Anda di halaman 1dari 29

Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt



BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam perkembangannya sel akan mengalami pembelahan
secara terus-menerus untuk memperbaiki susunan sel, dan setelah
pembelahannya terhenti, maka selnya hanya perlu dipertahankan agar
tetap normal. Namun seringkali mengalami pertumbuhan yang tidak
normal yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal
maupun eksternal seperti adanya bahan-bahan kimia tertentu yang
dikonsumsi dari luar yang menyebabkan gangguan pada siklus sel.
Bahan-bahan yang bersifat kimia toksik tersebut diketahui
mengganggu sel setelah dikonsumsi, tetapi bila ada reaksi yang
ditimbulkan yang tidak terlihat, maka perlu diadakan pengujian terhadap
beberapa bahan seperti bahan kimia yang dapat menyebabkan
kerusakan sel.
Berbagai jenis bahan alam mempunyai efek toksisitas yang
berbeda-beda dalam menghambat pertumbuhan sel-sel di dalam tubuh
yang bersifat abnormal atau mengalami kerusakan
Oleh karena itu, dilakukan suatu uji pendahuluan terhadap suatu
senyawa khususnya dari bahan alam untuk mengamati efek toksik
yang ditimbulkan oleh senyawa tersebut pada suatu hewan uji. Uji
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

tersebut dinamakan Brine Shrimp Letality Test yang menggunakan
hewan uji berupa larva udang (Artemia salina Leach).
I.2 Maksud Percobaan
Maksud percobaan ini adalah untuk melakukan uji toksisitas
dari suatu sampel n-Heksan Beruwas Laut (Scaevola taccada
(Gaertn.) Roxb) berdasarkan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT).
I.3 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan LC
50
dan LC
80

yaitu konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk membunuh berapa
persen dari hewan coba.
I.4 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan dari praktikum ini yaitu penentuan efek
toksisitas suatu senyawa bahan alam berdasarkan metode BSLT (
Brine Shrimp Lethality Test ) dengan melihat banyaknya jumlah larva
udang yang mati setelah dilarutkan dengan n-heksan beruas laut yang
sebelumnya telah berisi air laut dan pemberian ekstrak ragi yang
disimpan pada tempat yang tertutup dan mendapat sinar lampu selama
1 x 24 jam.




Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya
keracunan di tentukan oleh dosis dan cara pemberian. Paracelsus
pada tahun 1564 telah mengatakan bahwa senyawa kimia pada
hakekatnya adalah racun, hana dosislah yang membedakan anar
racun dan obat. Sekarang di kenal banyak faktor yang menentukan
apakah suatu zat kimia bersifat racun, namun dosis merupakan faktor
utama yang terpenting. Untuk setiap zat kimia, termasuk air, dapat di
tentukan dosis kecl yang tidak berefek sama sekali, atau suatu dosis
besar sekali yang dapat menimbulkan keracunan dan kematian. Untuk
zat kimia dengan efek terapi, maka dosis yang adekuat dapat
menimbulkan efek farmakoterapeutik (Ganiswarna, 1995).
Lebih dari itu uji larva udang ini juga digunakan untuk
praskrining terhadap senyawasenyawa yang diduga berkhasiat
sebagai antitumor. Hasil uji toksisitas ini dapat diketahui dari jumlah
kematian anak udang Artemia salina Leach, karena pengaruh ekstrak
atau senyawa bahan alam tumbuhan tertentu dari dosis yang telah
ditentukan. Metode ini dilakukan dengan menentukan besarnya LC50
selama 24 jam. Data tersebut dianalisis dengan komputer,
menggunakan Probit Analysis untuk menentukan harga LC50. Bila
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

masing-masing ekstrak yang diuji kurang dari 1000 g/ml maka
dianggap menunjukkan aktivitas biologik (Anderson, 1991).
Artemia dapat hidup di perairan yang bersalinitas tinggi antara
60 - 300 ppt dan mempunyai toleransi tinggi terhadap oksigen dalam
air. Oleh karena itu artemia ini sangat potensial untuk dibudidayakan
di tambak- tambak tambak yang bersalinitas tinggi di Indonesia.
Budidaya artemia mempunyai prospek yang sangat cerah untuk
dikembangkan. Baik kista maupun biomasanya dapat diolah menjadi
produk kering yang memiliki ekonomis tinggi guna mendukung usaha
budidaya udang dan ikan. Budidaya artemia relatif sederhana serta
murah, sehingga tidak menuntut ketrampilan khusus dan modal besar
bagi pembudidayanya(Anderson, 1991).
Secara teknis budidaya artemia relatif mudah. Kemudahan ini
lantaran didukung oleh sifat artemia yang sangat toleran pada
berbagai kondisi fisik dan kimia media, kecuali zat-zat beracun.
Namun untuk mendapatkan hasil yang optimal dibutuhkan pengetahun
dan keterampilan yang handal dalam budidaya Artemia (Laughlin,
1991).
Budidaya artemia dapat dilakukan dengan beberapa sistem
yaitu sistem tumpang sari, monokultur dan dalam bak. Sistem
tumpang sari dilakukan dengan cara modifikasi tambak yang dapat
berfungsi ganda. Pertama, untuk memproduksi garam dengan kualitas
yang lebih baik. Kedua memproduksi artemia, baik dalam bentuk kista
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

maupun biomassa. Dengan demikian sistem ini akan memberikan
keuntungan usaha tani yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan petani garam(Swee Hock Goh, 1997).
Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista
atau telur. Setelah 15 - 20 jam pada suhu 25C kista akan menetas
manjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan
tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan
menyelesaikan perkembangannya kemudian berubah menjadi naupli
yang sudah akan bisa berenang bebas. Pada awalnya naupli akan
berwarna orange kecoklatan akibat masih mengandung kuning telur.
Artemia yang baru menetas tidak akan makan, karena mulut dan
anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas
mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase
ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga,
bakteri, dan detritus organik lainnya. Pada dasarnya mereka tidak
akan peduli (tidak pemilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama
bahan tersebut tersedia diair dengan ukuran yang sesuai. Naupli
akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam
waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran sekitar 8 mm,
meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai
ukuran sampai dengan 20 mm. Pada kondisi demikian biomasnya
akan mencapi 500 kali dibandingakan biomas pada fase naupli
(Laughlin, 1991).
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

Pengertian tentang LC
50
adalah konsentrasi dari suatu senyawa
kimia di udara maupun di dalam air yand dapat menyebabkan 50 %
kematian pada suatu populasi hewan uji atau mahluk hidup tertentu.
Sedangkan LD
50
adalah dosis dari suatu senyawa kimia yang dapat
menyebabkan 50 % kematian hewan uji yang diberikan pada setiap
individu yang telah ditentukan atau yang lebih tepat adalah dosis
tunggal yang diperoleh secara statistik dari suatu bahan yang dapat
menyebabkan 50 % kematian hewan uji. Penggunaan LC
50

dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan dengan perlakuan terhadap
hewan uji secara berkelompok yaitu pada saat hewan uji dipaparkan
suatu bahan kimia melalui udara maka hewan uji tersebut akan
menghirupnya. Sedangkan LD
50
digunakan untuk menguji ketoksikan
suatu bahan kimia dengan rute pemberian secara oral atau
intraperitonial pada hewan uji. Artemia (Artemia salina) merupakan
pakan bagi Larva udan dan ikan yang banyak digunakan oleh
perusahaan-perusahaan pembenihan udang dan ikan (hatchery).
Artemia merupakan jenis crustaceae tingkat rendah dari phylum
arthropoda yang memiliki kandungan nutrisi cukup tinggi seperti
karbohidrat, lemak, protein dan asam-asam amino. Benih ikan dan
udang pada stadium awal mempunyai saluran pencernaan yang
masih sangat sederhana sehingga memerlukan nutrisi pakan jasad
renik yang mengandung nilai gizi tinggi. Nauplius artemia mempunyai
kandungan protein hingga 63 % dari berat keringnya. Selain itu
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

artemia sangat baik untuk pakan ikan hias karena banyak
mengandung pigmen warna yang diperlukan untuk variasi dan
kecerahan warna pada ikan hias agar lebih menarik(Anderson, 1991).
Tingginya kasus kanker pada beberapa dekade ini tidak
terlepas dari pola makan yang tidak tepat dan kurangnya kesadaran
masyarakat untuk memeriksa kesehatan secara kontinu sehingga
keberadaan kanker sering terlambat diketahui dan diobati. Menurut
para ahli kanker bahwa 80-85% penyakit kanker berasal dari luar
tubuh (teksogen) dan selebihnya berasal dari dalam dan berupa faktor
keturunan dan kesalahan replikasi sel. Dari faktor luar dapat berupa
makanan yang mengandung karsinogen, radiasi, infeksi virus dan
populasi udara. Berdasarkan pendapat tersebut mencegah terhadap
kanker dapat dilakukan gaya hidup sehat dan menjauhi faktor yang
beresiko kanker (Mangan, 2003).
Apapun penyebabnya, pada dasarnya kanker merupakan
penyakit sel yang dicirikan dengan perubahan mekanisme kontrol
yang mengatur proliferasi dan deferensiasi sel. Sel-sel yang
mengalami transformasi neoplastik umumnya mengekspresi antigen-
antigen permukaan sel yang tampak seperti tipe janin (fetal) normal,
memiliki tanda-tanda nyata lainnya seperti tidak terjadi maturitas dan
mungkin memperlihatkan abnormalitas kromosom baik kualitas
maupun kuantitasnya, termasuk berbagai translokasi dan penampilan
sekuens-sekuens gen teramplifikasi. Sel-sel demikian ini, mengalami
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

proliferasi secara berlebihan dan membentuk tumor lokal yang dapat
menekan atau menginvasi struktur-struktur normal disekitarnya
(Katzung, 2004).
Kanker atau karsinoma adalah pembentukan jaringan baru
yang abnormal dan bersifat ganas (maligne). Suatu kelompok sel
dengan mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat
dan terus-menerus. Akibatnya adalah pembengkakan atau benjolan
yang disebut tumor atau neoplasma. Jenis-jenis kanker yang dikenal
banyak sekali dan hampir semua organ dapat dihinggapi penyakit
ganas ini, termasuk limfe, darah, sumsum dan otak. Kanker
merupakan penyebab kematian kedua di dunia setelah penyakit
jantung dan pembuluh (Tjay, 2002).
Bentuk-bentuk tumor dinamakan menurut jaringan tempat
neoplasma yaitu (Tjay, 2002) :
1. Adenoma : benjolan maligne pada kelenjar, misalnya pada prostat
dan mamma.
2. Limfoma : kanker pada kelenjar limfe, misalnya penyakit (non)
hodgkin p. Burkit yang berciri benjolan rahang.
3. Sarkoma : neoplasma ganas yang berasal pembuluh darah,
jaringan ikat, otot atau tulang, misalnya sindroma kaposi, suatu
tumor pembuluh di bawah kulit tungkai bawah dengan bercak-
bercak merah.
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

4. Myeloma : Kanker pada sumsum tulang misalnya penyakit kahler
(multipel, myeloma) dengan pertumbuhan liar sel-sel plasma di
sumsum. Sel plasma termasuk leukosit dan membentuk antibodies.
5. Melanoma : neoplasma kulit yang luar biasa ganasnya, terdiri dari
sel-sel pigmen, yang dapat menyebar dengan pesat.
Tanda keganasan dari suatu tumor adalah pertumbuhan yang
mengvitrasi, merusak dan membentuk metastatis. Ini berarti bahwa
tumor ganas tidak akan membatasi diri sampai batas jaringan
melainkan akan masuk kedalam organ dan pembuluh darah. Pada
pertumbuhan ini jaringan sel akan rusak (destruksi) dan pada bagian
tubuh lainnya akan membentuk (metastatis) (Mutschler, 1991).
Antikanker diharapkan memiliki toksisitas selektif artinya
menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel jaringan normal. Pada
umumnya antineoplastik menekan pertumbuhan atau proliferasi sel
dan menimbulkan toksisitas, karena menghambat pembelahan sel
normal yang proliferasinya cepat misalnya sumsum tulang, epitel
germinativum, mukosa saluran cerna, folikel rambut dan jaringan
limfosit. Terapi hanya dapat dikatakan baik, bila dosis yang digunakan
dapat mematikan tumor yang ganas dan tidak terlalu mengganggu sel
normal yang berploriferasi (Ganiswara, 1995).
Kemoterapi kanker merusak dan mematikan sel sehingga
menghentikan perkembangan tumor. Umumnya, serangan bersifat
langsung terhadap tempat-tempat terjadinya metabolisme sel dalam
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

replikasi sel, misalnya tersedianya prekursor purin dan pirimidin untuk
proses sintesis DNA dan RNA. Idealnya obat-obat ini khususnya
menggangu proses-proses selular sel-sel maligna. Obat-obat
antikanker yang ada sekarang justru tidak mengenal sel-sel
neoplasma itu secara khusus, tetapi juga mempengaruhi semua sel
yang tumbuh normal ataupun abnormal. Karena itu, hampir semua
obat-obat antitumor mempunyai kurva respon-dosis yang curam baik
untuk efek toksik maupun terapi, karena itu, amatlah penting
memberikan dosis obat disesuaikan dengan status fisik pasien
(Mycek, 2001).
II.2 Uraian Hewan Coba
1. Klasifikasi Artemia salina
Http://www.o-fish.com/pakanikan/artemia.php
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Class : Crustacea
Ordo : Arostracia
Familia : Artemiidae
Genus : Artemia
Species : Artemia salina Leach


Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

2. Karakteristik Artemia salina Leach
Http://www.ofish.com/pakanikan/artemia.php
Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari phylum
Arthopoda. Mereka berkerabat dekat dengan zooplankton lain
seperti copepode dan daphnia (kutu air). Artemia hidup di danau-
danau garam (berair asin) yang ada di seluruh dunia. Udang ini
toleran terhadap selang salinitas yang sangat luas, mulai dari nyaris
tawar hingga jenuh garam. Secara alamiah salinitas danau dimana
mereka hidup sangat bervariasi, tergantung pada jumlah hujan dan
penguapan yang terjadi. Apabila kadar garam kurang dari 6 % telur
artemia akan tenggelam sehingga telur tidak bisa menetas, hal ini
biasanya terjadi apabila air tawar banyak masuk kedalam danau
dimusim penghujan. Sedangkan apabila kadar garam lebih dari
25% telur akan tetap berada dalam kondisi tersuspensi, sehingga
dapat menetas dengan normal.
Siklus Hidup Artemia salina
Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista
atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25C kista akan
menetas manjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini
masih akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio
akan menyelesaikan perkembangannya kemudian berubah menjadi
naupli yang sudah akan bisa berenang bebas. Pada awalnya naupli
akan berwarna orange kecoklatan akibat masih mengandung
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

kuning telur. Artemia yang baru menetas tidak akan makan, karena
mulut dan anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12
jam menetas mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap larva
kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan
berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organik lainnya. Pada
dasarnya mereka tidak akan peduli (tidak pemilih) jenis pakan yang
dikonsumsinya selama bahan tersebut tersedia diair dengan ukuran
yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum
menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata
berukuran sekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang
tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan 20 mm. Pada
kondisi demikian biomasnya akan mencapi 500 kali dibandingakan
biomas pada fase naupli.
II.3 Uraian Bahan
1. Air laut (http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com)
Komposisi :
Air : 96,5 %
Garam : 3,5 %
2. Ekstrak ragi (Fermipan)
Berat Bersih : 4,11 g
Komposisi : Ragi (Saccharomyces cerevisiae), Pengemulsi
(Sorbitan Monostearate)
Kegunaan : Sebagai sumber makanan Arthemia salina Leach
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

3. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, alkohol
RM / BM : C
2
H
6
O / 46,07
RB : CH
3
-CH
2
-OH
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Antiseptik

II.4 Uraian Sampel
1. Tanaman Beruwas Laut (Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb)
(www.plantamor.com)
Nama Umum : Batang lampung, babakoan lalaki, bawuntulon,
beruwas laut, boppa ceda, bukolako
Klasifikasi
Famili : Gooddeniaceae
Genus : Scaevola
Spesies : Scaevola taccada (Gaerth.) Roxb.
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

II.5 Prosedur Kerja (Anonim, 2013)
1. Penyiapan Larva
Sebanyak 50 mg telur Artemia salina Leach, direndam dalam 200
ml air laut pada kondisi pH 7-8 dibawah cahaya lampu dan suhu
25
o
C dan dilengkapi dengan aerator. Telur udang akan menetas
setelah 24 jam dan menjadi larva. Larva yang telah berumur 2 hari
(48 jam) digunakan sebagai hewan uij aktivitas ketoksikan.
2. Pelaksanaan Pengujian
Sampel uji yang telah ditimbang, dilarutkan dalam n-Heksan
hingga diperoleh konsentrasi 2 mg/ml sebagai larutan persediaan.
Dari sediaan tersebut dipipet kedalam vial masing-masing 1, 10,
100, 1000 l dengan menggunakan mikropipet. Kemudian
pelarutnya diuapkan lalu ditambah 5 ml air laut.








Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Yang Digunakan
Adapun Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Aerator,
Batang pengaduk, Corong, Gelas kimia 250 ml, Gelas ukur 10 ml,
Mikropipet, Pipet skala 1 ml, Pipet tetes, Seperangkat alat penetasan
telur, Spoit 10 ml, Timbangan Analitik, dan Vial.
III.2 Bahan Yang Digunakan
Adapun Bahan yang digunakan adalah Air suling, Air laut,
Aluminium Foil, Ekstrak ragi (fermipan), Kertas saring, Larva udang
(Arthemia sallina Leach) dan N-Heksan beruas laut.
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Penyiapan Hewan Coba
Disiapkan Hewan Coba (Arthemia sallina Leach) lalu
ditimbang sebanyak 50 mg, kemudian dimasukkan kedalam 200
ml air laut pada serangkaian alat penetasan telur.
III.3.2 Perlakuan Hewan Coba
Dimasukkan sampel n-heksan beruwas laut masing-
masing sebanyak 1, 10, 50, 100, dan 1000 l kedalam vial.
Dimasukkan sebanyak 10 ekor larva udang laut ke dalam
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

masing-masing vial dan masing-masing diberi 3 tetes ragi, dan
dicukupkan volumenya dengan air laut sebanyak 10 ml.
Disimpan vial-vial uji ditempat yang cukup mendapat sinar
lampu. Setelah 24 jam, diamati jumlah larva udang yang mati
untuk tiap-tiap konsentrasi dihitung dan dicatat.













Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Presentase Total Kematian
KONSENTRASI n R P y
Air laut 30 1 3,33 3,12
1 : 1 30 17 56,67 5,18
1:10 30 19 63,33 5,33
1:100 30 24 80 5,84
1:1000 30 19 63,33 5,33

Keterangan:
N : Jumlah total larva udang yang digunakan
r : Jumlah total respon kematian larva udang
p : Presentase total kematian larva udang

x 100 %
y : Nilai probit (dilihat pada tabel probit)



Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

IV.2 Penentuan LC
50
& LC
80

X x
2
Y y
2
xy
1 1 5,33 28,40 5,33
2 4 5,84 34,60 11,68
3 9 5,33 28,40 15,99
= 6 = 14 = 16,5 = 90,9 = 33

Keterangan:
x = log konsentrasi
y = nilai probit
Persamaan :
y = a + bx
a = intersept, y = 0
b = slope

( ) ( )
(

)()

=
( ) ( )
()
=

= 5,5

() ( )
(

)()

=
( ) ( )

= 0


Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

BAB V
PEMBAHASAN
Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, sel-sel kanker tidak
berkembang dengan cepat, tidak terkendali dan akan terus membelah diri.
Sel-sel tersebut terbentuk karena terjadinya mutasi gen sehingga dapat
mengalami perubahan baik bentuk ukuran maupun dari fungsi sel tubuh
yang asli. Mutasi gen dipacu oleh keberadaan suatu bahan asing yang
masuk kedalam tubuh diantaranya bahan makanan, radioaktif oksidan
karsinogenik yang dihasilkan oleh tubuh secara alami.
Pada praktikum ini kita menggunakan metode Brine Shrimp
Lethality test (BST) dengan menggunakan Artemia salina Leach karena
dianggap memiliki korelasi dengan gaya sitotoksik senyawa antikanker,
jadi lebih sering digunakan untuk skrining awal pencarian senyawa
antikanker. Metode ini dikenal dengan metode yang cepat, murah dan
hasilnya dapat dipertanggung jawabkan.
Brine Shrimp Lethality test (BST) merupakan metode yang
menggunakan udang laut (Artemia salina Leach) yang mana diajukan
sebagai suatu bioassay sederhana untuk penelitian produk alamiah.
Metode ini menggunakan hewan uji Artemia salina Leach yang
merupakan udang primitif, sederhana dan efektif dalam ilmu biologi dan
toksikologi.Prosedurnya yaitu dengan menentukan nilai LC
50
dalam g/ml
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

hadap larva udang.Suatu ekstrak dikatakan aktif sebagai antikanker
berdasarkan metode BST jika harga LC < 1000 g/ ml.
Brine Shrimp Lethality test (BST) merupakan uji pendahuluan uji
pendahuluan suatu senyawa yang memiliki keuntungan yang mana
hasilnya diperoleh lebih cepat (24jam), tidak mahal, dan mudah
pengerjaannya dari pengujian lainnya karena tidak membutuhkan
peralatan dan latihan khusus, dan sampel yang digunakan relative sedikit.
Efek toksik dapat diketahui dan diukur dari kematian larva karena
pengaruh bahan uji.
Dalam pengujian toksisitas ini digunakan metode BSLT karena
memiliki keuntungan yaitu hasil yang diperoleh lebih cepat (25 jam), tidak
mahal, mudah pengerjaannya dari metode-metode yang lainnya karena
tidak membutuhkan peralatan dan latihan khusus. Sampel yang
digunakan pun relatif sedikit. Dimana efek toksik dapat diketahui atau
dapat diukur dari kematian larva karena pengaruh bahan uji.
Pada penetasan telur larva diberikan pencahayaan lampu
dimaksudkan untuk membantu proses penetasan larva udang. Aerator
digunakan dalam percobaan ini dimaksudkan untuk menjaga oksigen
terlarut sekitar 3 ppm.
Alasan diberikan suspensi ragi saat percobaan dilakukan sebab
ragi mengandung mikroorganisme yang dapat menjadi sumber makanan
dari larva udang tersebut selama mengalami pertumbuhan.
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

Pengujian dilakukan pada hewan uji larva udang (Artemia salina)
setelah berumur 48 jam, karena pada umur tersebut larva udang
mengalami pertumbuhan yang cepat sehingga diasumsikan sebagai
pertumbuhan sel yang abnormal.
Dalam percobaan ini digunakan air laut yang merupakan media
hidup bagi larva udang atau dengan kata lain larva udang hanya dapat
hidup dalam air laut. Pada percobaan ini dilakukan juga replikasi
sebanyak 3 kali dengan maksud untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat atau meyakinkan dan tetap ekonomis, walaupun sebenarnya
replikasi tersebut dapat dilakukan lebih dari 3 kali. Untuk kosentrasi 1:100
dan diatasnya, setelah dimasukkan ekstrak diuapkan terlebih dahulu
selama 15 menit sampai ekstrak kering dan bercampur dengan
pelarutnya. Karena ditakutkan jika tidak diuapkan terlebih dahulu bukan
ekstrak yang akan membunuh larva udang melainkan pelarutnya yakni n-
Heksan.
Adapun siklus hidup dari Artemia salina Leach dimulai dari kista
atau telur kemudian menjadi embrio, embrio ini masih melekat pada kulit
telur, setelah itu akan berubah menjadi naupli, naupli inilah yang akan
bergerak bebas dan memulai fase hidupnya. Dalam fase ini naupli akan
mencari makanan untuk dirinya sendiri, setelah itu akan menjadi Artemia
salina dewasa. Setelah dewasa Artemia jantan akan bertemu Artemia
betina dan mengalami perkembangbiakan dan lahir kembali sebagai telur.
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

Syarat penetasan telurArtemia salina Leach, dapat dipenuhi
dengan syarat :
a. Salinitas antara 20 30 ppt atau 1 2 sendok teh garam per liter air
tawar. Untuk buffer bisa ditambahkan magnesium sulfat (20%
konsentrasi) atau sendok teh per liter air.
b. Suhu air 26 28
o
C
c. Disarankan untuk memberikan sinar selama penetasan untuk
merangsang proses pertumbuhannya
d. Aerasi yang cukup untuk menjaga oksigen terlarut sekitar 3 ppm
e. pH 8,0 atau lebih, apabila pH drop dibawah dapat ditambahkan soda
kue untuk menaikkan pH
f. Kepadatansekitar 2 gram per liter
g. Sebelumnya dapat dilakukan proses dekapsulisasi untuk melunakkan
cangkang.
LC
50
adalah konsentrasi dari suatu senyawa kimia diudara atau
di dalam air yang dapat menyebabkan 50% kematian pada suatu populasi
atau makhluk hidup tertentu. Penggunaan LC
50
dimaksudkan untuk
pengujian ketoksikan dengan perlakuan terhadap hewan uji secara
berkelompok yaitu pada saat hewan uji dipaparkan suatu bahan kimia
melalui udara maka hewan uji tersebut akan menghirupnya atau toksisitas
dengan media air. Nilai LC
50
dapat digunakan untuk menentukan efek
toksik suatu senyawa sehingga dapat juga memprediksi potensinya
sebagai anti kanker.
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

LD
50
adalah dosis dari suatu senyawa kimia yang dapat
menyebabkan 50% kematian hewan uji yang diberikan pada setiap
individu yang telah ditentukan dengan tepat, atau dosis tunggal yang
diperoleh secara statistik dari suatu bahan dapat menyebabkan 50%
kematian hewan uji. LD
50
digunakan untuk menguji ketoksikan suatu
bahan kimia dengan pemberian secara oral atau intraperitorial pada
hewan uji.
Percobaan dilakukan sebanyak 6 konsentrasi oleh 6 kelompok
yakni kelompok I control air laut, kelompok II konsentrasi 1:1, kelompok III
1:10, kelompok IV 1:100, kelompok 5 1:1000 dan kelompok VI 1:50. Pada
konsentrasi 1:50 tidak diperhitungkan, hanya supaya praktikan
mengetahui cara kerja dari perlakuan beberapa konsentrasi.
Setelah 1x24 jam, diamati larva udang yang mati. Berdasarkan
hasil percobaan, diperoleh persen kematian dari larva yakni kelompok I
sebanyak 3,33 %, kelompok II 56,67 %, kelompok III 63,33 %, kelompok
IV 80 %, dan kelompok V 63,33 %. Selanjutnya dicari nilai y yang
merupakan nilai probit dari persen kematian. Probit adalah suatu metode
regresi yang digunakan untuk dua data. Adapun nilai LC
50
yang
didapatkan adalah tidak didapatkan., dimana standar pengujian untuk uji
toksisikan adalah g/ml dimana konsentrasi yang didapatkan dibawah
nilai standar tersebut, maka cukup bersifat toksik dan dapat dilanjutkan
sebagai obat antikanker.

Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

Dengan berdasarkan pemikiran bahwa efek farmakologi adalah
toksikologi sederhana pada dosis yang rendah dan sebagian besar
senyawa anti tumor adalah sitotoksik, maka Brine Shrimp Letality Test
(BST) dapat digunakan sebagai uji pendahuluan senyawa anti tumor.
Senyawa yang mempunyai kemampuna membunuh larva udang
diperkirakan juga mempunyai kemampuan membunuh larva udang
diperkirakan juga mempunyai kemampuan membunuh sel kanker dalam
kultur sel.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan maka dapat diketahui
bahwa nilai LC50 dan LC80 tidak didapatkan karena disebabkan
kemungkinan adanya faktor kesalahan yang dilakukan selama praktikum.











Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

BAB VI
PENUTUP
VI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka nilai LC
50

dan LC
80
hasilnya nol karena data yang diapatkan salah.
VI. Saran
Dengan selesainya percobaan ini diharap farmasi dapat
memberikan informasi kepada masyarakat tentang obat kanker.














Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.E and Mc. Laughlin, J.L., 1991,A Blind Comparison of
Simple Bench Top Bioassay and Human Tumour Cell
Cytotoxicities as Antitumour Prescreens,
PhytochemicalAnalysis, Vol.2, Latinomer, Japan.
Anonim, 2013, Penutun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi
III,Universitas Muslim Indonesia,Makassar.
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III,Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Ganiswarna, G. Sulistia, 1995, Farmakologi dan Terapi edisi IV,
Badan Farmakologi Fakultas Kedokteran - Universitas Indonesia,
Jakarta.
http://academickids.com/encyclopedia/index.php
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com
http://www.dharmais.co.id
http://www.plantamor.com
http://www.suarantb.com
Katzung G. Bertram, 2004, Farmakologi Dasar Dan Klinik Buku 3
Edisi 8, Salemba Medika, Jakarta.
Mangan, 2003, Cara Bijak Menaklukkan Kanker, Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Mc. Laughlin, J.L., 1991,Grown Gall Tumours onPotato Disc and
Brine shrimp lethality test : Two SimpleBioassayforHigherPlant
ScreeningandFractionation, Methods in Plant Biochemistry,
Assay for Bioactivity, Vol.6, London: Academic Press
Meyer, Laughlin and Ferrigni, 1982.,Brie Shrimp : Convenient General
Bioassay for Active Constituens, Planta Medica, Vol.45, Planta
Medika, London.
Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

Mutschler Ernst, Dr.rer. nat. Dr. Med., 1991, Dinamika Obat, ITB
Bandung.
Mycek J. Mary, Ph.D., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2,
Widya Medika, Jakarta.
Swee Hock Goh, 1997.Bioactive Principles From Folkloric
Antineoplastic Plants and From Bioprospecting The Malaysian
Forest, Available from: URL
Tjay, Tan.Hoan., 1998. Obat-Obat Penting, Depkes RI. Jakarta.


















Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

Skema kerja

Rebusan sampel Beruwas Laut 200 mg/100 ml


Dilarutkan dan dibuat larutan stok (mg/ml)


Dipipet untuk mendapatkan konsentrasi 10l/ ml,
100 l/ ml, dan 1000 l/ ml.


Dimasukkan 10 larva ke vial yang berisi air laut 5 ml


Dicukupkan volumenya hingga 10 ml dengan air laut

Dimasukkan suspensi ragi ke dalam vial

Diamati setelah 24 jam.





Brine Shrimp Lethality Test (BST)

IKA INDRA WIJAYA (15020110308) SUKMAWATI, S.Farm., Apt

LABORATORIUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN
BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BST)


IKA INDRA WIJAYA
15020110308
W2 / VI (ENAM)
SUKMAWATI, S.Farm, Apt


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013

Anda mungkin juga menyukai