Anda di halaman 1dari 5

TRANSFUSI DARAH

Tujuan Transfusi
1. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
2. Memperbaiki volume darah tubuh
3. Memperbaiki kekebalan
4. Memperbaiki masalah pembekuan
Transfusi darah masih berperan penting pada penanganan syok hemoragik dan
diperlukan bila kehilangan darah mencapai 25 % volume darah sirkulasi. Pada syok lain
darah berguna mengembalikan curah jantung bila hematokrit rendah atau bila cairan gagal
mempertahankan perfusi.
Kadar Hb 8 g% masih efektif untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Pada
pasien kritis transfusi sel darah merah (red blood cells) diberikan bila Hb <7 g%, kecuali
terdapat: penyakit arteri koroner, perdarahan akut atau asidosis laktat. Ambilan oksigen
(oxygen uptake) adalah petunjuk lebih rasional saat diperlukannya transfusi daripada kadar
hemoglobin.
Ambilan oksigen akan menjadi flow dependent bila ekstraksi oksigen (oxygen
extraction) tidak berubah sebagai respon terhadap aliran darah.
Keadaan flow dependent ini terutama terjadi pada penyakit serius, sehingga lebih baik
mempertahankan curah jantung untuk mempertahankan suplai oksigen ke jaringan.
Indikasi
1. Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan.
2. Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
3. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen.
4. Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma substitute atau
larutan albumin.
Jenis Darah Yang Ditransfusikan
1. Whole Blood (Darah Simpan/Wb)
450 ml darah + 63 ml CPD (citrat phosphate dextrose anticoagulan)
Simpan 4
o
C
Lama simpan < 28 hari
Antikoagulan lain : Acid Citrate Dextrose (simpan 4
o
C bisa selama 21 hari)
Rendah platelet, F V&VIII, kecuali bila disimpan < 6 jam
Indikasi: untuk mengganti volume darah pasien shock hipovolemik perdarahan
2. Fresh Whole Blood (darah segar)
12 jam penyimpanan
Indikasi: pasien dengan Hb dan platelet rendah, trombositopenia, transfusi masif
dengan darah simpan.
3. Packed Red Cell
Hasil sentrifugasi WB (plasma dikurangi 200 ml)
Volume 300 ml (masa hidup 21 hari jika disimpan dalam 4oC)
1 unit = meningkatkan Hb 1-1,5 gr%
Indikasi: anemia kronis dengan normovolemi sirkulasi supaya tidak overload : pasien
gagal jantung, pasien sangat tua, sepsis kronis. Anemia perdarahan akut yang sudah
mendapat penggantian cairan.
4. Stable Plasma Protein Solution (SPPS)
Resiko hepatitis sangat kecil
Pemanasan tinggi
Faktor pembekuan kurang, F V, VIII
Infus cepat SPPS untuk pasien hipotensi
Sangat mahal, dipakai jika tidak sempat cross match
5. Fresh Frozen Plasma (FFP)
Dari WB < 6 jam simpan. penyimpanan -20oC (3 bulan). Penyimpanan -30oC 1
tahun
Diinfuskan setelah mencair
Indikasi: Mengganti faktor koagulasi, mengganti volume plasma
Diberikan 10 cc/kg satu jam pertama, dilanjutkan 1 cc/kg Bb per jam sampai PPT dan
APTT mencapai nilai 1,5 x nilai kontrol yang normal.
Terapi plasma tidak tepat untuk memperbaiki pasien hipoalbuminemia karena tidak
akan meningkatkan kadar albumin secara nyata.

6. Thrombocyte Concentrate (TC)
Berasal dari 250 cc darah utuh
Meningkatkan trombosit 5000/mm3.
Disimpan pada 22
o
C bertahan 24 jam. Pada suhu 4
o
-10
o
C bertahan 6 jam.
Diberikan pada DHF, hemodilusi dengan cairan jumlah besar dan transfusi masif >
1,5 x volume darah pasien sendiri, yaitu bila dijumpai trombositopenia (50.000-
80.000/mm3).
Penambahan trombosit tidak dapat dilakukan dengan darah utuh segar sebab
trombosit yang terkandung hanya sedikit.
Trombosit diberikan cukup sampai perdarahan berhenti atau masa perdarahan
(bleeding time) mendekati 2 kali nilai normal, bukan sampai jumlah trombosit
normal.
7. Larutan Albumin
Terdiri dari 5% dan 25% human albumin
Resiko hepatitis <
Faktor pembekuan (-)
Tujuan : meningkatkan albumin serum pada : Penyakit hepar, Ekspansi volume darah
8. Cryoprecipitate
Sentrifugasi plasma beku
Konsentrasi tinggi F VIII
Untuk terapi : haemofilia & defisiensi lain
Resiko hepatitis
Pemilihan Jenis Transfusi
Transfusi dapat menggunakan whole blood atau packed red cells. Pada perdarahan
akut harus diberikan whole blood.
Kriteria transfusi dengan packed red cells:
Hb < 8 g/dL
Hb 8 10 g/dL, normovolemik disertai tanda-tanda gangguan miokardium, serebral dan
respirasi
Perdarahan hebat: 10 ml/kg pada 1 jam pertama atau >5 ml/kg pada 3 jam pertama
Untuk meningkatkan Hb, transfusi dengan:
Whole blood: ( Hbx Hb pasien ) x BB x 6 = ml
Packed red cells: ( Hbx Hb pasien ) x BB x 3 = ml
Keterangan: Hbx merupakan Hb target pasien, umumnya 10 g/dl.
Volume darah adalah volume plasma (5 % BB) ditambah eritrosit ( 2 % BB ),
sehingga volume darah adalah 7 % berat badan.
Cara lain menghitung volume darah, berdasarkan estimated blood volume (EBV):
Neonatus 90 ml/kg
Bayi dan Anak 80 ml/kg
Dewasa 70 ml/kg
Gangguan koagulasi:
Prothrombin Time dan Partial Thromboplastin Time memanjang, berikan Fresh Frozen
Plasma: 10 ml/kg
ACT > 120 detik, berikan Protamine: 1 mg/kg
Trombositopenia, berikan Faktor trombosit
Fibrinogen < normal, berikan Kriopresipitat: 5 ml/kg

Reakis Transfusi Darah
I. Reaksi imunologi
A. Reaksi Transfusi Hemolitik
Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien.
Tanda: menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan vena leher, nyeri
kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi, hipotensi,
hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak bisa diterangkan asalnya, dan
ikterus. Urine coklat kehitaman sampai hitam dan mungkin berisi hemoglobin dan
butir darah merah.
Terapi: pemberian cairan intravena dan diuretika. Cairan digunakan untuk
mempertahankan jumlah urine yang keluar
Diuretika yang digunakan ialah :
Manitol 25 %, 25 gr diberikan iv: pemberian 40 mEq Natrium bikarbonat.
Furosemid
Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan dialisis.
B. Reaksi Transfusi Non Hemolitik
1. Reaksi Transfusi Febrile
Tanda: Menggigil, panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual, batuk nonproduktif.
2. Reaksi Alergi
Anaphylactoid: bila terdapat protein asing pada darah transfusi.
Urtikaria, paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya
muka penderita sembab.
Terapi yang perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus dihentikan.

II. Reaksi Non Imunologi
a. Reaksi transfusi Pseudohemolytic
b. Reaksi yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.
c. Reaksi karena darah transfusi terkontaminasi
d. Virus hepatitis.
e. Lain-lain penyakit yang terlibat pada terapi transfusi misalnya malaria, sifilis, virus
CMG dan virus Epstein-Barr, parasit serta bakteri.
f. AIDS.

Referensi:
Leksana, E. 2010. Terapi Cairan dan Darah. SMF/Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif,
RSUP Dr. Kariadi / Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia.
Available from:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/27_177Terapicairandandarah.pdf/27_177Terapicair
andandarah.pdf

Anda mungkin juga menyukai