Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN


ISK merupakan gejala infeksi yang disertai adanya mikroorganisme
patogenik pada urine, uretra, kandung kemih, atau ginjal. ISK sering
terjadi pada bayi dan anak-anak kecil dan merupakan suatu keadaan yang
perlu dicermati karena 5% dari penderitanya hanya menunjukkan gejala
yang samar dengan risiko kerusakan ginjal yang lebih besar dibandingkan
anak-anak yang sudah lebih besar. Pengenalan awal, pengobatan yang
tepat dan mengetahui faktor dasar yang mempermudah infeksi lebih jauh
penting untuk mencegah perjalanan penyakit untuk menjadi pyelonefritis
atau urosepsis dan menghindari sekuele akhir seperti jaringan parut pada
ginjal dan gagal ginjal.
ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki.2
Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai
10-100 kali lebih besar dibanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-
1%). Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki.
Sedangkan setelahnya, sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan.
Rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada
anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Dan
pada anak laki-laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga menjadi 1/5-
1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat.
Karena tingginya angka kejadian ISK pada anak-anak dengan gejala
klinis yang tak terlalu jelas serta tingginya resiko komplikasi yang lebih
berat, maka dalam referat kali ini penulis akan membahas tentang ISK.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


I. DEFINISI

II. PATOFISIOLOGI
Hampir semua ISK menyebar secara asendens. Gangguan dari flora
periuretra normal, yang merupakan bagian dari pertahanan tubuh
melawan kolonisasi bakteri patogen, mempermudah terjadinya ISK.
Bakteri dari flora periuretra berada di distal uretra, tetapi urine normal
berada dalam keadaan steril di proksimal uretra, kandung kemih, dan
bagian proksimal lainnya pada saluran kemih. Kuman patogen saluran
kencing dapat mencapai kandung kemih dan berkembang biak bila infeksi
terjadi. Bakteri patogen tersebut berada di distal uretra dan mungkin dapat
mencapai kandung kemih sebab aliran turbulen urine pada saat berkemih
yang normal atau karena ketidakmampuan berkemih. Kolonisasi di
kandung kemih yang berhasil tak terjadi bila mekanisme pertahanannya
tak terganggu karena buang air kecil normalnya dapat membersihkan
kontaminasi bakteri secara lengkap.
KOLONISASI PERIURETHRA
Setelah lahir, area periuretra, termasuk uretra bagian distal, menjadi tempat
kolonisasi mikroorganisme aerob dan anaerob yang berfungsi sebagai barier
pertahanan terhadap kolonisasi kuman patogen saluran kemih. Pada anak yang lebih
kecil, enterobacteria dan enterococcus merupakan flora normal di saluran kemih.
Eschericia coli merupakan bakteri gram negatif yang dominan pada anak
perempuan, sedangkan E coli dan Proteus sp pada anak laki-laki. Anak balita sering
terkena ISK karena kolonisasi periuretra oleh E coli, enterococci, dan Proteus sp.
Pada umumnya kuman patogen ini ditemukan pada tahun pertama kehidupan dan
jarang didapatkan setelah >5 tahun.
Mortalitas dan Morbiditas
Mortalitas pada ISK termasuk jarang terjadi pada anak sehat di negara
berkembang.
Morbiditas berkaitan dengan pyelonefritis akut yang ditandai dengan gejala
sistemik, seperti demam, nyeri perut, muntah dan dehidrasi. Bakteremia dan sepsis
dapat terjadi. Anak dengan pyelonefritis akut mungkin dapat disertai sistitis.
Komplikasi jangka panjang dari pyelonefritis akut adalah hipertensi, gangguan
fungsi ginjal, gagal ginjal terminal, dan komplikasi pada kehamilan (ISK pada
kehamilan, hipertensi pada kehamilan, berat badan lahir rendah).
Gejala waktu berkemih umumnya sementara, hilang dalam 24-48 jam setelah
diobati.
Penyebab dan Faktor Risiko
Escherichia coli adalah penyebab paling umum pada anak-anak, hingga 80%. Pada bayi
baru lahir (0-28 hari), infeksi diperantarai oleh aliran darah. Sedangkan setelah usia
itu, ISK umumnya terjadi dengan naiknya bakteri ke saluran kemih.
Staphylococcus saprophyticus
Proteus mirabilis. Selain menyebabkan infeksi, bakteri ini mengeluarkan zat yang dapat
memfasilitasi pembentukan batu di saluran kemih.
umumnya menginfeksi saluran cerna dan Candida albicans, jamur yang umumnya
menginfeksi pasien dengan kateter (kateter : semacam selang) pada saluran
kemihnya, kekebalan tubuh yang rendah, diabetes mellitus, atau pasien dalam terapi
antibiotik.
Sebagian besar ISK tidak dihubungkan dengan faktor risiko tertentu. Namun
pada ISK berulang, perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko seperti :

incomplete bladder emptying)



Gejala
Gejala yang dapat timbul pada ISK pada anak sangat tidak spesifik, dan
seperti telah diungkapkan sebelumnya, banyak yang hanya disertai demam sebagai
gejala. Dua kategori klinis dari ISK adalah pyelonefritis akut atau ISK atas dan
sistitis akut atau ISK bawah. Gejala bervariasi sesuai usia.
Anak baru lahir-2 bulan :
sering tak ada gejala di saluran kemih. ISK ditemukan dengan adanya sepsis neonatus,
kuning berkepanjangan, gagal tumbuh, tak mau menyusu.
Anak 2 bulan - 2 tahun :
-anak pada usia ini memiliki gejala demam yang tidak diketahui sebabnya
( >38oC)
tanda yang kurang menyebabkan keterlambatan pengobatan dengan antibiotik.
Aturan 3 hari dapat membantu untuk mencegah hal tersebut terjadi. Contohnya
jangan hanya mengawasi bayi atau anak-anak dengan febris 3 hari yang tak diketahui
sebabnya tanpa pemeriksaan urine untuk evaluasi infeksi.
perut, muntah dan diare.
-2 tahun datang dengan gejala sugestif sistitis akut. Gejala biasanya
menangis saat berkemih atau kencing yang berbau busuk tanpa adanya demam (suhu
<38oc).
Anak usia 2-6 tahun
gejala sistemik yaitu tak nafsu
makan; rewel dan nyeri pada perut, panggul dan punggung dengan atau tanpa
kelainan berkemih.
peningkatan suhu. Disfungsi berkemih termasuk urgensi, frekuensi, hesistensi,
disuria dan inkontinensia urine.

Anak usia lebih tua dan adolesen
Gejalanya mirip pada anak usia 2-6 tahun.
refluks vesikoureter persisten
(VUR), biasanya memiliki sistitis akut dengan ISK bila mereka bertambah tua.
Penyebab: Proliferasi kuman dalam saluran kemih menyebabkan ISK. Infeksi
hampir selalu asenden dan disebabkan kehadiran bakteri di distal uretra. E coli
umumnya menyebabkan infeksi awal, tapi basil gram negatif lain dan enterococci
dapat juga menyebabkan infeksi.
Staphylococcal saprophyticus sering menjadi penyebab infeksi pada
perempuan adolesen
Masuknya bakteri ke kandung kemih merupakan hasil dari aliran turbulen
pada saat berkemih normal, gangguan berkemih, atau kateterisasi.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya ISK sebagai berikut :
dapat menggangu flora usus dan saluran kemih, dan meningkatkan resiko karena
gangguan pada pertahanan alami terhadap kolonisasi oleh bakteri patogen
kemih yang tak sempurna atau jarang berkemih dapat melemahkan pertahanan
kandung kemih terhadap infeksi bakteri. Gejala dari gangguan berkemih seperti
urgensi, frekuensi, hesistensi, dribbling, atau inkontinensia dapat terjadi tanpa
adanya infeksi atau iritasi lokal karena kontraksi detrusor yang tak terhalangi. Ketika
inkontinensia dicegah oleh obstruksi uretra, urine yang mengandung bakteri dari
distal uretra akan kembali ke kandung kemih. Hal tersebut yang umum menyebabkan
ISK pada anak-anak.
-laki
dalam tahun pertama kehidupan. Resiko ISK pada anak yang di khitan pada tahun
pertama kehidupan adalah 1 dalam 1000, sedangkan yang tidak di khitan 1 dalam
100 anak.
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis didasarkan kultur kuantitatif dari spesimen urine yang telah
dikumpulkan. Urine midstream bisa didapatkan pada anak yang telah dapat
mengontrol kencing. Bayi atau anak di bawah 2 tahun dengan demam tanpa sumber
tampak sakit berat, antibiotik diberikan dan contoh urin diambil untuk kultur dengan
cara aspirasi suprapubik atau kateter. Aspirasi suprapubik adalah pengambilan urin
langsung dari kandung kemih dengan jarum yang lebih dipilih untuk anak laki yang
belum di khitan. Kemungkinan kontaminasi pada urin yang diperoleh dengan kedua
cara tersebut sangat kecil sehingga kedua cara tersebut merupakan cara yang paling
diandalkan.
Namun bila bayi atau anak di bawah 2 tahun dengan demam tersebut tidak
tampak sakit berat, aspirasi suprapubik atau kateterisasi kadang dianggap berlebihan.
Pada kondisi ini, pengambilan contoh urin dapat dilakukan dengan cara yang tidak
invasif, misalnya :
sudah cukup besar, dapat dilakukan pengambilan urin mid-stream.
-stream atau
kantung penampung urin yang dilekatkan pada perineum.
Pengambilan contoh urin dengan cara ini memiliki risiko kontaminasi yang
rendah jika sebelum pengambilan urin perineum dibersihkan dengan teliti, kantung
penampung urin segera dilepaskan setelah urin diperoleh, dan sediaan tersebut cepat
diproses. Pada anak perempuan, perineum harus dibersihkan dari depan ke belakang
dengan semacam kassa yang dibasahi air hangat tanpa antiseptik. Jika tidak dapat
langsung diproses, sediaan harus disimpan dalam suhu 40
o
C. Sediaan yang telah
disimpan hingga 48 jam masih dapat digunakan untuk kultur, namun tidak dapat
digunakan untuk pemeriksaan mikroskopik karena sel-sel yang ada sudah rusak.
Yang dilakukan pada contoh urin itu adalah :
Kultur : Kultur yang negatif akan menyingkirkan diagnosis ISK. Sedangkan pada
kultur yang positif, proses pengambilan contoh urin harus diperhatikan. Jika kultur
positif berasal dari aspirasi suprapubik atau kateterisasi, maka hasil tersebut
dianggap benar. Namun jika kultur positif diperoleh dari kantung penampung urin,
perlu dilakukan konfirmasi dengan kateterisasi atau aspirasi suprapubik.
leukosit, nitrit, dan pemeriksaan leukosit dan bakteri mikroskopik. Namun tidak ada
komponen urinalisis yang dapat menggantikan pentingnya kultur sehingga kultur
tetap merupakan keharusan untuk mendiagnosis ISK.
Kultur urine dilakukan dengan wadah yang steril yang melekat di daerah
perineal, yang tak menunjukkan pertumbuhan atau sangat sedikit (<10000
style="">Colony-forming unit[CFU]/ml), menjadi bukti yang kuat tak adanya ISK.
Sayangnya cara ini sering false positif jadi kurang sesuai untuk diagnosis. Urinalisis
tak dapat menggantikan kultur urine untuk menunjukkan adanya ISK, tapi dapat
membantu dalam identifikasi anak yang membutuhkan terapi antibakteri sambil
menunggu hasil kultur urine.
Menurut AAP, jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada kultur untuk dapat
dikategorikan positif adalah sebagai berikut :
Kriteria diagnosis ISK
Pengambilan urin Jumlah koloni Kemungkinan infeksi (%)
Aspirasi suprapubik Gram-negatif : berapa pun >99%
Gram-positif : > beberapa
ribu

Kateterisasi >105 95%
Kemungkinan besar infeksi
Meragukan, ulangi
Kemungkinan tidak infeksi
104-105
103-104
<103>
Mid-stream /
kantung

Anak laki-laki >104 Kemungkinan besar infeksi
Anak perempuan
3 sediaan = "
v:shapes="_x0000_i1025"
width="9" height="12">105
95%

2 sediaan = "
v:shapes="_x0000_i1026"
width="9" height="12">105
90%

1 sediaan = "
v:shapes="_x0000_i1027"
width="9" height="12">105
80%
5 104 105 Meragukan, ulangi
104 5 104 + gejala : meragukan, ulangi
- gejala : kemungkinan tidak
infeksi
<104> Kemungkinan tidak infeksi
Penghitungan sel darah putih dan metabolisme basal dengan dugaan
diagnosis pyelonefritis akut.
Kultur darah pada bayi demam dan untuk anak yang lebih tua yang sakit,
toksis, atau memiliki demam tinggi.
Table 1. Urinalysis for a presumptive diagnosis of UTI*
Method Findings
Bright field or phase contrast microscopy of
centrifuged urinary sediment
Bacteria
Gram stain of uncentrifuged urinary sediment Bacteria
Nitrite and leukocyte esterase
Positive: UTI
likely
Nitrite
Positive: UTI
probable
Leukocyte esterase
Positive:
Nonspecific
*Urine mikroskopik negatif untuk bakteri tak menyingkirkan ISK, tidak juga
dengan dipstik negatif untuk nitrit dan leukosit esterase.
Table 2. Kultur urine untuk diagnosis ISK*
Method
Quantitative urinary culture indicating a
UTI among symptomatic children
Suprapubic aspiration
UTI is indicated by growth of bacteria
>2000-3000 CFU/mL coagulase-negative
staphylococci.
Catheterized girl or
midstream clean-void
in a circumcised boy
Febrile infants and children with UTI
usually have >50,000 CFU/mL of a single
urinary pathogen; however, UTI may be
present with 10,000-50,000 CFU/mL of a
single organism.*
Midstream clean-
void in a girl or
uncircumcised boy
UTI is indicated when >100,000 CFU/mL
of a single urinary pathogen is present in a
symptomatic patient. Pyuria usually is
present.
Any method in a girl
or boy
If the patient is asymptomatic, bacterial
growth is usually >100,000 CFU/mL of
the same organism on different days. If no
pyuria is present, this quantity probably
indicates colonization rather than UTI.
*Pasien yang sering berkemih kebanyakan terdapat proliferasi bakteri pada
kandung kemih dengan kehadiran jumlah koloni yang sedikit.
Pemeriksaan Pencitraan
Dilakukan bila telah dikonfirmasi dengan kultur urine kuantitaif.
USG
diagnosis pertama pyelonefritis akut.
de sistitis akut
pertama maupun kedua, bila respon terapi cepat dan memuaskan.
-laki pada
semua umur dengan ISK pertama kali.
Voiding cystourethrogram (VCUG)
nak dengan pyelonefritis akut yang belum pernah
pencitraan saluran kemih sebelumnya.
-5 tahun dengan
pielonefritis akut yang memiliki pola berkemih yang normal ketika tak terinfeksi.
diperlukan untuk menilai anak dengan sistitis akut yang telah berespon
cepat terhadap terapi, kecuali USG saluran kemih tak normal.
kembali seperti sebelumnya.
klinisi merekomendasikan menunggu 4-6 minggu untuk dilakukan VCUG.
Bila anak dalam terapi antibakteri pada masa ini, rekomendasi ini diterima.
Penanganan
Pyelonefritis akut :
dan
antipiretik, sesegera terapi antibakteri. Asupan yang sesuai adalah 1-1,5X kebutuhan
rumatan biasa. Pada penyakit yang lebih ringan dapat diberikan ccairan parenteral,
pemberian antibakteri dan dapat dirawat di rumah. Pada keadaan yang lebih berat
seringnya perlu perawatan lebih.
Perawatan khusus pada anak dengan pyelonefritis akut yang terkomplikasi.
-1,5x dari rumatan biasanya.
otaxime.
Tambahkan ampicillin bila terdapat kokus gram positif dalam sedimen urine atau
bila tak ditemukan kuman. Gentamicin sebagai pilihan lain pada bayi cukup bulan
yang >7 hari, anak yang lebih dewasa dan adolesen yang alergi cephalosporin.
Monitor fungsi ginjal dan kadar aminoglikosida darah bila pengobatan ini berlanjut
lebih dari 48-72 jam.
sensitif terhadap antibiotik yang digunakan, lanjutkan terapi dengan rute parenteral
hingga ada perbaikan klinis dan afebril setelah 24-36 jam. Antibiotik oral yang
efektif melawan organisme yang menginfeksi kemudian digantikan dengan
antiobiotik parenteral. Lanjutan terapi antibiotik oral kira-kira untuk 10 hari setelah
terapi parenteral berakhir. Lalu dilanjutkan dengan terapi antibiotik untuk mencegah
reinfeksi, diteruskan minimal hingga dilakukan VCUG.
o Table 3. Antibiotic agents for oral treatment of UTI
Antibacterial Agent Daily Dose and Interval
Sulfisoxazole 120-150 mg/kg, divided q4-6h
Trimethoprim/sulfamethoxazole
6-12 mg/kg TMP, 30-60 mg/kg
SMX, divided q12h
Amoxicillin* 20-40 mg/kg, divided q8h
Cephalexin 20-50 mg/kg, divided q6h
Cefixime 8 mg/kg, divided q12-24h
Cefpodoxime 10 mg/kg, divided q12h
Loracarbef 15-30 mg/kg, divided q12h
Nitrofurantoin

5-7 mg/kg, divided q6h


o *Pada beberapa komunitas, sebagian besar strain e. Coli resisten terhadap amoxicillin

Nitrofurantoin mungkin dapat digunakan untuk mengobati ISK bawah, tapi karena
rendahnya daya penetrasi ke jaringan, nitrofurantoin tak sesuai untuk infeksi ginjal.
o Table 4. Obat antibiotik untuk mencegah reinfeksi.
Agent Single Daily Dose
Nitrofurantoin* 1-2 mg/kg
Trimethoprim/sulfamethoxazole*
1-2 mg/kg TMP, 5-10 mg/kg
SMX
Trimethoprim 1-2 mg/kg

Penanganan anak dengan sistitis akut
terapi antibiotik yang sesuai dan menilai kembali frekuensi urine dan masalah
inkontinensia. Pada keadaan tertentu, analgesik diperlukan untuk disuria atau spasme
kandung kemih yang berat.
-3 hari, penggantian terapi mungkin diperlukan.
Dan bila memuaskan, terapi tak perlu diganti, walaupun data laboratorium
menunjukkan bahwa bakteri tak sesuai dengan antibiotik yang digunakan.
-7 hari untuk mengikuti gejala klinis dan mengevaluasi ulang
urinenya. Secara umum, terapi antibiotik selama 5-7 hari cukup untuk anak dengan
sistitis akut. Dosis tunggal dapat digunakan pada perempuan remaja dengan sistitis
akut. Terapi dosis tungal biasanya dapat menggunakan amoxicillin (3gr) atau
trimethroprim/sulfamethoxazole (320mg/1600mg, 2 tablet kekuatan ganda).
-30 menit, 3-4 x per hari, sering meringankan
gejala. Dan penggunaan analgesik sistemik dengan asetaminofen atau analgesik di
kandung kemih dengan phenazopyridine hydrochloride (Pyridium) dapat sangat
membantu, dan tak boleh digunakan lebih dari 48 jam because resiko
methemoglobinemi, anemia hemolitik, dan efek samping lain.
belladona dan opium suppositoria rektal yang sesuai. Tak boleh digunakan lebih dari
4 kali sehari dan tak lebih dari 2 hari.
Pada anak 2 bulan 2 tahun dengan kecurigaan ISK dan tampak sakit berat,
antibiotik dapat diberikan secara parenteral. Perawatan di rumah sakit diindikasikan
jika ada gejala sepsis atau bakteremia. Sebagian pihak mengindikasikan perawatan di
rumah sakit dan pemberian antibiotik parenteral pada anak di bawah 6 bulan.
Sedangkan pada anak yang tidak tampak sakit berat, antibiotik yang
diberikan umumnya per oral (diminum). Beberapa antibiotik yang dapat digunakan
adalah :
Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri penyebab ISK
resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini masih dapat diberikan pada ISK
dengan bakteri yang sensitif terhadapnya.
-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis.
Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan dengan cotrimoxazole. Penelitian
menunjukkan angka kesembuhan yang lebih besar pada pengobatan dengan
cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.
-kira sama efektif
dengan cotrimoxazole, namun lebih mahal dan memiliki spectrum luas sehingga
dapat mengganggu bakteri normal usus atau menyebabkan berkembangnya jamur
(Candida sp.) pada anak perempuan.
-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap
cotrimoxazole. Harganya juga lebih mahal dari cotrimoxazole atau cephalexin.
-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-
anak yang dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK. Selain itu
nitrofurantoin juga lebih mahal dari cotrimoxazole dan memiliki efek samping
seperti mual dan muntah.
Lama pemberian antibiotik pada ISK umumnya adalah 7 hari pada infeksi
akut. Walaupun ada pihak yang menganjurkan 10-14 hari, namun pemberian dalam
waktu sepanjang itu memberikan kemungkinan lebih besar untuk terjadinya
resistensi, gangguan bakteri normal di usus dan vagina, dan menyebabkan
candidiasis.
Pemberian antibiotik dalam jangka waktu pendek (<5>
Sedangkan pengobatan parenteral umumnya dilakukan dengan cephalosporin
seperti ceftriaxone 75 mg/kg setiap 24 jam. Sebagian pihak memilih gentamicin 7.5
mg/kg per 24 jam dan benzylpenicillin 50 mg/kg per 6 jam untuk anak di atas 1
bulan
Selain antibiotik, pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala
contohnya adalah penurun demam jika diperlukan. Obat-obatan lain yang pada orang
dewasa digunakan untuk ISK, umumnya tidak dianjurkan untuk diberikan pada anak-
anak.
Jika tidak ada perbaikan dalam 2 hari setelah pengobatan, contoh urin harus
kembali diambil dan diperiksa ulang. Kultur ulang setelah 2 hari pengobatan
umumnya tidak diperlukan jika diperoleh perbaikan dan bakteri yang dikultur
sebelumnya sensitif terhadap antibiotik yang diberikan. Jika sensitivitas bakteri
terhadap antibiotik yang diberikan atau tidak dilakukan tes sensitivitas/resistensi
sebelumnya, maka kultur ulang dilakukan setelah 2 hari pengobatan.
Perawatan Lanjutan
Perawatan lebih lanjut pada pasien yang dirawat :
Pielonefritis akut

-2 hari setelah VCUG,
bila VUR didapatkan, dan lebih lama bila refluks hadir.
Perawatan lebih lanjut pada pasien yang tak dirawat :
Pielonefritis akut yang tak ada komplikasi
pasien yang tak dirawat, tetapi masih memiliki resiko kerusakan ginjal. Penggunaan
terapi oral cephalosporin generasi ketiga efektif sebagai terapi tradisional pada
pasien yang dirawat secara parenteral.
tunggal. (75mg/kg IV/IM tiap 12-24jam)
cephalosporin, dapat digunakan gentamicin (2,5mg/kg IV/IM dosis
tunggal)
-18 jam.
Pemeriksaan Lanjutan
Setelah pemberian antibiotik selesai dan urin sudah steril, dilakukan
pemeriksaan lanjutan pada anak dengan ISK. Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan
adalah :
semua anak dengan ISK sesegera mungkin.
(Dimercaptosuccinic acid nuclear scan) scan : Pemeriksaan ini terutama untuk
melihat fungsi saluran kemih. DMSA scan masih diperdebatkan batasan usianya.
Namun biasanya dilakukan pada anak di bawah 5 tahun dengan hasil ultrasonografi
yang tidak normal. Umumnya dilakukan 2 bulan setelah episode ISK untuk memberi
waktu perbaikan pada saluran kemih. Selama menunggu dilakukannya pemeriksaan
ini, beberapa pihak menganjurkan pemberian antibiotik dosis rendah.
batasan usianya. Namun umumnya dilakukan pada anak di bawah 1 tahun atau anak
dengan hasil ultrasonografi atau DMSA yang tidak normal.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dilakukan lebih awal jika tidak ada
perbaikan setelah 2 hari pemberian antibiotik.
Pencegahan:
enggunaan antibiotik spektrum luas (cth. Amoxicillin, cephalexin), yang
dapat melemahkan pertahanan alami melawan kolonisasi.
kronik rektum dengan feses.
gsi berkemih menjadi faktor pencetus, perintahkan pasien untuk kencing
secara teratur.
-laki.
Komplikasi:

i inflamasi lobus ginjal atau
abses ginjal.

terganggu, ESRD dan komplikasi terhadap kehamilan (cth. ISK, hipertensi pada
kehamilan, BBLR).
Prognosis:
Kerusakan ginjal pada komplikasi jangka panjang sebagai konsekuensi dari
ISK kadang-kadang ditemukan di awal abad ke-20, ketika pielonefritis akut menjadi
sebab sering hipertensi dan ESRD pada perempuan muda. Hipertensi, fungsi ginjal
terganggu, ESRD sekarang sering didapatkan pada bayi dengan kerusakan ginjal
intrauterine. Anak dengan resiko komplikasi ini biasanya ditemukan dengan USG
saluran kemih yang menunjukkan hidronefrosis. Penelitian pada neonatus
menyebutkan bahwa kerusakan ginjal terkait dengan obstruksi di saluran keluar
kandung kemih atau hidronefrosis non obstruktif karena VUR yang berat. Anak ini
mungkin mendapat tambahan kerusakan ginjal sebagai hasil dari infeksi, tetapi ISK
bukan faktor utama penyebab komplikasi renal.

BAB III
KESIMPULAN
ISK merupakan suatu infeksi pada saluran kemih yang ditandai dengan adanya
bakteri patogen, yang sering terjadi pada anak dan memberi gejala yang samar
dengan resiko kerusakan ginjal dan komplikasi lain yang berat.
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan antara lain USG dan VCUG.
Pemberian antibiotika yang tepat pada ISK sangat penting untuk mengeradikasi
kuman dan mencegah timbulnya komplikasi yang lebih berat, selain pemberian
terapi simptomatik terhadap gejala lain yang timbul.
Pencegahan ISK dapat dilakukan dengan menjaga higiene saluran kemih, kencing
teratur, serta sirkumsisi pada anak laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai