Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN HASIL MEMBACA BUKU

Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan
Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran

Disusun Oleh :
Utami Widyaiswari (0900413)
Prodi/Kelas:
Pendidikan Fisika/Fisika-A


JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2010
Kurikulum dan Pembelajaran
Utami Widyaiswari | 0900413
2010
1
LAPORAN BUKU YANG TELAH DIBACA
(KURIKULUM DAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN)
A. Tinjauan Umum Tentang Buku Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan
Judul Buku : Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan
Pengarang : Prof. Dr. H. Lias Hasibuan, MA
Penerbit : Gaung Persada (GP Press), Jakarta
Tahun Terbit : 2010
Tebal Buku : xiv + 194 halaman
Jumlah Bab : XVI BAB
Harga Buku : Rp 40.000,00
Buku Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan berisi tentang kurikulum secara
luas. Salah satu pembahasannya adalah tentang kurikulum yang dipandang dari
perspektif sejarah dan makna kurikulum itu sendiri. Selain itu, buku tersebut juga
membahas tentang kedudukan kurikulum dalam proses pembelajaran, konsep, serta
komponen kurikulum.
Buku karangan Lias Hasibuan ini juga membahas tentang pengembangan
kurikulum baik prinsip maupun praktiknya di Indonesia. Ada pula pembahasan
pendidikan dari segi dan pandangan keislaman.

B. Kajian Isi Buku kurikulum dan Pemikiran Pendidikan
Secara umum buku ini membahas tentang kurikulum dalam arti luas dan juga
membahas kurikulum yang ada di Indonesia. Selain itu, dibahas pula segi pendidikan
berupa inovasi pendidikan dan kajian pendidikan Islam di perguruan tinggi. Berikut
ini akan dikaji secara umum isi setiap bab dalam buku Kurikulum dan Pemikiran
Pendidikan.
Bab I secara umum membahas kurikulum dari segi sejarah dan asal usul
kurikulum serta membahas tentang makna kurikulum secara bahasa (etimologis) dan
istilah (terminologis). Dari segi etimologis, kurikulum berasal dari bahasa latin,
sedangkan dari segi terminologis, terdapat beberapa pandangan dari para ahli.
Dijelaskan pula bagaimana sejarah kurikulum dapat dikenal oleh masyarakat luas
hingga kurikulum menajdi sebuah lapangan studi yang terus berkembang. Salah satu
pengertian kurikulum dari segi terminologis membagi pengertian kurikulum ke dalam
Kurikulum dan Pembelajaran
Utami Widyaiswari | 0900413
2010
2
dua kelompok, yaitu pengertian kurikulum tradisional dan pengertian kurikulum
modern. Kurikulum tidak hanya terbatas pada kegiatan pendidikan dalam sebuah
lembaga pendidikan, tetapi juga mencakup aktivitas kehidupan yang sangat luas di
masyarakat.
Dalam bab satu juga dibahas tentang proses perubahan dan penetapan
kurikulum. Sebuah kurikulum selalu mempunyai keterbatasan ruang dan waktu,
sehingga perlu dilakukan perubahan terhadap kurikulum sesuai dengan perkembangan
jaman. Pengesahan dan penetapan kurikulum tersebut disahkan melalui Surat
Keputusan yang dikeluarkan oleh pejabat berwenang.
Bab II membahas tentang kedudukan kurikulum dalam proses pendidikan
yang berada di sentral atau sebagai pusatnya. Kurikulum juga membutuhkan
manajemen yang baik berkaitan dengan posisi kurikulum sendiri dalam proses
pendidikan. Hal ini dibutuhkan agar tujuan-tujuan kurikulum dapat tercapai dengan
baik.
Bab III membahas tentang konsep-konsep kurikulum. Konsep kurikulum
terdiri dari konsep kurikulum subyek akademik, konsep kurikulum proses
pengembangan kognitif, konsep kurikulum rekonstruksi sosial, konsep kurikulum
humanistik, dan konsep kurikulum teknologik. Dalam bab ini juga dibahas mengenai
masing-masing konsep tersebut dan kelebihan serta kelemahan masing-masing
konsep.
Bab IV membahas tentang komponen-komponen kurikulum. Pengertian
komponen kurikulum adalah bagian yang terintegrasi dan fungsional dari suatu sistem
kurikulum, jika tidak terdapat salah satu komponen maka akan mempengaruhi
keseluruhan kurikulum. Ada empat macam komponen kurikulum, yaitu komponen
tujuan, komponen materi, komponen metode, dan komponen evaluasi.
Bab V membahas tentang praktik pengembangan komponen kurikulum.
Pertama, dibahas tentang apa yang dimaksud dengan sistematika komponen
kurikulum, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan beberapa model pengembangan
kurikulum, terutama model pengembangan komponen kurikulum yang dilakukan oleh
guru-guru di sekolah. Model-model tersebut dipaparkan dari yang paling sederhana
hingga model yang dapat merepresentasikan semua komponen kurikulum ke dalam
praktiknya.
Bab VI membahas tentang azas-azas kurikulum. Di dalamnya dibahas tentang
pengertian azas-azas kurikulum. Menurut S. Nasution, azas-azas kurikulum terdiri
Kurikulum dan Pembelajaran
Utami Widyaiswari | 0900413
2010
3
dari empat macam, yaitu azas filosofis, azas sosiologis, azas psikologis, dan azas
organisatoris, yang kemudian dalam bab ini dibahas satu per satu pengertiannya.
Dalam azas organisatoris, kurikulum terdiri dari tiga macam, yaitu subject centered
curriculum, correlated curriculum, dan integrated curriculum.
Bab VII membahas tentang inovasi pendidikan. Hal-hal pokok yang dibahas
dalam bab ini adalah pengertian dan makna inovasi dalam lingkup kehidupan
pendidikan, prinsip-prinsip organisasi yang digunakan untuk mengakses inovasi, serta
faktor-faktor inovasi yang ada dalam kehidupan organisasi pendidikan. Batasan
makna dan pengertian inovasi dipaparkan menurut keterangan beberapa ahli.
Sedangkan prinsip-prinsip inovasi dalam kehidupan organisasi pendidikan yang
dibahas dalam bab ini sedikitnya terdiri dari sepuluh dimensi yaitu fokus pada tujuan,
adikuasi komunikasi, perimbangan kekuatan optimal, penyediaan sumber-sumber
organisasi, dimensi ketersangkutpautan, dimensi moral, keinovasian, adaptasi,
otonomi, dan pemecahan masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi persoalan
inovasi dalam kehidupan organisasi diantaranya ada empat macam faktor, yaitu
inovator yang disebut sebagai agent of change, inovasi itu sendiri (karakteristik
inovasi), orang atau lembaga yang mengadopsi inovasi, dan proses inovasi itu sendiri.
Bab VIII membahas tentang prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Ada
banyak prinsip pengembangan kurikulum, namun hanya 10 prinsip yang dicantumkan
dalam bab ini beserta dengan implikasinya. Beberapa prinsip tersebut adalah prinsip
berorientasi pada tujuan, prinsip relevansi, prinsip efisiensi, prinsip efektifitas, prinsip
fleksibilitas, prinsip integritas, prinsip kontinuitas, prinsip sinkronisasi, prinsip
obyektivitas, dan prinsip demokratis. Selain itu, bab ini juga membahas tentang faktor
yang menyebabkan penyimpangan prinsip pengembangan kurikulum serta mengkaji
tentang prinsip umum dalam pembinaan kurikulum. Prinsip umum tersebut adalah
prinsip pembinaan isi kurikulum, prinsip-prinsip didaktik-metodik, dan prinsip-
prinsip pembinaan evaluasi.
Bab IX membahas tentang praktik pengembangan kurikulum dari jaman ke
jaman. Diantaranya pengembangan kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum
1984, dan kurikulum 1994.
Sedangkan Bab X buku ini membahas tentang kurikulum berbasis kompetensi
yang ada di Indonesia. Kurikulum berbasis kompetensi digunakan sejak berlakunya
Kep. Mendiknas No. 232/U/2000. Awalnya KBK hanya diterapkan dalam perguruan
tinggi, namun kemudian digunakan pula di tingkat SLTA ke bawah. Dalam bab ini
Kurikulum dan Pembelajaran
Utami Widyaiswari | 0900413
2010
4
juga dibahas mengenai tuntutan standar tertentu dari unsur-unsur yang terlibat dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan KBK. Unsur-unsur tersebut adalah tenaga
pendidik, peserta didik, dan prinsip-prinsip proses pembelajaran yang melibatkan
unsur doing, knowledge, dan thinking. Makna kompetensi pada KBK juga dibahas
dalam Bab X ini.
Bab XI membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran kompetensi.
Dijelaskan pula langkah-langkah pengembangan kompetensi, diantaranya memahami
tujuan pendidikan; merumuskan kompetensi-kompetensi; merumuskan komponen
pokok, dalam hal ini adalah menyusun standar kompetensi; menjabarkan komponen
pokok yang terdiri dari kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok; dan yang
terakhir adalah membuat format desain pembelajaran kompetensi.
Bab XII masih merupakan kelanjutan dari dua bab sebelumnya, yaitu
pembahasan mengenai KBK. Dalam bab ini lebih dikhususkan kembali
pembahasannya mengenai kompetensi guru dalam pengembangan kurikulum. Di
dalam bab ini menekankan dalam pembahasan urgensi kompetensi guru. Dalam
pembahasannya, dijelaskan bahwa guru harus memiliki kemampuan-kemapuan dasar
dalam melaksanakan keprofesionalitasannya sebagai seorang guru, yaitu: kemampuan
menguasai bahan pelajaran; mengelola program belajar mengajar; mengelola kelas;
menggunakan media dan sumber belajar; mengelola interaksi belajar mengajar;
melaksanakan penilaian hasil belajar siswa; mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah; mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan; menguasai landasan kependidikan; memahami prinsip dan menafsirkan
hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Bab XIII membahas tentang kurikulum di perguruan tinggi dari sudut pandang
ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Selain itu dibahas pula tentang pentingnya
konstruk kurikulum di lembaga pendidikan tinggi. Dalam bab ini banyak dibahas dan
dikaji dari segi dan sudut pandang keislaman, seperti pada pembahasan tiga prinsip
konstruk kurikulum yakni adanya prinsip tauhid, melakukan seleksi terhadap isi
kurikulum, dan pengorganisasian pengalaman belajar.
Bab XIV membahas tentang kepemimpinan reflektif dalam pengembangan
kurikulum. Dalam bab ini dibahas mengenai pengertian kepemimpinan reflektif serta
kriteria yang memenuhi konsep kepemimpinan reflektif. Konsep kepemimpinan
reflektif dalam pendidikan berawal dari konsep Dewey yang muncul akibat adanya
kritik dari masyarakat terhadap sekolah yang belum merefleksikan kebutuhan berpikir
Kurikulum dan Pembelajaran
Utami Widyaiswari | 0900413
2010
5
siswa yang diinginkan masyarakat. Kepemimpinan yang reflektif tersebut diharapkan
dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam pengembangan kurikulum yang juga
dibahas dalam bab ini.
Bab XV membahas tentang penelitian tindakan kelas. Dalam bab ini, dijelakan
pula mengenai empat langkah yang harus ditempuh dalam penelitian tindakan kelas,
yaitu menentukan masalah, mengumpulkan data, menganalisis data, dan akhirnya
menindak lanjut. Diberikan pula contoh kasus penerapan penelitian kelas yang dikutip
dari buku A Teachers Guide to Classroom Research karangan David Hopkins.
Bab XVI isinya menggugat kajian pendidikan Islam di perguruan tinggi.
Dalam bab ini dibahas mengenai pendidikan Islam dan ilmu dalam pendidikan Islam,
serta rekonstruksi kurikulum dan tujuan pendidikan Islam. Ada pula deskripsi
perbedaan pandangan yang sangat mendasar terhadap pandangan kebutuhan dalam
Islam dengan pemikiran Maslow. Perbedaan pandangan ini yang menimbulkan
perbedaan pandangan terhadap isi dan proses pendidikan.
Itulah kajian singkat dari setiap bab yang ada dalam buku ini. Dalam
pembahasannya di dalam buku akan diulas lebih dalam dan lengkap.

C. Pandangan Kritis Terhadap Buku Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan
Setiap hal pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, behitu pula buku yang
saya baca yang berjudul Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan. Berikut ini adalah
kelebihan dan kekurangan buku tersebut meurut pandangan saya.
Setelah membaca buku Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, saya
mengamati bahwa di dalam penulisannya, masih ada penggunaan Bahasa Indonesia
yang kurang tepat. Seperti penggunaan kata kerja pasif di dalam kalimat aktif, atau
penggunaan kata penghubung, baik kata penghubung antarkalimat ataupun
intrakalimat. Namun, dari segi bahasanya, menurut saya sudah cukup komunikatif dan
mudah dipahami. Meskipun ada bagian-bagian yang bahasanya masih sulit untuk
dicerna.
Dari segi konten atau isi buku, menurut saya buku ini sudah cukup baik,
kemasan fisiknya tidak terlalu membosankan dengan sisipan gambar meskipun hanya
di bagian awalnya saja. Pendapat para ahli pendidikan kurang dicantumkan. Misalnya
saja model pengembangan kurikulum yang ada di buku ini hanya dijelaskan secara
hierarkis berdasarkan komponen apa saja yang mengalami perkembangan bukan
berdasarkan pendapat ahli mengenai model pengembangan kurikulum itu sendiri.
Kurikulum dan Pembelajaran
Utami Widyaiswari | 0900413
2010
6
Kurikulum di Indonesia yang dibahas dalam buku ini lebih menekankan pada
kurikulum berbasis kompetensi, belum sampai ke Kompetensi Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Sedangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di Indonesia
sendiri adalah KTSP. Jadi, menurut saya buku ini masih perlu menambahkan konten
buku agar lebih up to date.
Selain masalah kekurangan konten tersebut, menurut saya buku ini terlalu
memasukkan pandangan Islam, sehingga tidak netral meskipun memang di dalamnya
tidak menyinggung tentang kurangnya agama lain, namun dengan adanya pemasukan
unsure SARA dalam buku ini menyebabkan buku ini tidak lagi terlihat sebagai buku
kurikulum murni. Karena bab-bab terakhir dalam buku ini memang khusus mengulas
tentang pendidikan dalam Islam.

Anda mungkin juga menyukai