Anda di halaman 1dari 23

1

STATUS PASIEN BAGIAN NEUROLOGI





I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. U
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Status : Menikah
Pendidikan terahir : SD
Alamat : Kp langkob - Salawu
Tanggal masuk : 2 September 2012
No. CM. : 01.52.77.37


II. SUBYEKTIF

ANAMNESIS (alloanamnesa 5 September 2012)

1. Keluhan utama
Penurunan Kesadaran sejak 4 hari SMRS
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSUD dr. Slamet, Garut pada tanggal 2 September 2012
dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS. Menurut keluarga,
sejak 4 hari yang lalu pasien terlihat lebih banyak tidur dibandingkan biasanya,
pasien juga kadang bila diajak komunikasi sering tidak nyambung, makin hari
dirasakan kondisi pasien semakin memburuk, pasien sudah tidak dapat diajak
komunikasi dan tidak ada kontak sama sekali, sehingga oleh keluarga pasien
dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Sebelumnya menurut
2

keluarga, pasien sering mengeluh sakit kepala sejak 1 bulan SMRS. Sakit
kepala dirasakan seperti ditusuk-tusuk, di seluruh kepala dan dirasakan sepanjang
hari. Bila sakit kepala muncul pasien tidak pernah minum obat untuk
meredakan sakit kepalanya, Sakit kepala tidak disertai dengan mual dan muntah
yang menyemprot, terbangun malam hari karena sakit kepala disangkal. pasien
juga pernah berobat ke dokter umum dan diberikan obat sakit kepala namun
tidak ada perubahan, keluhan pandangan dobel disangkal, nafsu makan
menurun dan terdapat penurunan berat badan 3 kg. Riwayat kejang disangkal,
kelemahan sesisi badan disangkal, baal sesisi badan disangkal, gangguan BAB
dan BAK disangkal, tersedak saat makan dan minum (-), riwayat batuk-batuk
lama (+), demam (+), keluar cairan dari telinga (-), sakit kuning (-), riwayat
kontak dengan penderita TBC disangkal, sakit kuning (-), transfusi darah (-),
pemakaian IVDU (-), promiskuitas / seks bebas (-).
Menurut keluarga, pasien pernah menjalani pengobatan TBC selama 6
bulan di rumah sakit dan sudah selesai pengobatannya 5 bulan yang lalu.
Pasien juga memiliki banyak tato di tangan dan badannya. Pasien telah
mengalami perawatan di RS selama 4 hari dan pasien masih belum mengalami
perubahan dan masih dalam keadaan penurunan kesadaran. Dalam perawatan
pasien tidak bisa diajak komunikasi dan ditemukan lemah anggota gerak
sebelah kanan, tidak ditemukan mulut mencong, bicara rero tidak diketahui
karena pasien tidak sadar tetapi sebelumnya pasien tidak ada bicara rero dan
pasien tidak mengompol, . Kemudian pasien dibawa pulang atas permintaan
keluarga.

3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat pengobatan paru selama 6 bulan diakui
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Diabetes mellitus disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat stroke sebelumnya disangkal
Riwayat trauma sebelumnya disangkal
3

4. Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit dengan gejala
yang sama seperti pasien.

5. Riwayat sosial ekonomi dan pribadi
Pasien berasal dari keluarga yang kurang mampu, pasien bekerja sebagai
pengrajin kulit dan sudah menikah

III. OBJEKTIF(5 September 2012)

1. Status Presens
Keadaan umum : Sakit Berat
Kesadaran : Sopor
GCS : 8 (E2M4V2)
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi :168 x/menit
Respirasi : 36x/menit
Suhu : 37,3
Heart rate : 168 x/menit
Kepala : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal

2. Status Interna
Paru
Inspeksi : Simetris hemitoraks kanan-kiri saat statis dan dinamis
Palpasi :Simetris hemitorak kanan-kiri pada fremitus taktil dan
fremitus vocal sulit dinilai
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-


4

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS Vlinea parasternal dextra
Batas jantung atas : ICS II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : ICS Vlinea midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani pada keempat quadran abdomen
Palpasi : NT/NL : -/-. Hepar, lien, ginjal tidak teraba.


3. Status Psikis
Cara berfikir : tidak dapat dinilai
Perasaan hati : tidak dapat dinilai
Tingkah laku : tidak dapat dinilai
Ingatan : tidak dapat dinilai
Kecerdasan : tidak dapat dinilai


4. Status Neurologis

A. Kepala
Bentuk : normocephalus
Nyeri tekan : tidak dapat dinilai
Simetris : (+)
Pulsasi : (-)
5

B. Leher
Sikap : dalam batas normal
Pergerakan : dalam batas normal
Kaku kuduk : (+)

C. Nervus kranialis
N. I (olfaktorius)
Subyektif : tidak dilakukan
Dengan bahan : tidak dilakukan

N. I I (optikus)
Tajam penglihatan : tidak dapat di nilai
Lapang penglihatan : tidak dapat di nilai
Melihat warna& fundus okuli : tidak dapat di nilai

N. I I I (oculomotor)
Sela mata : ptosis (-), lagoftalmus (-)
Pergerakan bulbus : tidak dapat di nilai
Strabismus : (-)
Nistagmus : (-)
Eksopftalmus : (-)
Pupil
Besarnya : 3 mm
Bentuknya : simetris, bulat isokor
Refleks cahaya : (+/+)
Refleks konsensual : tidak dilakukan
Refleks konvergensi : tidak dilakukan
Melihat kembar : tidak dapat dinilai

N. I V (trochlearis)
Pergerakan mata (bawah-dalam) : tidak dapat di nilai
6

Sikap bulbus : simetris
Melihat kembar : tidak dapat di nilai

N. V (trigeminus)
Membuka mulut : tidak dapat di nilai
Menguyah : tidak dapat di nilai
Mengigit : tidak dapat di nilai
Reflek kornea : Positif
Sensibilitas muka : tidak dapat di nilai

N.VI (abducens)
Pergerakan mata (ke lateral) : tidak dapat di nilai
Sikap bulbus : simetris
Melihat kembar : tidak dapat di nilai

N.VI I (fascialis)
Mengerutkan dahi : tidak dapat di nilai
Menutup mata : tidak dapat di nilai
Memperlihatkan gigi : tidak dapat di nilai
Bersiul : tidak dapat di nilai
Perasaan lidah
2/3 bagian depan lidah : tidak dapat dilakukan

N.VI I I ( vestibulo cochlear)
Detik arloji : tidak dapat di nilai
Suara berbisik : tidak dapat di nilai
Tes Weber : tidak dilakukan
Tes Rinne : tidak dilakukan
Tes Swabach : tidak dilakukan


7

N.I X (glosofaringeus)
Perasaan lidah
(1/3 bagian belakang) : tidak dapat dilakukan
Sensibilitas faring : tidak dapat dilakukan

N.X (vagus)
Arkus faring : tidak ada kelainan
Uvula : tidak deviasi
Berbicara : tidak dapat dinilai
Menelan : tidak dapat di nilai

N.XI (asesorius)
Menengok : tidak dapat dinilai
Mengangkat bahu : tidak dapat dinilai


N.XI I (hipoglosus)
Pergerakan lidah : tidak dapat di nilai
Lidah : tidak dapat di nilai
Atrofi : tidak dapat di nilai

D. Fungsi luhur
Tidak dapat dinilai

E. Badan dan anggota gerak

1. Badan
Respirasi : torakoabdominal
Bentuk kolumna vetebralis : dalam batas normal
Pergerakan kolumna vetebralis : dalam batas normal
Refleks kulit perut atas : tidak dilakukan
8

Refleks kulit perut tengah : tidak dilakukan
Refleks kulit perut bawah : tidak dilakukan

2. Anggota gerak atas
Motorik : -/-
Pergerakan : -/-
Kekuatan : kesan hemiparesis dextra
Tonus : normal
Atropi : (-)

Refleks fisiologis
Bisep : (+/+)
Trisep : (+/+)

Refleks patologis
Hoffman-Trommer : negatif

Sensibilitas
Taktil : sulit dinilai
Nyeri : rangsang nyeri positif
Suhu : sulit dinilai
Diskriminasi dua titik : sulit dinilai
Lokalis : sulit dinilai
Getar : sulit dinilai

3. Anggota gerak bawah
Motorik : -/-
Pergerakan : -/-
Kekuatan : Kesan hemiparesis dextra
Tonus : normal
Atropi : (-)
9

Sensibilitas
Taktil : sulit dinilai
Nyeri : rangsang nyeri positif
Suhu : sulit dinilai
Diskriminasi 2 titik : tidak dilakukan
Lokalis : tidak dilakukan
Getar : tidak dilakukan

Refleks fisiologis
Patella : (+/+)
Achilles : (+/+)

Refleks patologis
Babinsky : (+/-)
Chaddock : (-/-)
Openhaeim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Schaefer : (-/-)
Mendel Bechtrew : tidak dilakukan
Rosolimo : tidak dilakukan
Klonus paha : (-/-)
Klonus kaki : (-/-)
Tes Laseque : (+)
Tes Kernig : (+)
Test brudzinsky I/II/III : (+)
Patrick : tidak dilakukan
Kontra patrick : tidak dilakukan

10

F. Koordinasi, gait dan keseimbangan
Cara berjalan : tidak dilakukan
Test Romberg : tidak dilakukan
Disdiadokokinesis : tidak dilakukan
Ataksia : tidak dilakukan
Rebound phenomen : tidak dilakukan

G. Gerakan gerakan abnormal
Tremor : (-)
Athetosis : (-)
Mioklonik : (-)
Khorea : (-)

H. Fungsi vegetatif
Miksi : terpasang cateter
Defekasi : retensi dan inkontinensia (-)


IV. Ringkasan

Subyektif
o Penurunan kesadaran sejak 4 hari SMRS.
o Keluhan disertai sakit kepala hebat sejak 1 bulan SMRS
o Demam (-),
o kejang (-)
o Mual dan muntah (-)
o Riwayat pengobatan paru diakui
o Riwayat tekanan darah tinggi (-)



11

Obyektif
Keadaan umum sakit berat (sopor),tekanan darah 130/80 mm Hg,nadi
=HR 168 x/menit, respirasi 36 x/menit, suhu 37,3
0
c
Status interna =jantung, paru dan abdomen dalam batas normal
Status Psikis sulit dinilai

Status neurologis :
- RM : Kaku kuduk (+)
- Pupil : bulat, isokor
- Reflek cahaya (+)
- Motorik : kesan hemiparesis dextra
- Sensorik : Sulit dinilai
- Fungsi luhur sulit dinilai
- Fungsi vegetatif terpasang kateter
- Refleks fisiologis BTR/KPR/APR(+)
- Refleks patologis Babinsky (+/-), tes Chaddock (-
/-), test lasegue (+),Test kernig (+),Brudzinsky
I/II/III(+)

V. Diagnosis

MENINGITIS SEROSA



12

VI. Rencana awal
Rencana diagnosis
Thorax foto PA
Lumbal Pungsi
Lab darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, hematokrit, hitung jenis, LED),
GDS, AGD (analisa gas darah)
Cek ureum, kreatinin, natrium, kalium, SGOT, SGPT
Rapid test
Fisioterapi

Rencana terapi
Terapi umum
A (airway), B (breathing), C (circulation)
yaitu dengan mengatur posisi kepala untukmenjaga jalan nafas,
pemberian O
2
, dan sirkulasi yang baik
Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dengan pemberian infus cairan
isotonis dapat berupa : Inf RL 15 tetes/menit
Pasang NGT
Keseimbangan nutrisi
Antibiotik : Cefotaxim 2 x 1gr IV
Anti inflamasi : Dexamethason 4 x I Amp IV
Inj Ranitidin 2 x I Amp IV
Hedix 3x1 po
Inj Bisolvon 3x1 amp

Terapi khusus
Menjaga posisi pasien agar tidak lebih memicu rasa sakit saat timbul nyeri
kepala berulang.
13

VII. Rencana edukasi
Minum obat sesuai anjuran dokter
Istirahat yang cukup
Memperbaiki pola hidup
Olahraga teratur
Hindari stres


VIII. Prognosis
Ad vitam : ad malam
Ad fungsionam : ad malam




















14

PEMBAHASAN


Meningitis adalah radang umum pada arahnoid dan piameter, disebabkan oleh
bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Meningen merupakan membran yang membungkus otak dan medula spinalis. Sebagian
besar meningitis bersifat mengancam jiwa sehingga diagosis tepat sesegera mungkin
dapat mencegah kerusakan otak lebih lanjut / kematian. Diantara penyebab meningitis
yang sering didapatkan adalah kuman tuberkulosis, kuman piogen (meningococus,
pneumococus, H.influenza) dan jamur.

Tanda dan gejala :
Gejala yang umum dijumpai pada penderita meningitis adalah : demam,
photofobia, mual, muntah, perubahan tingkah laku, nyeri kepala hebat yang diperberat
dengan pergerakan kepala dan leher terutama fleksi leher. Sedangkan tanda yang sering
dijumpai adalah demam dan kaku kuduk.
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan cerebrospinalis, meningitis
dibagi menjadi dua golongan : meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Meningitis serosa merupakan radang selaput arachnoid dan piameter yang
disertai cairan CSS yang jernih. Penyebab terseringnya adalah M. Tuberculosis disebut
meningitis tuberkulosis.
Meningitis serosa
o Gambaran klinis meningitis
o Pemeriksaan cairan serebrospinal tidak sampai berwarna keruh. Cairan
tampak opalesen karena terdapat peninggian jumlah sel, dan berwarna
kuning karena adanya peninggian protein

Meningitis tuberkulosa adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis yang
mengenai arachnoid, piameter dan cairan cerebrospinal di dalam system ventrikel. Onset
biasanya sub akut. Pada anak-anak, dihasilkan dari bakteriemia yang mengikuti fase inisial dari
tuberculosis paru primer. Pada orang dewasa dapat terjadi selama bertahun - tahun setelah infeksi
15

primer. Fokus primer biasanya terdapat di paru-paru namun dapat juga terjadi di kelenjar limfe, tulang,
sinus nasalis, GI tract atau organ-organ lainnya.


Gambar 1 meningens di otak




Gambar 2. Meninges di Medula spinalis

16

ETIOLOGI


Bakteri (Micobakterium tuberculosis)
Virus (meningitis virus/meningitis aseptik) ,
Jamur (meningitis jamur), parasit (syphilitic meningitis).


PATOFISIOLOGI


Meningitis tuberkulosis selalu terjadi sekunder terhadap proses tuberkulosis di
tempat lain.
Meningitis tuberkulosis pada anak anak seringkali dihubungkan dengan
penjalaran suatu kompleks primer, penyebaran hematogen terjadi pada stadium awal
kompleks primer, akan tetapi meningitis tuberkulosis sendiri baru terjadi bilamana
kompleks primer dan fokus hematogen beberapa organ lain telah mengalami
penyembuhan.
Meningitis tuberkulosis hanya terjadi dalam 2 tahun setelah infeksi primer. Berbeda pada
anak anak, pada dewasa sering ditemukan fokus ekstrapulmonal aktif bersamaan
dengan meingitis tuberkulosis.
Pada penderita dewasa, meningitis tuberkulosis terjadi akibat reaktivasi lambat
suatu infeksi dormant pada daerah otak sendiri atau paru paru. Akibat reaktivasi,
terjadi penjalaran kuman tuberkulosis ke susunan saraf pusat melalui bakteremia dan
pada kasus demikian seringkali ditemukan tuberkulosis milier.








17

Hipotesa Rich
4

Fokus infeksi meningitis paling sering di paru

Dorman state
(kuman sembunyi di paru paru)
Imunitas tubuh turun
Kuman keluar melalui lokus yang pecah
Penyebaran secara hematogen
Terbentuk fokus Rich di otak
(terjadi semasa bakteriemi setelah infeksi primer atau reinfeksi tuberkulosis)
Fokus Rich pecah
Cairan eksudat keluar mencari tempat terendah di basis cranii
(tempat N. III, IV, VI berjalan bersama sinus)
Menjerat
Lama lama pembuluh darah terendam oleh cairan yang mengandung banyak bakteri
(PANARTRITIS)
Inflamasi / peradangan
Sebagian turun ke medula spinalis peradangan
LCS lambat

Parase inferior

Keadaan dan luas lesi pada meningitis tuberkulosis tergantung dari jumlah dan virulensi
kuman serta keadaan kekebalan atau alergi penderita. Bila jumlah kuman sedikit dan
daya tahan tubuh penderita cukup baik, maka reaksi peradangan terbatas pada daerah
sekitar tuberkel perkijuan. Bila didapatkan reaksi hipersensitif yang hebat, maka akan
terjadi meningiti tuberkulosis yang luas disertai peradangan hebat dan nekrosis.



18

Gambaran Klinis

Penyakit ini dimulai akut, subakut, atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,
marah-marah, obstipasi, muntah-muntah, kejang umum dan disertaipenurunan kesadaran.
Dapat ditemukan tanda-tanda peransangan meningenseperti kaku kuduk, tanda Laseque,
Kernig, Brudzinski I dan Brudzinski II. Suhubadan naik turun, kadang-kadang suhu
malah merendah. Nadi sangat labil, seringdijumpai nadi yang lambat. Selain itu terdapat
hiperestesi umum. Abdomentampak mencekung. Gangguan saraf otak yang terjadi
disebabkan tekanan eksudatpada saraf-saraf ini. Yang sering terkena adalah Nervus III
dan VII. Terjadi afasiamotoris dan sensoris, kejang fokal, monoparesis, hemiparesi,
gangguan sensibilitas.
Tanda khas penyakit ini adalah apatis, reflek pupil yang lambatdan reflek-reflek tendo
yang lemah. Terjadinya atrofi otak dapat menimbulkangejala sisa berupa demensia dan
perubahan watak.

Klasifikasi menurut Medical Research Council of Great Britain :
1. grade 1 : penderita tampak tidak sehat, suhu subfebris, nyeri kepala (+)
2. grade 2 : gejala diatas ditambahdengan defisit neurologik fokal.
3. grade 3 : gejala diatas ditambah dengan penurunan kesadaran, dapat sampai
koma

Faktor resiko meningitis serosa :
- Usia
- Alkoholisme
- infeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV),
- Malnutrisi
- Status Imunosupresi
- Penyalahgunaan obat-obatan
- Tuna wisma


19

DIAGNOSIS

1. Anamnesis :
- terdapat demam lama
- adanya TTIK kronik
- adanya tanda tanda infeksi TB
2. Pemeriksaan :
- kesadaran antara compos menitis sampai somnolen, namun biasanya
pasien apatis.
- Suhu < 39
o
C
- Pada status neurologi didapatkan kaku kuduk (+),Tes Laseque (+) Tes
Kernig (+) Test brudzinsky I/II/III (+), biasa disertai babinsky bilateral.
3. Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan hematologik
Rontgen thoraks
Lumbal pungsi

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar haemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit,laju
endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit. Padameningitis
serosa didapatkan peningkatan leukosit dan LED.

2. Lumbal pungsi / pemeriksaan cairan otak
Hasil pemeriksaan lumbal pungsi digunakan membedakan antara meningitisserosa
dengan meningitis purulenta.

LP PURULENTA SEROSA
Warna Keruh Jernih
Sel PMN 1000-10000 MMN 300-500
Protein 100-500 mg% 100-500 mg%
Glukosa 0-40 mg% Rendah
20

Klorida 650-680 510
Mikroorganisme Kultur Khusus/Ziehl-Nielsen

3. Kultur darah
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan jenis bakteri yang
menginfeksimeningen sehingga dapat diberikan terapi dengan obat yang sesuai
olehpenyebabnya.

4. Pemeriksaan Radiologis
Dilakukan pemeriksaan roentgen dada dan kepala. Bila perludilakukan CT-scan
kepala dan MRI.
5. Pemeriksaan mata untuk tuberkel choroid
6. Pewarnaan urin dan sputum dan kultur untuk bakteri tahan asam
7. Tuberculin skin tes

TERAPI

PERAWATAN UMUM &
PENGOBATAN SIMPTOMATIK
KEMOTERAPEUTIKA PENGOBATAN TERHADAP
PENYULIT

Bila pasien dalam stadium lanjut
dimana sudah terjadi penurunan
kesadaran sampai koma, maka
diperlukan pengawasan saluran
pernapasan yang baik, keseimbangan
cairan dan elektrolit, katerisasi urin dan
perubahan posisi tidur penderita
sesering mungkin.
PENGOBATAN SIMPTOMATIK :
- Anti konvulsan fenobarbitol,
fenitoin dan diazepam
- Anti demam parasetamol
- Gliserin atau susu Magnesia
- Transfusi darah

Obat golongan primer :
INH,
Rifampisin
Obat golongan sekunder :
Etambutol,
Streptomisin,
Pirazinamid
Obat golongan tersier :
Eionamid,
Sikloserin,
Kanamisin

- Kortikosteroid
Deksametason

- Anti konvulsan
Fenobarbital
Fenitoin
-
21



Cara pemberian obat
1
:







KOMPLIKASI

1. Komplikasi neurologik
Kelumpuhan saraf otak
Arteritis
Nama Obat Dosis harian
BB<50 kg BB>50
kg
Dosis berkala 3X
Seminggu
Isoniazid/INH (H)
Paling baik menembus
sawar darah otak
300 mg 400 mg 600 mg
Rifampisin
Profilaksis meningitis oleh
karena
Meningokokus
/Haemophylusinfuenz
a
450 mg 600 mg 600 mg
Pirazinamid (Z) 1500 mg 2000 mg 2-3 g
Streptomosin (S) i.m 750 mg 1000 mg 1000 mg
Etambutol (E) 1000 mg 1500 mg 1-1,5 g
Etionamid (T) 500 mg 750 mg -
2 BULAN PERTAMA

- INH : 1x400 mg/hr, oral
- Rifampisin : 1x600 mg/hr, oral
- Pirazinamid : 15 30 mg/hr/kg, oral
- Streptomisin : 15 mg/hr/kg, oral
atau
- Etambutol : 15 20 mg/hr/kg, oral
7 - 12 BULAN SELANJUTNYA

- INH : 1x400 mg/hr, oral
- Rifampisin : 1x500 mg/hr, oral
22

Hidrosefalus
Arahnoiditis
SIADH (Sindrome Inappropriate Anti Diuretic Hormon)
Sequele
2. Komplikasi non neurologik
Dekubitus

PROGNOSIS

Faktor yang mempengaruhi prognosis :
a. Usia
Prognosis paling bururk untuk penderita dengan usia di bawah 3 tahun dan di atas
40 tahun. Angka kematian 50% pada bayi dan usia lanjut.

b. Lamanya perjalanan penyakit sebelum diberikan terapi
Pengobatan yang diberikan lama setelah onset penyakit akan meninggikan angka
mortalitas dan komplikasi neurologik berat.

c. Pengenalan dini dan pengobatan secepatnya dari berbagai komplikasi
Prognosis akan lebih baik apabila pengobatan diberikan secepatnya pada suatu
peninggian tekann intrakranial atau hidrosefalus akut.

d. Imunisasi BCG
Vaksin BCG akan membuat respon imunologik seseorang baik, sehingga gejala
klinik ringan dan penyembuhan sempurna.

e. Malnutrisi
50% penderita dengan malnutrisi akan meninggal dunia.

f. Kelainan pemeriksaan LCS
Kadar gula paling tinggi pada stadium I prognosis baik, sedangkan kadar gula
paling rendah pada stadium III prognosis buruk.
23

DAFTAR PUSTAKA


1. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 2000:11

2. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Fakultas Kedokteran Unversitas Gajah
Mada: Yogyakarta. 2005: 165-8; 200-4

3. Davey, Patrick. At a Glance Medicine. Erlangga: Jakarta. 2002: 133; 5;362

4. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat:
Jakarta. 2004: 15; 39

5. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat: Jakarta. 2000: 421

6. http://www.docstoc.com/docs/19409600/new-meningitis-edit

7. http://emedicine.medscape.com/article/232915-overview

8. http://www.emedicinehealth.com/meningitis_in_adults/article_em.htm
9. http://meningitis.com.au/signs_and_symptoms/meningitis.phtml

Anda mungkin juga menyukai