Anda di halaman 1dari 3

Garuda

Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan dalam waktu dekat ini akan menaikkan tarif batas
atas penerbangan untuk kelas ekonomi sebesar 10 persen. Kenaikan ini kemudian ditanggapi
positif oleh maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia karena perusahaan sudah
mengalami kesulitan akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang
sudah mencapai 23 persen.
Harga avtur jadi meninggi akibat depresiasi rupiah yang turun hingga 23 persen. Maka itu
pemerintah harus segera menaikkan tarif batas atas pesawat ini, kata Direktur Utama Garuda
Indonesia Emirsyah Satar seperti yang dikutip dari Metrotvnews.com.
Emirsyah Satar mengatakan, jika pemerintah sudah mengeluarkan keputusan terkait kenaikan
tarif batas atas kelas ekonomi, maka Garuda Indonesia akan segera menyesuaikan harga tiket
yang dijualnya. Meskipun demikian Emirsyah Satar tidak mau menyebutkan berapa kenaikan
yang akan dilakukan oleh Garuda Indonesia. Kenaikannya ya maksimum 10 persen. Tapi itu
akan diimbangi dengan pelayanan dan promo-promo yang akan kami tawarkan nantinya,
ungkapnya.
Kenaikan tarif batas atas untuk kelas ekonomi memang sedang dikaji oleh Kementerian
Perhubungan. Kementerian Perhubungan menganggap kenaikan tarif batas atas ini akan
membantu maskapai penerbangan yang saat ini menanggung beban operasional sangat besar
akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan tingginya harga bahan
bakar. Apalagi sebagian besar biaya yang dikeluarkan oleh maskapai penerbangan dalam bentuk
dolar Amerika Serikat, sedangkan pendapatan penerbangan domestik dalam bentuk rupiah.
http://indo-aviation.com/2014/09/14/garuda-indonesia-tanggapi-positif-kenaikan-tarif-batas-atas/
Kementerian Perhubungan saat ini sedang menggodok kenaikan tarif batas atas karena kondisi
industri penerbangan yang semakin memberatkan maskapai penerbangan. Lalu, apa tanggapan
Garuda Indonesia?
Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia melalui juru bicaranya Pujobroto seperti
dikutip dari Tempo mengatakan bahwa pihaknya tidak setuju adanya tarif batas atas, khususnya
untuk rute penerbangan yang dilayani oleh banyak maskapai penerbangan. Rute-rute yang
diterbangi oleh lebih dari satu operator seperti ini tarifnya lebih baik diserahkan kepada
mekanisme pasar. Pujobroto lebih setuju jika tarif batas atas diberlakukan pada rute-rute
penerbangan yang hanya dilayani oleh satu maskapai saja. Supaya mereka tak seenaknya
tentukan tarif, ujarnya.
Namun demikian, kata Pujobroto, Garuda Indonesia akan mengikuti hitungan teknis dari
Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) jika memang tarif batas atas
akan dinaikkan. Kami kan anggota INACA, tutur Pujobroto, sembari menabmahkan bahwa
tarif batas atas seharusnya diberlakukan jika nilai dolar Amerika Serikat tak kunjung turun dalam
beberapa bulan.
Kemneterian Perhubungan mengatakan telah melakukan perhitungan terhadap usulan kenaikan
tarif batas atas, tapi hitungan itu berbeda dengan permintaan maskapai penerbangan yang
tergabung dalam INACA. INACA meminta pemerintah menaikkan tarif batas atas sebesar 25
persen dari angka yang sekarang, sedangkan Kementerian Perhubungan menghitung berdasarkan
asumsi kurs dolar Amerika Serikat dan harga avtur.
Kami sudah mengajukan dua alternatif ke Pak Menteri (Menteri Perhubungan Evert Ernst
Mangindaan). Perhitungan kurs dolar Rp 12.000 dan Rp 13.000, kata Direktur Lalu Lintas dan
Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Djoko
Murjatmojo.
http://indo-aviation.com/2014/09/07/garuda-indonesia-kurang-setuju-adanya-tarif-batas-atas/


Namun dampak dari depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sudah
mencapai 23 persen akan berdampak pada biaya yang akan dikeluarrkan oleh Garuda akan
semakin besar. Dengan kenaikan harga 10%, Garuda mampu menaikkan harga tiket garuda yang
akan mampu menutupi biaya. Walaupun Garuda harus menanggung derita bahwa
pembahasan
Impact of business
dari latar belakang diatas terlihat bahwa terdapat maskapai yang ora setuju dengan adanya
pemberlakuan kenaikan tarif batas atas yaitu maskapai Garuda Indonesia. Garuda Indonesia
bersikaeras menolak ketetapan kenaikan batas atas tersebut, hal ini dikarenakan penentuan tarif
itu menurut Garuda Indonesia ditentukan dari pelayanan yang diberikan oleh maskapai tidak bisa
disamaratakan dengan harga tiket maskapai lain yang memberikan fasilitas atau pelayanan yang
sak onone, selain itu juga bahwa maskapai Garuda tidak setuju dengan pemerintah, karena harga
termahal dari tarif batas atas itu yaitu harga tiket yang dijual maskapai penarbangan Garuda
Indonesia, hal itu akan berdampak terhadap intimidasi hrga jual tiket maskapai Indonesia, karena
konsumen akn beranggapan bahwa harga tiket maskapai ini paling larang. Namun garuda
Indonesia harus menjaga nama besaarnya yg akan berdampak pada biaya yang dikeluarkan tetap
sama namun pendapatan berkurang,hal itulah yang mendasari maskapai Garuda
menolak.kenaikan batas atas sebesar 10%.
Business opportunity
Dari penetapan batas atas harga tiket maskapai penerbangan kelas ekonomi sebesar 10% ini
menjadi peluang bagi maskapai selain garuda yaitu contohnya AIR ASIA. Karena dapat menjul
tiket dibawah harga tiket yang dijual Garuda yang akan saecara tidak langsung akan membuat
konsumen berpaling hati ke maskapai Air Asia, karena untuk mengurangi biay ,maka fasilitas
tau pelayanan yang diberikan oleh Garuda harus dikurangi. Yang artinya pelayanan Garuda sama
dengan maskapai lain tapi harga tiket Garuda lebih tinggi daari maskapai lainnya.
Threat
Selain adanya peluang bisnis bgi maskapai lain untuk bersaing dengan garuda namun hal itu bisa
menjadi ancaman bagi maskapai lain, jika Garuda menetapkan harga predator. Karena
pemerintah telah mengatakan bahwa harga termahal dari tiket kelas ekonomi yaitu harga yang
ditetapkan oleh garuda. Jadi jika garuda mentap kan harga dibawah biaya maskapai lain, maka
maskapai lain itu tidak boleh menjual tiket diatas harga tiket garuda yang akn berdampk pada
kebangkrutan maskapai lain.

Anda mungkin juga menyukai