1.
2.
3.
4.
c.
1)
2)
3)
4)
Jenis
Pelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam
larutan
Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organik
C
D
dalam larutan
Residu padatan bahan kimia laboratorium organik
Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan
kemasan pada pH 6 -8
Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan
F
G
H
I
J
larutannya
Senyawa beracun mudah terbakar
Residu air raksa dan garam anorganik raksa
Residu garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara terpisah
Padatan anorganik
Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH) 2
Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCI.
Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai indikator dapat digunakan Phenol Phtalein (PP.).
Zat ini akan berubah pada pH 6-8 sehingga cukup aman digunakan jika pH limbah berkisar
antara 6,5-8,5.
2) pengendapan/sedimentasi, koagulasi, dan flokulasi
Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO
karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
3) reduksi-oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi (redoks)
sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
4) penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap
oleh resin anion.
b. limbah infeksius, dengan cara:
1) Metode Desinfeksi: penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahanbahan kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak
aktif.
2) Metode Pengenceran (Dilution): mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi
yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan
kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat
menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya
sehingga dapat menimbulkan banjir.
3) Metode Ditanam (Landfill): menimbun limbah dalam tanah.
4) Metode Insinerasi (Pembakaran): memusnahkan limbah dengan cara memasukkan ke dalam
insinerator. Dalam insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir
sebagai CO2 dan H2O.
c. limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil
mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi.
Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
Bentuk : cair, padat dan gas,
Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (),
Tinggi-rendahnya aktifitas
Panjang-pendeknya waktu paruh
Sifat : dapat dibakar atau tidak.
Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :
a.
Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan,
setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai untuk
pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform, dan dietil eter
dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan destilasi.
b.
sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan yang bereaksi
secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisia bahan kimia. Selain menghemat
bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.
c.
d.
Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahanbahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik
tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
e.
Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air.
Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun