Anda di halaman 1dari 24

JENIS PENELITIAN BIDANG

KESEHATAN
Secara garis besar dapat digolongkan menjadi :

A.Penelitian
Intervensional
B.Penelitian
Observasional

Disebut juga sebagai
Intervention Study karena
peneliti melakukan
(intervensi) terhadap subyek
penelitiannya, yaitu
memberikan perlakuan yang
berbeda kepada tiap
kelompok subyek selama
periode tertentu, kemudian
mengamati hasil dengan
membandingkan kelompok
subyek yang tidak diberi
perlakuan (subyek kontrol)
Disebut juga dengan
Observation Study, di
mana peneliti
mengamati suatu
fenomena yang telah
atau sedang terjadi
dalam suatu waktu
tertentu, kemudian
menuliskan hasil apa
adanya.

?
?
A. PENELITIAN INTERVENSI
Intervensi
untuk
mengubah
pola perilaku/
aktifitas
UJI
KLINIS
BER TUJ UAN
Mengetahui
efek
toksikologi
dan
farmakolog
i zat atau
obat pada
hewan
percobaan.
Disebut juga
Uji Pra-
klinis

Mengetahui
keamanan
dan
toleransi
pengobatan

Menilai
efektifitas
obat,
mengetahui
dosis yang
tepat

evalu
asi
obat
baru
efek samping obat yang telah
beredar di masyarakat





DIAGRAM PENELITIAN INTERVENSI PARALEL
KELOMPOK
PERLAKUAN
KELOMPOK
KONTROL
PERLAKUAN
A

PERLAKUAN
B
HASIL
A
HASIL
B
KESIMPULAN








PENELITIAN INTERVENSI DILIHAT DARI
CARA MEMBANDINGKAN
KELOMPOK SUBYEK
Penelitian Intervensi
Paralel, sering
digunakan, yaitu dengan
membandingkan
antara kelompok
perlakuan dengan
kelompok kontrol
Penelitian Intervensi
Silang (cross-over),
yaitu menukarkan
perlakuan yang
diberikan pada
kelompok perlakuan
dan kelompok
kontrol..


DIAGRAM PENELITIAN INTERVENSI CROSS OVER


P
E
N
E
L
I
T
I
A
N
PERLAKUAN A
PERLAKUAN B
HASIL
A
HASIL
B
KESIMPULAN
FINAL
KELOMPOK
PERLAKUAN
KELOMPOK
KONTROL
KELOMPOK
KONTROL
HASIL
A-A
HASIL
B-B
KESIMPULAN
AWAL 2
KESIMPULAN
AWAL 1
WASH
OUT
PENELITIAN
TAHAP 1
PENELITIAN
TAHAP 2
KELOMPOK
PERLAKUAN






Penelitian yang menggunakan desain Cross-over
atau menyilang, biasanya diterapkan pada penyakit
kronik yang cukup stabil seperti hipertensi, asma atau
hiperlipidemia.
Bila melakukan desain penelitian ini, peneliti harus
memperhitungkan pengaruh obat yang diberikan dalam
Tahap Pertama apakah sudah hilang atau belum, setelah
hal itu dapat dipastikan, barulah kedua kelompok bertukar
perlakuan.
Oleh karena itu, ada masa jeda antara Penelitian Tahap
Pertama dan Tahap Kedua, yang disebut sebagai Wash-
out Periode.

PERHATIAN..!
Dalam melaksanakan Penelitian Intervensi adalah
mengupayakan agar semua variabel dalam kedua
kelompok sama atau sebanding, AGAR
agar pada hasil penilitian tidak
menimbulkan perbedaan efek.
Perbedaan efek hanya timbul akibat
perubahan variabel perlakuan.
Kesebandingan variabel diperoleh dengan
tahapan :
1. Mengumpulkan subyek yang sesuai dengan
kriteria pemilihan,
2.Melakukan randomisasi, sehingga
terbentuk dua kelompok, yaitu kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
.3..
B. PENELITIAN OBSERVASIONAL
Disebut juga dengan Observation Study, di mana
peneliti mengamati suatu fenomena yang telah
atau sedang terjadi dalam suatu waktu tertentu,
kemudian menuliskan hasil apa adanya
.3.Melakukan Uji x2 (chi kuadrat) untuk variabel
efek berskala nominal, atau Uji t untuk variabel
efek berskala numerik
a.Studi Cross-Sectional
b. Studi Kasus-kontrol
c. Studi Kohort

A. STUDI CROSS-SECTIONAL
Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (faktor
resiko) dengan variabel tergantung (efek), dengan
melakukan pengukuran terhadap tiap-tiap subyek sebanyak
satu kali saja pada suatu saat.
Paling sering dilakukan dalam dunia kedokteran dan
kesehatan untuk mengetahui Rasio Prevalensi,
yaitu perbandingan antara prevalensi suatu penyakit
dengan faktor resiko yang mungkin menjadi penyebabnya
Oleh karena itu, studi cross-sectional disebut juga
studi prevalensi.
FAKTOR
RESI
KO
EFEK
YA TIDAK JUMLAH
YA
a b a + b
TIDAK
c d c + d
Jumlah
a + c b + d a+b+c+d
Dalam perkembangannya, bukan mustahil bila peneliti
ingin mengetahui pengaruh beberapa faktor resiko
secara bersamaan, atau dari data-data yang
dikumpulkan terdapat beberapa yang diduga sebagai
faktor perancu (confounding factor), sedangkan hal ini
tidak dapat dihindarkan atau dihilangkan begitu saja.
Menghadapi peristiwa tersebut di atas, peneliti dapat
menempuh analisis multivariat dengan menggunakan
regresi multipel dan regresi logistik.
Desain penelitian cross-sectional juga
mempunyai beberapa kelebihan maupun
kekurangan, sebagaimana dituangkan dalam
tabel berikut
KELEBIHAN
KEKURANGAN
1. Relatif mudah, murah,
hasilnya cepat diperoleh.
2. Dapat dipakai untuk
meneliti banyak variabel
sekaligus.
3. Memungkinkan
penggunaan populasi dari
masyarakat umum, tidak
hanya pasien saja,
sehingga lebih general.
4. Jarang terancam loss to
follow-up (drop-out).
5. Dapat dipakai sebagai
dasar penelitian
selanjutnya yang lebih
konklusif
6. Dapat dipakai sebagai
dasar penelitian
selanjutnya yang lebih
konklusif.
1. Sulit untuk menentukan
sebab dan akibat karena
pengambilan data resiko dan
data efek yang dilakukan
bersamaan.
2. Membutuhkan jumlah
subyek yang banyak,
terutama bila variabelnya
banyak.
3. Studi prevalensi hanya
menjaring subyek yang telah
mengidap penyakit cukup
lama.
4. Tidak menggambarkan
perjalanan penyakit, insidens
maupun prognosis.
5.
5.Tidak praktis untuk meneliti kasus
yang jarang terjadi. Untuk
mengurangi hal ini, dilakukan
dengan mengambil sampel dari
daerah endemik daripada populasi
umum
6. Dapat terjadi bias prevalens atau
bias insidens karena efek suatu
faktor resiko selama selang waktu
tertentu dapat diterjemahkan sebagai
efek penyakit

B. STUDI KASUS KONTROL
Disebut juga Case comparison (compeer) Study,
Case-referent Study, atau Retrospective study.
DISEBUT KASUS
KONTROL
identifikasi
terhadap penderita
penyakit
tertentu/fenomena
gangguan
kesehatan
tertentu, sebagai
kasus
kelompok
tanpa efek
atau penyakit
sebagai
kelompok
kontrolnya
MEMBANDINGKAN

TUJ UANNYA
untuk mengetahui berapa besar peranan
faktor resiko dalam menimbulkan penyakit.

Contoh : Mengetahui hubungan perilaku pemakaian
jarum suntik secara bergantian dengan penyakit HIV-
AIDS pada pengguna narkoba.

Resiko relatif (RO, ratio odds) merupakan hal yang ingin
diukur dalam penelitian kasus-kontrol studi. Pemodelannya
juga menggunakan tabel 2 x 2 seperti berikut :

FAKTOR RESIKO KASUS KONTROL JUMLAH
YA a b a + b

TIDAK c d c + d

Jumlah a + c b + d a+b+c+d

Apabila studi kasus-kontrol dilakukan dengan
matching individual, maka analisis dilakukan
dengan menjadikan kasus dan kontrol
sebagai pasangan-pasangan. Pemodelannya
menjadi :
KASUS
KONTROL
RESIK
O
+
RESIK
O
-
RESIKO +
a b
RESIKO - c d

RO =
b
c
Hasil Perhitungan RO dapat dipakai sebagai indikator
adanya kemungkinan sebab akibat antara faktor resiko
dan efek. RO dianggap mendekati resiko relatif bila :
Insidens penyakit yang diteliti kecil, tidak
lebih dari 20% dari populasi terpajan.
Kelompok kontrol merupakan kelompok
representatif dari populasi, dalam hal
peluang untuk terpajan faktor resiko
Kelompok kasus harus representatif
Adapun kelebihan dan kekurangan
penelitian yang dilakukan dengan studi
Kasus
KELEBIHAN KEKURANGAN
3.Sukar untuk meyakinkan
bahwa kedua kelompok
yang diteliti sebanding
dalam berbagai faktor
eksternal karena baik
kelompok kasus maupun
kontrol dipilih oleh peneliti.
4.Tidak dapat memberikan
incidence rate (rasio
insidens)
5.Tidak dapat dipakai untuk
menentukan lebih dari satu
variabel dependen, hanya
berkaitan dengan satu
penyakit atau efek.
C. STUDI cohort/KOHORT
Bila pada studi kasus kontrol dimulai dengan
mengidentifikasi efek (penyakit) kemudian
menelusuri (retrospektif) apa faktor
resikonya,
Pada studi kohort dimulai dengan
mengidentifikasi kausa atau faktor resiko,
kemudian secara prospektif selama periode
tertentu diikuti dengan mencari ada atau
tidaknya efek (penyakit).
Menggunakan studi kohort, peneliti akan dapat
menentukan insidens efek atau penyakit yang
timbul akibat pajanan faktor resiko. Oleh sebab
itu, studi kohort disebut juga studi insidens.

Penelitian Kohort dapat dikembangkan lagi
rancangannya menjadi
a. Kohort retrospektif atau kohort historik
b. Kohort berganda (Double Cohort Study)
c. Nested case-control study

a.Kohort retrospektif atau kohort historik
studi kohort prospektif, hanya faktor
resiko dan efek telah terjadi pada
waktu lampau.
B. KOHORT BERGANDA (Double Cohort Study)
DATA BERASAL DARI : MEDICAL RECORD
ATAU DATA SEKUNDER LAINNYA
Disebut juga studi kohort dengan pembanding
eksternal,














C
Peneliti mengamati kelompok subyek dari populasi yang
berbeda, yaitu kelompok dengan faktor resiko DAN
kelompok lain tanpa faktor resiko
B
PROSPEKTI F RETROSPEKTI F
C. NESTED CASE CONTROL STUDY.
Sebenarnya penelitian ini adalah penelitian kasus-
kontrol atas data-data dari penelitian kohort yang
telah dilakukan.
MENGAPA TERJADI???
Karena ketika melakukan penelitian dengan menggunakan desain kohort,
diperoleh dugaan adanya variabel tententu sebagai faktor resiko yang
berpotensi menimbulkan penyakit.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN STUDI KOHORT
KELEBIHAN KEKURANGAN
1. Merupakan desain terbaik untuk
menentukan insidens dan perjalanan
penyakit atau efek yang diteliti.
2. Baik untuk menerangkan dinamika
hubungan antara faktor resiko dengan
efek secara temporal.
3. Desain terbaik untuk kasus-kasus yang
bersifat fatal dan progresif.
4. Dapat dipakai untuk meneliti beberapa
efek sekaligus dari suatu faktor resiko
tertentu.
5. Karena pengamatan dilakukan secara
kontinyu dan waktu yang lama, studi
kohort sesuai untuk meneliti berbagai
masalah kesehatan yang makin
meningkat.
1. Memerlukan waktu yang
lama, sarana yang lengkap
dan biaya yang mahal.
2. Seringkali rumit, sehingga
kurang efisien untuk meneliti
aksus yang ajrang terjadi.
3. Adanya ancaman drop-out
atau terganggunya analisis
hasil akibat perubahan
intensitas pajanan atau
faktor resiko.
4. Pada keadaan tertentu dpat
menimbulkan masalah etika,
karena peneliti membiarkan
subyek terkena pajanan.
Untuk lebih memudahkan pemahaman
mengenai desain cross-sectional, case-
control dan cohort serta retrospektif
maupun prospektif, digambarkan dalam
bagan berikut
CROSS
SECTIONAL
CROSS
SECTIONAL
CASE
CONTROL
COHORT
PROSPEKTIF
COHORT
RETROSPEKTI
F
Masa lalu Masa Kini Masa datang
CROSS
SECTIONAL
CROSS
SECTIONAL
CASE
CONTROL
COHORT
PROSPEKTIF
COHORT
RETROSPEKTIF

Anda mungkin juga menyukai