OLEH SERANGGA Mekanisme makan dan kebiasaan tidak menjaga kebersihan dari serangga synanthropic seperti lalat, kecoa, dan kumbang coprophagic membuat mereka menjadi vektor dan perantara yang efisien untuk (parasit protozoa saluran cerna pada manusia) protozoa enterik. Serangga Synanthropic banyak ditemukan di daerah perkotaan dan pedesaan di mana kondisi tidak sehat merata dan biasanya tidak memungkinkan untuk menegakkan kondisi sehat. terdapat 21 spesies lalat kotoran telah terdaftar oleh badan pengatur yang bersangkutan dengan sanitasi dan kesehatan masyarakat sebagai agen penyebab penyakit gastrointestinal
Spesies ini termasuk Hermetia illuscens, Megaselia Insulana, Eristalis Tenax, Piophila casei, Fannia canicularis, Musca domestica, Muscina stabulans, Stomoxys calcitrans, Calliphora viscina, Calliphora vomitoria, Chrysomya putoria, Cynomyopsis cadaverina, Cochliomyia macellaria, Phaenicia cuprina, Phaenicia sericata , Phormia regina , Sarcophaga crassipalpis , Sarcophaga carneria , dan Sarcophaga haemorrhoidalis .
Lalat Synanthropic, umumnya lalat rumah (Musca domestica), telah diidentifikasi sebagai vektor protozoa seperti Sarcocystis spp, Toxoplasma gondii, Isospora spp, Giardia spp, Entamoeba coli, Entamoeba histolytica/Entamoeba dispar, Endolimax nana, Pentatrichomonas hominis, Hammondia spp, and Cryptosporidium parvum LALAT SEBAGAI VEKTOR PROTOZOA ENTERIK PADA MANUSIA Toxoplasma gondii dapat ditularkan secara mekanik oleh Musca domestica dan Chrysomya megacephala. Lalat mampu mengontaminasi susu dengan ookista Toxoplasma gondii 48 jam setelah kontak terakhir dengan feses infeksius, dan ookista infeksius diisolasi dari lalat maksimal 72 jam setelah kontak dengan feses.
Biologi dan ekologi dari Musca domestica memastikan efisiensi penularan mekanik protozoa manusia. Lalat betina dewasa dapat hidup 15 sampai 25 hari dan meletakkan 5-6 kelompok dari 75-150 telur Musim dingin merupakan akhir dari siklus perkembangbiakan. Meskipun di dalam ruangan yaitu seperti, peternakan dan rumah- rumah, lalat masih dapat berkembang biak hingga beberapa generasi selama musim dingin. MEKANISME TRANSMISI Lalat dapat membawa penyebab penyakit manusia pada bagian mulutnya yang seperti spons, pada rambut tubuh dan kaki, atau bantalan lengket pada kaki. Bulu-bulu halus pada bantalan kaki lalat dilapisi dengan zat lengket yang meningkatkan kemampuan lalat untuk menempel saat beristirahat atau mendaki pada permukaan nonhorizontal. Zat ini juga meningkatkan adhesi partikel seperti virus, bakteri, dan kista protozoa pada kaki lalat. protozoa pada manusia ditularkan secara transtadial melalui tahap larva dan pupa serangga synanthropic, ke tahap dewasa dari spesies yang melalui tahap larva misalnya, belatung, substrat yang terkontaminasi telur. Penyebaran Transtadial adalah bagian dari agen infeksius dari telur ke tahap serangga dewasa . Lalat steril ketika mereka muncul dari pupa, mereka akan cepat memperoleh patogenitas dari substrat yang terkontaminasi di mana mereka berkembang melalui kontak langsung. KECOA SEBAGAI VEKTOR PROTOZOA ENTERIK PADA MANUSIA Peran penting epidemiologi dari kecoa pada penularan Entamoeba histolytica terkait amoebiasis usus, ditunjukkan pada tahun 1971 dan giardiasis pada tahun 1981. kecoa Jerman ( Blatella germanica ) menyebarkan infeksi Entamoeba histolytica / Entamoeba dispar dan Giardia lamblia kista didaerah yang mereka dikunjungi. KUMBANG SEBAGAI VEKTOR PROTOZOA ENTERIK PADA MANUSIA Kumbang kotoran ( Onthophagus spp . ) terkena kotoran kucing yang mengandung ookista Toxoplasma gondii kemudisn matang selama 3 hari berturut-turut. Selanjutnya, ookista yang hadir pada permukaan tubuh kumbang ini tetap infeksius selama beberapa bulan. Pengujian infektivitas Cryptosporidium parvum ookista yang tertelan oleh kumbang kotoran, Anoplotrupes stercorosum, Aphodius rufus, dan Onthophagus fracticornis, menunjukkan bahwa ookista tidak melewati perubahan melalui mulut dan saluran pencernaan dari kumbang ini Dengan demikian, kumbang coprophagic dapat terlibat dalam epidemiologi Cryptosporidiosis dengan transmisi ookista infektif Cryptosporidium. LALAT KOTORAN DAN CRYPTOSPORIDIUM SPP. Cryptosporidium parvum adalah protozoa anthropozoonotic yang secara signifikan memberikan kontribusi terhadap kematian orang immunocompromised atau imunosupresi. Infeksi Cryptosporidium parvum sangat lazim ditemukan pada pra penyapihan ternak sapi, dan kotoran ternak merupakan sumber ookista. Ookista Cryptosporidium parvum dapat diangkut oleh lalat kotoran tidak hanya dari ternak sumber tetapi dari sumber yang tidak higienis atau terkontaminasi yaitu, toilet, penjagalan, sampah, bangkai, dan limbah. Karena lalat kotoran liar membawa ookista Cryptosporidium parvum yang diperoleh secara alami dari sumber yang tidak higienis, mereka dapat terlibat dalam epidemiologi Cryptosporidiosis. Lalat kotoran dapat menyebabkan Cryptosporidiosis manusia atau hewan melalui penumpukan ookista infektif pada bahan makanan yang dihinggapi. Keterlibatan lalat kotoran seperti lalat rumah, dipersebaran mekanik Cryptosporidium parvum pertama kali dijelaskan pada tahun1999, meskipun telah diusulkan pada tahun 1987. Serangga lainya, yaitu kumbang kotoran juga telah dilaporkan secara mekanis membawa ookista Cryptosporidium parvum diperoleh dari pupuk kandang hewan atau daerah kurang sehat lainnya Dengan demikian, lalat nonbiting dapat berfungsi sebagai vektor mekanis untuk parasit pada manusia dimana tidak ada profilaksis atau terapi yang efektif
KESIMPULAN Serangga Synathropic seperti lalat dan kecoa dapat berkontribusi secara signifikan terhadap penyebaran penyakit akibat protozoa yang berkaitan dengan makanan di negara berkembang. Tidak semua spesies lalat nonbiting berhubungan dengan sehat kondisi dan penularan patogen atau terlibat dalam epidemiologi yang penyakit manusia