Hipertiroid merupakan penyakit yang relatif jarang terjadi pada masa anak, namun kejadiannya semakin meningkat pada usia remaja dan dewasa. Pada anak- anak, lebih dari 95% disebabkan penyakit Graves. Rendahnya angka kejadian serta tidak khasnya gejala awal hipertiroid pada anak seringkali tidak diperhatikan para praktisi kesehatan dalam menentukan diagnosis dan penatalaksanaanya. Seringkali anak dengan hipertiroid harus mengalami penderitaan beberapa bulan lebih lama sampai diagnosis hipertiroidnya ditegakan. DEFINISI Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi. Sedangkan hipertiroid adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif.
Jadi hipertiroid dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormone tiroid yang berlebihan EPIDEMIOLOGI Sampai saat ini belum didapatkan angka yang pasti insiden dan prevalensi hipertiroid pada anak-anak di Indonesia. Secara keseluruhan insiden hipertiroid pada anak jumlahnya kecil sekali atau diperkirakan hanya 5-6 % dari keseluruhan jumlah penderita penyakit Graves segala umur. Prevalensinya pada remaja wanita lebih besar 6-8 kali dibanding pada remaja pria. Kebanyakan dari anak- anak yang menderita penyakit Graves mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit tiroid atau penyakit autoimun yang lain, misalnya: diabetes mellitus tipe 1, penyakit Addison, lupus sistemik, ITP, myasthenia gravis, artritis rematoid, dan vitiligo. ANATOMI Glandula thyroidea berasal dari ductus thyroglossus, dimana dalam perkembangannya akan menghilang dan sisanya pada bagian atas sebagai foramen caecum linguae sedang bagian bawah adalah glandula thyroidea. Kelenjar ini terletak di leher depan, berbentuk seperti huruh H, bagian vertikal merupakan lobi sedang bagian horizontal merupakan isthmus glandula thyroidea. Berada setinggi VC5-VT1, menutupi bagian atas trakea, sedang masing-masing lobus meluas dari pertengahan cartilago thyroidea sampai cartilago trachealis 4 atau 5, isthmus membentang dari cartilago trachealis 2-3.
FISIOLOGI
Thyroid-stimulating hormone (TSH), hormon tropik tiroid dari hipofisis anteroir, adalah regulator fisiologis terpenting bagi sekresi hormon tiroid. Hampir semua langkah dalam pembentukan dan pengeluaran hormon tiroid dirangsang oleh TSH. Selain meningkatkan sekresi hormon tiroid, TSH bertanggung jawab untuk mempertahankan integritas struktural kelenjar tiroid. Tanpa adanya TSH, tiroid mengalami atrofi (ukurannya mengecil) dan sekresi hormonnya berkurang. Sebaliknya, kelenjar ini mengalami hipertrofi (peningkatan ukuran setiap sel folikel) dan hiperplasia (peningkatan jumlah sel folikel) sebagai respon terhadap stimulasi TSH yang berlebihan.
NEONATAL GRAVES
PATOFISIOLOGI Terdapat perbedaan yang mendasar patofisiologi penyakit Graves yang terjadi pada bayi dengan yang terjadi pada anak dan dewasa. Penyakit Graves pada bayi atau neonatus selalu transient atau bersifat sementara, sedangkan pada anak dan dewasa biasanya bersifat menahun. Neonatal Graves hanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita penyakit Graves dengan aktifitas antibodi stimulasi terhadap reseptor TSH yang kuat. Hal ini dikarenakan adanya TRAb-stimulasi dari ibu yang mencapai bayi melalui plasenta. TRAb- stimulasi bisa terdapat dalam sirkulasi ibu hamil yang tidak dalam keadaan hipertiroid, oleh karena itu adanya riwayat penyakit Graves pada ibu harus menjadi pertimbangan risiko terjadinya penyakit Graves pada bayinya.
Ibu dengan penyakit Graves dapat mempunyai campuran antibodi stimulasi dan inhibisi/blocking terhadap reseptor TSH sekaligus. Jenis antibodi yang sampai kepada bayi melalui plasenta akan mempengaruhi kelenjar tiroid bayi, bayi yang dilahirkan dapat hipertiroid, eutiroid, atau hipotiroid, tergantung antibodi yang lebih dominan. Potensi masing-masing dari kedua jenis antibodi, beratnya penyakit ibu, lama paparan terhadap kondisi hipertiroid di dalam kandungan, serta obat- obatan anti-tiroid dari ibu merupakan faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada status tiroid bayi. Gejala Klinis Walaupun paparan terhadap TRAb terjadi sejak di dalam kandungan, tidak semua bayi yang lahir segera menunjukkan gejala klinis sebagai hipertiroid. Apabila terdapat TRAb- inhibisi di dalam sirkulasi bayi, bayi dapat mengalami hipotiroid yang bersifat transient atau eutiroid. Gejala klinis akan muncul dalam minggu pertama setelah kerja TRAb-inhibisi menurun. Demikian juga bila ibu mengkonsumsi obat- obatan anti-tiroid.
Gejala klinis neonatal Graves adalah: Half life dari TRAb adalah sekitar 1-2 minggu. Lama gejala klinis neonatal Graves tergantung dari potensi dan kecepatan klirens antibodi, biasanya berlangsung 2-3 bulan, dan bahkan bisa lebih. Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal jantung, gagal tumbuh, penutupan sutura tulang tengkorak yang terlalu dini dengan konsekwensi adanya gangguan perkembangan motorik maupun mental. Pemeriksaan Laboratorium Diagnosis hipertiroid pada neonatal Graves ditunjukkan dengan adanya peningkatan kadar T4, FT4, T3, dan FT3 yang disertai supresi kadar TSH. Adanya titer TRAb yang tinggi pada ibu atau bayi merupakan konfirmasi penyebabnya. Beberapa kondisi yang harus dipertimbangkan sebagai neonatal Graves: Terapi Pada awal pengobatan perlu diingat bahwa neonatal Graves merupakan self limiting desease sehingga bersifat sementara, dan pengobatan dilakukan dengan prinsip titrasi untuk menjadikan bayi dalam keadaan eutiroid. Dapat menggunakan propylthiouracil (PTU) dengan dosis 5-10 mg/kgBB/hari atau methimazole (MMI) dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 3. Jika gejalanya sangat hebat bisa ditambahkan larutan Lugol dengan dosis 1 tetes setiap 8 jam untuk menghambat pelepasan hormon tiroid. Respon terapi harus dilakukan dengan ketat selama 24-36 jam pertama. Bila respon terapi kurang baik, dosis anti-tiroid bisa dinaikkan sampai 50%, dan perlu ditambahkan propanolol untuk mengurangi gejala overstimulasi simpatik, dengan dosis 2 mg/kgBB/hari. Prednison dengan dosis 2 mg/kgBB/hari juga ditambahkan untuk mengurangi sekresi hormon tiroid dan mengurangi konversi T4 menjadi T3 di perifer. Konsultasikan juga dengan bagian kardiologi anak. ASI pada ibu yang mengkonsumsi antitiroid dapat tetap diberikan bila tidak melebihi 400 mg/hari untuk PTU, dan 40 mg/hari untuk MMI GRAVES PADA ANAK DAN REMAJA Patofisiologi Penyakit Graves merupakan penyakit autoimun dengan adanya defek pada toleransi imun dengan penyebab yang belum jelas. Adanya autoantibodi yang bekerja pada reseptor TSH pada kelenjar tiroid menyebabkan peningkatan sintesis dan sekresi hormon tiroid secara otonom di luar jaras hipotalamus-hipofisis-tiroid Antibodi tersebut merupakan IgG subklas IgG1, dengan target utama auto-antigen dari reseptor TSH, selain dari auto-antigen yang mirip di jaringan subkutan dan otot-otot ekstraokuler. Disamping itu penderita penyakit Graves juga memproduksi imunoglobulin yang mempunyai aktivitas menghambat reseptor TSH secara langsung . Antibodi ini juga mempunyai target antigen yang lain di kelenjar tiroid yakni tiroid peroksidase sebagi anti-TPO, dan juga tiroglobulin sebagai anti-Tg. Perbedaan aktivitas biologis kedua jenis auto-antibodi stimulasi dan inhibisi, hanya dapat dilihat pada pemeriksaan in vitro dengan kultur menggunakan antibodi penderita pada sel-sel yang mengekspresikan reseptor TSH. Antibodi stimulasi akan meningkatkan produksi cAMP pada kultur, sedangkan antibodi inhibisi akan menghambat peningkatan cAMP.
Gejala Klinis Onset gejala klinis sering kali tidak disadari oleh penderita, keluarga penderita, dan bahkan tidak dikenali oleh tenaga kesehatan pada masa pertamakali dikunjungi.
Sehingga diagnosis hipertiroid atau penyakit Graves sering ditegakkan beberapa bulan setelah onset. Yang paling sering dikeluhkan terutama pada anak-anak prepubertas adalah penurunan berat badan yang nyata dan diare. Sedangkan tanda klinis klasik hipertiroid seperti pada dewasa yang meliputi palpitasi, iritabilitas, tremor halus, dan intoleransi terhadap panas lebih menonjol terjadi pada anak-anak remaja. Kelenjar tiroid yang membesar teraba lembut dan berbatas tidak tegas (diffuse), tidak berdungkul, dan fleshy; sering juga terdengar bruit pada auskultasi. Gangguan pemusatan perhatian dan emosi yang labil sering menyebabkan anak-anak mengalami gangguan dalam pelajaran sekolahnya. Beberapa penderita juga sering mengeluhkan adanya poliuria dan mengompol di malam hari, sebagai akibat peningkatan laju filtrasi glomerulus.
Peningkatan laju pertumbuhan linier disertai meningkatnya umur tulang, sehingga anak terlihat lebih tinggi dan kurus dari teman sebaya terutama terjadi pada anak-anak prepubertas; sedangkan pada anak-anak remaja, hal ini tidak terjadi. Pada anak-anak remaja sering terjadi gangguan pubertas (pubertas terlambat). Pada remaja wanita yang telah menarche, seringkali terjadi amenorrhea sekunder. Gangguan tidur yang menyertai seringkali menyebabkan anak cepat lelah.Di samping sering terjadi pada orang dewasa, opthalmopathy merupakan salah satu tanda klinis yang khas yang bisa terjadi pada anak-anak, namun terjadi lebih ringan dan lebih mudah terjadi remisi spontan. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah kadar T4, FT4, T3, FT3, dan TSH. Pemeriksaan T3 merupakan hal yang penting, sekitar 5% anak-anak dengan penyakit Graves mempunyai kadar T3 yang meningkat nyata, namun dengan kadar T4 yang normal atau sedikit di atas normal. Keadaan ini dikenal sebagai T3 toxicosis. TSH biasanya sangat rendah atau tidak terdeteksi. Peningkatan T4 atau T3 tanpa disertai kadar TSH yang rendah tidak menyokong keadaan hipertiroid. Hal ini kemungkinan dapat diakibatkan karena kelebihan thyroxine-binding globulin (bisa familial atau dapatan,). Pada keadaan terakhir, kadar TBG di dalam serum harus diperiksa juga. Kadar TSH yang rendah juga dapat menyingkirkan kemungkinan hipertiroid karena induksi TSH dan hipofisis yang resisten terhadap hormon tiroid TERAPI Terdapat 3 pilihan metode terapi pada anak dengan penyakit Graves, yakni obat-obat antitiroid, abalasi dengan radioaktiv iodium, dan pembedahan. Dengan pertimbangan kemungkinan terjadinya remisi yang signifikan pada anak, maka penggunaan obat-obat anti tiroid merupakan pilihan pertama.
Obat anti-tiroid: Prophylthyouracil (PTU) dan methimazole (MMI) atau carbimazole (diubah menjadi MMI) merupakan obat-obatan yang paling banyak dipakai. Pada awal terapi PTU dapat diberikan dengan dosis 5-7 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 3, dan MMI dapat diberikan 5-10% dari dosis PTU dalam dalam dosis terbagi 2 atau sekali sehari. Pada kasus-kasus yang berat, beta blocker (Propanolol 0,5-2,0 mg/kgBB/hari dalam dosisi terbagi 3) dapat diberikan untuk mengendalikan aktivitas kardiovaskuler yang berlebihan sampai dicapai keadaan eutiroid. Selama masa rumatan PTU dapat diberikan 2 kali sehari, dan MMI cukup 1 kali sehari. Biasanya penderita dapat difollow-up setiap 4-6 bulan. KRISIS TIROID
Krisis tiroid merupakan komplikasi yang berat, namun jarang terjadi pada anak-anak hipertiroid. Biasanya didahului faktor pencetus yakni: pembedahan, infeksi, dan KAD (ketoasidosis diabetes). Hal ini juga dapat terjadi pada saat pembedahan tiroidektomi maupun terapi ablasi menggunakan radioaktiv Gejala klinisnya berupa hipertermi akut, berkeringat banyak, takikardia, dan penurunan kesadaran sampai dengan koma. Terapi harus segera dilakukan, sebagai berikut: 1. Propanolol 2-3 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam untuk mengendalikan gejala adrenergiknya. Propanolol dapat diberikan intravena dengan dosis 0,01-0,1 mg/kgBB dengan dosis maksimal 5 mg dalam 10- 15 menit; mulai dengan dosis yang kecil. 2. Dexamethasone diberikan dengan dosis 1-2 mg setiap 6 jam dapat mengurangi konversi T4 menjadi T3. 3. NaI dengan dosis 1-2 g/hari dapat menurunkan pelepasan hormon tiroid.
4. Larutan Lugol 5 tetes setiap 8 jam dapat diberikan per-oral apabila penderita mulai sadar. 5. Kompres dingin dengan cooling blanket untuk mengendalikan hiperterminya. 6. PTU sendiri tidak memberikan efek terapi sampai beberapa hari, tetapi dapat diberikan untuk jangka lamanya dengan dosis 6-10 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam (dosis maksimal 200-300 mg). 7. Keseimbangan cairan harus selalu terjaga. 8. Jika terdapat tanda-tanda gagal jantung, dapat dipertimbangkan digitalis