sejak 1 bulan SMRS o Demam (-), o kejang (-) o Mual dan muntah (-) o Riwayat pengobatan paru diakui o Riwayat tekanan darah tinggi (-)
11
Obyektif Keadaan umum sakit berat (sopor),tekanan darah 130/80 mm Hg,nadi =HR 168 x/menit, respirasi 36 x/menit, suhu 37,3 0 c Status interna =jantung, paru dan abdomen dalam batas normal Status Psikis sulit dinilai
Status neurologis : - RM : Kaku kuduk (+) - Pupil : bulat, isokor - Reflek cahaya (+) - Motorik : kesan hemiparesis dextra - Sensorik : Sulit dinilai - Fungsi luhur sulit dinilai - Fungsi vegetatif terpasang kateter - Refleks fisiologis BTR/KPR/APR(+) - Refleks patologis Babinsky (+/-), tes Chaddock (- /-), test lasegue (+),Test kernig (+),Brudzinsky I/II/III(+)
V. Diagnosis
MENINGITIS SEROSA
12
VI. Rencana awal Rencana diagnosis Thorax foto PA Lumbal Pungsi Lab darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, hematokrit, hitung jenis, LED), GDS, AGD (analisa gas darah) Cek ureum, kreatinin, natrium, kalium, SGOT, SGPT Rapid test Fisioterapi
Rencana terapi Terapi umum A (airway), B (breathing), C (circulation) yaitu dengan mengatur posisi kepala untukmenjaga jalan nafas, pemberian O 2 , dan sirkulasi yang baik Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dengan pemberian infus cairan isotonis dapat berupa : Inf RL 15 tetes/menit Pasang NGT Keseimbangan nutrisi Antibiotik : Cefotaxim 2 x 1gr IV Anti inflamasi : Dexamethason 4 x I Amp IV Inj Ranitidin 2 x I Amp IV Hedix 3x1 po Inj Bisolvon 3x1 amp
Terapi khusus Menjaga posisi pasien agar tidak lebih memicu rasa sakit saat timbul nyeri kepala berulang. 13
VII. Rencana edukasi Minum obat sesuai anjuran dokter Istirahat yang cukup Memperbaiki pola hidup Olahraga teratur Hindari stres
VIII. Prognosis Ad vitam : ad malam Ad fungsionam : ad malam
14
PEMBAHASAN
Meningitis adalah radang umum pada arahnoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. Meningen merupakan membran yang membungkus otak dan medula spinalis. Sebagian besar meningitis bersifat mengancam jiwa sehingga diagosis tepat sesegera mungkin dapat mencegah kerusakan otak lebih lanjut / kematian. Diantara penyebab meningitis yang sering didapatkan adalah kuman tuberkulosis, kuman piogen (meningococus, pneumococus, H.influenza) dan jamur.
Tanda dan gejala : Gejala yang umum dijumpai pada penderita meningitis adalah : demam, photofobia, mual, muntah, perubahan tingkah laku, nyeri kepala hebat yang diperberat dengan pergerakan kepala dan leher terutama fleksi leher. Sedangkan tanda yang sering dijumpai adalah demam dan kaku kuduk. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan cerebrospinalis, meningitis dibagi menjadi dua golongan : meningitis purulenta dan meningitis serosa. Meningitis serosa merupakan radang selaput arachnoid dan piameter yang disertai cairan CSS yang jernih. Penyebab terseringnya adalah M. Tuberculosis disebut meningitis tuberkulosis. Meningitis serosa o Gambaran klinis meningitis o Pemeriksaan cairan serebrospinal tidak sampai berwarna keruh. Cairan tampak opalesen karena terdapat peninggian jumlah sel, dan berwarna kuning karena adanya peninggian protein
Meningitis tuberkulosa adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis yang mengenai arachnoid, piameter dan cairan cerebrospinal di dalam system ventrikel. Onset biasanya sub akut. Pada anak-anak, dihasilkan dari bakteriemia yang mengikuti fase inisial dari tuberculosis paru primer. Pada orang dewasa dapat terjadi selama bertahun - tahun setelah infeksi 15
primer. Fokus primer biasanya terdapat di paru-paru namun dapat juga terjadi di kelenjar limfe, tulang, sinus nasalis, GI tract atau organ-organ lainnya.
Meningitis tuberkulosis selalu terjadi sekunder terhadap proses tuberkulosis di tempat lain. Meningitis tuberkulosis pada anak anak seringkali dihubungkan dengan penjalaran suatu kompleks primer, penyebaran hematogen terjadi pada stadium awal kompleks primer, akan tetapi meningitis tuberkulosis sendiri baru terjadi bilamana kompleks primer dan fokus hematogen beberapa organ lain telah mengalami penyembuhan. Meningitis tuberkulosis hanya terjadi dalam 2 tahun setelah infeksi primer. Berbeda pada anak anak, pada dewasa sering ditemukan fokus ekstrapulmonal aktif bersamaan dengan meingitis tuberkulosis. Pada penderita dewasa, meningitis tuberkulosis terjadi akibat reaktivasi lambat suatu infeksi dormant pada daerah otak sendiri atau paru paru. Akibat reaktivasi, terjadi penjalaran kuman tuberkulosis ke susunan saraf pusat melalui bakteremia dan pada kasus demikian seringkali ditemukan tuberkulosis milier.
17
Hipotesa Rich 4
Fokus infeksi meningitis paling sering di paru
Dorman state (kuman sembunyi di paru paru) Imunitas tubuh turun Kuman keluar melalui lokus yang pecah Penyebaran secara hematogen Terbentuk fokus Rich di otak (terjadi semasa bakteriemi setelah infeksi primer atau reinfeksi tuberkulosis) Fokus Rich pecah Cairan eksudat keluar mencari tempat terendah di basis cranii (tempat N. III, IV, VI berjalan bersama sinus) Menjerat Lama lama pembuluh darah terendam oleh cairan yang mengandung banyak bakteri (PANARTRITIS) Inflamasi / peradangan Sebagian turun ke medula spinalis peradangan LCS lambat
Parase inferior
Keadaan dan luas lesi pada meningitis tuberkulosis tergantung dari jumlah dan virulensi kuman serta keadaan kekebalan atau alergi penderita. Bila jumlah kuman sedikit dan daya tahan tubuh penderita cukup baik, maka reaksi peradangan terbatas pada daerah sekitar tuberkel perkijuan. Bila didapatkan reaksi hipersensitif yang hebat, maka akan terjadi meningiti tuberkulosis yang luas disertai peradangan hebat dan nekrosis.
18
Gambaran Klinis
Penyakit ini dimulai akut, subakut, atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal, marah-marah, obstipasi, muntah-muntah, kejang umum dan disertaipenurunan kesadaran. Dapat ditemukan tanda-tanda peransangan meningenseperti kaku kuduk, tanda Laseque, Kernig, Brudzinski I dan Brudzinski II. Suhubadan naik turun, kadang-kadang suhu malah merendah. Nadi sangat labil, seringdijumpai nadi yang lambat. Selain itu terdapat hiperestesi umum. Abdomentampak mencekung. Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudatpada saraf-saraf ini. Yang sering terkena adalah Nervus III dan VII. Terjadi afasiamotoris dan sensoris, kejang fokal, monoparesis, hemiparesi, gangguan sensibilitas. Tanda khas penyakit ini adalah apatis, reflek pupil yang lambatdan reflek-reflek tendo yang lemah. Terjadinya atrofi otak dapat menimbulkangejala sisa berupa demensia dan perubahan watak.
Klasifikasi menurut Medical Research Council of Great Britain : 1. grade 1 : penderita tampak tidak sehat, suhu subfebris, nyeri kepala (+) 2. grade 2 : gejala diatas ditambahdengan defisit neurologik fokal. 3. grade 3 : gejala diatas ditambah dengan penurunan kesadaran, dapat sampai koma
Faktor resiko meningitis serosa : - Usia - Alkoholisme - infeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV), - Malnutrisi - Status Imunosupresi - Penyalahgunaan obat-obatan - Tuna wisma
19
DIAGNOSIS
1. Anamnesis : - terdapat demam lama - adanya TTIK kronik - adanya tanda tanda infeksi TB 2. Pemeriksaan : - kesadaran antara compos menitis sampai somnolen, namun biasanya pasien apatis. - Suhu < 39 o C - Pada status neurologi didapatkan kaku kuduk (+),Tes Laseque (+) Tes Kernig (+) Test brudzinsky I/II/III (+), biasa disertai babinsky bilateral. 3. Pemeriksaan tambahan Pemeriksaan hematologik Rontgen thoraks Lumbal pungsi
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah Dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit,laju endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit. Padameningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit dan LED.
2. Lumbal pungsi / pemeriksaan cairan otak Hasil pemeriksaan lumbal pungsi digunakan membedakan antara meningitisserosa dengan meningitis purulenta.
LP PURULENTA SEROSA Warna Keruh Jernih Sel PMN 1000-10000 MMN 300-500 Protein 100-500 mg% 100-500 mg% Glukosa 0-40 mg% Rendah 20
3. Kultur darah Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan jenis bakteri yang menginfeksimeningen sehingga dapat diberikan terapi dengan obat yang sesuai olehpenyebabnya.
4. Pemeriksaan Radiologis Dilakukan pemeriksaan roentgen dada dan kepala. Bila perludilakukan CT-scan kepala dan MRI. 5. Pemeriksaan mata untuk tuberkel choroid 6. Pewarnaan urin dan sputum dan kultur untuk bakteri tahan asam 7. Tuberculin skin tes
TERAPI
PERAWATAN UMUM & PENGOBATAN SIMPTOMATIK KEMOTERAPEUTIKA PENGOBATAN TERHADAP PENYULIT
Bila pasien dalam stadium lanjut dimana sudah terjadi penurunan kesadaran sampai koma, maka diperlukan pengawasan saluran pernapasan yang baik, keseimbangan cairan dan elektrolit, katerisasi urin dan perubahan posisi tidur penderita sesering mungkin. PENGOBATAN SIMPTOMATIK : - Anti konvulsan fenobarbitol, fenitoin dan diazepam - Anti demam parasetamol - Gliserin atau susu Magnesia - Transfusi darah
Obat golongan primer : INH, Rifampisin Obat golongan sekunder : Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid Obat golongan tersier : Eionamid, Sikloserin, Kanamisin
- Kortikosteroid Deksametason
- Anti konvulsan Fenobarbital Fenitoin - 21
Cara pemberian obat 1 :
KOMPLIKASI
1. Komplikasi neurologik Kelumpuhan saraf otak Arteritis Nama Obat Dosis harian BB<50 kg BB>50 kg Dosis berkala 3X Seminggu Isoniazid/INH (H) Paling baik menembus sawar darah otak 300 mg 400 mg 600 mg Rifampisin Profilaksis meningitis oleh karena Meningokokus /Haemophylusinfuenz a 450 mg 600 mg 600 mg Pirazinamid (Z) 1500 mg 2000 mg 2-3 g Streptomosin (S) i.m 750 mg 1000 mg 1000 mg Etambutol (E) 1000 mg 1500 mg 1-1,5 g Etionamid (T) 500 mg 750 mg - 2 BULAN PERTAMA
Hidrosefalus Arahnoiditis SIADH (Sindrome Inappropriate Anti Diuretic Hormon) Sequele 2. Komplikasi non neurologik Dekubitus
PROGNOSIS
Faktor yang mempengaruhi prognosis : a. Usia Prognosis paling bururk untuk penderita dengan usia di bawah 3 tahun dan di atas 40 tahun. Angka kematian 50% pada bayi dan usia lanjut.
b. Lamanya perjalanan penyakit sebelum diberikan terapi Pengobatan yang diberikan lama setelah onset penyakit akan meninggikan angka mortalitas dan komplikasi neurologik berat.
c. Pengenalan dini dan pengobatan secepatnya dari berbagai komplikasi Prognosis akan lebih baik apabila pengobatan diberikan secepatnya pada suatu peninggian tekann intrakranial atau hidrosefalus akut.
d. Imunisasi BCG Vaksin BCG akan membuat respon imunologik seseorang baik, sehingga gejala klinik ringan dan penyembuhan sempurna.
e. Malnutrisi 50% penderita dengan malnutrisi akan meninggal dunia.
f. Kelainan pemeriksaan LCS Kadar gula paling tinggi pada stadium I prognosis baik, sedangkan kadar gula paling rendah pada stadium III prognosis buruk. 23
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 2000:11