Sistem pengukuran kinerja dapat dianggap sebagai alat evaluasi dan sistem manajemen yang dirancang untuk memberikan umpan balik yang berguna bagi Kinerja dalam rangka memperkuat pengambilan keputusan dan meningkatkan program kinerja dan kinerja organisasi.
Pengukuran kinerja telah dilakukan sejak lama pada sektor publik dan semakin berkembang juga pada sektor non profit. Pada era outcome menjadi tantangan dalam meyakinkan lembaga, manajer, pembuat kebijakan, lembaga donor, badan pemerintah, dan sejenisnya akan pentingnya fokus pada hasil dan pemantauan kinerja pada, dasar yang sistematis telah banyak ditemukan. Selama dua puluh lima tahun pengukuran kinerja telah menjadi banyak diterima, mnejadi fokus hasil, menjadi lebih berkembang, dan dilembagakan pada lembaga pemerintah dan dunia nirlaba.
Pertanyaan utama yang dihadapi manajer publik dan manejer nirlaba dalam hal ini bukan dalam memantau kinerja tetapi bagaimana merancang dan mengimplementasikan sistem pengukuran yang memberikan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja program tanpa membuat kerusakan dan hasil yang kontraproduktif dalam proses - singkatnya, membuat sistem yang menambah nilai. Bab ini memberikan gambaran singkat mengenai pengukuran kinerja dalam hal jenis tindakan dan hubungan antara pengukuran kinerja dan studi evaluasi program; membahas langkah-langkah pengembangan, dan terutama membuat kriteria untuk ukuran kinerja yang baik; dan menguji bagaimana mengkonversi data kinerja menjadi informasi dan menyajikannya secara efektif kepada para pembuat keputusan. Untuk itu, bab ini kemudian mencakup dua hal penting dalam pengukuran kinerja, yaitu menggunakan data untuk meningkatkan kinerja dan mengembangkan sistem pengukuran dalam struktur pemerintahan jaringan, dan kemudian diakhiri dengan komentar singkat tentang prospek pengukuran kinerja pada saat ini dan perkembangannya.
Sistem Pengukuran Sistem pemantauan kinerja dirancang untuk melacak pengukuran program, lembaga, atau kinerja sistem pada interval waktu yang teratur dan melaporkan pengukuran tersebut kepada manajer atau orang tertentu secara berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi yang obyektif kepada para manajer dan pembuat kebijakan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan dengan demikian dapat memperkuat kinerja dan juga untuk memberikan pertanggungjawaban kepada berbagai pemangku kepentingan, seperti manajemen, lembaga eksekutif pusat, badan pemerintah, lembaga donor, organisasi akreditasi, klien dan pelanggan, kelompok advokasi, dan masyarakat luas. Ada banyak sumber yang tersedia bagi para evaluator program yang tertarik belajar lebih banyak tentang pendekatan metodologis dalam pengembangan sistem pengukuran kinerja. (Ammons, 2001; Poister, 2003; Hatry, 2006).
Hasil dan Jenis Lain Pengukuran Kinerja Salah satu isu awal dalam mengembangkan sistem pemantauan kinerja adalah menentukan jenis tindakan yang harus diutamakan. Prinsip utama pengukuran kinerja berfokus pada hasil, efektivitas biaya, output, efisiensi, kualitas pelayanan, dan kepuasan pelanggan.
Hasil. Pengukuran hasil cenderung sangat ditekankan dalam pemantauan sistem yang dikembangkan saat ini karena mereka mewakili jenis hasil yang diharapkan oleh program yang tersedia. Dengan demikian, hasil dari program pengukuran kinerja pada program keselamatan di jalan raya diukur dengan jumlah kecelakaan, cedera, dan kematian per 100.000 mil kendaraan setiap tahun, dan tingkat perpindahan penyakit seksual pada program pencegahan penyakit menular dapat dilihat dari insiden dan penyebaran sifilis, gonore, klamidia, dan AIDS.
Pengukuran hasil bisa sangat sulit dan memakan banyak biaya karena proses ini membutuhkan tindak lanjut kepada klien setelah mereka telah menyelesaikan program: misalnya, staf dan pemangku kepentingan cenderung ingin tahu persentase stabilisasi krisis konsumen yang dalam status krisis setelah tiga puluh hari dari debit, persentase pemuda keluar dari pusat penahanan remaja sekolah atau terlibat dalam pekerjaan yang menguntungkan satu tahun kemudian, atau persentase peserta program pelatihan kerja yang telah ditempatkan pada pekerjaan tertentu seperti upah produktif mereka - enam bulan setelah menyelesaikan program.
Efektivitas Biaya. Efektivitas biaya berhubungan dengan biaya dari keluaran. Dengan demikian, untuk unit stabilisasi krisis, efektivitas biaya akan diukur sebagai biaya yang dihabiskan per konsumen. Untuk program rehabilitasi vokasional, indikator efektivitas biaya yang relevan mencakup biaya per klien yang ditempatkan dalam pekerjaan yang cocok dan biaya per klien yang digunakan selama enam bulan atau lebih, dan untuk departemen kepolisian setempat, efektivitas biaya aktivitas investigasi kriminal akan diukur dari biaya per kejahatan yang diselesaikan.
Output. Meskipun pengukuran hasi dianggap sebagai pengukuran yang paling penting dalam sistem pemantauan kinerja, output juga penting karena output mewakili produk atau jasa langsung yang dihasilkan oleh organisasi publik dan nirlaba. Jadi pengukuran output biasanya menunjukkan jumlah pekerjaan dilakukan atau unit jasa yang dihasilkan, seperti jumlah seminar yang diselenggarakan oleh program pencegahan AIDS, jumlah prosedur detoksifikasi yang diselesaikan oleh unit stabilisasi krisis, jumlah investigasi kriminal yang dilakukan oleh departemen kepolisian setempat, atau jumlah kilometer pagar pembatas yang digantikan oleh kru pemeliharaan jalan raya. Kadang-kadang pengukuran outout berfokus pada jumlah kasus yang ditangani: misalnya, jumlah kejahatan yang diselidiki oleh polisi atau jumlah klien yang dilayani, seperti jumlah individu yang mendapatkan layanan konseling dalam program pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Efisiensi. Sejalan dengan pengukuran efektivitas biaya, pengukuran efisiensi menghubungkan output dengan sumber daya yang digunakan dalam memproduksi outpit tersebut, biasany paling sering berfokus pada rasio output terhadap biaya dari sumber daya kolektif yang dikonsumsi. Dengan demikian biaya per kejahatan diselidiki, biaya per seminar AIDS yang dilakukan, biaya per ton perumahan refuse yang dikumpulkan, dan biaya per klien yang menyelesaikan program pelatihan kerja merupakan standar pengukuran efisiensi. Meskipun efisiensi yang paling berguna berfokus pada biaya produksi output tertentu, seperti biaya per pemeriksaan kejiwaan atau biaya per kelompok yang mengikuti sesi terapi yang dilakukan di unit stabilisasi krisis, sistem pemantauan kinerja terkadang efisiensi gabungan berkaitan dengan biaya untuk output yang lebih umum, seperti biaya per jalan raya jalur - mil dipertahankan atau biaya per klien per hari di rumah-rumah kelompok untuk penyandang cacat mental.
Jenis lain dari pengukuran efisiensi, indikator produktivitas, menghubungkan output yang dihasilkan dengan beberapa sumber daya tertentu terhadap satuan waktu tertentu. Indikator produktivitas biasanya berfokus pada produktivitas tenaga kerja, seperti jumlah mil dari jalan raya yang dirawat per kru pemeliharaan per hari, jumlah klien yang diterapi per konselor rehabilitasi vokasional per bulan, atau jumlah klaim yang diproses per penyandang cacat per minggu.
Kualitas Layanan. Dimensi yang paling umum dalam kualitas layanan publik adalah ketepatan waktu, waktu penyelesaian, akurasi, ketelitian, aksesibilitas, kenyamanan, kesopanan, dan keamanan. Sedangkan pengukuran output biasanya mewakili kuantitas atau volume output yang dihasilkan, indikator ukuran kualitas pelayanan menunjukkan kualitas dari outputnya. Dengan demikian persentase pelanggan yang mengantri lebih dari lima belas menit sebelum memperbarui lisensi pengemudi mereka, jumlah panggilan ke petugas perlindungan anak dalam 24 jam, dan persentase klaim cacat yang diputuskan dalam tujuh puluh hari kerja adalah standarisari penguukuran kualitas layanan. Indikator kualitas sering kali disandingkan dengan kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan, seperti persentase pekerjaan pemeliharaan jalan raya yang dilakukan sesuai dengan prosedur operasi, namun demikian sebagian orang hanya berfokus pada kualitas output atau kebutuhan pengerjaan ulang, seperti jumlah jalan raya yang retak yang diselesaikan yang harus dilakukan lagi dalam waktu enam bulan ke depan. Selain itu, pengukuran kualitas layanan kadang-kadang tumpang tindih dengan pengukuran hasil. Sebagai contoh, tujuan dari kebanyakan program kesehatan masyarakat dan inisiatif kebijakan kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang tersedia bagi penduduk yang rentan, dan sehingga indikator kualitas pelayanan juga merupakan fokus pengukuran hasil.
Kepuasan Pelanggan. Pengukuran kepuasan pelanggan biasanya berkaitan erat dengan kualitas pelayanan dan program hasil, tapi mungkin perlu mempertimbangkan hal tersebut sebagai pembentuk kategori terpisah untuk pengukuran kinerja. Misalnya, pengukuran kepuasan pelanggan terhadap program rehabilitasi vokasional berdasarkan data dari formulir evaluasi klien yang menyajikan pertanyaan mengenai kepuasan klien terhadap berbagai aspek pelatihan, konseling, dan bantuan yang mereka terima. Menentukan tingkat kepuasan juga juga dapat melibatkan tindakan berdasarkan kepuasan mantan klien dengan pekerjaan mereka setelah mereka bekerja selama enam bulan, yang lebih berkaitan dengan hasil. Peningkat kepuasan pelanggan tersebut dapat sejalan dengan tindakan yang lebih nyata dari kualitas pelayanan dan efektivitas program, tetapi faktor-faktor tersebut memberikan perspektif yang saling melengkapi.
Sistem Monitoring Kinerja dan Kajian Program Evaluasi Sistem pemantauan kinerja adalah alat evaluasi yang melacak berbagai pengukuran program atau kinerja lembaga dari waktu ke waktu pada yang sangat sistematis. Namun, data yang dihasilkan pada dasarnya bersifat deskriptif, dan sistem pemantauan kinerja saja tidak menyediakan metodologi yang tepat untuk mengisolasi hubungan sebab - akibat dan mengidentifikasi hasil-hasil pengamatan sebagai dampak dari program tertentu. Meskipun sistem pemantauan melacak apa yang sebenarnya terjadi sehubungan dengan hasil program dan hasil, hal tersebut saja tidak dapat menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa. Ketika evaluasi program dilakukan di beberapa aspek, temuan bergerak dari studi evaluasi yang biasanya memberikan bukti jauh lebih kuat pada efek kausal dari program yang berhubungan dengan hasil produksi.
Namun demikian, ketika program dan agensi manajer yakin tentang logika program menghubungkan kegiatan ke output dan output ke hasil, dengan begini dapat dilacak output dan outcome data yang dihasilkan oleh sistem pemantauan dan menafsirkannya sebagai hasil yang nyata dari program tersebut. Selain itu, sistem pemantauan kinerja menghasilkan database yang sering digunakan untuk evaluasi program yang lebih ketat, terutama evaluasi dengan menggunakan parameter desain rangkaian waktu. Sebaliknya, hasil yang berasal dari evaluasi program yang lebih dalam dapat juga memberikan masukan menganai pengukuran tambahan yang harus dimasukkan dalam sistem pengukuran kinerja berkelanjutan.
Data kinerja juga dapat membantu kinerja yang memburuk dan sinyal evaluasi program saat studi komprehensif diperlukan. Banyak program negara bagian dan federal mengembangkan agenda kegiatan evaluasi setiap tahunnya, dan mereka sering menargetkan program tertentu untuk melakukan evaluasi berdasarkan isu-isu yang muncul dari sistem pemantauan kinerja. Selain itu, instrumen pengukuran seperti survei pelanggan atau tingkat pengamatan terlatih digunakan dalam meningkatkan sistem pengamatan dapat berdaptasi dengan cepat untuk memperoleh data untuk evaluasi lebih lanjut.
Mengidentifikasi, Penerapan, dan Menilai Pengukuran Kinerja Evaluator dapat mengidentifikasi jenis hasil sebuah program yang dimaksudkan untuk menghasilkan data melalui wawancara atau sesi fokus kelompok dengan bantuan stakeholder internal dan eksternal dan dengan menilai pernyataan resmi dari tujuan dari sebuah program. Selain itu, model logika program, dibahas secara mendalam pada Bab Tiga buku ini, bisa sangat membantu dalam mengidentifikasi kedua hasil dan output yang akan dipantau oleh sistem pengukuran kinerja. meskipun model logika sering tidak menguraikan sisi proses kinerja program, berkaitan dengan bagaimana program beroperasi, hal tersebut sangat berguna dalam menjelaskan logika bagaimana hasil program yang seharusnya dikaitkan dengan jangka waktu pendek segera, menengah, dan panjang. Gambar 5.1 menunjukkan model logika dikembangkan untuk program pencegahan penyakit seksual menular yang digunakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Seperti diilustrasikan pada contoh ini, model logika sering digunakan untuk mengurai berbagai logika yang sejajar dan mengarah ke program berbasis hasi jangka pendek, menengah, dan panjang. Selama beberapa tahun terakhir banyak lembaga publik dan nonprofi telah menggunakan model kartu skor seimbang sebagai kerangka kerja untuk mengembangkan pengukuran kinerja. Awalnya model kartu skor seimbang digunakan untuk mengembangkan sektor swasta, manajer diminta untuk mengidentifikasi tujuan dan pengukuran kinerja yang terkait dengan masing-masing empat perspektif: pelanggan, kinerja keuangan, proses internal bisnis, dan inovasi dan pembelajaran. Model menjadi populer di sektor publik juga karena mendorong manajer untuk mengambil keputusan komprehensif mengenai kinerja, dari pengukuran kinerja langsung ke tujuan, dan mengembangkan peta strategi yang menunjukkan keterkaitan antara tujuan-tujuan yang ditetapkan dengan berbagai perspektif (Niven, 2003). Namun, beberapa instansi pemerintah dan nonprofi telah memodifikasi model ini dengan menambahkan fleksibilitas dalam hal perspektif kinerja, misalnya, menjangkau para pemangku kepentingan eksternal sebagai area kunci hasil.
Sumber Data Seperti halnya studi evaluasi program, sistem pemantauan kinerja menggunakan data dari berbagai sumber. Pertama, banyak tindakan - khususnya orang-orang terlibat dalam proses internal, pelayanan, dan output - didasarkan pada data transaksional yang dikelola oleh lembaga secara berkelanjutan dan mengenai hal-hal tersebut sebagai permintaan pelayanan, klien mengakui dan diabaikan, catatan produksi, persediaan, izin yang dikeluarkan atau dicabut, catatan aktivitas, laporan kejadian, klaim yang diproses, perawatan yang diberikan, tindak - lanjut kunjungan yang dibuat, dan keluhan dari klien atau lainnya. Data tersebut biasanya disimpan dalam sistem informasi manajemen dan karena itu sering dapat digunakan jika dibutuhkan.
Bagaimanapun, Pengukuran kinerja, terutama pengukuran hasil, sering membutuhkan sumber tambahan dan prosedur pengumpulan data yang dikembangkan secara spesifik untuk mengukur kinerja. Prosedur ini mencakup pengamatan langsung, seperti survei pengamat terlatih terhadap kebersihan jalan atau mekanisme penghitungan volume lalu- lintas, pemeriksaan medis atau kejiwaan klien, dan tes yang biasanya digunakan dalam mengukur efektivitas program pendidikan dan pelatihan. Pengukuran outcome sering dijalankan secara langsung kebanyakan melalui follow up atau wawancara dengan klien selama jangka waktu tertentu setelah mereka menyelesaikan program.
Terakhir, survei klien, karyawan, atau pemangku kepentingan lain yang dikelola secara teratur merupakan sumber data yang digunakan dalam sistem pemantauan kinerja, seperti kartu respons pelanggan. Sangat jelas, monitoring kinerja melalui survei pengamat terlatih, pemeriksaan klinis, prosedur pengujian khusus, kontak follow up, dan survei lanjutan memerlukan usaha dan biaya yang lebih besar dan biaya daripada hanya mengandalkan catatan lembaga yang ada, tetapi tindakan tersebut sering menjadi pilihan terbaik atau satu-satunya pilihan untuk memperoleh pengukuran kinerja, terutama dalam hal efektivitas dan kepuasan klien.
Kriteria Pengukuran Kinerja yang Baik Dari perspektif metodologis pengukuran yang baik meliputi tingkat validitasi, tingkat yang menunjukkan indikator keakuratan mewakili apa yang ingin diukur, dan kehandalan, yang menyangkut konsistensi dalam pengumpulan data. Validitas adalah berhubungan dengan tindakan menghindari bias sistematis atau distorsi dalam data. Dengan demikian, dalam mengembangkan sistem pengukuran, evaluator program harus mencoba untuk mengantisipasi dan mengnindari masalah seperti prasangka pengamat atau bias subjek, sistem pelaporan yang berlebihan atau kurang, desain instrumen yang buruk, dan bias nonrespon karena kasus hilang. Masalah yang terakhir mungkin muncul ketika pengukuran kinerja harus menerapkan follow up kontak dengan klien dan kontak tersebut tidak dapat dilakukan hingga klien menyelesaikan program atau meninggalkan agensi karena pada saat itulah hasil yang diharapkan dapat terwujud.
Sehubungan dengan kehandalan, penting untuk menjaga konsistensi prosedur pengumpulan data untuk menghasilkan data yang valid dari waktu ke waktu. Oleh karena itu sangat penting untuk mengembangkan definisi yang jelas untuk setiap pengukuran kinerja dan prosedur untuk melakukan pengamatan dan mengumpulkan data untuk mengoperasionalkannya. Selain itu, input data dalam banyak sistem pemantauan bersifat desentralisasi, dengan data yang dimasukkan oleh berbagai kantor- kantor lokal di seluruh negara, misalnya, dan dalam kasus seperti itu kebutuhan untuk menjaga kecerobohan dalam pelaporan di lapangan dan untuk memastikan pengukuran seragam dan prosedur pengumpulan data antara unit-unit pelaporan sangatlah penting. Selain itu, karena sistem pemantauan kinerja dirancang untuk melacak pengukuran kinerja secara berkala dan untuk menilai perubahan dari waktu ke waktu, juga sangat penting untuk memastikan bahwa instrumen pengukuran dan prosedur pengumpulan data yang diterapkan dalam cara yang sama di setiap periode pelaporan berturut-turut.
Bermakna dan dimengerti. Agar data kinerja dapat digunakan, data tersebut harus memiliki tingkat kredibilitas stakeholder yang tinggi. Ini berarti bahwa pengukuran harus bermakna bagi pembuat keputusan, fokus pada tujuan dan sasaran, prioritas, dan dimensi kinerja yang penting bagi mereka. Selain itu, pengukuran juga harus mudah dipahami oleh orang yang ingin menggunakannya. Jadi pengukuran harus memiliki validitas perwajahan yang jelas bagi pengguna, dan di mana data tersebut berasal dan apa yang dimaksudkan oleh data tersebut juga harus jelas. Indikator yang rumit atau kurang jelas harus disertai dengan penjelasan tentang apa yang diwakilinya.
Seimbang dan Komprehensif. Secara kolektif, kumpulan pengukuran dilacak yang dengan sistem pemantauan harus memberikan gambaran yang seimbang dan komprehensif tentang kinerja program atau lembaga yang bersangkutan, dalam hal baik komponen tertutup dan kelas pengukuran yang digunakan. Dengn menggunakan model logika program atau kerangka kerja seperti balanced scorecard dapat sangat bermanfaat dalam hal ini.
Tepat waktu dan Ditindaklanjuti. Salah satu masalah umum dalam sistem pemantauan kinerja adalah sistem ini terkadang gagal untuk memberikan hasil yang tepat waktu kepada para pembuat keputusan. Ketika data tidak lagi segar atau tidak tersedia pada saat pengambil keputusan membutuhkannya, sistem pemantauan menjadi tidak terlalu berguna. Selain itu, pengukuran kinerja hanya benar-benar berguna bagi pengambil keputusan hanya ketika hasilnya ditindaklanjuti, ketika mereka berfokus pada hasil di mana pembuat keputusan dapat mengerahkan beberapa peningkatan, seperti dimensi kinerja yang dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur program atau strategi organisasi. Selain itu data kinerja mungkin menarik, tetapi data tersebut tidak akan digunakan untuk meningkatkan keputusan dan memperkuat kinerja.
Pemindahan Tujuan. Sistem pengukuran kinerja dimaksudkan untuk merangsang peningkatan kinerja. Selain memberikan informasi kepada yang pengambil keputusan, pengukuran kinerja berkelanjutan, yang sedang berlangsung memberikan insentif yang kuat bagi manajer dan karyawan untuk melakukan melakuakan tindakan terbaik terhadap pengukuran yang sedang dilacak. Namun, dengan pengukuran yang tidak tepat atau tidak seimbang dapat menyebabkan peralihan tujuan, di mana orang akan melakukan pengukuran tapi dengan mengabaikan program yang nyata atau tujuan organisasi. Misalnya, surat kabar di seluruh Amerika Serikat telah menerbitkan ratusan cerita yang berisi tuduhan "kerusakan kolateral" dari pengujian standar di sekolah umum yang dibutuhkan oleh petugas pemerintah dalam mengembangkan undang- undang Perlindungan anak. Dampak bahaya yang dilaporkan mencakup kecurangan administrator dan guru, kecurangan siswa, rendahnya siswa yang berprestasi, rendahnya tingkat konseling yang tersedia di sekolah, mengajar untuk tes, penyederhanaan kurikulum, dan menurunnya moral guru (Nichols dan Berliner, 2007).
Dengan demikian, dalam merancang sistem pemantauan, sangat penting untuk memastikan bahwa indikator secara langsung sejalan dengan tujuan dan sasaran, untuk mengantisipasi masalah seperti kasus pengobatan selektif, atau creaming, yang dihasil dari pengukuran yang terlalu sederhana, untuk menghindari fokus langsung terhadap hasil yang nyata serta output yang mungkin didapat. Selain itu, evaluator yang mengembangkan preangkat pengukuran kinerja harus mencoba untuk mengantisipasi apakah agen menekanan pada peningkatan kinerja pada salah satu pengukuran tertentu, kesesuaian terhadap jadwal dalam sistem transit masyarakat lokal, misalnya, mungkin akan menghasilkan perilaku yang bertentangan dengan tujuan program penting lainnya, seperti mengemudi sembrono dalam siistem transit lokal. Jika demikian, evaluator perlu memasukkan pengukuran kinerja tambahan, seperti pengukuran yang berkaitan dengan tindakan mengemudi yang aman dan cedera pelanggan, yang akan menumbuhkan struktur insentif yang lebih seimbang.
Pertimbangan Praktis dan Biaya. Kebutuhan untuk menggabungkan dengan pengukuran yang seimbang dan bermakna yang sangat handal dan tahan terhadap perubahan tujuan sering dibandingkan dengan faktor pertimbangan praktis dan biaya. Meskipun untuk beberapa tindakan, data kemungkinan akan tersedia, sementara yang lain akan membutuhkan pengembangan instrumen baru atau prosedur pengumpulan data baru. Beberapa tindakan hanya mungkin sangat sulit atau memakan banyak waktu untuk mengumpulkannya di ldapngan dengan cara yang sistematik dan konsisten, pihak lain mungkin memberikan beban yang tidak semestinya pada karyawan di tingkat operasional yang harus melacak data sumber dan bertanggung jawab untuk melaporkan data.
Dalam membandingkan kandidat pengukuran, perancang sistem pengukuran kinerja sering harus mempertimbangkan kegunaan pengukuran dengan kualitas data yang menyangkut masalah kelayakan, dan disisi lain harus mempertimbangkan aspek waktu, tenaga, dan biaya. Pada akhirnya, keputusan tersebut harus dibuat atas dasar untuk memastikan keakuratan data dan data yang dapat diandalkan yang berguna melebih biaya pemeliharaan sistem. Dengan demikian evaluator harus terlibat dalam penilaian yang sistematis dari mengusulkan pengukuran dan memilih atau merevisi pengukuran untuk dimasukkan dalam sistem sesuai. Tabel 5.1 menunjukkan contoh yang dapat digunakan sebagai template untuk mengorganisir dan meringkas semacam ini ulasan dari kekuatan dan kelemahan dari berbagai indikator.
Jaminan Kualitas Karena kualitas data sangat penting untuk menjaga kredibilitas dan kegunaan sistem pemantauan kinerja, maka sangat penting merancang prosedur yang jelas guna memastikan integritas data. Oleh karena itu sangat penting untuk menetapkan indikator yang jelas berhubungan dengan konstituen elemen data dan untuk mengembangkan prosedur yang seragam untuk proses pengumpulan data kinerja. Jika pengukuran kinerja selalu direvisi dari waktu ke waktu, perubahan pada pembatasan data dan preosedur pengumpulan data harus didokumentasikan dengan seksama. Terutama ketika input data akan terdesentralisasi, maka sangat penting untuk memberikan pelatihan mengenai prosedur ini kepada orang yang akan bertanggung jawab untuk mengumpulkan data dan memasukkan data ke dalam sistem. Selain itu, mengidentifikasi pemilik data (data owner) bagi pengukuran kinerja individu atau pengukuran seperangkat kinerja dan membuat mereka merasa bertanggung jawab untuk mengawasi proses pengumpulan data dan memastikan keseluruhan kualitas data dapat membantu mengurangi tingkat kesalahan data.
Prosedur untuk mengumpulkan dan memproses data harus menyajikan data yang jelas sehingga seseorang bisa melacak kembali data di catatan awal transaksi atau pengamatan untuk membuat laporan hasil yang baru jika diperlukan. Meskipun biasanya tidak perlu dan juga tidak praktis memeriksa semua data secara independen, melakukan audit data memilih sampel data secara acak dapat dilakukan untuk memastikan bahwa data yang disajikan berkualitas tinggi. Proses audit tersebut mencakup proses membaca seluruh data untuk memastikan keakuratannya, mengidentifikasi masalah dalam pengumpulan data yang kemudian dapat diselesaikan, dan berfungsi sebagai insentif bagi individu untuk mengawasi proses pelaporan yang ceroboh. Selain itu, dengan melakukan audit data, termasuk juga dalam proses sampling, dapat menjadi pelacakan terhadap laporan palsu yang disengaja atau manipulasi sistem dalam bentuk lain, terutama jika sanksi atau hukuman terhadap bentuk-bentuk kecurangan diterapkan dengan tepat.
Konversi Data Kinerja Menjadi Informasi Meskipun memilih pengukuran yang tepat dan mempertahankan integritas data sangat penting, sistem pemantauan kinerja dapat bekerja secara efektif hanya jika data tersebut dapat memberikan informasi yang berguna bagi manajer atau pengambil keputusan. Dengan demikian data kinerja perlu diperiksa berdasarkan beberapa jenis kerangka komparatif: yaitu, perbandingan dari waktu ke waktu, kinerja aktual terhadap target, perbandingan antara unit-unit operasi, atau perbandingan terhadap standar eksternal.
Tren Seiring Waktu Karena sistem pemantauan memerlukan proses pemantauan secara berulang terhadap serangkaian indikator pada interval waktu yang teratur, mereka secara otomatis databese akumulasi rangakain waktu dapat dilacak secara berkala. Sebagai contoh, salah satu hasil strategis yang telah ditetapkan oleh Departemen Pelayanan Anak di wilayah Toronto memfokuskan layanan pada akses perawatan anak bagi orang tua yang bekerja, karena perawatan yang tepat dapat memberikan kesempatan belajar yang lebih awal. Pengumpulan data dari waktu ke waktu terhadap jumlah pelayanan anak per seribu anak di Toronto menunjukkan bahwa jumlah ruang tersebut meningkat perlahan tapi pasti 2000-2007 (Gambar 5.2).
Kinerja Aktual Versus Target Dalam konteks pendekatan berbasis hasil untuk mengelola oraganisasi publik dan niraba, proses monitoring sistem sering dilacak kinerja aktual berbading dengan tujuan, standarisasi, dan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebagai contoh, Departemtn Kepolisian Atlanta menetapkan target yang berbeda bagi kejahatan tertentu yang dilaporkan yang akan dipecahkan setiapbulannya: sebagi comtoh, 67 persen untuk proses penaganan kasus bunuh diri dan 17 persen untuk tindakan pencurian. Seperti yang tampak pada tabel 5.2, pada tahun 2009 kantor polisi ini melebihi target penanganan kasus bunuh diri, perkosaan, kekerasan, dan kasus copet, tapi untuk beberapa kasus lain tidak memenuhi target, seperti kasus perampokan, pencurian, dan pencurian mobil.
Perbandingan antara Unit Meskipun badan pemerintah, organisasi donor, dan chief executive cenderung tertarik kepada pelacakan data kinerja program atau lembaga secara keseluruhan, menejer senior dan manajer menengah merasa perlu membandingkan pengukuran antar unit operasi atau lokasi proyek. Misalnya, Divisi Pencegahan Penyakit Menular Seksual pada Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memberikan hibah kepada lima puluh negara bagian serta lima belas pemerintah kota besar untuk pencegahan dan pengobatan sifilis, gonore, dan klamidia. Pengukuran kinerja utama terhadapa pengendalian wabah sifilis adalah proporsi kasus baru sifilis primer yang diidentifikasi atau sifilis sekunder melalui wawancara dalam tujuh, empat belas, atau paling lama tiga puluh hari sejak identifikasi sifilis terhadap pasangan seksual sehingga pasein tersebut dapat dihubungi, diberi nasehat tentang penyebaran penyakit, dan disarankan untuk memanfaatkan pengobatan. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.3, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengamati pengukuran ini di seluruh negara dan mengenaympingkan data dari pengukururan kinerja dari sepuluh negara bagian untuk mengidentifikasi daerah yang tidak sesuai dengan kinerja yang ditetapkan.
Cara Perincian Data kinerja sering kali jauh lebih berarti ketika data tersebut dirubah oleh berbagai jenis kasus. Misalnya, dalam mendukung upaya untuk meningkatkan keselamatan di taman kota dan tempat rekreasi, di daerah pinggiran kota dapat dilakuakn pelacakan terhadap jumlah orang yang dilaporkan cedera pada fasilitas ini dalam hitungan bulan. Meskipun mengurangi jumlah cedera merupakan perhatian utama para pejabat daerah, merinci hasil pelacakan insiden dapat membantu menentukan sumber permasalahan. Dengan demikian sistem pemantauan dan perincian dapat dilakuakan terhadap jumlah orang yang dilaporkan cedera di lapangan olahraga, lapangan tenis, jalur jogging, area piknik, dan tempat parkir, di kolam renang, dan tempat-tempat lain secara serkala. Bagi sektor pendidikan, pelayanan publik, pelatihan kerja, dan program lain yang berfokus pada hasil bagi masing-masing klien, sangat penting untuk merinci data hasil pengamatan terhadap kelompok yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu, misalnya, ras, status sosial ekonomi, atau tingkat risiko.
Perbandingan Eksternal Lembaga publik dan nonprofi melakukan eksperimen dengan pembandingan eksternal, dengan membandingkan data kinerja mereka yang dibandingkan dengan data yang sama milik lembaga atau program lain. Kerangka komparatif tersebut dapat membantu sebuah lembaga menilai kinerja mereka sendiri dan dapat menetapkan target masa depan, dalam konteks industri pelayanan publik yang lebih besar. Sebelumnya saya memberikan contoh perawatan anak di Toronto, yang telah meningkat dalam periode enam tahun (Gambar 5.2). Perbandingan dengan kota-kota lain di Provinsi Ontario menunjukkan bahwa Toronto dalam hal ini jauh tertinggal dari daerah Sudbury, York, dan Halton, tetapi daerah ini memiliki ruang perawatan yang lebih per seribu anak di bawah dua belas tahun daripada kebanyakan kota di Ontario lainnya, termasuk London, Ottawa, Windsor, dan Hamilton (Gambar 5.4).
Gambar 5.5 menunjukkan contoh pembandingan lain, berbagai data kinerja rumah sakit umum di Georgia, yang diambil dari survei intensif pasien yang dipulangkan dalam sentang waktu periode tiga bulan. Survei ini dilakukan untuk rumah sakit oleh firma independen yang melakukan survei yang sama terhadap dua puluh rumah sakit lain di kota ini setiap tiga bulan. Setelah itu data yang diperoleh dilaporkan kembali ke setiap rumah sakit tidak hanya nilai dari rumah sakit tersebut tetapi juga sejumlah indikator lain dan juga beberapa perbandingan terhadap rumah sakit lain yang disurvei. Selain menyajikan kinerja secara keseluruhan yang mengacu kepada dua puluh rumah sakit lainnya, setiap rumah sakit dapat membandingkan dengan lembaga terkemuka yang mewakili aspirasi rumah sakit beberapa indikator untuk dimensi tertentu kinerja.
Menyajikan dan Menganalisis Data Kinerja Menyajikan data dalam format yang dapat membantu dalam memahami data tersebut. Dengan demikian evaluator dan orang lain yang terlibat dalam pengembangan pengukuran sistem disarankan untuk menggunakan berbagai format display (spreadsheet, grafik, gambar, dan peta) untuk menyajikan data kinerja yang jelas, namun demikian mereka juga harus tetap mempertimbangkan agar presentasi tersebut sederhana dan mudah dan berfokus pada penyampaian informasi yang efektif tidak hanya sekedar tampilan visual yang mewah.
Melibatkan fitur roll up-dril down dapat membantu memfasilitasi pemeriksaan data yang dikumpulkan untuk seluruh program atau memilahnya menjadi subunit organisasi tertentu, memberikan layanan kontrak, atau program individu. Misalnya, Departemen Perhubungan Ohio (DOT) telah mengembangkan serangkaian indeks, dengan nilai berkisar dari 0 sampai 100, untuk melacak kinerjan dalam sejumlah bidang, seperti manajemen konstruksi, administrasi kontrak, peralatan dan fasilitas, dan keuangan, serta kinerja secara keseluruhan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.6. Manajer dapat melacak kinerja keseluruhan departemen tersebut dari waktu ke waktu, mereka juga dapat menelusuri ke masing-masing daerah di dua belas kabupaten dan dari kabupaten tersebut dapat ditelusuri lebih lanjut pemeriksaan kinerja salah satu dari bidang kegiatan tertentu dan kemudian dirinci lagi untuk melihat kinerja indikator tertentu yang merupakan bagian dari indeks dari daerah kegiatan.
Evaluator juga harus menggunakan proses yang sistematis untuk menganalisis data dan mendapatkan gambaran holistik seperti apa kinerja program terlebih dahulu, dengan memeriksa perubahan dari waktu ke waktu indikator utama dari hasil; membandingkan kinerja aktual dengan target yang diharapkan; membandingkan data dengan data dari program lain yang serupa; merinci data menjadi unit organisasi tertentu, wilayah geografis, atau penerima hibah jika pelayanan terdesentralisasi; dan menghubungkan data menjadi faktor lain yang relevan seperti karakteristik klien. Kemudian mereka dapat memeriksa kecendrungan dalam beberapa indikator hasil kolektif untuk melihat apakah gambaran dari kinerja program dapat terdeskripsi dengan baik. Selain itu mereka dapat menafsirkan data hasil dan menghubungkannya indikator kinerja jenis lain, seperti indikator untuk output, kualitas layanan, efisiensi, atau kepuasan klien, untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang operasi program dan kinerja.
Selanjutnya evaluator dapat melacak variabel penjelas yang mungkin dapat memfasilitasi atau menghambat hasil yang lebih baik, dalam rangka untuk mendapatkan penjelasan yang lebih jelas mengenai tingkat efektivitas program, dan mereka dapat mempertimbangkan pelaporan kinerja disesuaikan dengan data pengukuran yang dibandingkan dengan data pembanding untuk mengontrol faktor utama yang mempengaruhinya. Sebagai contoh, data yang digunakan dalam perbandingan tingkat kejahatan di sejumlah kota sering disesuaikan dengan persentase penduduk yang tinggal masing-masing kota yang berada di bawah tingkat kemiskinan, dan data untuk perbandingan rumah sakit yang berhubungan dengan hasil kesehatan dapat disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit pasien yang ditangani di rumah sakit, dengan menggunakan model regresi sederhana. Selain itu, mereka juga dapat memberikan komentar dan informasi lain yang relevan bersamaan dengan sedkripsi data kuantitatif yang disajikan dalam laporan kinerja untuk membantu pengambilan keputusan.
Tantangan Pengukuran Kinerja Terkini Apakah pengukuran kinerja berkontribusi untuk meningkatkan pengambilan keputusan dan peningkatan kinerja program? Hal ini harus menjadi perhatian dalam menilai apakah sistem pemantauan benar-benar memberikan nilai tambah, tetapi kami kekurangan bukti yang sistematis untuk menjawab pertanyaan ini secara objektif. Di satu sisi kita memiliki beberapa sistem manajemen kinerja seperti yang diterapkan di CompStat Kepolisian New York dan Baltimore, namun di sisi lain kami memiliki kasus di mana sistem pengukuran diduga memiliki efek merusak (lihat Radin, 2006).
Telah ada penelitian yang komprehensif mengenai efektivitas pengukuran kinerja, dan "Bukti menunjukkan yang menunjukkan pengukuran kinerja sangat berpengaruh pada manajemen pengamabilan keputusan dan peningkatan pelayanan kinerja sangat jarang ditemukan(Ammons dan Rivenbark, 2008). Dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada tahun 2003, peneliti menyatakan bahwa berbagai lembaga federal pemerintahan menggunakan data hasil untuk memicu tindakan korektif, mengidentifikasi dan mendorong penanganan terbaik, memotivasi staf, dan membuat rencana dan anggaran yang lebih efektif untuk membantu meningkatkan kualitas program-program, tetapi mereka juga menemukan bahwa masih ada banyak kendala dalam memanfaatkan data hasil (Hatry, Morley, Rossman, dan Wholey, 2003).
Menggunakan Data Kinerja untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi pemerintah dan organisasi nirlaba sangat berminat dalam penerapan sistem pemantauan kinerja, hal ini tergantung pada berbagai faktor termasuk sifat program yang mereka sediakan, ada atau tidak adanya konsensus politik pada kebijakan tujuan, tingkat kontrol yang mereka miliki atas keluaran dan hasil, dan sejauh mana pengambilan keputusan bergantung pada norma-norma profesional (Jennings dan Haist, 2004). Bahkan dengan data yang baik yang dapat data yang dapat digunakan sekalipun, tidak ada jaminan bahwa data kinerja akan benar-benar digunakan sebagai dasar untuk memperkuat pengambilan keputusan dan manajemen dan tentunya dapat meningkatkan kinerja program. Pengambil keputusan yang paling sering dilakuakn sangat terikat dalam keputusan cepat yang diambil dalam waktu singkat dan masalah manajemen rutinitas harian yang tidak mempengaruhi sistem. Hal ini membuat ketersediaan data kinerja menjadi cenderung diabaikan.
Selain itu sistem pemantauan tidak dapat dihubungkan secara sistematis dengan proses manajemen dan pengambilan keputusan lain, sehingga data mungkin saja menjadi perhatian namun sangat jarang digunakan atau sangat jarang ditemui digunakan dalam rencana operasional jangka pendek ataupun masalah strategik jangka panjang. Dalam hal ini, terkadang birokrasi cenderung gagal untuk menghubungkan pengukuran kinerja dengan proses pengambilan keputusan atau memanfaatkan data pengukuran kinerja sebagai tindak lanjut oleh menejerial, evaluasi staf, konsultan, dan orang lain atau pihak lain yang mengembangkan sistem pengamatan harus mempertimbangkan beberapa aspek berikut: Memperjelas tujuan sistem pengukuran, target penggunanya, informasi pengguna yang dibutuhkan, dan bagaimana data kinerja akan digunakan di awal. Membangun rasa kepemilikan dengan melibatkan manajer dan pengambil keputusan dalam mengidentifikasi tindakan, target, dan prosedur pengumpulan data dan dalam mengembangkan rencana untuk menggunakan data secara efektif. Menciptakan rasa kepemimpinan untuk mendorong orang lain untuk memahami pengukuran dan untuk menunjukkan atau mendorong komitmen eksekutif untuk menggunakan data pengukuran kinerja. Mengidentifikasi result owners, sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menjaga atau meningkatkan kinerja terhadap pengukuran tertentu. Menggunakan peningkatan otoritas dan fleksibilitas bagi instansi, divisi, program, dan manajer, jika memungkinkan dilakukan pertukaran agar dapat dipercaya. Membangun kebiasaan untuk meninjau data kinerja, dan menggunakannya untuk mengidentifikasi masalah, penyebab, dan jika mungkin, potensi tindakan untuk memperbaiki masalah yang timbul. Melakukan investigasi lanjutan jika masalah terus-menerus muncul dari data kinerja, melalui gugus tugas, tim perbaikan proses, program evaluasi lanjutan. Memantau secara informal kegunaan dan keefektifan biaya dari sistem pengukuran itu sendiri, dan membuat penyesuaian yang dibutuhkan.
Penting untuk diingat adanya keterbatasan sistem pengukuran kinerja dan tidak mengharapkan data kinerja sebagai satu-satunya instrumen untuk pengambilan keputusan atau memecahkan masalah. Sebaliknya, evaluator dan manajer harus mendorong pertimbangan untuk penggunaan sistem pengukuran data sebagai sebuah kebiasaan, manajemen berkelanjutan, dan proses pengambilan keputusan. Pengukuran kinerja hanya menyajikan sebagian dari kebutuhan informasi publik dan nonprofit yang dibuthkan untuk mengambil keputusan. Hl ini tidak menggantikan kebutuhan data pengeluaran, analisis anggaran, atau penilaian politik, atau pengganti logika, manajemen yang baik, kepemimpinan, dan kreativitas. Seperti yang dinyatakan oleh salah seorang ahli pengukuran kinerja "Tujuan utama pengukuran kinerja adalah untuk memunculkan pertanyaan. Sangat jarang sekali proses ini memberikan jawaban tentang apa yang harus dilakukan "(Hatry, 2006, hal. 6).
Menerapkan Pengukuran Kinerja di Lingkungan Jaringan Masalah mungkin dihadapi oleh pada evaluator atau orang yang tertarik untuk melakukan pengukuran kinerja dan menjadi salah satu masalh terbesar dalam pengembangan sistem pemantauan program adalah pengelolaan dalam lingkungan jaringan bukan hanya sekedar pengelolaan oleh satu pihak saja. Selain unit lembaga, daerah, dan pemerintahan daerah merupakan sebuah sistem pemerintahan yang terpadu, jaringan ini juga mencakup organisasi nonprofit dan perusahaan profit, juga termasuk usaha-usaha rakyat yang saling bekerja sama dan bermitra.
Selain itu, dalam berbagai bidang program stakeholder terlibat dalam membuat atau mempengaruhi kebijakan selain dari hanya sekedar memberikan layanan. Menerapkan dan memelihara sistem pemantauan yang efektif jauh lebih susah pada lingkungan jaringan, terutama karena para mitra di jaringan mungkin memiliki konfik tujuan yang substantif tujuan, pelaksanaan program dan kecenderungan pelayanan menjadi desentralisasi, pelaksanaan program dapat bervariasi secara substansial ke seluruh jaringan, dan tingkat komitmen untuk program mungkin bervariasi antara setiap stakeholder (Frederickson dan Frederickson, 2007).
Selain itu anggota jaringan mungkin memiliki berbagai tingkat kepentingan, termasuk kurangnya minat dam pemantauan kinerja; beberapa anggota mungkin kekurangan data, staf, kemampuan analitis, atau sumber daya lain untuk mendukung pengukuran; dan beberapa anggota lain mungkin menunjukkan sikap kerjasama secara sukarela antar pemangku kepentingan yang memungkinkan pengukuran kinerja dapat bekerja dengan baik. Untuk meningkatkan nilai tambah pengukuran kinerja dalam konteks tantangan, evaluator dan orang yang ingin mengembangkan sistem pengukuran kinerja di lingkungan jaringan harus mencoba hal berikut: Mengkomunikasikan tujuan dan maksud penggunaan pengukuran kinerja untuk semua anggota jaringan. Bersemangat dalam akuntabilitas negosiatif untuk mengambangkan kesepakatan antar stakeholder dalam merancang maksud dan tujuan, pengukuran, targer, serta sistem pengumpuan data. Mendorong organisasi jaringan untuk menggunakan data statistik yang tersedia, seperti tingkat siswa putus sekolah, nilai, atau tingkat kelulusan dalam lingkungan pendidikan, untuk menilai jenis hasil yang telah disepakati bersama. Mengembangkan beberapa perangkat pengukuran kinerja bagi kelompok pemangku kepentingan yang berbeda. Gunakan model logika untuk menjelaskan bagaimana data hasil sebuah lembaga langsung memberikan kontribusi dan merubah hasil dari lembaga lain. Mengembangkan sistem pemantauan hybrid yang menggabungkan beberapa kinerja dengan lebih mengutamakan pengukuran lokal yang mencerminkan kebutuhan atau perhatian tertentu dari stakeholder. Menantang orang dalam jaringan yang tidak sejalan dengan sistem pengukuran kinerja dan meminta mereka untuk mengindetifikasi dan mengembangkan sistemnya sendiri yang disesuikan dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Memberikan bantuan teknis, dan dana tambahan jika memungkinan, untuk membantu lembaga dalam pengumpulan data. Mengintegrasikan data kinerja dari para pemangku kepentingan yang berbeda dalam laporan yang sama untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kinerja jaringan secara keseluruhan. Menunjuk pengelola program peningkatan kewenangan untuk menerima dan menngelola data laporann dan memberikan mereka tanggung jawab kepada mereka mengenai keakuratan hasil. Memasukkan data kinerja dalam proses pendanaan atau hibah, sistem insentif, dan proses pengakuan dalam jaringan. Meminta penerima hibah untuk menunjukkan bagaimana mereka menanggapi dan menggunakan data untuk mempertahankan atau meningkatkan kinerja. Mengidentifikasi dan menyebarkan informasi tentang metode penerapan terbaik dalam jaringan, dan meminta masukan dari para pemangku kepentingan dalam jaringan mengenai masalah dan cara meningkatkan kinerja.
Kesimpulan: Outlook Sejauh ini fokus dari hasil program telah dikembangkan dengan baik bagi sektor publik dan sektor nonprofit, dan prospek untuk meningkatkan pemanfaatan dan perbaikan lebih lanjut sistem pengukuran kinerja yang baik. Meskipun beberapa sistem monitoring sebagian besar masih berorientasi pada keluaran (output), kekhawatiran terhadap akuntabilitas masih perlu ditangani. Masalah perpindahan tujuan merupakan masalah yang sangat nyata, dan ketergantungan pada satu pendekatan saja untuk mendorong akuntabilitas dalam beberapa institusi dapat membatasi penggunaan sistem pemantauan untuk mendorong peningkatan kinerja.
Namun, perkembangan yang cukup menggembirakan memberikan pertanda baik bagi perkembangan masa depan termasuk terus dengan terus mempertajam fokus pada kinerja dan hasil, meningkatnya penggunaan pengukuran di sektor nonprofit, kemajuan dalam metodologi dan teknologi yang mendukung pengukuran kinerja, peningkatan disiplin dalam mengikat pengukuran pada bidang yang strategis, tenaga sukarela yang berupaya untuk membandingkan pengukuran di berbagai bidang kebijakan, banyaknya lembaga-lembaga publik dan nirlaba yang berkomitmen untuk melaporkan data kinerja mereka kepada publik, dan munculnya komunitas berbasis sistem pengukuran kinerja (Epstein, Coates, dan Wray, 2006).
Jadi di satu sisi pandangan umum mengahalngi sistem pengawasan yang lebih efektif seiring dengan terusnya kita bergerak ke masa depan. Di sisi lain tujuan dari penerapan sistem pengukuran kinerja benar-benar memberi nilai tambah sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas keluaran terbukti masih sulit dipahami, dan dengan demikian tantangan yang dihadapi orang-orang yang melakukan pengukuran kinerja adalah untuk mengembangkan perusahaan di depan dengan melampaui pengukuran itu sendiri, tidak peduli seberapa tepat dan akurat data yang didapat, untuk menghasilkan peningkatan kinerja yang nyata. Tips dalam Kotak 5.1 dapat membantu membuat pengukuran kinerja yang lebih bermanfaat.
Kotak 5.1. Tips Akhir untuk Praktek Gunakan pendekan berorientasi hasil daripada pendekatan yang berorientasi pada data dalam mengidentifikasi relevansi hasil dan ukuran kinerja lainnya. Melibatkan pemangku kepentingan internal dan eksternal dalam mengembangkan sistem pengukuran kinerja, dalam rangka membangun komitmen untuk menggunakan data dalam meningkatkan kinerja. Gunakan sistem pengukuran kinerja secara konstruktif untuk meningkatkan pengambilan keputusan dan memperkuat kinerja. Berhati-hatilah terhadap kesalahan dalam menafsirkan atau penyalahgunaan data kinerja. Gunakan penelitian evaluasi strategis untuk memperjelas "lubang hitam" dalam program logika dan faktor-faktor kontekstual yang mempengaruhi kinerja. Secara berkala lakukan peninjauan pengukuran, laporan kinerja, dan prosedur tindak lanjut, dan lakukan revisi sistem jika dibutuhkan.