Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gonorea adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri diplokokus
negatif intrasel yaitu Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi traktus genetalis bagian
bawah, termasuk serviks, uretra, dan kelenjar periuretral dan bartolini, atau dapat menyebar
melalui endometrium yang kemudian menyebar ke tuba dan peritonium. Organisme tersebut
juga masuk dalam aliran darah yang terkadang menyebabkan endokarditis. Selain itu,
bakteri ini juga menginfeksi daerah vulva, vagina, ovarium, rektum, konjungtiva mata,
mukosa mulut, dan persendian ( menimbulkan arthritis gonokokus).
2.2 Epidemiologi
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada janin
pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi
penyakit ini, tetapi insidensi tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Diantara populasi
wanita pada tahun 2000, insidensi tertinggi terjadi pada usia 15-19 tahun (715,6 per
100.000) sebaliknya pada laki-laki insidensi rata-rata tertinggi terjadi pada usi 20-24 tahun
(589,7 per 100.000). epidemiologi N. Gonorrhea berbeda pada tiap-tiap negara
berkembang. Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru setiap tahunnya
2.3 Etiologi
Gonore disebabkan oleh gonokokus yang dimasukkan ke dalam kelompok Neisseria,
sebagai Neisseria Gonorrhoeae. Gonokokus termasuk golongan diplokokus berbentuk biji
kopi dengan lebar 0,8 u, panjang 1,6 u, dan bersifat tahan asam. Kuman ini juga bersifat
negatif-Gram, tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat
mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 derajat C, dan tidak tahan zat
desinfektan. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah dengan mukosa epitel kuboid atau
lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.
Masa inkubasi, dari waktu terpapar bakteri sampai mengembangkangejala biasanya 2
sampai 5 hari. Tetapi bisa saja tak bergejala sampai 30hari.
2.4 Patofisiologi
Infeksi genetalia pada wanita biasanya terjadi dengan jalan bersetubuh, dan jarang sekali
dengan cara lain . auaretra, kelenjar skene , kelenjar bartolini dan serviks biasanya adalah
bagian alat genetalia yang pertama-tama kena infeksi . Pada infekai mukosa ofisium uretra
eksternum dan jaringan sekitarnya., menjadi merah dan membengkak. Nanah dapat
dikeluarkan dengan tekanan jari dari atas kebawah pada uretra. Kelenjar skene dapat ikut
terlibat dan dari saluran juga dapat dikeluarkan nanah pembentukan abses kadang
kadang terjadi. Pada kelenjar skene muaranya dapat dikelililngi oleh areola yang merah
(makula gonorea dari sanger) . Saluran gladula bartholini dapat terkena radang pula,
sedang kelenjar sendiri tidak selalu ikut serta. Saluran-salurannya dapat tetap terbuka atau
dapat tersumbat karena pembengkakan dan perlekatan, dan kelenjar berubah menjadi
abses.Abses ini dapat pecah secara spontan atau berubah menjadi kista, vagina hanya
mudah kena infeksi gonorea pada anak-anak , pada wanita hamil dan wanita menopause.
Pada wanita masa reproduksi yang tidak hamil vagina kebal terhadap gonorea karena epitel
tatah yang menebal dan kuatnya pertahanan biologiknya. Serviks sering terkena infeksi
gonorea yang menyebabkan servisitis akut dengan pengeluaran cairan mukopurulen.
Serviks dapat menyimpan gonokokus dalam waktu yang lama.
Pada korpus uteri biasanya sembuh dalam beberapa minggu sesudah terjadi
perubahan siklik pada lapisan fungsional endometrium. Infiltrat radang yang kecil-kecil pada
lapisan basal dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama.
Kelainan yang paling nyata yang diakibatkan oleh gonorrhea adalah pada mukosa
tuba. Pada stadium akut dijumpai pembekakan pada dinding tuba dengan penebalan dalam
bentuk benjolan pada lipatan-lipatan tuba, hilangnya silia, epitel, dan adanya eksudat yang
purulen. Bentuk tuba dapat kembali ke bentuk semula dengan adanya resorbsi aksudat,
atau tuba berubah menjadi piosalpinga atau hidrosalping. Serosa tuba dapat melekat ke
bagian belakang ligamentum latum, ke peritoneum di kavum douglasi, ke ovarium atau ke
usus-usus terdekat.
Ovarium biasanya menunjukkan kelainan radang hanya pada permukaannya. Hal itu
mengakibatkan kecenderungan ovarium melekat pada alat-alat didekatnya. Kadang-kadang
dapat terjadi abses pada ovarium, dan apabila abses ini bersatu dengan piosalping,
terjadilah abses tubo-ovarial. Demikian dengan hidrosalping.
Infeksi rektum terjadi pada 10% dar kasus. Penyakit ini hanya terbatas pada bagian bawah
rektum dan menunjukkan gejala proktitis.
Wanita hamil mungkin mengalami infeksi lokal asimpomatik pada traktus genetalia
bagian bawah, saluran kemih bagian bawah, dan rektum, sendiri-sendiri atau kombinasi.
Infeksi dapat terjadi sebelum kehamilan atau mendapat infeksi pada saat inseminasi yang
membuahkan kehamilan tersebut, dimana penderita biasanya mengalami salpingitis akut
simptomatik atau mungkin penderita mendapatkan infeksi lokal setelah ruangan uterus
mengalami obliterasi akibat fusi chorion dengan desidua.


2.5 Gejala Klinis
Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan
anatomi dan faal genitalia. Oleh karena itu perlu pengetahuan susunan anatomi genitalia
pria dan wanita.
Infeksi pertama Komplikasi
- Uretritis
- Servisitis
Lokal: - parauretritis
- Bartholinitis
Asendens: Salphingitis
PID (Pelvic Inflamatory Disease)

Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria karena
perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, baik penyakitnya
akut maupun kronik gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati
kelainan objektif. Pada umumnya wanita datang kalau sudah ada komplikasi. Sebagian
besar penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatalatau pemeriksaan keluarga
berencana.
Disamping itu wanita mengalami tiga masa perkembangan yaitu:
- masa pubertas : epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sdangat tipis)
sehingga dapat terjadi vaginitis gonore
- masa reproduktif : lapisan selaput lendir vagina menjadi matang, dan tebal dengan
banyak glikogen dan basil doderlein. Basil doderlein akan memecahkan glikogen sehingga
suasana menjadi asam dan suasana ini tidak menguntungkan untuk tumbuhnya kuman
gonokok.
- masa menopouse : selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun, dan
basil doderlein juga berkurang, sehingga suasana asam berkurang dan suasana ini
menguntungkan untuk pertumbuhan kuman gonokok, jadi dapat terjadi vaginitis gonore.
Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi, selanjutnya tubuh yang
mukoporulen dan banyakmengandung gonokokmengalir keluar dan menyerang uretra,
duktus prauretra, kelenjar bartholini, rektum dan dapat juga naik ke atas sampai pad daerah
ovarium.
2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 5 tahapan, yaitu:
A. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarna gram akan ditemukan gonokok negatif
gram intraseluler dan ekstraseluler. Bahan sediaan pada pria diambil dari daerah
fosa navikulare, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar
bartholini, serviks dan rektum.
B. Kultur
Bertujuan untuk identifikasi, digunakan media transport dan media pertumbuhan.
C. Tes definitif
- Tes oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-fenilendiamin hidroklorida
1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi
positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi
merahmuda sampai merah.
- Tes fermentasi
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa,
dan sukrosa. Keman gonokok hanya meragikan glukosa.
D. Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL 961192
yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan perubahan
warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-
laktamase.
E. Tes Thomson
Berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Pada tes ini
ada syarat yang perlu diperhatikan:
- Sebaiknya diolakukan setelah bangun pagi
- Urin dibagi dalam dua gelas
- Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II




Daftar Pustaka
1. Norwitz, Errol; Schorge, John. 2006. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi Dua.
Jakarta : Erlangga
2. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: YBP-SP
3. Prawirohardjo, S. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP
4. Pritchrad Macdonal, Gant. 1984. Obstetri Williams. Surabaya : Airlangga University
Press
5. Varney, Hellen; etc. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Vol. 1. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai