Wah Agu2007 3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

50

WILAYAH KECAMATAN ULEE KARENG DAMPAK DARI


BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI TAHUN 2004

Cut Driska
Alumnus PWD SPs USU

Abstract: The aim of the research is to reveal the impact of earth quake and
tsunami in Ulee Kareng, a kecamatan in Banda Aceh that avoid from the disaster.
The result of the study shows that the main reason of the people move to Ulee
Kareng is secure of disaster. As the impact of migration, the population in Ulee
Kareng increased to 32.9% as well as schools including junior scholl and
Politechnic. The numbers of housing also increase to be 64.45%. Numbers of
merchant also increase significantly to 148% as well as stores. Informal institution
such as social institution and merchant union has not been developed yet, because
of the homogenous culture, tribes and paradigm of the migrant in the previous
living place.

Keywords: regional development and tsunami disaster

PENDAHULUAN
Bencana alam berupa gempa bumi
yang diikuti oleh gelombang tsunami pada
tanggal 26 Desember 2004 telah
meluluhlantakkan sebagian besar wilayah
Kota Banda Aceh, Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Bencana ini merenggut puluhan
ribu nyawa dan menyebabkan sejumlah
orang kehilangan tempat tinggal dan mata
pencaharian. Selain korban jiwa, gempa
bumi dan tsunami juga menghancurkan
sebagian besar infrastruktur seperti jalan,
rumah, transportasi, jaringan listrik, jaringan
air bersih, drainase, prasarana ekonomi,
sarana komunikasi, pendidikan, kesehatan,
pusat perdagangan, kantor-kantor pemerintah,
TNI/POLRI dan swasta. Bencana ini
merupakan yang terbesar dari beberapa
bencana yang pernah dialami kota ini
sebelumnya.
Kehilangan mata pencaharian dan
hancurnya sebagian besar sarana dan
prasarana ekonomi di wilayah ini, telah
berdampak lumpuhnya kegiatan perekonomian,
khususnya di kecamatan-kecamatan yang
mengalami kondisi terparah akibat bencana
tersebut. Bencana gempa bumi dan tsunami
telah menyebabkan 3 kecamatan dari 9
kecamatan yang ada di Kota Banda Aceh,
yaitu Kecamatan Meuraxa, Kecamatan Jaya
Baru, dan Kecamatan Kutaraja hancur total.
Selain itu, ada 3 kecamatan yaitu Kecamatan
Baiturrahman, Kecamatan Syiah Kuala, dan
Kecamatan Kuta Alam yang hancur
sebagian, dan 3 kecamatan lainnya yaitu
Kecamatan Ulee Kareng, Kecamatan Lueng
Bata, dan Kecamatan Banda Raya yang
relatif tidak terkena Tsunami (Renstra Kota
Banda Aceh, 20052009).
Pascabencana, wilayah yang terkena
dampak menghadapi masalah-masalah yang
kompleks, baik dari aspek fisik, ekonomi,
sosial-budaya dan kelembagaan. Salah satu
aspek yang perlu diperhatikan adalah pada
pemulihan kondisi ekonomi dan sosial.
Kondisi psikologis akibat trauma serta
kondisi wilayah pascabencana dan keinginan
masyarakat untuk hidup normal, menyebabkan
sebagian warga memilih untuk pindah ke
wilayah yang lebih aman dan memiliki
fasilitas-fasilitas sosial-budaya. Perpindahan
warga ini juga diikuti oleh para pelaku
ekonomi yang merasa akan lebih nyaman
untuk melaksanakan kegiatan bisnisnya di
daerah yang tidak terkena dampak.
Daerah tujuan yang lebih menonjol
dari ketiga kecamatan yang relatif tidak
terkena dampak bencana adalah Kecamatan
Ulee Kareng. Kecamatan Ulee Kareng berjarak
sekitar 3,5 kilometer dari pusat pemerintahan
kota, menjadi daerah tujuan dari kaum
migran khususnya dari para pelaku ekonomi
dari daerah yang mengalami bencana.
Kehadiran kaum migran ini berpengaruh
pada perkembangan wilayah Ulee Kareng
yang ditandai dengan pertambahan penduduk,
bertambahnya fasilitas-fasilitas sosial ekonomi
dan perkembangan Pasar Ulee Kareng.

Cut Driska: Wilayah Kecamatan Ulee Kareng...


51
Todaro (2000) lebih jauh juga
mengemukakan bahwa fungsi terpenting dari
teori pembangunan adalah mengupas dan
memecahkan persoalan-persoalan pembangunan
akan mempengaruhi suatu strategi
pembangunan. Strategi pembangunan (dalam
bentuk kebijakan dan tindakan) akan
beranjak dari suatu teori pembangunan
tertentu.
Dampak dapat diartikan sebagai suatu
perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu
aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat
alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi
(Soemarwoto, 1999). Misalnya semburan
asap beracun dari kawah gunung adalah
aktivitas alam yang bersifat kimia, gempa
bumi adalah aktivitas alam yang bersifat fisik
dan pertumbuhan massal enceng gondok
aktivitas alam biologi. Aktivitas dapat pula
dilakukan manusia, yaitu aktivitas pembangunan
dan kehidupan sehari-hari yang bisa
menimbulkan dampak tertentu.


Pembangunan
Kenaikan
kesejahteraan
Dampak
biofisik
Dampak sosial-
ekonomi-budaya
Dampak sosial-
ekonomi-budaya
Dampak
biofisik
Dampak Kegiatan Dampak

Gambar 1. Skematis Terjadinya Dampak
(Soemarwoto, 1999)

Salah satu indikator dalam memperkirakan
dampak bencana alam terhadap pengembangan
wilayah dipandang dari sudut ekonomi
adalah dengan melihat kecenderungan
pengeluaran masyarakat (consumption spending)
melalui sisi penjualan. Peningkatan pengeluaran
masyarakat akan mendorong peningkatan
permintaan terhadap barang-barang dan jasa-
jasa. Selanjutnya, peningkatan permintaan
tersebut akan mendorong produsen untuk
meningkatkan kapasitas produksinya.
Dampak berikutnya adalah peningkatan
aktivitas perdagangan dengan bertambahnya
jumlah unit-unit usaha dan migrasi
penduduk.
Todaro (2000) menyatakan bahwa,
keputusan bermigrasi merupakan suatu
respons terhadap harapan tentang
penghasilan yang lebih baik, yang akan
diperoleh di kota dibandingkan dengan yang
diterima di pedesaan, termasuk kemungkinan
memperoleh pekerjaan di perkotaan. Suroso
Z (dalam Marbun, BN, 1990: 63), dalam
kajian mengenai motivasi migrasi,
menemukan kenyataan bahwa bagi sebagian
besar responden, faktor penarik orang
bermigrasi adalah karena alasan lapangan
pekerjaan. Dengan demikian, migrasi
dianggap sebagai suatu investasi individu
yang diputuskan setelah yang bersangkutan
terlibat dalam kalkulasi biaya dan manfaat.
Secara spesifik permasalahan yang
akan dikaji pada penelitian ini adalah: Apa
motivasi masyarakat dalam memilih
Kecamatan Ulee Kareng sebagai tempat
bermukim? Bagaimana dampak migrasi
penduduk dari wilayah yang terkena bencana
alam terhadap aspek sosial dan aspek
ekonomi, infrastruktur dan kelembagaan di
Wilayah Kecamatan Ulee Kareng? Apakah
ada perbedaan rata-rata pendapatan pedagang
migran dan pedagang lokal sebelum dan
setelah bencana alam di Kecamatan Ulee
Kareng?

METODE
Untuk menjawab permasalahan yang
pertama, digunakan metode deskriptif yaitu
mendeskripsikan motivasi masyarakat dalam
memilih lokasi bemigrasi di Kecamatan Ulee
Kareng, berdasarkan skala prioritas dan
hasilnya diharapkan akan menemukan
motivasi utama masyarakat untuk bermigrasi.
Untuk menjawab permasalahan yang kedua
juga digunakan analisis deskriptif, dengan
data sekunder dan hasil pengamatan.
Informasi data ditunjukkan dalam persentase.
Untuk menjawab permasalahan ke tiga,
dilakukan analisis dengan uji beda
parametrik ujit (ttest) berdasarkan matched
fair, yang dibantu dengan program komputer
SPSS for Windows ver.13.00

HASIL
Kecamatan Ulee Kareng adalah salah
satu kecamatan di antara 9 kecamatan yang
ada di Kota Banda Aceh Propinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, terdiri atas 9 gampong
(dalam bahasa setempat, setingkat kelurahan)
dengan Ibu Kota Kecamatan Gampong
Ceurih. Wilayah ini memiliki luas 615,0 ha.
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1, Agustus 2007


52
Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini
dikelompokkan pada: (1) Masyarakat migran
yaitu masyarakat yang memilih menetap
permanen di wilayah Ulee Kareng
pascabencana gempa dan tsunami, tujuannya
untuk mengetahui motivasi masyarakat
dalam memilih wilayah Ulee Kareng sebagai
tempat bermukim, (2) Pedagang migran dan
pedagang lokal, penetapan pedagang sebagai
sampel dalam penelitian ini bertujuan melihat
aktivitas ekonomi di sektor perdagangan yang
mana kegiatan ini menunjukkan salah satu
indikator pengembangan wilayah. Data
responden diambil dari Tahun 2004 (sebelum
bencana alam terjadi) sampai Tahun 2007.
Jumlah responden 91 rumah tangga terdiri
dari 27 responden kelompok masyarakat
migran, 38 responden kelompok pedagang
migran, dan 26 responden pedagang lokal,
yang tersebar di wilayah Kecamatan Ulee
Kareng. Kelompok sasaran dalam penelitian
ini adalah kepala keluarga.

1. Karakteristik Masyarakat Migran di
Kecamatan Ulee Kareng
Pengelompokan usia responden
berdasarkan usia paling tinggi dan paling
rendah dari seluruh data usia responden
menunjukkan bahwa secara umum responden
berada pada kelompok usia 3140 tahun
(59%), dan 22% berada pada kelompok usia
di bawah 30 tahun. Hal ini menggambarkan
bahwa usia para kaum migran boleh
dikatakan masih relatif muda dan usia
produktif.
Pekerjaan responden terbanyak adalah
sebagai karyawan swasta (56%). Di urutan
kedua terbanyak adalah sebagai Pegawai
Negeri/TNI/POLRI sebesar 26%. Sebagian
dari responden yang berstatus sebagai
Pegawai Negeri/TNI/POLRI menyatakan
bahwa mereka pindah ke wilayah Kecamatan
Ulee Kareng adalah karena pindah tugas.
Tingkat pendapatan rumah tangga
masyarakat migran mengalami perubahan.
Kenaikan persentase pendapatan terjadi pada
responden yang tingkat pendapatan berada
pada tingkat Rp 1.201.000Rp 1.800.000
yaitu sebesar 14,8% pada umumnya kelompok
ini bekerja sebagai PNS/TNI/Polri, sedangkan
penurunan persentase pendapatan terjadi
pada responden yang tingkat pengeluaran
berada pada tingkat di atas Rp. 3.000.000,-
sebesar 11%.
Perbedaan besarnya pengeluaran
konsumsi pangan sebelum dan sesudah
bermigrasi sebesar 23,5%. Perubahan yang
paling besar terjadi pada sektor perumahan
yaitu sebesar 79,9% sementara pendidikan
naik 8,7%. Sektor transportasi naik sebesar
23%. Perbedaan jumlah pengeluaran rata-rata
sebelum dan sesudah bencana sebesar 17,8%
menunjukkan berbagai indikasi antara lain,
mahalnya kebutuhan pokok, tingginya harga
sewa rumah, dan lain-lain.

2. Karakteristik Pedagang Migran di
Kecamatan Ulee Kareng
Usia pedagang migran berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan dari usia
paling tinggi dan paling rendah dari seluruh
data usia responden menunjukkan bahwa
secara umum responden berada pada
kelompok usia kurang dari 30 tahun (58%),
dan 36% berada pada kelompok usia di
bawah 3140 tahun. Hal ini menggambarkan
bahwa usia para pedagang migran masih
tergolong relatif muda dan usia produktif.
Kondisi pendapatan keluarga pedagang
migran dari sisi hasil usaha mengalami
perubahan yang cukup tajam. Kenaikan
persentase pendapatan terjadi pada responden
yang tingkat pendapatan berada pada tingkat
Rp 1.201.000 Rp 1.800.000 sebesar 44,7%,
sedangkan penurunan juga terjadi pada
tingkat pendapatan di bawah Rp. 600.000
sampai Rp. 1.200.000. Sebesar 39,5%. Pada
umumnya pedagang migran berdagang
pakaian jadi (toko pakaian).
Proporsi pengeluaran rumah tangga
yang paling besar adalah untuk konsumsi
pangan sehari-hari. Namun, perubahan yang
paling menonjol dari rata-rata pengeluaran
per bulannya terdapat pada pengeluaran
untuk biaya perumahan, sebesar 187,1%. Hal
ini disebabkan oleh kenaikan biaya perumahan
(sewa rumah) pascabencana yang cukup
tajam, termasuk harga bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk perawatan rumah tinggal.
Secara keseluruhan, pengeluaran rumah
tangga ini mengalami kenaikan sebesar
67,7%, dan dapat dijadikan sebagai indikator
perbaikan kondisi ekonomi, bila diimbangi
dengan kenaikan tingkat pendapatan yang
sebanding.


Cut Driska: Wilayah Kecamatan Ulee Kareng...


53
3. Karakteristik Pedagang Lokal di
Kecamatan Ulee Kareng
Usia Pedagang lokal berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan dari usia paling
tinggi dan paling rendah dari seluruh data
usia responden menunjukkan bahwa secara
umum responden berada pada kelompok usia
31-40 tahun (46%), dan 27% berada pada
kelompok usia di bawah 30 tahun, artinya
responden pedagang lokal berada pada usia
produktif.
Secara umum, tingkat pendidikan
pedagang lokal adalah SLTP (62%).
menunjukkan hasil observasi adalah 62%
responden memiliki tingkat pendidikan
SLTP, 19% sekolah dasar, 15% SMU, dan
4% tidak sekolah.
Pendapatan responden pedagang lokal
mengalami perubahan. Kenaikan persentase
pendapatan terjadi pada responden yang
memiliki tingkat pendapatan Rp 1.201.000
Rp 1.800.000 sebesar 11,6%. Responden ini
umumnya berusaha warung kopi dan pedagang
sembako. Penurunan pendapatan terjadi pada
responden dengan tingkat pendapatan di
bawah Rp. 600.000,-, responden kategori ini
pada umumnya berjualan bumbu masak.
Pengeluaran rumah tangga yang paling
banyak adalah pada klasifikasi konsumsi
pangan sehari-hari. Namun, perubahan yang
paling menonjol dari rata-rata pengeluaran per
bulannya terdapat pada pengeluaran untuk
biaya perumahan, sebesar 79,7%. Hal ini
dikarenakan oleh kenaikan biaya perumahan
(sewa rumah) pascabencana yang cukup
tajam, termasuk harga bahan-bahan yang
dibutuhkan untuk perawatan rumah tinggal.
Secara keseluruhan, pengeluaran rumah tangga
ini mengalami kenaikan sebesar 63,5%.

PEMBAHASAN
Hasil analisis pengeluaran rumah
tangga pedagang lokal bila dikaitkan dengan
hasil analisis pengeluaran rumah tangga
pedagang migran menunjukkan bahwa
dampak dari tingginya permintaan terhadap
sektor perumahan dirasakan oleh pedagang
lokal maupun pedagang migran. Jika
diasumsikan bahwa tingginya permintaan
terhadap perumahan ini sebagai akibat dari
adanya migrasi, maka pedagang lokal dalam
hal ini mengalami dampak negatif. Namun
analisis perbedaan pendapatan menunjukkan
bahwa peningkatan pendapatan menunjukkan
bahwa pendapatan yang diperoleh lebih
tinggi (83%) dibandingkan dengan peningkatan
biaya perumahan (79,9%), sehingga dapat
disimpulkan adanya migrasi memberikan
akumulasi dampak positif bagi pedagang lokal.

1.) Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Motivasi Masyarakat
dalam Memilih Kecamatan Ulee
Kareng sebagai Tempat Bermukim
Faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi masyarakat dalam memilih lokasi
tempat tinggal yang sebagai berikut: faktor
keamanan; faktor kenyamanan; jauh dari
pusat bencana; tersedianya lahan perumahan;
dekat dengan pusat kota; mengikuti saudara/
kerabat, dekat dengan pusat pendidikan; dan
kawasan pengembangan Kota Banda Aceh.
Distribusi pendapat responden berdasarkan
motivasi migrasi dapat dilihat pada Tabel 1.

2.) Analisis Dampak Migrasi terhadap
Pengembangan Wilayah di Kecamatan
Ulee Kareng
Penduduk merupakan faktor utama
dalam pengembangan wilayah, berikut akan
dianalisis dampak migrasi penduduk dari
wilayah yang terkena bencana alam terhadap:
aspek sosial antara lain meliputi fasilitas
pendidikan dan perumahan, aspek ekonomi
antara lain meliputi jumlah pedagang, jumlah
unit usaha dan perbedaan pendapatan
pedagang di Kecamatan Ulee Kareng.

Jumlah Penduduk
Perubahan jumlah penduduk dalam
suatu wilayah, secara umum dipengaruhi
oleh faktor kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas), dan faktor migrasi masuk dan
migrasi ke luar.
Terjadi kenaikan jumlah penduduk
yang cukup signifikan dalam kurun waktu
tahun 2004 sampai dengan tahun 2006.
Pertambahan jumlah penduduk dalam kurun
waktu ini sebanyak 5.642 jiwa, atau angka
relatif mencapai 32,9%. Hasil wawancara
dengan Camat Ulee Kareng dijelaskan bahwa
masyarakat yang memilih wilayah Ulee
Kareng sebagai tempat tinggal dan tempat
melakukan aktivitas berdagang dalam kurun
waktu sekarang bukan saja akibat bencana
alam, masyarakat lebih melihat ke prospek
pengembangan wilayah Ulee Kareng sebagai
kawasan perniagaan.
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1, Agustus 2007


54
Tabel 1. Motivasi Masyarakat untuk Bermigrasi ke Wilayah Kecamatan Ulee Kareng

Pendapat
No. Motivasi Bermigrasi
Setuju % Tidak Setuju %
Total
1. Keamanan 21 77,8 6 22,2 27
2. Kenyamanan 22 81,5 5 18,5 27
3. Jauh dari pusat bencana 23 85,2 4 14,8 27
4.
Tersedianya lahan
perumahan
10 37,0 17 63,0 27
5. Dekat dengan pusat kota 14 51,9 13 48,1 27
6. Mengikuti saudara/kerabat 9 33,3 18 66,7 27
7. Dekat pusat pendidikan 16 59,3 11 40,7 27
8.
Kawasan pengembangan
Kota Banda Aceh
11 40,7 16 59,3 27
9.
Keberadaan jalur angkutan
umum
11 40,7 16 59,3 27
10. Menemani orang tua 2 7,4 25 92,6 27
11. Pindah pekerjaan 5 18,5 22 81,5 27
Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2007.


Fasilitas Pendidikan
Data yang diperoleh dari Kecamatan
Ulee Kareng menunjukkan bahwa masih
terdapat warga yang pada usia sekolah belum
menikmati pendidikan. Menyajikan data
perbandingan penduduk yang berada pada
kelompok usia sekolah tahun 2004 dengan
tahun 2006. Data tersebut menunjukkan
bahwa pada tahun 2004, persentase
penduduk usia sekolah yang tidak sekolah
adalah sebesar 9,8%, sedangkan pada tahun
2006 adalah sebesar 7,8% terjadi penurunan
presentase tidak sekolah antara sebelum dan
sesudah bencana alam sebesar 2%.
Faktor lain yang mempengaruhi antara
lain jumlah fasilitas dan jarak fasilitas
pendidikan ke lingkungan perumahan warga.
Tabel 4.33, menunjukkan perbandingan
jumlah fasilitas pendidikan tingkat Sekolah
Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,
Sekolah Menengah Umum/Kejuruan sebelum
bencana alam (tahun 2004) dan sesudah
bencana (tahun 2006). Kenaikan jumlah
yang terjadi hanya pada tingat Sekolah Dasar
yaitu sebanyak dua unit, sedangkan untuk
tingkat SLTP belum ada penambahan
jumlah, hanya terdapat satu unit dan untuk
tingkat SMU/SMK sedang dalam pembangunan.


Fasilitas Perumahan
Data mengenai jumlah rumah pada
periode sebelum bencana alam (tahun 2004)
dan sesudah bencana alam (tahun 2007) yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan
Camat Ulee Kareng sektor perumahan
mengalami peningkatan dari 2.540 unit
menjadi 4.177 unit, atau mengalami
peningkatan sebesar 64,45%. Peningkatan
jumlah rumah yang cukup signifikan
difasilitasi oleh Pemerintah Propinsi NAD
untuk perumahan karyawan, pihak developer
perumahan, dan beberapa NGO. Umumnya
pihak developer perumahan sudah memiliki
sejumlah lahan yang dibeli jauh sebelum
bencana alam terjadi, bahkan sebagian
perumahan-perumahan yang sebelum bencana
terbengkalai, sesudah bencana pihak
developer segera menyempurnakan
pembangunan perumahan tersebut. Hal ini
dilakukan untuk memenuhi tingginya
permintaan akan rumah oleh masyarakat di
wilayah Ulee Kareng.

Aspek Ekonomi
1. Jumlah Pedagang
Migrasi penduduk dari wilayah yang
terkena bencana alam ke wilayah yang tidak
terkena bencana alam, memiliki dampak
terhadap sektor perdagangan di wilayah
Cut Driska: Wilayah Kecamatan Ulee Kareng...


55
Kecamatan Ulee Kareng. Ditinjau dari
perubahan jumlah pedagang yang ada di
Pasar Ulee Kareng mengalami perubahan
yang cukup signifikan. Perubahan yang
dimaksud diindikasikan dengan terjadinya
pertambahan jumlah pedagang dalam rentang
waktu 2 periode (Tahun 2004-2005 dan
Tahun 2005-2006) sebanyak 379 kepala
keluarga (148%).

2. Jumlah Unit Usaha
Dampak migrasi penduduk dari wilayah
yang terkena bencana alam ke wilayah yang
tidak terkena bencana alam, ditinjau dari
perubahan jumlah unit usaha yang ada di
Pasar Ulee Kareng juga mengalami perubahan
yang cukup signifikan seiring dengan
perubahan jumlah pedagangnya.
Pertambahan jumlah unit usaha dalam
rentang waktu 2 periode (tahun 20042005
dan tahun 2005-2006) sebanyak 389 unit
usaha (146,2%).

Infrastruktur
Fasilitas prasarana perhubungan yang
ada di Kecamatan Ulee Kareng berupa jalan
sepanjang 83,091 km, yang terdiri atas jalan
aspal sepanjang 65,244 km, jalan diperkeras
sepanjang 4,319 km dan jalan tanah
sepanjang 13,528 km (Kecamatan Ulee
Kareng Dalam Angka Tahun 2006).
Pascabencana, penambahan ruas jaringan
jalan yang sedang dalam proses pembangunan
di kawasan ini adalah jaringan Jalan
Panglima Nyak Makam-Tanjong sepanjang
2,250 km, yang dilengkapi dengan jembatan
sepanjang 200 m yang membelah sungai
Krueng Aceh dan menghubungkan
Kecamatan Ulee Kareng dengan Kecamatan
Lambaro Kabupaten Aceh Besar.
Aspek Kelembagaan
Kajian mengenai aspek kelembagaan
difokuskan pada pertumbuhan lembaga
koperasi yang ada di Kecamatan Ulee
Kareng.
Jenis koperasi yang mengalami
pertumbuhan yang pesat adalah Koperasi
Serba Usaha (KSU), yaitu sebesar 3 unit.
KSU bergerak di bidang simpan pinjam,
anggotanya terdiri dari masyarakat umum
diprioritaskan kepada masyarakat yang
mempunyai usaha produktif. Pertumbuhan
koperasi ini dipicu oleh tingginya minat
masyarakat meminjam modal usaha pada
koperasi.
Pertumbuhan lainnya juga dialami oleh
Koperasi Wanita (Kopwan) sebesar 1 unit
dan koperasi lainnya sebesar 4 unit. Kopwan
adalah koperasi yang memberikan pinjaman
kepada ibu-ibu rumah tangga yang
mempunyai usaha produktif, seperti usaha
berjualan kue tradisional. Koperasi lainnya
adalah koperasi yang tidak dapat diklasifikasikan
dalam jenis-jenis koperasi di atas, yang
dibentuk oleh kelompok masyarakat yang
mempunyai kesamaan usaha.

3.) Analisis Perbedaan Pendapatan
Pedagang sebelum dan Sesudah
Bencana Alam
Pedagang Migran
Hasil analisis perbedaan rata-rata
pendapatan pedagang migran sebelum dan
sesudah terjadinya gangguan alam di
Kecamatan Ulee Kareng, dapat dilihat pada
Tabel 2.





Tabel 2. Hasil Analisis Rata-Rata Pendapatan Pedagang Migran

Uraian
Sebelum
Migrasi
Sesudah
Migrasi
Perbedaan
Pendapatan
%
Perbedaan
Rata-rata Pendapatan Pedagang
Migran (Rp/bulan)
1.494.737 1.263.158 -231.579 -15.5
Signifikansi = 0,508
t
(37 ; 0,025)
= 1,960
t
(hitung)
= 0,668
Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2007.
WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1, Agustus 2007


56
Tabel 3. Hasil Analisis Rata-rata Pendapatan Pedagang Lokal

Uraian
Sebelum
Bencana
Sesudah
Bencana
Perbedaan
pendapatan
%
Perbedaan
Rata-rata Pendapatan Pedagang
Lokal (Rp/bulan)
565.385 1.034.615 469.230 83
Signifikansi = 0,011
t
(26 ; 0,025)
= 2,.060
t
(hitung)
= 2,741
Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2007.


Tabel 2, menunjukkan bahwa t
hitung
<
t
tabel ( = 5 %)
atau 0,668 < 1,960 hal ini
menunjukkan bahwa H
1
ditolak, di mana
tidak terdapat perbedaan yang signifikan
rata-rata pendapatan pedagang migran di
Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh
sebelum dan setelah migrasi.
Rata-rata pendapatan pedagang migran
menurun sebesar Rp. 231.579,- atau 15,5%
per bulan, hal ini disebabkan sebahagian
besar pedagang migran mempunyai usaha
toko pakaian jadi, sepatu, dan barang pecah
belah, yang bukan merupakan barang
kebutuhan pokok. Penurunan pendapatan
pedagang migran cukup kecil, sehingga
secara statistik hipotesis ditolak dan
dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
rata-rata pendapatan pedagang migran
sebelum dan sesudah bermigrasi ke daerah
yang baru.

Pedagang Lokal
Tabel 3, menyajikan hasil analisis
perbedaan rata-rata pendapatan pedagang
lokal sebelum dan setelah terjadinya bencana
alam di Kecamatan Ulee Kareng.
Tabel 3, menunjukkan bahwa t
hitung
>
t
tabel ( = 5 %)
atau 2,741 > 2,060, hal ini
menunjukkan bahwa H
1
diterima, di mana
terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata
pendapatan pedagang lokal di Kecamatan
Ulee Kareng Kota Banda Aceh sebelum dan
setelah bencana alam.
Peningkatan pendapatan pedagang
lokal cukup besar, sehingga secara statistik
hipotesis diterima dan dinyatakan bahwa
terdapat perbedaan rata-rata pendapatan
pedagang lokal sebelum dan sesudah
bencana alam.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang disajikan pada bab
terdahulu, maka pada bagian ini dirumuskan
beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Hasil kajian membuktikan bahwa faktor
yang paling dominan memotivasi
masyarakat dalam memilih wilayah Ulee
Kareng sebagai tempat bermukim adalah
faktor jauh dari pusat bencana.
2. Dampak migrasi penduduk ke wilayah
Kecamatan Ulee Kareng dalam hubungannya
dengan pengembangan wilayah terhadap
aspek sosial, aspek ekonomi, infrastruktur,
dan kelembagaan.
3. Pascabencana alam, rata-rata pendapatan
pedagang migran mengalami penurunan
sebesar Rp. 231.579,- atau 15,5% per bulan.

SARAN
Beberapa saran dari kesimpulan
penelitian tersebut di atas, diajukan untuk
pihak pemerintah, masyarakat, dan para
akademisi, sebagai berikut:
1. Pemerintah
a. Sudah saatnya membuat manajemen
mitigasi bencana antara lain kegiatan
pelatihan dan sosialisasi untuk
meningkatkan kesigapan dan kesadaran
masyarakat secara kontinu untuk
menghadapi situasi sulit, mengingat
potensi gempa dan tsunami di
Propinsi NAD amat tinggi.
b. Menata ulang pasar tradisional
tersebut untuk jangka pendek, dan
untuk jangka panjang memikirkan
relokasi pasar mengingat lokasi pasar
yang ada sekarang persis di pinggir
jalan utama kecamatan, tepat di daerah
yang sangat padat arus lalulintas.
Cut Driska: Wilayah Kecamatan Ulee Kareng...


57
2. Masyarakat
Mematuhi kebijakan yang telah digariskan
oleh pemerintah khususnya para
pedagang dengan berjualan di tempat
yang telah ditentukan, agar terhindar dari
kesemrautan lalulintas.
3. Akademisi
Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
studi pengembangan wilayah Ulee
Kareng berkaitan dengan potensi Sumber
Daya Manusia dan Sumber Daya Alam,
mengingat wilayah Ulee Kareng
merupakan wilayah pengembangan Kota
Banda Aceh.

DAFTAR RUJUKAN
Anonimus, 2005, Rancangan Rencana Induk
Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Wilayah Aceh dan Nias, Sumatera
Utara; Buku IV: Rencana Bidang
Ekonomi dan Ketenagakerjaan,
Republik Indonesia.

, 2005, Rencana Strategis (Renstra)
Kota Banda Aceh 20052009,
Pemerintah Kota Banda Aceh.

, 2006, Dampak Bencana Gempa
dan Tsunami terhadap Perekonomian
Regional Sumatera Utara, Bank
Indonesia (Kerjasama antara Bank
Indonesia Medan dengan LPPM
USU), Medan.

, 2006, Kecamatan Ulee Kareng
Dalam Angka, Badan Pusat Statistik,
Kota Banda Aceh.

, 2006, Population of Kota Banda
Aceh, Badan Pusat Statistik, Jakarta,
Indonesia.

, 2006, Profil Kecamatan Ulee
Kareng Pasca Bencana Alam Gempa
Bumi dan Tsunami, Kecamatan Ulee
Kareng, Kota Banda Aceh.

, 2006, Revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Banda Aceh 2007
2016, Pemerintah Kota Banda Aceh.

Arikunto, S., 2002, Prosedur Penelitian
(Suatu Pendekatan Praktek), PT
Rineka Cipta, Jakarta.

Arsyad Lincolin, 1999, Pengantar
Perencanaan dan Pembangunan
Ekonomi Daerah, BPFE Yogyakarta.

Isard, Walter, 1976, Methods of Regional
Science, The Massachusets Institute of
Technology, USA

Jayadinata, J.T., 1999, Tata Guna Tanah
dalam Perencanaan Pedesaan,
Perkotaan dan Wilayah. Penerbit ITB
Bandung.

Keban, Yeremis T., 1994, Studi Niat
Bermigrasi di Tiga Kota: Determinan
dan Intervensi Kebijaksanaan,
Majalah Prisma No. 7, Juli.

Todaro P. Michael, 2000. Ekonomi
Pembangunan di Dunia Ketiga,
Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai